Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN


TINGGI
“KUNJUNGAN MUSEUM”

DOSEN PEMBIMBING

Dr. IbnuQoyim, M.Si.

DISUSUN OLEH
Muhammad Fakhri Aziz (11180510000262)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
2018
MUSEUM FATAHILLAH

1. ASPEK HISTORIS
Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal juga dengan nama Museum Fatahillah
diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur Ali Sadikin. Bangunan bergaya
arsitektur Neoklasik (abad ke-17) ini dahulu merupakan bekas kantor Balaikota Batavia
yang mulai dibangun pada tahun 1627 oleh Gubernur Jendral J.P. Coen.

Selain sebagai gedung balaikota, dahulu gedung ini juga berfungsi sebagai Dewan
Pengadilan dan Dewan Kotapraja. Di bangunan ini pula terdapat penjara yang menjadi
penjara utama di kota Bayavia. Tercatat beberapa Tokoh Nasional pernah ditahan di
bangunan ini, antara lain Untung Surapati, Cut Nyak Dien dan Pangeran Diponegoro.

Pada masa selanjutnya, gedung ini sempat mengalami beberapa kali peralihan fungsi.
Gedung ini pernah berfungsi antara lain sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(1925-1942), kantor pengumpulan logistik Dai Nippon (1942-1945), markas Komando
Militer Kota / Kodim 0503 Jakarta Barat (1952-1968). Barupadatahun 1968, gedung
secara resmi diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta pada 1968 dan diresmikan sebagai
Museum Sejarah Jakarta padatanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali
Sadikin.

1
2. ASPEK KULTURAL
Asal-usul kota Jakarta diawali dengan ditemukannya alat-alat batu, gerabah, manik-
manik dan perunggu di sepanjang aliran sungai Ciliwung. Situs-situs tempat
ditemukannya artefak-artefak tersebut yang diduga merupakan hunian masyarakat di
masa prasejarah, antara lain Kelapa Dua, Lenteng Agung, Condet, Pejaten, dan Pasar
Minggu. Selanjutnya, Jakarta di masa lalu menjadi bagian dari kisah sejarah kerajaan
besar di bagian barat jawa, yaitu kerajaan tarumanegara dan Sunda. Ditemukannya
prasasti Tugu di Desa Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara menjadi indikasi bahwa
daerah yang akan menjadi cikal bakal Jakarta memiliki peran yang penting di masa lalu.
Pada perkembangan kemudian Jakarta menjadi pusat perdagangan, pemerintahan dan
percampuran berbagai macam kebudayaan hingga menjadi modern yang terus
berkembang hingga saat ini.

Musuem Sejarah Jakarta atau yang dikenal juga dengan nama Museum Fatahillah ini
memiliki koleksi barang bersejarah yang sangat banyak. Di Museum Fatahillah ini
menyimpan 23.500 koleksi barang bersejarah baik dalam bentuk asli maupun replika.
Barang bersejarah yang ada di Museum Fatahillah ini sangat beraneka ragam, mulai dari
miniatur barang rumah tangga, peta jakarta dari masa ke masa, kapal Batvia, tempat
peribadatan seperti Gereja dan Masjid, perhiasan, senjata-senjata dan masih banyak lagi
benda bersejarah di dalam Musuem Fatahillah ini. Koleksi ini berasal dari Museum
Jakarta Lama (Oud Batavia Museum) yang sebelum nya terletak di Jalan Pintu Besar
Utara No. 27, yang saat ini ditempati Museum Wayang.

2
3. ASPEK YURIDIS
Dengan latar belakang sejarah yang begitu panjang, maka sangat layak daerah bekas
kekuasaan berbagai kerajaan dan negara itu kita sebut sebagai Kota Tua. Sebagai Kota
Tua, sudah tentu banyak menyimpan bangunan-bangunan sisa peninggalan para
pendahulu yang bernilai sejarah, arsitektur dan arkelogis dari beberapa zaman yang
berbeda.

Untuk melestarikannya, pemerintahan DKI Jakarta melindungi bangunan-bangunan


tersebut berdasarkan undang-undang Monumenten Ordonantie No.19 tahun 1931,
yang telah diubah dengan Monumenten Ordonantie No.21 tahun 1934. Upaya ini tidak
lepas dari ide sang Gubernur Jakarta ketika itu, yakni Ali Sadikin (1966-1977) karena
dirinya banyak berkunjung ke Eropa saat menjabat sebagai Debuty Menteri Panglima
Angkatan Laut sebelum menjadi Gubernur.

Ali Saidikin segara merealisasikan ide dan gagasannya itu dengan berlandasan pada
Undang-undang diatas dalam SK Gubernur No.Cb. 11/1/12/1972 tanggal 10 Januari
1972 yang pada intinya berisi penetapan tentang pemugaran bangunan, penetapan
daerah khusu yang dilindungi karena bernilai sejarah dan arsitektur.

3
4. ASPEK FILOSOFIS
Banyak sekali benda bersejarah yang berada di musuem Fatahillah, dan setiap benda
bersejarah memiliki cerita dan keunikannya tersendiri. Seperti Wadah Timbang Beras
untuk menimbang beras dan kacang-kacangan pada alat timbangan tradisional, bahan
pembuatannya berasa dari kuningan dan pada bibirnya terdapat sebuah corong,
masyarakat pada umumnya mengenal timbangan jenis ini dengan nama Timbangan
Bebek karena bentuk corong nya yang menyerupai paruh bebek.

Selain itu terdapat benda bersejarah yang cukup unik yaitu Kotak Penyimpanan.
Merupakan kotak penyimapan dari kayu yang dihiasai dengan kuningan. Kotak
penyimpanan jenis ini banyak ditemukan dirumah-rumah bangsawan Batavia pada abad
ke-17. Umumnya berfungsi sebagai tempat menyimpan perhiasan sehingga terdiri dari
banyak laci kecil.

Lalu ada Miniatur Kursi, rumah-rumah bangsawan di Batavia pada abad 19 umumnya
dihiasin dengan ornamen berbahan dasar kayu. Hiasa kursi ini merupakan tren baru di
Batavia pada masa itu. Gaya nya dikenal dengan istilah Raffelesm mengacu pada Thomas
Stanford Raffles, Gubernur Batavia pada abad ke-19. Bentuknya sangat indah dengan
penyanggah bagian belakang yang melengkung sempurna. Bentuk kursi yang apik ini
memperlihatkan status pemiliknya yang tinggi pula pada masa itu.

4
MUSEUM WAYANG

1. ASPEK HISTORIS
Bangunan Museum Wayang mulanya merupakan gereja tua yang didirikan VOC
pada tahun 1640 dengan nama ‘de oude Hollandsche Kerk’. Hingga tahun 1732 gedung
ini berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tentara Belanda yang tinggal
di Batavia.

Pada tahun 1733 gereja tersebut dipugar dan namanya diubah menjadi “de nieuwe
Hollandsche Kerk” yang berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja yang kini
menjadi taman terbuka Museum Wayang terdapat prasasti-prasasti yang berjumlah 9
(sembilan) buah yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah
dimakamkan di halaman gereja tersebut.

Akibat terjadinya gempa, bangunan Gereja Belanda tersebut sempat rusak.


Selanjutnya di lokasi tersebut dibangun kembali sebuah gedung yang difungsikan sebagai
gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian depan museum ini dibangun pada
tahun 1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung
ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kolonial.

Pada tanggal 14 Agustus 1936 gedung beserta tanahnya ditetapkan menjadi


monumen. Selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen (BG) yaitu lembaga independen yang bertujuan memajukan penelitian
dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi,
fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.
Di lokasi bekas reruntuhan itulah dibangun sebuah gedung yang kini disebut sebagai
gedung museum wayang dan kemudian diresmikan pemakaiannya dan peruntukkannya
sebagai museum pada tanggal 13 Agustus 1975.

5
2. ASPEK KULTURAL

Seni kebudayaan Wayang sangat kental dengan budaya Jawa, dikenal sejak zaman
prasejarah. Museum di Jakarta ini mempunyai koleksi Wayang dari berbagai jenis dan
bentuk. Hingga saat ini Museum Wayang tercatat telah mengoleksi kurang lebih ada
empat ribu buah tokoh wayang.

Jenis wayang yang dipamerkan dari jenis wayang kulit, janur, topeng, beber, golek,
kulit, kardus, rumput, dan wayang boneka. Setiap daerah di Nusantara memiliki
kharakteristik bentuk wayang yang berbeda-beda. Di kalangan suku Jawa pun memiliki
bentuk dan cerita lakon wayang yang berbeda. Dan boneka dari negara-negara tetangga
seperti Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Perancis, India dan Kamboja,
termasuk juga koleksi set gamelan dan juga lukisan wayang.

Saat saya memasuki museum wayang di lantai dasar saya melihat Prasasti yang
menandai kubur Jan Pieterszoon Coen, penakluk Batavia pada 1619. Ada pula beberapa
prasasti lain menempel pada dinding yang letaknya berseberangan dengan prasasti
makam Jan Pieterszoon Coen.

Selain itu di sini terdapat berbagai koleksi dari dalam dan luar negeri. Tidak hanya
“wayang” dalam artian boneka yang digunakan untuk pertunjukkan, tetapi juga boneka
lain dari beberapa daerah di Indonesia yang memiliki maknanya sendiri. Ada Wayang
Purwa dari Bali, Wayang Kulit Purwa dari Banjar Kalimantan Selatan, wayang golek dari
Betawi, Wayang Revolusi, boneka Punch and Jody dari Inggris yang dibuat pada 1971,
koleksi Boneka Guignol yang juga dari Perancis, boneka dari India, Boneka Sigale-gale
dari Sumatera Utara, Gundala-gundala yang juga berasal dari daerah Sumatera Utara dan
banyak lagi.

Penempatan koleksi wayang, pengaturan cahaya ruangan, pilihan koleksi wayang


bermutu tinggi, lantai berlapis bilah kayu serta lempeng akrilik pada benda pajang,
membuat museum ini berkesan mewah dan klasik bagi para pengunjung. Ditambah

6
pendingin ruang yang dipasang, pengunjung akan semakin nyaman dalam menikmati
museum ini.

3. ASPEK YURIDIS
Di sekitar pintu keluar ada ruangan yang digunakan untuk menggelar berbagai
pertunjukkan wayang yang sudah dijadwal untuk masing-masing grup pementasan.
Pagelaran dilakukan setiap Hari Minggu mulai pkl. 10.00 – 14.00 WIB. Untuk yang mau
membeli souvenir, kamu dapat berbelanja souvenir di toko cinderamata di dekat pintu
keluar. Di sini kamu dapat membeli wayang kulit, buku pewayangan, pajangan,
gantungan kunci, dan lain-lain.

Museum ini masih berada dalam kawasan wisata kota tua dan tentunya areanya sangat
berdekatan dengan Jakarta History Museum, tepatnya berada di Jl. Pintu Besar Utara
No.27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11110. Untuk menuju ke sini, saya menggunakan
KRL menuju Jakarta Kota. Lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju
arah kawasan Kota Tua Jakarta.

Museum Wayang buka setiap hari Selasa sampai hari Minggu. Hari Senin dan hari
raya tutup. Museum buka dari pkl 09.00 – 15.00 WIB. Bila ingin leluasa menikmati
koleksi Museum Wayang, saya sarankan wisatawan bisa datang pagi-pagi pukul 09.00
seteah museum itu dibuka. Harga tiket masuknya cukup terjangkau yaitu Rp 5.000,00
untuk pengunjung dari dalam maupun luar negeri. Dan untuk mahasiswa yang telah
memiliki KTM atau Kartu Tanda Mahasiswa hanya perlu Rp.3000 untuk memasuki
Museum Wayang.

Museum Wayang adalah salah satu museum yang membebaskan tamunya berfoto di
dalam ruangan atau memotret koleksi-koleksi yang terpajang di gedung. Pengunjung juga

7
boleh dengan bebas berfoto-foto di depan benda-benda sejarah atau tiap sisi di area
musuem itu. Namun, disarankan pengunjung tahu batasan supaya ketika berfoto tak
mengganggu tamu lain yang ingin menikmati koleksi museum.

4. ASPEK FILOSOFIS
Museum Wayang pun juga dibangun dengan tujuan untuk memberikan edukasi
kepada masyarakat khususnya anak muda mengenai wayang sebagai salah satu seni khas
Indonesia yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan. Selain itu, Museum
Wayang juga hadir guna meningkatkan eksistensi wayang di Indonesia

Banyak sekali benda bersejarah yang berada di musuem Wayang, dan setiap benda
bersejarah memiliki cerita dan keunikannya tersendiri. Seperti Duryudana yaitu Wayang
Golek Bandung, Jawa Barat. Ditemukan pada tahun 2009. Wayang geolek ini berukuran
lebih besar daripada wayang goleh lainnya. Duryudana adalah putra sulung Prabu
Drestarastra, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Gandari, putri Prabu Gandara
dari negara Gandaradesa (Plasajenar/Pedalangan Jawa). Ia bersaudara 100 (seratus)
orang, 99 orang laki-laki dan 1 orang wanita, yang disebut dengan Sata Kurawa.

Selain itu ada pula beberapa prasasti lain menempel pada dinding yang letaknya
berseberangan dengan prasasti makam Jan Pieterszoon Coen. Di ruangan Museum
Wayang Jakarta bisa dijumpai boneka Punch and Jody dari Inggris yang dibuat pada
1971.Lalu boneka dengan penggerak tali dari Perancis, dan koleksi Boneka Guignol yang
juga dari Perancis, serta boneka dari India. Terdapat juga gamelan sunda, gamelan ini
dibuat pada tahun 1969 dengan bahan dari perunggu dan kayu berfungsi untuk iringan /
mengiring wayang golek sunda, Jaipongan dll.Gamelan ini menjadi koleksi museum
wayang pada tahun 1975.

8
MUSEUM BANK MANDIRI

1. ASPSEK HISTORIS

Awal sejarahnya bangunan ini merupakan Kantor Wilayah Nederlandsche Handel


Maatschappij (NHM) di Hindia Timur yang lebih dikenal dengan nama de Factorij
Batavia.Bangunan ini dirancang oleh arsitek NHM, J.J.J. de Bruyn bekerja sama dengan
arsitek Belanda lainnya, A.P. Smits dan C. van de Linde yang keduanya bekerja pada biro
arsitek Hulswit, Fermont and Ed. Cuipers.

Gedung berdiri di atas lahan seluas 10.039 M2 ini, diresmikan pada 14 Januari 1933,
oleh C.J. Karel van Aalst, Presiden NHM ke-10. Pemancangan diawali dengan tiang
beton bulan Juli 1929 oleh biro konstruksi NV Nedam (Nederlandse Aanneming
Maatshappij).

Arsitektur gedung berlantai empat seluas 21.509 M2 ini cenderung sederhana,


berbentuk simetris dengan keberadaan taman di tengah gedung, dan main entrance tepat
di tengah bagian depan bangunan. Lantai dasar gedung ini dibuat lebih tinggi dari jalan
raya, sehingga kesan entrance-nya terasa anggun. Lantai lobi, ruang rapat, dan ruang

9
direksinya memakai bahan mozaik keramik bercampur kaca (glasmozaiek-tegels).
Sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin (vloertegels) berwarna hitam, abu-abu
dan merah.

Dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan bergabungnya empat
bank pemerintah: Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara
(BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam
Bank Mandiri, maka gedung warisan sejarah ini pun beralih menjadi salah satu aset Bank
Mandiri.

2. ASPEK KULTURAL
Persyaratan bagi materi koleksi museum adalah benda asli, reproduksi atau miniatur.
Benda-benda ini pun harus mempunyai nilai sejarah, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kebudayaan. Harus pula mencerminkan proses perkembangan lahirnya Bank Mandiri.
Bahkan keberadaannya harus merupakan bukti pelaksanaan fungsi dan kegiatan bank
yang mewakili suatu fenomena atau kecenderungan tertentu serta dapat diidentifikasi
asal-usul, tipe/gaya, periode waktu, maupun fungsi kegunaannya sehingga dapat
dijadikan suatu monumen sejarah atau diperkirakan menjadi monumen sejarah di masa
depan.

Materi koleksi yang ada di Museum Bank Mandiri terdiri atas jenis perlengkapan
operasional bank, surat berharga, numismatik, arsip sejarah, dan jenis koleksi lainnya
seperti perlengkapan pendukung operasional bank dan bahan pustaka. Ornamen
bangunan, interior, dan furnitur asli dari gedung museum yang merupakan benda cagar
budaya juga merupakan bagian dari koleksi yang perlu dilestarikan.

Adapun koleksi pendukung operasional lainnya adalah sarana promosi, komunikasi,


ekspedisi dan kesekretariatan, seragam pegawai dan perlengkapannya, peralatan
teknologi informasi, komponen bangunan dan miniatur gedung kantor, serta
perlengkapan sekuriti dan rumah tangga lainnya.

10
Sesuai kurun waktunya, koleksi Museum Bank Mandiri dapat dikelompokkan
berdasarkan periode bank-bank pendahulu mulai tahun 1826-1959/1960 dengan koleksi
berasal dari masa NHM, Escomptobank, NIHB/NHB dan BIN, periode bank-bank
bergabung tahun 1959/1960-1998 masa BBD, BDN, Bank Exim dan Bapindo, serta
periode awal merger Bank Mandiri sampai dengan go public tahun 1999-2003.

3. ASPEK YURIDIS

Berangkat dari rangkaian sejarah bank-bank pendahulu maupun bank-bank merger


yang melebur menjadi PT Bank Mandiri, maka diperlukan upaya untuk menjaga agar
rangkaian sejarah tersebut tidak terputus dan terlupakan begitu saja. Hal ini dilakukan
dengan cara mengabadikan koleksi perkembangan sejarah Bank Mandiri secara utuh.

Diharapkan, paparan sejarah tersebut akan bermanfaat, tidak saja untuk mengenang
kembali nilai-nilai historis yang terkandung di dalamnya, tetapi juga sebagai pemicu
kemajuan dunia perbankan nasional pada umumnya.

Gagasan tersebut di atas menjadi pertimbangan Manajemen Bank Mandiri dalam


merencanakan sebuah museum yang menyajikan sejarah perkembangan terbentuknya
Bank Mandiri. Lokasi yang diperuntukan sebagai museum adalah aset gedung di Jalan
Lapangan Stasiun Nomor 1 Jakarta-Kota, yang juga merupakan Bangunan Cagar Budaya
berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993.

Visi yang diemban oleh Museum Bank Mandiri adalah menjadi museum perbankan
yang berstandar internasional yang informatif, inspiratif, dan bermanfaat bagi
masyarakat. Adapun misinya adalah mengembangkan Museum Bank Mandiri sebagai
pusat dokumentasi sejarah Bank, sebagai sarana kultural-edukatif dan rekreatif bagi

11
masyarakat, pengelolaan museum dengan manajemen profesional, turut berpartisipasi
dalam revitalisasi bangunan bersejarah di kawasan “Kota Tua Jakarta” sebagai tempat
tujuan wisata, serta menjalin kerja sama dengan semua pihak dalam rangka
pengembangan museum.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi


DKI Jakarta No. 237 tahun 2005, tanggal 19 Desember 2005 Gedung Museum Bank
Mandiri mendapatkan penghargaan ”Sadar Pelestarian Bangunan Cagar Budaya tahun
2005” di wilayah DKI Jakarta.

4. ASPEK FILOSOFIS

Di dalam Museum Bank Mandiri ini terdapat berbagai macam barang-barang koleksi
yang berkaitan dengan perbankan tempo dulu dan perkembangannya. Beberapa di antara
barang koleksinya tersebut yaitu bagan yang menceritakan sejarah singkat Bank Mandiri,
kemudian beberapa koleksi surat berharga seperti sertifikat deposito, cek, obligasi,
saham, hingga beberapa foto dan dokumen menarik lainnya yang berkaitan dengan
Museum Bank Mandiri.

Selain itu, di sini juga terdapat berbagai barang-barang yang membantu proses
perbankan, seperti mesin ketik, mesin penghitung uang logam, kalkulator, mesin

12
pembukuan, hingga mesin atm tua yang bentuknya sangat unik dan jauh berbeda dengan
mesin atm saat ini. Di dalam museum ini juga terdapat berbagai diorama yang
menggambarkan kegiatan ekonomi seperti kisah perdagangan Indonesia pada jaman
kerajaan, kemudian diorama menabung dengan berbagai celengan, hingga diorama
kegiatan perbankan jaman dahulu.

MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK

1. ASPEK HISTORIS
Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Gedung
yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia-

13
Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van
Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Kemudian pada masa pendudukan Jepang dan
perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini dijadikan sebagai asrama militer. Pada 10
Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan
bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Lalu pada tahun 1973-1976, gedung
tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat. Pada tanggal 20 Agustus 1976,
gedung ini diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan di
gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin
(Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun 1990 sampai
sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.

2. ASPEK KULTURAL

Museum ini memiliki 500-an karya seni rupa terdiri dari berbagai bahan dan teknik
yang berbeda seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa, dan batik lukis. Diantara koleksi-
koleksi tersebut ada beberapa koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah seni rupa
di Indonesia, antara lain lukisan yang berjudul ‘Pengantin Revolusi’ karya Hendra
Gunawan, ‘Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh, ‘Ibu Menyusui’ karya Dullah, ‘Seiko’
karya S.Sudjojono, dan ‘Potret Diri’ karya Affandi.

Patung yang bercirikan klasik tradisional dari Bali, totem kayu yang magis dan
simbolis karya I Wayan Tjokot dan keluarga besarnya. Totem dan patung kayu karya para
seniman modern, antara lain G.Sidharta, Oesman Effendi, disusul karya-karya ciptaan
seniman lulusan akademis, misalnya Popo Iskandar, Achmad Sadali, Srihadi S, Fajar
Sidik, Kusnadi, Rusli, Nashar, Zaini, Amang Rahman, Suparto, Irsam, Mulyadi W, Abas
Alibasyah, Amri Yahya, AS Budiman, Barli, Sudjana Kerton, dan banyak seniman dari
berbagai daerah.

Koleksi Keramik di museum ini jumlahnya cukup banyak, terdiri dari keramik lokal
dan keramik asing. Keramik lokal berasal dari sentra industri daerah antara lain Aceh,
Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Malang, Bali,
Lombok dan lain-lain.

14
Museum ini juga memiliki keramik dari Majapahit abad ke-14 yang menunjukkan ciri
keistimewaan yang indah dan bernilai sejarah yang mempunyai keragaman bentuk serta
fungsi. Keramik asing meliputi berbagai bentuk, ciri, karakteristik, fungsi dan gaya
berasal dari China, Jepang, Thailand, Eropa. Terbanyak dari China terutama pada masa
Dinasti MIng dan Ching.

3. ASPEK YURIDIS

Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta merupakan museum yang berada dalam
satu kawasan wisata kota tua di Jakarta Barat. Berdasarkan sumber yang saya dapatkan
bahwa bangunan Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pertama kali pada
tahun 1870 oleh arsitek Jhe. W.H.F.H. van Raders pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Pieter Miyer untuk digunakan sebagai Rad van Justitie atau Kantor Pengadilan.

Tanggal 10 Juni 1977, sebagian gedung ini diresmikan sebagai Museum Keramik
oleh Gubernur Ali Sadikin.Akhirnya, pada awal tahun 1990, Balai Seni Rupa dan
Museum Keramik disatukan menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik yang dikelola
oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta di bawah Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan.

Gedung ini terdiri dari ruang pertemuan/aula, ruang terbuka/plaza serta taman yang
dapat dimanfaatkan untuk acara-acara pameran temporer, pernikahan, seminar, lomba,
dan lain-lain. Museum Seni Rupa dan Keramik juga dilengkapi sebuah perpustakaan
yang memiliki buku-buku seni rupa dan keramik yang bisa dijadikan panduan tentang
seni rupa. Di gedung ini juga terdapat toko cinderamata. Museum ini memiliki souvenir
yang spesifik untuk pengunjung. Seperti kartu pos, buku seni rupa, kerajinan, sketsa,
lukisan, keramik lucu, dan lain-lain.

15
Museum Seni Rupa dan Keramik buka setiap hari Selasa sampai hari Minggu. Hari
Senin dan hari libur nasional. Pada hari selasa sampai kamis museum buka dari pukul
09.00-15.00 lalu pada hari jumaat 09.00-14.30 di hari sabtu 09.00-19.30 dan di hari
minggu 09.00-20.00. Harga tiket masuknya cukup terjangkau yaitu Rp 5.000,00 untuk
pengunjung dari dalam maupun luar negeri. Dan untuk mahasiswa yang telah memiliki
KTM atau Kartu Tanda Mahasiswa hanya perlu Rp.3000 untuk memasuki Museum Seni
Rupa dan Keramik.

4. ASPEK FILOSOFIS

Banyak sekali benda bersejarah yang berada di Museum Seni Rupa dan Keramik, dan
setiap benda bersejarah memiliki cerita dan keunikannya tersendiri. Seperti Seni Lukis
Wayang Kamasan, Seni Lukis Wayang Kamasan adalah salah satu bentuk karya seni
klasik yang berawal pada abad ke-17 di zaman Kerajaan Gelgel dibawah kendali Raja
Waturenggong, didesa Kamsan Kabupatan Klungkung. Seni Lukis Wayang Kamasan
dianggap seni trasional karena dikerjakan secara turun menurun dengan mempertahankan
bentuk, corak, gaya dan karakternya. Bahkan dari beberapa lukisan kamasaan ini
merupakan bentuk seni kerajinan yang pengerjaannya dilakukan oleh beberapa ahli,
seperti pendasaran, penebalan dan pewarnaan. Sehingga lukisan ini tanpa nama atau
anonim.

Selain itu terdapat Lukisan Kaca Cirebon, Lukisan Kaca Cirebon tradisional
diperkirakan lahir dan berkembang sejak abad ke-17 pada masa pemerintahan
Penembahan Ratu di Cirebon. Sebagai kota pelabuhan, lukisan kaca di Cirebon
berkembang pesat dengan masuknya kebudayaan Cina, Hindhu dan Islam, sehingga
lukisan kaca di Cirebon banyak ragamnya. Selain tema pewayangan juga banyak tema
keagaman islam seperti ayat-ayat al-qur’an yang dipakai pada lukisan kaca kaligrafi.
Lukisan kaca ini selain sebagai hiasan dinding juga sebagai media dakwah agama islam.

16
Teknik pelukisan kaca digambar dari sebaliknya sehingga membutuhkan keahilan
khusus.

Dan selain Lukisan di Museum ini banyak terdapat keramik-keramik yang unik dan
memiliki ceritanya masing-masing. Terdapat keramik Bali modern yang memiliki bentu
yang cukup unik, lalu terdapat mangkuk yang terbuat dari keramik bali modern. Masih
banyak keramik yang dapat kita temukan di dalam Museum Seni Rupa dan Keramik.
Selain itu terdapat juga patung wanita terakota majapahit, relief wanita terakota
majapahit, kendi tanah liat tembikar majapahit, figurine kepala wanita terakota majapahit.
Dan masih banyak lagi koleksi dari Mesuem Seni Rupa dan keramik ini.

MUSEUM BANK INDONESIA

1. ASPEK HISTORIS

Museum Bank Indonesia merupakan objek wisata bersejarah yang terdapat di


kawasan Kota Tua, Jakarta Utara, tepatnya di bagian depan stasiun Beos Kota atau di
samping Museum Bank Mandiri. Tempat wisata ini terbilang cukup unik dan tentunya
memberikan berbagai macam pengetahuan mengenai sejarah dari Bank Indonesia.

17
Awal mulanya bangunan objek wisata Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah
sakit umum yang bernama Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan
tersebut di ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank dengan nama
De Javashe Bank. Selama satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9
tahun kemerdekaan republic Indonesia, bangunan DJB di tetapkan sebagai Bank Sentral
Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia.

Selang 9 tahun kemudian yaitu pada tahun 1962, pemerintah Indonesia kemudian
memindahkan Bank Indonesia tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis, sehingga tempat
BI yang dahulu mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan yang penting.
Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah
meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di
akses secara mudah oleh masyarakat umum.

Dari nilai historis yang tersirat pada gedung ini, pemerintah akhirnya menetapkan
bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Di samping itu, BI juga memiliki
benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah yang perlu dirawat dan diolah untuk
dapat memberikan informasi yang sangat berguna bagi masyarakat.

Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah


Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah Kota sebagai daerah
pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan menjadi pelopor dari
pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di daerah Kota.

2. ASPEK KULTURAL
Museum Bank Indonesia terdiri dari dua lantai yang dapat dijelajahi oleh pengunjung.
Lantai pertama terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk belakang, ruang pengeluaran,
dan pengedaran uang perpustakaan serta kafe museum. Sementara itu, lantai kedua terdiri
dari lobi, ruang penitipan barang, ruang pelayanan pengunjung, ruang lokakarya teater,
ruang pengantar sejarah, pra BI serta ruang pameran tetap, serta ruang emas.

Saat pertama masuk, saya langsung menuju lantai dua karena tempat pemeran tetap
koleksi yang ada di museum ini ada di lantai dua. Sebelum masuk saya pun terlebih

18
dahulu menitipkan tas dan jaket saya di tempat penitipan barang. Lalu setelah itu, saya
pergi ke ruang pelayanan pengunjung dimana saat disana saya diberikan semacam tiket
masuk untuk melihat-lihat pameran.

Ada berbagai macam peninggalan, fasilitas dan informasi sejarah yang dapat
ditemukan di Museum Bank Indonesia, seperti mata uang baru, kursi koin, pintu baja,
koleksi uang dari berbagai dunia dan tahun, informasi sejarah, bank tempo doeloe, karya-
karya yang seru dan lucu, ruang teater dan taman luas di tengah-tengah bangunan.

Lalu setelah melihat semua koleksi di museum Bank Indonesia, ada satu gambar yang
menurut saya sangat menarik, yaitu gambar atau foto dimana logo dari Bank Indonesia
sempat berubah-ubah dari waktu ke waktu, sampai logo dari Bank Indonesia yang dipakai
sekarang.

3. ASPEK YURIDIS
Edukasi Bank Indonesia ini akan menggambarkan sejarah panjang BI menjadi
lembaga yang bertanggung jawab atas moneter, perbankan dan sistem pembayaran. Dan
semua ini dapat diikuti dari waktu ke waktu , sejak masa DJB hingga periode BI selama
enactments Undang-undang Nomor 11 Tahun 1953, Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1968 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999, dan UU No 3 Tahun 2004 yang tetap
berlaku sampai hari ini.

19
Mengingat tugas Bank Indonesia dengan lingkup nasional dan dimensi, dan fakta
Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam UU No 23 Bank dari tahun 1999, adalah
independen dari intervensi pemerintah , serta fakta bahwa dalam melaksanakan tugasnya,
Bank Indonesia memanfaatkan jaringan kantor di wilayah ini, satu-satunya lembaga yang
layak dan harus menjelaskan fungsi dan perannya adalah Bank Sentral itu sendiri.

Dalam hal ini, Bank Sentral Republik Indonesia sebagai salah satu sarana untuk
melakukannya, harus diperluas sedemikian rupa sehingga memiliki lingkup nasional. Ini
berarti tidak hanya Bank Indonesia menyediakan informasi tentang kebijakan-kebijakan
yang dibuat di tingkat pusat, tetapi juga menjelaskan pelaksanaannya di daerah. Dengan
kata lain, daerah juga harus menyiapkan sendiri Mini Indonesia Pusat Bank Museum
mereka ( MMBI ) dengan memanfaatkan gedung-gedung tua dan menganggur. Saat,
selain melanjutkan pembangunan Museum Bank Indonesia di daerah pusat kota, BI dalam
penyusunan membangun MMBI di Padang, Sumatera Barat.

Selain itu Museum Bank Indonesia melakukan forum diskusi, menyediakan


masyarakat dengan up-to-date dan informasi yang akurat mengenai kebijakan Bank
Indonesia. Forum ini terbuka untuk mahasiswa dan masyarakat umum. Museum Bank
Indonesia mengundang Anda untuk melakukan banyak kegiatan menarik pemutaran film-
seni, pertunjukan musik, peluncuran buku, atau kegiatan lainnya yang menyegarkan. Dan
Museum Bank Indonesia mengundang Anda untuk bekerja sama dengan kami untuk
melakukan pameran sementara di sini, baik di tingkat nasional maupun internasional.

4. ASPEK FILOSOFIS

Banyak sekali benda bersejarah yang berada di Museum Bank Indonesia, dan setiap
benda bersejarah memiliki cerita dan keunikannya tersendiri. Seperti ketika kita baru
masuk kedalam Museum Bank Indonesia di hadapan kita terdapat 12 ruang kasir yang
sudah berfungsi sejak zaman De Javasche Bank. Ruang kasir tersebut tetap digunakan
Bank Indonesia sejak 1953 hingga sekitar 1975. Mengikuti jejek De Javasshe Bank,
meski berfungsi sebagai bank sentral, Bank Indonesia masih menjalankan fungsi
komersial hingga 1968. Dengan demikian ruang kasir tersebut merupakan sarana Bank

20
Indonesia dalam melayani berbagai transaksi tunia, baik dari bank-bank diwilayah daerah
dan sekitarnya, maupun dari perusahaan yang mendapat kredit usaha dari Bank Indonesia.

Selain itu terdapat foto-foto Museum Bank Indonesia ditempo dulu yang menjadi
gambaran bahwa kawasan Nusantara sudah lama terkenal dikalanagan pedagang dan
pelaut dunia. Banyak kota pelabuhan di Nusantara yang berkembang menjadi kota yang
selalu ramai dikunjungi para pelaut pedagang, bukan saja karena kota-kota itu adalah
tempat yang tepat untuk membeli air bersih dan makanan sebelum melanjutkan
perjalanan, tapi juga karena barang-barang yang dijual di kota-kota tersebut. Lima ratus
tahun yang lalu Banten juga sudah menjadi kota yang tak pernah sepi didatangi para
pelaut dan pedagang dari berbagai negara. Berbagai macam benda dijual disana. Tetapi
yang paling terkenal tentu saja adalah rempah-rempah seperti cengkih, kayumanis, pala
dan lada berkapal-kapal rempah diangkut jauh samapi Eropa.
Dan benda yang unik di dalam Museum Bank Indonesia adalah tumpukan emas.
Tumpukan emas tersebut merupakan replika yang memberikan gambaran tentang
cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia berupa emas. Emas dalam tumpukan emas
tersebut masing-masing memiliki berat sebesar 13,5 kg per batangnya. Nilai satu batang
emas tersebut setara dengan Rp6,7 miliar hingga Rp7 miliar. Bank Indonesia sebagai
bank sentral yang didirikan pada 1953 merupakan lembaga vital dalam kehidupan
perekonomian nasional.

21

Anda mungkin juga menyukai