Anda di halaman 1dari 51

KECAMATAN BANDA

Banda Naira memiliki paket lengkap


untuk berwisata, mulai dari keindahan
bawah laut yang eksotik, peninggalan
Benda Cagar Budaya dan situs-situs
sejarah, Banda tidak hanya merupakan
Icon Pariwisata Kabupaten Maluku
Tengah tetapi juga Provinsi Maluku.
Potensi kepariwisataan sangatlah
variatif, sehingga menjadikan Banda
sebagai objek wisata yang handal dan
tidak dimiliki oleh daerah lain di
Indonesia. Bukti fisik sejarah sebagai
saksi bisu yang kokoh berdiri seperti
Benteng - Benteng peninggalan Belanda
pada masa perdagangan rempah –
rempah pun masih eksis.
Istana Mini
Istana Mini adalah sebuah bangunan
peninggalan penjajah Belanda yang
dibangun pada tahun 1611 oleh
penguasa VOC Belanda pertama dan
selanjutnya dipakai oleh Gubernur
VOC Belanda, Jenderal Jan Pieter soon
coen pada tahun 1621.

Istana Negara saat ini dibangun sesuai


dengan layout Istana Mini yang ada di
Banda. Fisik bangunan dilengkapi
dengan pilar-pilar beton. Selain itu
pada bagian samping istana terdapat 8
(delapan) bilik .
PATUNG WILLEM III

Patung ini terletak pada kebun Istana Mini. Patung perunggu yang besar dari
Stadhouder Willem III Belanda. Terdapat pula prasasti pada Abad ke-19
selama 35 tahun oleh Residen Rutger Martens Schwabbing. Prasasti ini
ditanggali 1 september 1831. Pemiliknya telah meninggal pada 12 April 1832
menurut catatan sejarah Belanda. Masyarakat menyebut tempat ini Spok,
karena menurut mereka Prasasti tersebut dibuat oleh orang yang sama, karena
hal ini diketahui setelah orang tersebut meninggal.
BENTENG NASSAU
Nassau sering dinamakan dengan
Kastel Beneden yang dibangun pada
saat kedatangan Belanda di Pulau
Banda. Benteng Nassau dibangun oleh
Admiral Verhoven pada tahun 1607 –
1609. Sebagai Sisa – sisa
pembangunan Portugis, Verhoven tidak
pernah melihat keseluruhan Benteng ini
karena ia terbunuh dalam upaya
pembebasan masyarakat Banda di
tahun 1609. Benteng ini secara fisik
telah runtuh, yang tinggal hanya puing-
Benteng ini dilengkapi dengan tangga
bawah tanah yang tersembunyi yang
menghubungkannya dengan Benteng
Belgica pada tempat yang agak
berbukit. Fakta sejarah mengungkap
bahwa Jan Pieter soon coen, seorang
pelaut dibawah pemerintahan Admiral
Verhoeven, diculik dalam penyerbuan
sedangkan Verhoeven tidak. Pada
tahun 1621 Coen kembali ke Pulau
Banda sebagai Gubernur Jenderal
VOC. Dan melakukan pembalasan
terhadap kekejian yang dilakukan
terhadapnya pada tahun 1609.
BENTENG BELGICA
Benteng Belgica dibangun pada tahun 1611
oleh Gubernur Jenderal pertama di Pulau
Banda yakni Pieter Both yang
berpengalaman sebagai seorang kapten
Angkatan Laut dan pedagang. Ia
membangun Benteng tersebut di tempat
yang seharusnya di bangun Benteng
Nassau. Diskripsi lokasi menggambarkan
Benteng Belgica dilengkapi dengan pos
jaga, pos pengintai 5 buah, 2 rumah
tahanan / penjara, bilik nginap para
tentara, sumur, disamping meriam yang
tinggal 5 buah. Upaya untuk melestarikan
asset ini dilakukan dengan melakukan
rehab bangunan maupun pembangunan
rumah penjaga Benteng / juru pelihara
benda cagar budaya pada tahun 1997.
GEREJA TUA

Gereja Tua ini dibangun pada tahun 1852 sebagai pengganti Kerk
Hollandisch yang telah hancur pada saat gempa bumi. Gereja yang dibangun
pada tahun 1600 ini merupakan kebanggaan bagi kota Naira. Bangunan
gereja dibangun dengan menggunakan batu granit, namun untuk jendela,
pintu, mimbar dan lonceng gereja masih tetap dipertahankan keasliannya.
Pada bagian lantai gedung terdapat makam orang Belanda dan para pekerja
orang Banda yang bekerja sebelumnya. Selain itu terdapat pula beberapa
buah Alkitab yang ditemukan pada Abad ke - 18. Pada bagian depan pintu
gereja terdapat prasasti tua VOC.
RUMAH PENINGGALAN BUNG HATTA Rumah ini pernah ditempati Bung Hatta saat
beliau dibuang ke pulau Banda oleh penjajah Belanda pada tahun 1936 - 1942. Sebagai rumah
peninggalan tokoh proklamator RI, gedung bersejarah ini dilestarikan oleh Yayasan Budaya Banda.
Letaknya 50 meter dari Benteng VOC. Bukti sejarah masih terpelihara hingga kini. Bilik ruangan
kerja, ruang tamu yang dilengkapi dengan seperangkat perlengkapan ruangan seperti meja dan
kursi tamu, lemari, selain itu terdapat pula ruang tidur, serambi belang maupun ruang makan,
lay outnya tidak diubah, bahkan foto-foto dan kaca mata Bung Hatta masih tersusun rapih
dalam lemari di ruang tamu, demikian halnya setelan jas, kemeja masih tergantung rapih di
lemari.
Gedung ini dilengkapi dengan ruang belajar yang didalamnya terdapat meja dan kursi serta papan
tulis. Semuanya tertata rapih. Pada ruang belajar terdapat lemari buku dan meja marmer.
RUMAH PENGASINGAN SUTAN
SYAHRIR

Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang Sumatera Barat 5


Maret 1909, Syahrir bersama Hatta sebagai Pendiri PNI yang
melakukan gerakan revolusioner sehingga mengancam
Pemerintah Kolonial Belanda maka mereka memenjarakan
Hatta, Syahrir dan beberapa pimpinan PNI ke Boven-Digoel
selama hampir setahun dan dipindahkan ke Banda Naira.
Bersama dengan sejumlah Tokoh Nasional diasingkan ke
Banda pada tanggal 17 februari 1936 dan Sutan Syahrir
ditempatkan di rumah ini. Rumah ini dibangun oleh Pemerintah
Kolonial Belanda.
RUMAHRumah Budaya dibangun
BUDAYA
pada masa penjajahan
Belanda dan sekarang
digunakan sebagai tempat
penyimpanan benda
peninggalan penjajahan
Belanda yang terawat dengan
baik. Sekarang rumah ini
difungsikan sebagai Museum
Budaya.
RUMAH
PENGASINGAN
Rumah DR. Cipto Mangunkusumo
CIPTO
terletak sekitar 200 m di sebelah
MANGUNKUSUMO
Timur Istana Mini dan termasuk
dalam wilayah Administrasi Desa
Dwiwarna. Rumah ini pernah dihuni
oleh Bung Hatta dan Bung Syahrir.
Bangunan ini telah dipugar pada
tahun 1992 oleh Balai Derektorat
Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Rumah ini merupakan tempat
kediaman Iwa Kusuma Soemantri
pada masa pembuangan
/ pengasingannya di Banda
Naira pada Tahun
1936.
RUMAH CAPTAIN CHRISTOPHER COOLE
Rumah Captain C. Colle ini adalah
merupakan tempat dimana terjadinya
penandatanganan perjanjian Penyerahan
Pulau Manhattan dari Belanda kepada
Inggris dan penyerahan Pulau Rhun dari
Inggris kepada Belanda.
BENTENG REVANGE
Benteng Revenge atau Benteng Ay dibangun
pada tahun 1616 dengan dilengkapi senjata dan
meriam yang berasal dari salah satu kapal
Belanda. Lokasi Benteng Revenge menjulang tinggi
di pulau Ay, sehingga dapat dilihat dari kejauhan
dan ketika kapal mendekati pulau tersebut, para
penjaga di Benteng Revenge bahkan dapat
mengirim sinyal ke Benteng Belgica.
BENTENG HOLLANDIA
Benteng ini terletak di Lonthoir. Benteng ini dibangun
pada tahun 1642. Benteng ini berhadapan dengan
tempat Gubernur jenderal VOC, seberang selat
Zonnegat. Dahulunya bernama Benteng Lonthoir,
kemudian Dr. Pieter Vlak menggantinya dengan nama
Benteng Hollandia. Benteng ini dibangun dengan
maksud untuk mengontrol lalul intas laut antara Naira
dan Lonthoir khususnya memonitor perdagangan pala
dan bunga pala. Benteng ini dapat dicapai dengan
menapaki anak tangga di Desa Lonthoir sebanyak 260
buah anak tangga.
RUMAH PERKENIR / MANDOR
Rumah perkenir / tempat
kediaman mandor, yang terdapat di
Lonthoir, sekarang digunakan sebagai
kantor administrasi Negeri. Lokasi ini juga
dapat dicapai dengan menempuh
perjalanan menapaki 260 anak
tangga.Tangga ini di bangun pada masa
pemerintahan Belanda dan selanjutnya
telah diperbaiki oleh masyarakat setempat
karena merupakan akses yang
menghubungkan Lonthoir Pantai dengan
Negeri Lonthoir yang letaknya
diperbukitan.
Tahun 1623 Laksamana Belanda Pieter
Van den Broeke, Adalah pemilik lahan luas
di Lonthoir, Ia menikah dengan wanita
Banda dan keturunannya ada hingga saat
ini, dan merekalah yang menjaga lahannya
tersebut.
BENTENG CONCORDIA
Benteng ini terdapat di Negeri Wayer, di bagian
Timur Lonthoir, dibangun pada tahun 1630. Selama
masa kejayaan perdagangan rempah-rempah,
Benteng ini dipakai sebagai menara pengawas bagi
seluruh lahan di bagian timur lonthoir.
PERIGI KERAMAT
Perigi keramat dianggap
sakral oleh masyarakat Pulau Banda.
Kedalamannya mencapai 7 meter.
Letaknya di bukit, atau 90 meter dari
permukaan laut. Dengan menapaki 130
anak tangga, kita mencapai tempat ini di
Lonthoir. Tradisi yang biasanya dilakukan
masyarakat adalah Upacara Pembersihan
Perigi. Terakhir pembersihan yaitu pada
tahun 1989, Prosesi pembersihan
dilengkapi dengan 99 depa kain putih
yang digunakan penduduk. Upacara ini
dilakukan untuk memperingati kematian
33 Imam Islam.
 
KUBURAN NONA LANTZIUS Nona Lantzius
adalah anak dari Lantzius seorang Mandor. Pada bagian
belakang kuburnya terdapat Prasasti Belanda, yang
mengatakan bahwa ia lahir di Naira pada tanggal 26 april
1874 dan meninggal pada tanggal 29 Juni 1887 di
Gravenhage (Belanda) setelah di operasi. Dikuburkan di
sana pada tanggal 2 July, pada tanggal 29 September
diangkat lagi dan di bawa ke Amsterdam, diterbangkan ke
Danish Fregat ‘Claus’.
Pada tanggal 21 Oktober sampai di Ijmuiden; tiba pada
17 Pebruari 1888; Pada Tanggal 22 Pebruari 1888 di
kuburkan disini.
Kuburannya di buat oleh Laurent Phillips & Co. Hague
di Holland & pada akhirnya di Lonthoir. Memorial wanita
ini yang ada di luar Negeri hampir 4 bulan mencapai
tempat akhir dan tempat perhentian abadi di Pulau
Lonthoir dimana Ia lahir dan tumbuh dewasa. Kuburannya
di Lonthoir di kenal dengan nama Kubur Nona Lantzius.
Taman Monumen Parigi Rante diresmikan a.n. Presiden
RI Menteri Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. Ir. Rahman
Pahuri,Ms. Gubernur Maluku : dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa Monumen Parigi Rante diresmikan
secara adat oleh Pejabat Gubernur Maluku :
S.H.SARUNDAJANG di Banda Naira, 27 April 2003.
Perigi Rante mengungkap sejarah kekejaman Belanda
terhadap masyarakat Banda. Pada Prasasti tertulis Hal –
hal sebagai berikut ;
Nama – nama tahanan politik yang dibuang oleh
pemerintah Kolonial Belanda ke Banda Naira

1. Mohammad Hatta ( 1936 - 1942)-


Minangkabau 2. Sutan Syahrir ( 1936 - 1942 )-
Minangkabau 3.Iwa Kusuma sumantri ( 1930 -
1940 )Sunda – Jawa Barat
4. Tjipto Mangunkusumo ( 1928 - 1942 ) - Jawa
Tengah
5. K.H. Muhammad Hasib Royani (1891) Serang –
Banten
BATU BERDARAH
Batu Berdarah ini
merupakan tempat perjanjian antara penjajah
dengan masyarakat Lonthoir demi mencapai
kesepakatan damai dengan menggunakan
darah.
KUBUR SATU JINGKAL Kubur Satu
Jingkal. Nama sebenarnya Kabong Kacong
tempat ini juga dipercaya dapat membawa
berkah bagi orang yang berkunjung disitu
dan mempunyai tujuan baik.

 
KOTA MARAK

Kota Marak merupakan Kota Tua Lonthoir


sebelum dipindahkan ke tempat sekarang
(Negeri Lonthoir).
BEKAS UMPAK MASJID TUA
KOTA MARAK LONTHOIR
Bekas Umpak
Masjid Tua Kota Marak Lonthoir di lokasi
tersebut dulunya terdapat masjid Tua yang
digunakan sebagai tempat sembahyang
bagi masyarakat namun hingga saat ini
yang tinggal hanya bekas Umpak Masjid
yang dirawat oleh masyarakat setempat
sebagai tempat bersejarah.
KECAMATAN LEIHITU Leihitu
merupakan suatu jazirah yang berada di sebelah utara pulau
Ambon. Kecamatan Leihitu secara geografis terletak antara :
3º30” hingga 3º45” Lintang Selatan127º45” hingga
128º16” Lintang Selatan
Batas wilayah Kecamatan ini adalah sebagai berikut :
Sebelah utara dengan Jazirah Hunimual
Sebelah selatan dengan Kecamatan Baguala (Teluk Baguala)
Sebelah Timur dengan Kecamtan Salahutu
Sebelah Barat dengan laut Buru bagian selatan.
Sebagaimana Kecamatan lain, Kecamatan Leihitu juga
memiliki Benda Cagar Budaya dan Situs, yang merupakan
bukti sejarah.
 
BENTENG AMSTERDAM
Objek wisata peninggalan Belanda
ini dulu bekas loji Portugis yang dibangun
pada awal abad ke 16. Pada awal abad ke 17
Belanda mengambil alih loji tersebut lalu
diubah menjadi Benteng VOC, kemudian
diberi nama Benteng Amsterdam, yang
menempati luas areal 1 Ha. Jarak tempuh ke
lokasi objek tersebut 46,2 Km dari Ibukota
Provinsi. Dalam Tahun Anggaran 2007
Benteng ini telah direhabilitasi, bahkan juru
pelihara telah ditempatkan untuk menjaga
Benteng tersebut.
GEREJA TUA HILA
Sekitar 50 dari Meter Benteng Amsterdam ke
arah selatan terdapat bangunan sejarah yakni Gereja
Tua Imanuel yang mana merupakan bangunan kedua
yang di bangun oleh Belanda di Pulau Ambon. Gereja
tersebut dibangun pada abad ke-17 dalam masa
pemerintahan Bernadus Van Pleuren (Gubernur Belanda
untuk Compaire Amboina) tahun 1775-1785.
Gereja ini sudah beberapa kali di pugar namun
bentuk aslinya tetap di pertahankan. Sayangnya konflik
SARA yang berlangsung di wilayah Maluku juga berimbas
pada bangunan bersejarah tersebut. Dan setelah angin
perdamaian berhembus di Bumi Para Raja,  Gereja Tua
Imanuel pun kembali di bangun, dengan arsitektur
bentuk yang sama
MASJID TUA WAPAUWE
Masjid Tua
Wapauwe dibangun pada tahun 1414 oleh
orang kaya (Kepala Desa) Alahahulu di
bukit Wawane Pada tahun 1614 Imam Rijali
kemudian memindahkannya ke Tahalla 6
Km sebelah timur Wawane Kemudian pada
tahun 1664 masjid ini diturunkan dari
gunung ke Negeri Kaitetu disertai dengan
perlengkapan ibadahnya.
BENTENG WAWANE
Benteng ini merupakan salah
satu Benteng pertahanan Belanda yang terletak
2,1 km dari ibukota kecamatan. 46,2 km dari
Kota Ambon. Hingga saat ini Benteng tersebut
masih dalam pengelolaan masyarakat setempat.
BENTENG KAPAHAHA
Benteng ini merupakan pusat
pertahanan Kapitan Telukabessy dan Benteng
Kapahaha  ini terletak diatas bukit kapahaha,
yaitu sebuah bukit batu yang terjal dan terletak
diantara gunung Salahutu dan petuanan Negeri
Morella sebelah utara pulau Ambon.
KECAMATAN NUSALAUT
Nusalaut adalah salah satu pulau kecil yang indah
yang terdapat di Maluku dan memiliki Tujuh Negeri.
Nusalaut termasuk pulau yang mempunyai potensi
keindahan alam dan sejarah serta adat budaya yang
sangat unik dan juga menyimpan Benda Cagar
Budaya yang merupakan saksi bisu perjuangan
rakyat membela penjajahan di Maluku umumnya.
Masyarakat menjuluki Pulau Nusalaut dengan
sebutan : HULAWANO yang artinya Pulau Emas. Di
pulau ini banyak terdapat cengkeh dan pala yang
tersebar pada 7 Negeri yaitu : Titawae, Abubu,
Akoon, Ameth, Nalahia, Sila dan Leinitu.
PUSA PULU
 
Pusa Pulu ini merupakan suatu tempat yang
menurut masyarakat nusalaut merupakan tempat
yang sacral, karena tempat ini merupakan
peninggalan leluhur yang kaya akan makna sosial
dan warga meyakini bahwa tempat ini adalah
tempat kediaman roh-roh para leluhur yang telah
tiada dan penuh dengan kekuatan-kekuatan
supranatural. Ketika warga yang hendak,
melakukan ritual ibadah atau ritual tradisional
disana yang berhubungan dengan adat, maka
sebetulnya ada kepercayaan dan harapan, bahwa
roh leluhur pun dilibatkan dalam setiap kegiatan
yang dilakukan.
GEREJA TUA BETHEDEN
Gereja Beth Eden di desa Amteh,
kecamatan Nusalaut Kabupaten Maluku
Tengah yang dibangun sejak tahun 1817
yang berjarak kurang lebih 200 m dari pusat
pemerintahan. Bangunan yang berdiri di
atas areal seluas 500 m ini hingga kini
masih digunakan oleh umat Nasarani
setempat sebagai sarana ibadah. Bangunan
Gereja ini cukup unik berbentuk segi
delapan dan sudah berumur lebih dari 200
tahun.
TUGU MARTHA CHRISTINA TIAHAHU
yang diabadikan dengan Monumen Martha
Christina Tiahahu sebagai bukti sejarah perjuangan
masyarakat pulau Lease melawan penjajah. Martha
Christina Tiahahu lahir di Abubu pada tahun 1800.
Ia selalu mendampingi ayahnya Kapitan Besar
PAULUS TIAHAHU dalam setiap pertempuran besar
melawan penjajah. Martha bertindak sebagai
Malessi Pembantu. Kalau Kapitan Paulus bersenjata
parang dan salawaku, maka Christina Martha
Tiahahu bersenjata tombak di tangan kanan,
digendongannya terdapat batu yang akan dilempar
ke pihak musuh. Di tangan kirinya terdapat tifa
yang dipakai untuk mengumpulkan rakyat pejuang
dan membangkitkan semangat perjuangan.
GEREJA TUA SILA EBENHAERSER
dibangun pada tahun 1934, dan telah mengalami
pemugaran sebanyak lima kali. Bukti historisnya
dapat dilihat pada papan / prasasti yang
didiskripsikan sebagai berikut :
Papan menggambarkan Sila ada 9, dan Leinitu ada 6.
BENTENG BEVERWIJCK
Benteng Beverwijck didirikan oleh Gubernur Belanda
ARNOLD VAN de VLAMMINGVAN OUSHORN pada
tahun 1655 untuk mengawasi pelaksanaan
perdagangan rempah - rempah dan HOUGITOCHTEN
di Maluku khususnya dan lebih khusus di pulau
Nusalaut. Bangunan tiga lantai berbentuk segi empat
berdiri kokoh menghadap ke laut Banda dengan
pekarangan hijau yang lapang di depannya. Jika
diperhatikan dengan seksama, bentuknya serupa
dengan Benteng Amsterdam di Desa Hila.
Di halaman Benteng ini Kapitan Paulus Tijahahu,
ayah Christina Martha ditebas kepalanya oleh Belanda
pada 17 November 1817. Benteng ini
sekarang telah dipugar mengikuti bentuk aslinya.
KECAMATAN SAPARUA
 
Saparua adalah salah satu kecamatan di
Kabupaten Maluku Tengah yang terdiri dari 16
Desa / Negeri .
Ibu Kota Kecamatan Saparua adalah Desa /
Negeri Saparua.
Secara geografis wilayah Kecamatan ini berada
pada : 03º30" -03º30" Lintang Selatan dan
127º50" -128º10" Bujur Timur, dengan luas
wilayah 176,50 Km.
Wilayah ini memiliki potensi sumber daya
alam yang yang dapat dikembangkan guna
mendukung sektor pariwisata, diantaranya :
Benda Cagar Budaya dan Situs yang merupakan
saksi bisu sejarah kegigihan rakyat dalam
melawan penjajah. Sisa-sisa peninggalan
Belanda, perlengkapan perang Pahlawan
Pattimura, serta indahnya panorama pantai
serta masih terlestarinya benda benda cagar
budaya di daerah ini, sehingga daerah tersebut
menjadi menarik sebagai daerah tujuan wisata
BENTENGDURSTEEDE
Benteng Dursteede didirikan pada tahun 1690 oleh
Gubernur Belanda Nicolas Schanghen. Dengan
perlindungan Benteng batu ini Belanda melancarkan
ekspansi kolonialnya.
Diskripsi lokasi : Benteng Duurstede dibangun
pertama kali oleh Portugis pada tahun 1676,
kemudian direbut, dimanfaatkan dan dibangun
kembali oleh Gubernur Ambon Mr. N. Schaghen pada
tahun 1691. Benteng Duurstede berfungsi sebagai
bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan VOC
selama menguasai wilayah Saparua. Benteng ini
dibangun di atas sebuah bukit karang di tepi pantai.
Bentuknya bulat telur. Didepan Benteng ini terdapat
sebuah sumur / sumber air bagi penghuni Benteng.
Sumur ini dinamakan : PERIGI MAUT.
BAILEO SAPARUA
Baileo Negeri Saparua terletak di Negeri Saparua dan
berlokasi di halaman SD Negeri 1 Saparua. Dibangun
pertama kali pada masa pemerintahan Raja Melyanus
Titaley  sekitar  tahun 1514. Selain menggantung,
baileo juga berbentuk persegi panjang berlantai papan
kayu dengan 18 tiang penyangga atap, atapnya
berbentuk pelana kuda dan penutupnya menggunakan
atap yang terbuat dari daun rumbia (daun sagu).Dari 18
tiang penyangga atap tersebut terdapat 4 tiang utama
yang terletak pada pintu masuk dan pintu keluar baileo.
4 tiang utama tersebut adalah lambing / milik dari 4 soa
/ fam yang merupakan orang Negeri asli Pisarana
Hatusiri Amalatu.
BAILEO HARIA
Letaknya pada pusat Negeri, berjarak 5 Km dari
kota Kecamatan, Sebagai tempat bersejarah dalam
perjuangan mengusir penjajah Belanda maka Baileo
ini digunakan sebagai tempat musyawarah para
kapitan atau tokoh-tokoh perjuangan Saparua,
Tidaklah mengherankan jika hingga saat ini Baileo
tersebut walaupun pernah rusak namun kini telah
direhab kembali maka nilai histories baileo haria masih
tetap merupakan bagian dari sejarah perjuangan
Pattimura melawan Belanda.
 

PARANG SALAWAKU SAID PERINTAH


Sebagai seorang rekan seperjuangan dari
Pahlawan Pattimura, bukti sejarah Said Perintah
berupa sebilah parang dan salawaku masih
tersimpan di rumah raja Negeri Siri Sori. Parang ini
digunakan dalam perang Pattimura pada tahun
 
1817. Rumah raja yang ditempati saat ini juga
merupakan rumah peninggalan Belanda sejak tahun
1812. Sedangkan rumah raja sebelumnya yang
terletak 20 m dari rumah raja saat ini direncanakan
akan dijadikan Museum Budaya Negeri Siri- Sori.
GEREJA TUA NOLLOTH Peletakan Batu pertama
pada tamannya pada tahun 1820 dan Gereja ini
diresmikan pemakaiannya pada tahun 1860 oleh
Pendeta Belanda R. Bossert dan S.Y. Manuputty.
Gedung Gereja tidak mempunyai nama dan prasastinya
hanya ditulis nama “BAIT ALLAH”. Pendirian Gedung
Gereja ini memakan waktu sekitar 40 tahun dan
dibantu oleh Jemaat Pela dari Haruku / Sameth.
BAILEO TUA
Baileo tua yang juga beratap rumbia sudah berusia
300 tahun. Baileo ini merupakan tempat sejarah
berdirinya Negeri Nolloth.
Baileo Tua sebagai representasi kebudayaan
masyarakat Noloth memiliki fungsi yang penting dalam
kehidupan masyarakat Negeri Noloth.
Salah satu fungsi Baileo Tua adalah tempat untuk
berkumpul seluruh warga. Selain itu, tempat ini
memiliki fungsi lain yaitu tempat untuk menyimpan
benda-benda keramat, tempat upacara adat dan
sekaligus tempat untuk bermusyawarah.
GUNUNG SANIRI
Thomas Matulessy yang digelar Kapitan Pattimura
melakukan musyawarah dengan semua kapitan dari
Pulau Ambon, Seram, Saparua, Haruku dan Nusalaut,
guna menyusun strategi mengusir Belanda dari Maluku.
Pertemuan itu dilakukan di sebuah gunung yang terletak
di petuanan Negeri Tuhaha, Kecamatan Saparua, Maluku
Tengah. Dan, gunung itu kini diberi nama Gunung Saniri.
Gunung saniri sangat terkait dengan sejarah perjuangan
Pattimura. Ini adalah tempat pengambilan api obor
pattimura. Secara geografis, terletak antara Negeri
Tuhaha dan Siri Sori serta Saparua. Lokasi ini tetap
dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat. Di
gunung ini pula pada perayaan hari pattimura dilakukan
Upacara Pembuatan Unar Pembakaran Obor Pattimura.
Kegiatan ini telah diagendakan dalam Calender Of Event
Kabupaten Maluku Tengah / Provinsi Maluku.
GUNUNG PERKEDEL
Dinamakan Gunung Perkedel
karena ditempat ini terjadi pembantaian
oleh masyarakat bagi para penjajah dimana
disini sebagai tempat pembantaian para
penjajah yang dipotong-potong atau
dipenggal bagian tubuhnya sehingga
disebut gunung Perkedel hingga saat ini.
AIR TERNATE
Situs Air Ternate ini merupakan sutu tempat dimana
pasukan Sultan Babullah dari Ternate dalam upaya
menentang kegiatan bangsa Portugis tahun 1538 dan
sekaligus menyebarkan Agama Islam di Maluku, pasukan
ini dikenal dengan nama “Kalasingko”.
Air ini sebagai tempat untuk minum dan mandi bahkan
juga sebagai tempat istirahat dan santai pasukan
Kalasingko. Air Ternate ini juga merupakan tempat
dimana pasukan Kalasingko dapat menanggalkan pakaian
perang yang ampuh dimana di sini karena kelalaian
mereka maka pasukan Hena Muka dan Belakang dipimpin
oleh Latu Ulisiwa Kapitan Aipassa sebagai panglima
perang dengan dibantu oleh kapitan-kapitan dari ke 9
(sembilan) Soa dan malesi-malesinya menghadang dan
menghancurkan pasukan Ternate di mata air tersebut.
Sampai sekarang mata air ini dinamakan "Air Ternate".
PERIGI TUA BUNGA RONE
Perigi Tua Bunga Rone ini terjadi karena
pada saat seseorang yang bernama Hitirissa yang
datang di Paperu hendak menemui Raja di gunung,
akan tetapi dalam perjalanannya untuk menemui
raja ia menikam tombaknya di tanah dan tanah
bekas tikamannya itu menimbulkan mata air, dan
pada saat bertemu dengan raja maka Hitirissa
melaporkan mata air tersebut dan oleh raja air itu
diberi nama Nyai Rone Bunga Rone dan air ini
dikenal hingga kini sebagai air tua di Negeri Paperu.
 
PAKAIAN PERANG PATTIMURA
Pattimura memiliki nama asli Thomas Matulessy
dilahirkan di Negeri Haria, Saparua tahun 1783.
Tempat peristirahatannya yang sederhana masih terawat
baik hingga sekarang. Rumah sederhana berdiri tanpa
ada tanda khusus yang mengindikasikan keistimewaan.
Namun di balik kesederhanaannya, dia telah menjadi
saksi bisu perjuangan dari seorang Pattimura.
KUBURAN LETNAN de HAAS
Makam de Haas di pantai Waisisil. Letnan dua
E.S. de Haas tewas dalam ekspedisi Beetjes
1817. Konon dibawah kubur ini dimakamkan
kembali dalam tahun 1884 sejumlah besar
kerangka pasukan Belanda yang tewas.
BENTENG OUW Sisa reruntuhannya
ditemukan di Desa Ouw Kecamatan Saparua
Kabupaten Maluku Tengah. Pada tanggal 12
Oktober 1817 terjadi pertempuran melawan
Belanda antara masyarakat Ouw dibantu rakyat
Ulath. Kubu pertahanan Ouw ini
dipertahanakan “Korps Lima Ratus”, pimpinan
Said Perintah yang dibantu Kapitan Paulus
Tiahahu dan putrinya Martha Christina Tiahahu.
 
 
 
 
 
 

KECAMATAN PULAU HARUKU


Benteng Neu Zelandia, Benteng ini
didirikan oleh Belanda pada tahun 1817.
Letaknya di tepi pantai, sebagai sebuah
benteng pertahanan Belanda. Kondisi fisik,
masih membutuhkan rehabilitasi karena
sebagian benteng mulai rapuh dan kurang
terpelihara dengan baik.
Benteng Neu Horn, Benteng ini adalah
benteng peninggalan Belanda yang terletak
di Pusat Negeri Pelauw. Saat ini objek
tersebut masih dalam pengelolaan
masyarakat. Selain itu terdapat pula air
terjun yang berjarak 8 Km2 di selatan
Pelauw serta sebuah kolam pancing di saat
air pasang. Objek-objek ini juga masih
dikelola oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai