Anda di halaman 1dari 13

Kliping Sejarah

Bangunan Bersejarah Masa VOC,Kolonial Inggris,


Republik Bataaf,dan Pemerintahan Belanda

Disusun oleh:
Celomita Austin
XI IPA 7

SMA NEGRI 14 PEKANBARU


TP.2022/2023
 Bangunan Bersejarah Masa Pemerintahan Hindia Belanda (1596-1949)

1.Benteng Van den Bosch(Benteng Ngawi,Jawa Timur)


Benteng Van den Bosch atau dikenal dengan nama Benteng Pendem Ngawi
adalah benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada abad ke-19.
Lokasi benteng ini terletak di Kelurahan pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten
Ngawi, Jawa Timur.
Saat ini, Benteng Van den Bosch tengah dipugar oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna menjaga agar bangunannya tidak
semakin rusak.
Pemugaran benteng ini diperkirakan dapat selesai pada awal 2023 mendatang.
Sejarah berdirinya Benteng Van den Bosch berawal ketika Ngawi berhasil
diduduki Belanda pada 1825.
Kala itu, Ngawi memang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan
pelayaran di Jawa Timur, serta pusat pertahanan Belanda di Madiun dan
sekitarnya.
Untuk mempertahankan kekuasaanya, pemerintah Hindia Belanda membangun
sebuah benteng, yang kemudian dinamai Benteng Van den Bosch.
Lokasi benteng ini sangat strategis, yakni berada di pertemuan Sungai
Bengawan Solo dan Sungai Madiun.
Benteng Van den Bosch selesai dibangun pada 1845 dan digunakan sebagai
hunian bagi 250 tentara Belanda dan 60 kavaleri yang dipimpin oleh Johannes
van den Bosch.
Oleh masyarakat, benteng ini juga disebut Benteng Pendem, karena posisinya
memang sengaja dibuat lebih rendah dari tanah disekitarnya, sehingga tampak
terpendam.

2.Benteng Vredeburg(Yogyakarta)

Benteng Vredeburg merupakan benteng kolonial yang menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah
di Yogyakarta.
Benteng yang terletak di dekat Gedung Agung dan Keraton Yogyakarta ini mulai dibangun
pada abad ke-18, lebih tepatnya pada 1760.
Benteng Vredeburg dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak
Belanda.
Belanda berdalih bahwa pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan
keraton.
Namun sejatinya, keberadaan benteng ini untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda
terhadap segela kegiatan Keraton Yogyakarta.Sejak 1992, bangunan benteng ini diubah
menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg.
Sejarah pembangunan Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan lahirnya Kesultanan
Yogyakarta pada 1755.
Pasca pembangunan keraton beserta pasar, masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap
lainnya, Kesultanan Yogyakarta mengalami kemajuan pesat.
Kemajuan itu membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda, yang kemudian meminta kepada
sultan agar diizinkan untuk membangun benteng yang dapat melindungi keraton.
Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada 1760, dengan bentuk bangunan yang
masih sangat sederhana
Sejarah pembangunan Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan lahirnya Kesultanan
Yogyakarta pada 1755.
Pasca pembangunan keraton beserta pasar, masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap
lainnya, Kesultanan Yogyakarta mengalami kemajuan pesat.
Kemajuan itu membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda, yang kemudian meminta kepada
sultan agar diizinkan untuk membangun benteng yang dapat melindungi keraton.
Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada 1760, dengan bentuk bangunan yang
masih sangat sederhana
Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dan keempat sudutnya diberi bastion sebagai
pengintai atau ruang jaga.
Sementara di dalamnya terdapat beberapa bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah
residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit.
Sejak didirikan hingga kini, Benteng Vredeburg mengalami beberapa kali perubahan status
kepemilikan dan fungsi.
Antara 1760-1942, bangunannya digunakan sebagai benteng pertahanan dan markas militer
Belanda.
Namun, ketika masa penjajahan Inggris (1811-1816), Benteng Vredeburg sempat dikuasai
oleh John Crawfurd atas perintah Raffles.
Pada 1942, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang yang telah menanamkan
kekuasaannya di Indonesia.
Hingga tiga tahun berikutnya, Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan orang
Belanda dan Indonesia, serta markas militer dan gudang senjata tentara Jepang.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Benteng Vredeburg diambil alih oleh instansi
militer RI dan digunakan sebagai asrama, markas pasukan, juga gudang perbekalan, dan
senjata.
3.Benteng Van der Wijeck(Jawa tengah)
Nama Van der Wijck diambil dari nama salah satu Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Carel Herman Aart Van der Wijck yang bertugas di Jawa pada tahun
1893-1899.
Benteng Van der Wijck didirikan pada 1818 oleh Jenderal Van den Bosh dan
menjadikan bangunan ini sebagai kantor VOC, kongsi perdagangan milik
Belanda.
Kemudian, benteng tersebut berubah fungsi menjadi benteng pertahanan saat
Belanda berperang melawan pejuang Yogyakarta.
Pada awal pembangunannya, benteng ini bernama Forth Cochius. Nama yang
diambil dari pemimpin perang Belanda, Frans David Cochius yang pernah
bertugas di daerah Bagelen, salah satu wilayah karesidenan Kedu.
Komandan Frans David Cochius merupakan pemimpinan prajurit Belanda
ketika Perang Diponegoro berlangsung.
Kemudian pada 1856 benteng tersebut beralih menjadi sebuah sekolah khusus
anak-anak dari bangsa Eropa. Sekolah tersebut bernama Pupillen School, yaitu
sekolah calon militer.
⁸Perubahan fungsi benteng tersebut berpengaruh pada lingkungan disekitar
benteng yaitu mulai tumbuh pemukiman militer di sekitar benteng.
Kemudian benteng tersebut berganti nama menjadi Van der Wijck hingga
sekarang. Nama tersebut berasal dari nama komandan yang saat itu memiliki
karir yang cukup cemerlang untyuk membungkam perlawanan rakyat Aceh.

 Bangunan bersejarah Masa pemerintahan Kolonial Inggris (1579-1814)


1.Kebun Raya Bogor,Bogor (Jawa Barat)

Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana
Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana
Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W.Kent, yang
ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman
bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.Pada
tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal
dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya
didirikan di Kebun Raya Bogor.Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi
yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen.
Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan
kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi
pengembangan kebun-kebun yang lain. Saat ini Kebun Raya Bogor digunakan sebagai tempat
konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata, dan jasa lingkungan.

2.Benteng Malrborough(Bengkulu)
Benteng Marlborough adalah salah satu benteng peninggalan Inggris terkuat di
wilayah timur, yang lokasinya berada di Provinsi Bengkulu.
Benteng ini dibangun antara 1714-1719 oleh East India Company (EIC) di
bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Collett.
Dalam sejarahnya, benteng yang digunakan sebagai basis pertahanan Inggris ini
pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu.
Namun, fungsinya sebagai benteng pertahanan tetap bertahan hingga masa
pendudukan Hindia Belanda, Jepang, bahkan pasca kemerdekaan Indonesia

3.Rumah Kediaman Thomas Stamford Raffles(Bengkulu)


Thomas Stamford Raffles adalah Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu
sebelum akhirnya penguasaan terhadap Bengkulu di tukar oleh Pemerintah
Kolonial Belanda dengan Pulau Kecil di ujung Semenanjung Malaka,
‘Singapura’. Dalam masa kekuasaannya Raffles tinggal di rumah ini yang selain
digunakan sebagai tempat tinggal, juga dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas
dalam pemerintahannya. Bangunan ‘Istana Gubenur’ ini terletak sekitar 300
meter ke arah Utara Benteng Marlborough. Diantara kedua bangunan penting
ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan salah satu monumen penting
baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia. Konon cerita pada
masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah
Gubernur ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi
bawah Tugu thomas Parr.

Rumah kediaman yang lebih mengesankan sebagai ’Istana’ ini sangat kental
dengan corak arsitektur Eropa. Tiang-tiang besar yang berjajar di sisi depan
bangunan mengesankan kekuatan dan kemegahan. Dinding-dinding yang tebal
dengan bingkai jendela yang lebar merupakan ciri khas bangunan Bangsa Eropa
pada masa itu.
Setelah kemerdekaan dan terutama setelah ditetapkannya Keresidenan
Bengkulu menjadi Provinsi sendiri yang terpisah dari Provinsi Sumatera
Selatan, Bangunan Rumah Kediaman Thomas Stamford Raffles ini di setahap
demi setahap dipugar. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai Rumah
Kediaman Gubernur Bengkulu dimana sering pula digunakan sebagai tempat
melakukan berbagai aktifitas pemerintahan daerah.
Bangunan ‘Istana’ Raffles ini menjadi tempat yang tak boleh dilewatkan bila
kita berkunjung ke Bengkulu. Bangunan ini merupakan bagian dari rangkaian
prasasti yang mengisahkan kepada kita –generasi saat ini - betapa interaksi
antara masyarakat Inggris dengan masyarakat Bengkulu pada masa itu begitu
sarat dengan kesan dan kisah heroisme. (Al Aksan)
 Bangunan Bersejarah Masa Voc (1602-1799)

1. Benteng Belgica,Pulau Naira(Maluku)


Benteng Belgica adalah sebuah benteng peninggalan Portugis yang kemudian direbut dan
dibangun kembali oleh Belanda.
Letak Benteng Belgica berada di Kecamatan Neira, di Pulau Banda Neira, Provinsi Maluku.
Setelah jatuh ke tangan Belanda, benteng ini digunakan untuk menangkal serangan rakyat
Banda yang menentang monopoli perdagangan pala dari VOC.
Selain itu, Benteng Belgica juga difungsikan sebagai markas militer Belanda dan tempat
untuk memantau lalu lintas kapal dagang.
Dalam perkembangannya, benteng ini sempat dua kali jatuh ke tangan Inggris, yang juga
mengincar kekayaan alam Maluku.
Pada 2015, Benteng Belgica resmi terdaftar sebagai salah satu Cagar Budaya dan menjadi
bagian dari jejak-jejak perdagangan rempah dunia di masa lalu.

2.Benteng Fort de Kock,Kota Bukit Tinggi(Sumatera Barat)


Keterlibatan Belanda dalam Perang Paderi meninggalkan dua benteng, salah satunya adalah
Benteng Fort de Kock, yang terletak di atas Bukit Jirek, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada 1825 untuk menangkal gempuran rakyat
Minangkabau selama Perang Padri.
Nama Benteng Fort de Kock sendiri diambil dari nama Baron Hendrik Merkus de Kock,
komandan der Tropen dan wakil gubernur jenderal Hindia Belanda saat itu, yang
berkedudukan di Bukittinggi.
Saat ini, kawasan benteng telah dipugar oleh pemerintah daerah dan berubah menjadi Taman
Kota Bukittinggi.
Pada awal pembangunannya, benteng ini dinamai Sterrenschans (tempat berbentuk bintang)
karena bentuknya.
Namun, Baron Hendrik Merkus de Kock kemudian mengubah namanya menjadi Benteng
Fort de Kock.
Kapten Bouer membangun Benteng Fort de Kock sebagai kubu pertahanan bagi lima desa
adat yang ada di sekitar bukit dari Perang Padri yang telah bergejolak selama satu dekade
lebih.
Di sisi lain, keberadaan benteng ini menjadi tanda bahwa Belanda telah menanamkan
kekuasaan di wilayah Bukittinggi, Agam, dan Pasaman.
Seperti diketahui, ketika konflik antara kelompok adat dan kaum muslim meluas menjadi
Perang Padri, kelompok adat yang mulai terdesak meminta bantuan kepada Belanda.
Sebagai imbalan atas keterlibatannya, Belanda meminta izin untuk membangun
benteng di Bukit Jirek, yang kemudian dikenal sebagai Benteng Fort de Kock.

3.Benteng Pendem(Cilacap)
Benteng Pendem atau Kustbatterij op de Landtong te Tjilatjap merupakan bangunan sejarah
yang dibangun pada tahun 1816 oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kustbatterij op de landtong te cilacap artinya benteng di atas tanah atau menjorok ke laut.
Bangunan bersejarah ini terletak di tepi pantai Cilacap, Jawa Tengah.
Menurut catatan sejarah, benteng ini dibangun oleh Belanda karena kapal Inggris Royal
George pernah singgah di Pulau Nusakambangan untuk mengambil air.
Karena khawatir sewaktu-waktu wilayah Cilacap akan direbut, maka pemerintah Hindia
Belanda membangun benteng di tepi pantai tersebut.
Selain itu, Benteng Pendem dibangun karena kota Cilacap memiliki letak geografis yang
strategis untuk dijadikan pelabuhan dan gerbang jalur perekonomian dari wilayah Banyumas
ke markas Belanda di sekitarnya.
Dahulu, benteng yang berdiri di lahan seluas 6,5 hektar ini digunakan sebagai kantor
pemerintahan Hindia Belanda.
Masa pembangunan benteng ini membutuhkan waktu sekitar 18 tahun.

 Bangunan Bersejarah Masa Republik Bataaf (1795-1806)

1.Istana Putih(Jakarta)

Istana Risjwijk yang dibangun lebih awal pada tahun 1796 dinilai sesak untuk kegiatan
administratif kenegaraan sehingga Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Pieter
Mijer memerintahkan untuk membangun sebuah bangunan baru sebagai pengganti Istana
Risjwijk pada tahun 1869.

Pembangunan istana ini baru dilaksanakan 4 tahun kemudian ketika masa pemerintahan
Gubernur Jenderal James Loudon pada tahun 1873. Istana baru ini dibangun di sebelah
selatan Istana Risjwijk, menghadap ke arah Koningsplein (sekarang Medan Merdeka).
Akhirnya istana ini diresmikan tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan
Wilhelm van Lansberge setelah menelan biaya 360.000 Gulden.

Istana ini lalu dinamakan Paleis te Koningsplein (Istana Koningsplein) atau masyarakat
sering menyebutnya sebagai Istana Gambir karena banyak pohon gambir yang tumbuh di
sekitar Lapangan Koningsplein.[1][2]

Pada masa pendudukan Jepang, Istana ini bersamaan dengan Istana Rijswijk dijadikan tempat
kediaman resmi Saiko Shikikan.

Pada awal masa pemerintahan Republik Indonesia, Istana Merdeka sempat menjadi saksi
sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J. Lovink, wakil tinggi
mahkota Belanda di Indonesia.

Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan bendera Indonesia
dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga
gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan.
Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan
mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan
Istana Merdeka.[2]

Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949
Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertama kalinya
mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada

1950. Tercatat selain Presiden Sukarno, yang mendiami istana ini adalah Presiden
Abdurrahman Wahid, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo.

Kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, antara lain
Peringatan Detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara, dan penyerahan surat-
surat kepercayaan duta besar negara sahabat.

2.Jalan Raya Pos(Anyer,Banten-Panarukan,Jawa Timur)


Jalan Anyer-Panarukan merupakan jalan yang membentang dari ujung barat hingga ujung
timur Pulau Jawa.
Pembangunan jalan tersebut diprakarsai Herman Willem Daendels. Ia adalah seorang
Gubernur Jenderal Hindia Timur saat Belanda dipimpin Loius Napoleon.
Selama kepemimpinannya Daendels telah banyak perubahan dalam pemerintahan Hindia.
Salah satunya adalah pembangunan Jalan Anyer Panarukan.
Jalur ini dikenal sebagai jalur pantai utara yang biasa digunakan untuk mudik. Dulunya, jalan
tersebut dikenal dengan sebutan Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels.
Sebagian besar jalan ini melalui pantai, beberapa bagian lainnya melewati pegunungan, dan
hutan untuk menghindari daerah rawa dan perairan
Pembangunan Jalan Raya Anyer sampai Panarukan dibangun Daendels saat menjabat sebagai
Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1808 sampai 1811

3.Conctructie Winkel(Surabaya)
Pada 1908, Belanda membangun Artillerie Constructie Winkel di Surabaya. Dalam
perjalanannya, bengkel peralatan militer ini berkembang menjadi sebuah pabrik dan namanya
diubah menjadi Artillerie Inrichtingen. Pabrik tersebut dipindahkan ke Bandung pada 1923.
Ketika Jepang berkuasa (1942-1945) pabrik senjata Belanda itu diambil-alih dan diganti
namanya menjadi Dai Ichi Kozo.
Pada 1947, saat Belanda yang datang membonceng Sekutu berhasil merebut Jawa Barat,
pabrik itu direbut kembali dan namanya diganti menjadi Leger Productie Bedrijven. Sampai
sejauh ini, pabrik ini masih punya penjajah.
Barulah pasca pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia, 27 Desember 1949, pabrik itu
diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Persisnya 29 April 1950. Mula-mula pemerintah
Indonesia memberinya nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM). Pada 1962, PSM dikelola oleh
Angkatan Darat dan diubah namanya menjadi Perindustrian Angkatan Darat, disingkat
Pindad.

Anda mungkin juga menyukai