Disusun oleh:
Celomita Austin
XI IPA 7
2.Benteng Vredeburg(Yogyakarta)
Benteng Vredeburg merupakan benteng kolonial yang menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah
di Yogyakarta.
Benteng yang terletak di dekat Gedung Agung dan Keraton Yogyakarta ini mulai dibangun
pada abad ke-18, lebih tepatnya pada 1760.
Benteng Vredeburg dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pihak
Belanda.
Belanda berdalih bahwa pembangunan benteng ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan
keraton.
Namun sejatinya, keberadaan benteng ini untuk memudahkan pengawasan pihak Belanda
terhadap segela kegiatan Keraton Yogyakarta.Sejak 1992, bangunan benteng ini diubah
menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg.
Sejarah pembangunan Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan lahirnya Kesultanan
Yogyakarta pada 1755.
Pasca pembangunan keraton beserta pasar, masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap
lainnya, Kesultanan Yogyakarta mengalami kemajuan pesat.
Kemajuan itu membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda, yang kemudian meminta kepada
sultan agar diizinkan untuk membangun benteng yang dapat melindungi keraton.
Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada 1760, dengan bentuk bangunan yang
masih sangat sederhana
Sejarah pembangunan Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan lahirnya Kesultanan
Yogyakarta pada 1755.
Pasca pembangunan keraton beserta pasar, masjid, alun-alun, dan bangunan pelengkap
lainnya, Kesultanan Yogyakarta mengalami kemajuan pesat.
Kemajuan itu membawa kekhawatiran bagi pihak Belanda, yang kemudian meminta kepada
sultan agar diizinkan untuk membangun benteng yang dapat melindungi keraton.
Pembangunan benteng pertama kali dilakukan pada 1760, dengan bentuk bangunan yang
masih sangat sederhana
Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dan keempat sudutnya diberi bastion sebagai
pengintai atau ruang jaga.
Sementara di dalamnya terdapat beberapa bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah
residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit.
Sejak didirikan hingga kini, Benteng Vredeburg mengalami beberapa kali perubahan status
kepemilikan dan fungsi.
Antara 1760-1942, bangunannya digunakan sebagai benteng pertahanan dan markas militer
Belanda.
Namun, ketika masa penjajahan Inggris (1811-1816), Benteng Vredeburg sempat dikuasai
oleh John Crawfurd atas perintah Raffles.
Pada 1942, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang yang telah menanamkan
kekuasaannya di Indonesia.
Hingga tiga tahun berikutnya, Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tawanan orang
Belanda dan Indonesia, serta markas militer dan gudang senjata tentara Jepang.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Benteng Vredeburg diambil alih oleh instansi
militer RI dan digunakan sebagai asrama, markas pasukan, juga gudang perbekalan, dan
senjata.
3.Benteng Van der Wijeck(Jawa tengah)
Nama Van der Wijck diambil dari nama salah satu Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Carel Herman Aart Van der Wijck yang bertugas di Jawa pada tahun
1893-1899.
Benteng Van der Wijck didirikan pada 1818 oleh Jenderal Van den Bosh dan
menjadikan bangunan ini sebagai kantor VOC, kongsi perdagangan milik
Belanda.
Kemudian, benteng tersebut berubah fungsi menjadi benteng pertahanan saat
Belanda berperang melawan pejuang Yogyakarta.
Pada awal pembangunannya, benteng ini bernama Forth Cochius. Nama yang
diambil dari pemimpin perang Belanda, Frans David Cochius yang pernah
bertugas di daerah Bagelen, salah satu wilayah karesidenan Kedu.
Komandan Frans David Cochius merupakan pemimpinan prajurit Belanda
ketika Perang Diponegoro berlangsung.
Kemudian pada 1856 benteng tersebut beralih menjadi sebuah sekolah khusus
anak-anak dari bangsa Eropa. Sekolah tersebut bernama Pupillen School, yaitu
sekolah calon militer.
⁸Perubahan fungsi benteng tersebut berpengaruh pada lingkungan disekitar
benteng yaitu mulai tumbuh pemukiman militer di sekitar benteng.
Kemudian benteng tersebut berganti nama menjadi Van der Wijck hingga
sekarang. Nama tersebut berasal dari nama komandan yang saat itu memiliki
karir yang cukup cemerlang untyuk membungkam perlawanan rakyat Aceh.
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana
Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana
Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W.Kent, yang
ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman
bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.Pada
tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal
dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya
didirikan di Kebun Raya Bogor.Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi
yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen.
Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan
kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi
pengembangan kebun-kebun yang lain. Saat ini Kebun Raya Bogor digunakan sebagai tempat
konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata, dan jasa lingkungan.
2.Benteng Malrborough(Bengkulu)
Benteng Marlborough adalah salah satu benteng peninggalan Inggris terkuat di
wilayah timur, yang lokasinya berada di Provinsi Bengkulu.
Benteng ini dibangun antara 1714-1719 oleh East India Company (EIC) di
bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Collett.
Dalam sejarahnya, benteng yang digunakan sebagai basis pertahanan Inggris ini
pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu.
Namun, fungsinya sebagai benteng pertahanan tetap bertahan hingga masa
pendudukan Hindia Belanda, Jepang, bahkan pasca kemerdekaan Indonesia
Rumah kediaman yang lebih mengesankan sebagai ’Istana’ ini sangat kental
dengan corak arsitektur Eropa. Tiang-tiang besar yang berjajar di sisi depan
bangunan mengesankan kekuatan dan kemegahan. Dinding-dinding yang tebal
dengan bingkai jendela yang lebar merupakan ciri khas bangunan Bangsa Eropa
pada masa itu.
Setelah kemerdekaan dan terutama setelah ditetapkannya Keresidenan
Bengkulu menjadi Provinsi sendiri yang terpisah dari Provinsi Sumatera
Selatan, Bangunan Rumah Kediaman Thomas Stamford Raffles ini di setahap
demi setahap dipugar. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai Rumah
Kediaman Gubernur Bengkulu dimana sering pula digunakan sebagai tempat
melakukan berbagai aktifitas pemerintahan daerah.
Bangunan ‘Istana’ Raffles ini menjadi tempat yang tak boleh dilewatkan bila
kita berkunjung ke Bengkulu. Bangunan ini merupakan bagian dari rangkaian
prasasti yang mengisahkan kepada kita –generasi saat ini - betapa interaksi
antara masyarakat Inggris dengan masyarakat Bengkulu pada masa itu begitu
sarat dengan kesan dan kisah heroisme. (Al Aksan)
Bangunan Bersejarah Masa Voc (1602-1799)
3.Benteng Pendem(Cilacap)
Benteng Pendem atau Kustbatterij op de Landtong te Tjilatjap merupakan bangunan sejarah
yang dibangun pada tahun 1816 oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kustbatterij op de landtong te cilacap artinya benteng di atas tanah atau menjorok ke laut.
Bangunan bersejarah ini terletak di tepi pantai Cilacap, Jawa Tengah.
Menurut catatan sejarah, benteng ini dibangun oleh Belanda karena kapal Inggris Royal
George pernah singgah di Pulau Nusakambangan untuk mengambil air.
Karena khawatir sewaktu-waktu wilayah Cilacap akan direbut, maka pemerintah Hindia
Belanda membangun benteng di tepi pantai tersebut.
Selain itu, Benteng Pendem dibangun karena kota Cilacap memiliki letak geografis yang
strategis untuk dijadikan pelabuhan dan gerbang jalur perekonomian dari wilayah Banyumas
ke markas Belanda di sekitarnya.
Dahulu, benteng yang berdiri di lahan seluas 6,5 hektar ini digunakan sebagai kantor
pemerintahan Hindia Belanda.
Masa pembangunan benteng ini membutuhkan waktu sekitar 18 tahun.
1.Istana Putih(Jakarta)
Istana Risjwijk yang dibangun lebih awal pada tahun 1796 dinilai sesak untuk kegiatan
administratif kenegaraan sehingga Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Pieter
Mijer memerintahkan untuk membangun sebuah bangunan baru sebagai pengganti Istana
Risjwijk pada tahun 1869.
Pembangunan istana ini baru dilaksanakan 4 tahun kemudian ketika masa pemerintahan
Gubernur Jenderal James Loudon pada tahun 1873. Istana baru ini dibangun di sebelah
selatan Istana Risjwijk, menghadap ke arah Koningsplein (sekarang Medan Merdeka).
Akhirnya istana ini diresmikan tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan
Wilhelm van Lansberge setelah menelan biaya 360.000 Gulden.
Istana ini lalu dinamakan Paleis te Koningsplein (Istana Koningsplein) atau masyarakat
sering menyebutnya sebagai Istana Gambir karena banyak pohon gambir yang tumbuh di
sekitar Lapangan Koningsplein.[1][2]
Pada masa pendudukan Jepang, Istana ini bersamaan dengan Istana Rijswijk dijadikan tempat
kediaman resmi Saiko Shikikan.
Pada awal masa pemerintahan Republik Indonesia, Istana Merdeka sempat menjadi saksi
sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J. Lovink, wakil tinggi
mahkota Belanda di Indonesia.
Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan bendera Indonesia
dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga
gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan.
Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan
mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan
Istana Merdeka.[2]
Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949
Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertama kalinya
mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada
1950. Tercatat selain Presiden Sukarno, yang mendiami istana ini adalah Presiden
Abdurrahman Wahid, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo.
Kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, antara lain
Peringatan Detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara, dan penyerahan surat-
surat kepercayaan duta besar negara sahabat.
3.Conctructie Winkel(Surabaya)
Pada 1908, Belanda membangun Artillerie Constructie Winkel di Surabaya. Dalam
perjalanannya, bengkel peralatan militer ini berkembang menjadi sebuah pabrik dan namanya
diubah menjadi Artillerie Inrichtingen. Pabrik tersebut dipindahkan ke Bandung pada 1923.
Ketika Jepang berkuasa (1942-1945) pabrik senjata Belanda itu diambil-alih dan diganti
namanya menjadi Dai Ichi Kozo.
Pada 1947, saat Belanda yang datang membonceng Sekutu berhasil merebut Jawa Barat,
pabrik itu direbut kembali dan namanya diganti menjadi Leger Productie Bedrijven. Sampai
sejauh ini, pabrik ini masih punya penjajah.
Barulah pasca pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia, 27 Desember 1949, pabrik itu
diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Persisnya 29 April 1950. Mula-mula pemerintah
Indonesia memberinya nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM). Pada 1962, PSM dikelola oleh
Angkatan Darat dan diubah namanya menjadi Perindustrian Angkatan Darat, disingkat
Pindad.