Anda di halaman 1dari 3

https://kebudayaan.kemdikbud.go.

id/bpcbjambi/wp-content/uploads/sites/30/2017/05/Jepretan-
Layar-2017-05-10-pada-08.37.20-696x318.png

Benteng Marlborough adalah banteng Inggris yang dibangung oleh East India
Company (EIC) di Bencoelen (Bengkulu) sebagai benteng pertahanan Inggris di
pantai barat Sumatera. Pembangunan benteng Marlborough berlangsung antara
1714 – 1719 dan diprakarsai oleh Joseph Collet searing deputy Governor EIC
pada waktu itu.

Benteng Marlborpugh merupakan penganti Benteng Fork York yang dibangun


tahun 1685 dan berlokasi sekitar dua mil dari benteng Marlborough. Benteng
York ditinggalkan karena terlalu banyak mengalami kendala pembangunan serta
banyaknya pasukan Inggris yang tewas karena wabah penyakit.

Benteng Marlborough merupakan salah satu benteng terkuat yang dibangun


Inggris di wilayah timur dan terbesar kedja setelah Fort St. George di Madras,
India. Selain sebagai benteng pertahanan, benteng Marlborough berfungsi
sebagai pusat kantor dagang Inggris (East India Company) di pantai Barat
Sumatera.
Sejak ditandatangani Traktat London, Belanda menguasai Benteng Marlborough
dan wilayah Bengkulu. Di bawah pemerintahan Belanda Benteng Marlborough
bukan menjadi pusat pemerintahan seperti waktu di bawah kekuasaan Inggris.
Wilayah Bengkulu hanya dipimpin asisten resident di bawah Padang, walaupun
benteng masih berfungsi sebagai kantor dagang, gudang penyimpanan rempah
dan barak pasukan Belanda.

Pada masa pemerintahan Belanda, Belanda lebih berkonsentrasi di daerah


Redjang Lebong dengan penambangan emasnya. Salah satu catatan penting
dalan sejarah Belanda di Bengkulu adalah peristiwa “Soekarno di benteng
Marlborough”, Residen Belanda C.E. Maier sebagai wakil pemerintahan Hindia
belanda saat itu mengundang Bung Karno ke Benteng Marlborough. Bung Karno
diminta untuk merancang sebuah tugu peringatan penyerangan Jerman ke
Belanda, Namun secara simbolik Bung Karno menolak dengan menyusun tiga
buah batu sebagai rancangan tugu peringatan tersebut.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/fort-marlborough-pada-masa-kekuasaan-belanda-
1825-1942/

Fort Marlborough: Pada masa


kekuasaan Inggris (EIC) 1714 –
1825
East India Company (EIC) merupakan kongsi dagang yang mewakili kerajaan
Inggris untuk menguasai perdagangan rempah wilayah pantai Barat Sumatera.
Untuk melindungi aktivitas perdagangannya maka dibangunlah benteng
pertahanan dengan pasukan militer yang dikenal dengan sebutan Garrison of
West Coast of Sumatera (garnisun Pantai Barat Sumatera).

Berdasarkan arsip Sumatera Factory Records, Benteng Marlborough tidak hanya


sebatas bangunan benteng pertahanan, kantor kongsi dagang, ataupun
pemukiman tetapi berkembang menjadi sebuah kota, Town of Marlborough,
sebagaimana ditulis dalam surat terakhir Collet, 1716. Bahkan dari sebuah
sumber, titik nol dan cikal bakal kota Bengkulu berasal dari Benteng
Marlborough.

Dalam rentang waktu 140 tahun, Inggris melalui East India Company
menguasai wilayah dan perdagangan rempah di pantai Barat Sumatera.
Berbagai peristiwa sosial dan bencana alam terjadi di Benteng Marlborough.
Tahun 1719, terjadi penyerangan dan pembakaran Benteng Marlborough oleh
masyarakat Bengkulu. Tahun 1760, pasukan Perancis menyerang benteng
Marlborough dibawah comando Comte d’Easting.

Terbunuhnya Residen Thomas Parr tahun 1807 menjadi salah satu peristiwa
kelam bagi Inggris, peristiwa tersebut dikenal dengan Tragedi Mount Felix.

Lieutenant Gubernur Inggris Sir Thomas Stamford Raffles (1818 – 1824)


membawa perubahan dalam sejarah dan ilmu pengetahuan dengan
ditemukannya bunga raksasa, Raflesia Arnoldi dan menjadikan Bengkulu
terkenal di dunia karena bunga raksasa tersebut.

Disamping itu Raffles mempunyai andil besar dalam tercapainya


penandatanganan Traktat London antara Inggris dan Belanda. Traktat London
mengakhiri kekuasaan Inggris di Nusantara, dimana salah satu isi Traktat
London adalah pertukaran penguasaan wilayah Bengkulu dengan Malaka dan
Singgapura.

Anda mungkin juga menyukai