Anda di halaman 1dari 10

PORTUGIS

1. BENTENG TOLLUKO
Benteng Tolukko adalah benteng peninggalan Portugis yang berada di Kelurahan
Sangadji, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Provinsi Maluku
Utara, Indonesia. Benteng Tolukko dibangun oleh seorang panglima Portugis yang bernama
Fransisco Serao, pada tahun 1540. Benteng ini dibangun Portugis sebagai pertahanannya
dalam menguasai cengkih dan juga menguasai dominasinya di antara bangsa Eropa yang
lain. Benteng ini diambil alih oleh Belanda pada tahun 1610 dan direnovasi oleh Pieter
Both. Pada tahun 1864, oleh Residen P. van der Crab, benteng Tolukko dikosongkan
karena sebagian bangunannya telah rusak. Pemerintah Republik Indonesia memugar
benteng ini pada tahun 1996-1997.

STRUKTUR
Dahulu benteng Tolukko dikenal dengan nama Benteng Hollandia. Benteng Tolukko
dibangun di atas fondasi batuan beku. Benteng ini terbentuk dari tiga buah bastion, ruang
bawah tanah, halaman dalam, lorong serta bangunan utama berbentuk egi empat.
Konstruksi bangunannya terbuat dari campuran batu kali, batu karang, pecahan batu bata
yang direkat oleh campuran kapur serta pasir.
2. BENTENG ORANJE
Benteng Oranje didirikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matclief de Jonge dan
diberi nama Benteng Oranje oleh Francois Wiltlentt pada tahun 1609 pada masa
Pemerintahan Sultan Mudaffar. Benteng oranje ini semula berasal dari bekas sebuah
benteng tua yang dibangun oleh Bangsa Portugis dan dihuni oleh orang Melayu sehingga
dberi nama Benteng Melayu. Terletak di pusat Kota Ternate tepatnya di Kelurahan
Gamalama yang beralamat di Jalan Hasan Boesoeri, Ternate Tengah, Ternate, Maluku
Utara. Dengan letak yang strategis tersebut menjadikan benteng ini semakin mudah untuk
dikunjungi para wisatawan.

STRUKTUR
Bangunan ini di bangun menggunakan kombinasi batu karang, batu kali dan pecahan kaca,
jadi tampak menarik, hingga kini pun sisa-sisa kemegahan benteng tersebut masih nampak.

3. BENTENG KALAMATA
Benteng Kalamata pertama kali dibangun oleh Portugis (Fransisco Serao) pada tahun 1540
untuk menghadapi serangan Spanyol dari Rum, Tidore. Kemudian, benteng ini dipugar oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Both, pada tahun 1609. Benteng Kalamata
diduduki oleh Spanyol pada tahun 1625 setelah dikosongkan Geen Huigen
Schapen (Portugis). Setelah ditinggal Spanyol, benteng ini diduduki
oleh Belanda. Kemudian benteng ini diperbaiki oleh Mayor Lutzow pada
tahun 1799. Benteng Kalamata dipugar oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1994 dan
diresmikan purna pugarnya pada tahun 1997. Pada tahun 2005, Pemerintah Kota Ternate
merenovasi benteng ini dengan menambahkan halaman dan rumah untuk penjaga benteng.

STRUKTUR
Benteng Kalamata didesain menyerupai empat penjuru mata angin yang memiliki empat
bastion berujung runcing dan memiliki lubang bidik. Benteng Kalamata berada di garis
pantai dan bagian belakang benteng terlihat pulau Tidore dan Maitara.
BELANDA
1. BENTENG BELGICA
Benteng Belgica pada awalnya adalah sebuah benteng yang dibangun oleh
bangsa Portugis pada abad 16 di Pulau Neira, Maluku. Lama setelah itu, di lokasi benteng
Portugis tersebut kemudian dibangun kembali sebuah benteng oleh VOC atas perintah
Gubernur Jendral Pieter Both pada tanggal 4 September 1611. Benteng tersebut kemudian
diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu, terdapat dua buah benteng di Pulau Neira
yaitu; Benteng Belgica dan Benteng Nassau. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk
menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala
oleh VOC.
Pada tanggal 9 Agustus 1662, benteng ini selesai diperbaiki dan diperbesar sehingga
mampu menampung 30 – 40 serdadu yang bertugas untuk menjaga benteng tersebut.
Kemudian pada tahun 1669, benteng yang telah diperbaiki tersebut dirobohkan, dan
sebagian bahan bangunannya digunakan untuk membangun kembali sebuah benteng di
lokasi yang sama. Pembangunan kali ini dilaksanakan atas perintah Cornelis Speelman.
Seorang insinyur bernama Adriaan Leeuw ditugaskan untuk merancang dan mengawasi
pembangunan benteng yang menelan biaya sangat besar ini. Selain menelan biaya yang
sangat besar (309.802,15 Gulden), perbaikan kali ini juga memakan waktu yang lama untuk
meratakan bukit guna membuat fondasi benteng yaitu sekitar 19 bulan. Biaya yang besar
tersebut juga disebabkan karena banyak yang dikorupsi oleh mereka yang terlibat dalam
perbaikan benteng ini. Akhirnya benteng ini selesai pada tahun 1672.
Sepuluh tahun kemudian komisaris Robertus Padbrugge ditugaskan untuk memeriksa
pembukuan pekerjaan tersebut, tetapi ia tidak berhasil dalam tugasnya tersebut. Hal ini
dikarenakan banyak tuan tanah yang beranggapan bahwa biaya tersebut tidak terlalu besar
jika dibandingkan dengan hasilnya, sebuah benteng yang hebat dan mengagumkan. Karena
hal tersebut, Padbrugge menghentikan penyelidikannya.
Walaupun benteng tersebut dikatakan sangat hebat dan mengagumkan, tetapi masalah
bagaimana untuk mencukupi kebutuhan air dalam benteng masih juga belum terpecahkan.
Setelah menimbang-nimbang apakah akan menggali sebuah sumur atau membuat sebuah
bak penampungan air yang besar atau membuat empat buah bak penampungan air yang
lebih kecil, akhirnya diputuskan untuk menggali sebuah sumur di dekat benteng dan
menghubungkannya dengan sebuah bak penampung air berbentuk oval yang dibuat di
tengah halaman dalam benteng.
Pada tahun 1795, benteng ini dipugar oleh Francois van Boeckholtz—Gubernur Banda yang
terakhir. Pemugaran ini dilaksanakan juga di beberapa benteng-benteng lain sebagai
persiapan untuk menghadapi serangan Inggris. Satu tahun kemudian, tepatnya pada
tanggal 8 Maret 1796, benteng Belgica diserang dan berhasil direbut oleh pasukan Inggris.
Dengan jatuhnya benteng ini, Inggris dengan mudah dapat menguasai Banda. Pada tahun
1803 dilaporkan, setiap kali ada satu kapal yang berlabuh, diadakan upacara band militer
setiap jam 5 pagi dan jam 8 malam di benteng Belgica dan Nassau. Setiap hari Kamis dan
Senin dilakukan pawai militer pada jam 6.30 pagi. Pergantian jaga dilakukan setiap pagi,
siang dan malam pada kedua benteng tersebut, sehingga hampir setiap jam masyarakat
yang tinggal dekat kedua benteng tersebut dapat melihat parade militer dan mendengarkan
musik dari band militer. Benteng Belgica telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan
Dunia UNESCO sejak tahun 1995.
STRUKTUR
Benteng Belgica berada di tengah Kota Banda dan berada 30 meter di atas permukaan laut.
Benteng berada di Kecamatan Neira di Pulau Banda Neira yang dikelilingi oleh laut dalam.
Benteng ini dibangun untuk mempertahankan serangan dari rakyat Banda yang menentang
monopoli perdagangan pala dari VOC. Benteng Belgica berdenah segi lima. Bahan
bangunan dari balok batu yang disusun teratur dan direkatkan serta diplester dengan
lapisan kapur. Benteng ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bangunan I dan Bangunan II.
Bangunan I merupakan pelataran yang tebal dan kokoh. Panjang setiap sisi rata-rata 40
meter, tinggi dinding 5,40 meter. Pada setiap sudutnya terdapat bastion yang berjumlah 5,
berukuran 16 x 15 meter. Jalan masuk menuju ruang dalam saat ini dihubungkan dengan
tangga yang terbuat dari kayu. Di dalam bangunan I tidak terdapat ruangan. Di samping
bastion bawah dibangun satu rumah jaga.

Bangunan II merupakan bangunan bagian dalam yang berdenah segi lima, pada setiap
sudutnya terdapat menara pengamat bertangga setinggi 13,8 meter. Pada Bangunan II ini
terdapat beberapa ruangan yang dipergunakan untuk tempat istirahat prajurit atau untuk
menyimpan amunisi. Ruangan-ruangan tersebut langit-langitnya melengkung dan lantainya
berdenah empat persegi panjang. Setiap ruangan dihubungkan oleh pintu menuju ke ruang
terbuka di tengah (atrium). Ruangan-ruangan ini seluruhnya berjumlah 18 dengan ukuran
yang bermacam-macam. Ukuran ruang terbesar 8,5 m x 3,5 m dan terkecil 6,5 x 3 m.
Gerbang utama benteng berada di sisi selatan, menghadap ke laut terdapat satu pintu
darurat dari besi atau valdeur. Pada benteng ini terdapat dua battery bertumpuk yang
digunakan untuk lini pertahanan.Secara umum benteng terlihat bersih dan terawat dengan
baik. Saat ini benteng masih berdiri kokoh dan menjadi salah satu destinasi pariwisata di
Banda Neira.
2. BENTENG FORT DE KOCK
Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatra
Barat, Indonesia. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada
masa Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama
Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara
Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak
meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat
meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng
ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.

STRUKTUR
Benteng Fort De Kock saat ini masih ada dengan cat putih-hijau dengan tinggi 20 meter
yang merupakan sebuah bangunan bak air berbentuk segi empat.
Areal pada bekas benteng dibatasi oleh parit melingkar sedalam 1 meter dan lebar sekitar 3
meter. Masih terdapat beberapa buah meriam besi pada area benteng.

3. BENTENG PENDEM CILACAP


Benteng Pendem Cilacap (bahasa Belanda: Kustbatterij op de Landtong te Cilacap),
adalah benteng peninggalan Belanda di pesisir pantai Teluk Penyu kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah yang dibangun pada tahun 1861. Bangunan ini merupakan bekas
markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun di area seluas 6,5 hektare
secara bertahap selama 18 tahun, dari tahun 1861 hingga 1879. Benteng pendem
sempat tertutup tanah pesisir pantai dan tidak terurus. Benteng ini kemudian ditemukan
dan mulai digali pemerintah Cilacap tahun 1986. Saat ini, pemerintah Kabupaten
Cilacap menjadikan benteng ini sebagai tempat wisata sejarah.

STRUKTUR
Bangunan benteng pendem terdiri dari beberapa ruang yang masih kokoh hingga kini.
Namun, sejak awal ditemukan, ruangan dalam benteng belum sepenuhnya diketahui.
Ruangan dalam benteng yang umum diketahui terdiri dari barak, benteng pertahanan,
benteng pengintai, ruang rapat, klinik pengobatan, gudang senjata, gudang mesiu, ruang
penjara, dapur, ruang perwira, dan ruang peluru. Ada pula yang menyatakan bahwa
dalam benteng tersebut terdapat terowongan menuju benteng-benteng lain dan
sejumlah gua di pulau Nusakambangan. Namun, hingga kini hal itu belum sepenuhnya
terbukti.

4. BENTENG VAN DER WIJCK


Benteng ini adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke
19. Terletak di Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, kira-kira 300 m dari
jalan raya Kebumen – Yogyakarta, benteng ini adalah salah satu obyek wisata menarik
di Jalur Pantai Selatan. Nama Van Der Wijck sendiri berasal dari nama komandan pada
saat itu yang karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh.
Pada awal didirikan, benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius) dari nama
salah seorang Jenderal Belanda Frans David Cochius (1787-1876) yang pernah
ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan Kedu).

STRUKTUR

 Luas Benteng atas 3606,625m2


 Benteng bawah 3606,625 m2
 Tinggi Benteng 9,67 m, ditambang cerobong 3,33 m.
 Terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 m.
 Ketinggian: +132,7 s/d 135 m dpl.

5. BENTENG VASTENBURG

Benteng Vastenburg (Jawa: ꦧꦺꦧꦺꦁꦮ꦳ꦱ꧀ꦤ꧀ꦧ


ꦠꦼ ꦂꦒ
ꦸ ꧀ , translit. Bètèng Vastenburg)

adalah benteng peninggalan Belanda yang terletak di kawasan Gladak, Surakarta.


Benteng ini dibangun tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff.
Sebagai bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa Surakarta, khususnya
terhadap keraton Surakarta, benteng ini dibangun, sekaligus sebagai pusat garnisun. Di
seberangnya terletak kediaman gubernur Belanda (sekarang kantor Balaikota Surakarta)
di kawasan Gladak. Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya
terdapat penonjolan ruang yang disebut selekoh (bastion). Di sekeliling tembok benteng
terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan
belakang. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-
masing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan
atau apel bendera.
Setelah kemerdekaan, benteng ini digunakan sebagai markas TNI untuk
mempertahankan kemerdekaan. Pada masa 1970-1980-anbangunan ini digunakan
sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigade Infanteri 6/Trisakti
Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya.
Setelah lama tidak terpakai sejak 1980-an, benteng ini penuh semak belukar dan tak
terawat.Sejak kepemimpinan Joko Widodo, perubahan dan restorasi mulai terlihat. Pada
tahun 2014, restorasi terhadap Benteng Vastenburg sangat terlihat dari cat yang
mengelupas dicat ulang dengan warna putih.

STRUKTUR
Benteng ini memiliki luas 31.533 m². Tergolong sebagai salah satu cagar budaya (BCB)
yang berada di Kota Solo.
Pagar atau dinding yang mengelilingi berbentuk tepung gelang. Pintu masuk ada 2, yaitu
barat dan timur dengan jembatan jungkit (angkat) yang menghadap ke timur dan
barat. Sedangkan bangunan di dalam benteng dipetak-petak untuk rumah tinggal para
prajurit dengan keluarganya. Di beberapa titik sekelilingnya ada pula bangunan rumah
tinggal para perwira (sekitar 6 – 7 asrama).
Struktur bangunan merupakan tembok masif (bearing wall) dengan lubang-lubang
jendela/pintu yang bagian atas berbentuk lengkung. Sedangkan, konstruksi lantai pada
bangunan tingkat disusun dari papan kayu yang menumpang pada balok-balok kayu.

Anda mungkin juga menyukai