Anda di halaman 1dari 1

NAMA : ARIF ARIES

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH


2PAI2 E2

Sejarah Singkat Benteng Kalamata


Dalam rangka memperluas pengaruh dan kekuasaan bangsa Portugis di Pulau Ternate,
Antonio Pigaveta menggagas pembangunan sebuah benteng pada tahun 1540. Benteng
tersebut kemudian dikenal dengan nama Benteng Santa Lucia. Singkatnya, perluasan
kekuasaan dan monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Portugis mengalami benturan
dengan upaya Sultan Baabullah dalam melakukan penyebaran agama Islam. Perang tidak
dapat dihindarkan dan puncaknya pada tahun 1575, Portugis berhasil diusir dari Pulau
Ternate. Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Spanyol, Benteng Santa Lucia
dikuasai dan dijadikan sebagai pos perdagangan dan pos pertahanan.
Kedatangan bangsa Belanda di Ternate menjadi ancaman yang sangat serius bagi
Spanyol. Pertikaian kedua bangsa itu berujung pada peperangan dalam upaya memonopoli
perdagangan rempah. Benteng Santa Lucia menjadi saksi bisu dalam peperangan yang
melibatkan kedua bangsa kulit putih ini, di mana benteng tersebut digunakan oleh Spanyol
sebagai pusat melancarkan serangan terhadap bangsa Belanda. Kedua negara itu silih berganti
menduduki benteng yang letaknya di pesisir laut Selat Maitara. Spanyol berhasil
menguasainya hingga tahun 1663. Tanggal 29 April 1798, Benteng Santa Lucia berhasil
direbut oleh pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore ke-19) yang dibantu oleh armada Inggris.
Namun karena dikhianati, benteng tersebut dikuasai oleh Inggris pada tahun 1801. Setelah
itu, Belanda berhasil merebutnya kembali dan menguasainya hingga tahun 1810.
Benteng Santa Lucia atau yang dikenal dengan nama Benteng Kayu Merah kemudian
berganti nama menjadi Benteng Kalamata. Belanda mengambil nama itu dari nama seorang
pangeran Ternate, Kaicil Kalamata, yang merupakan kakak dari Sultan Mandarsjah dan
paman dari Sultan Kaicil Sibori Amsterdam. Dari segi arsitektur, benteng ini berbentuk segi
empat yang tidak beraturan (triangulasi) dengan empat bastion yang memiliki ceruk bidik
(embrasure) di parapet masing-masing bastion. Jika dilihat dari atas, benteng ini menyerupai
seekor penyu. Ketebalan dindingnya lebih kurang 60 centimeter dan mempunyai ketinggian
sekitar 3 meter. Dindingnya tersusun dari batu andesit dan batu karang yang direkatkan
dengan memakai kalero, sejenis kapur yang dihasilkan dari pembakaran batu karang. Kapur
tersebut kemudian dicampur dengan pasir dan air rendaman kulit Pohon Lubiri.

Anda mungkin juga menyukai