Anda di halaman 1dari 6

Sejarah, Sosial dan Budaya Benteng Kastela

Kedatangan bangsa Portugis merupakan awal kolonialisme di Indonesia. Benteng kastela


adalah salah satu peninggalan yang menjadi bukti akan hubungan pulau Ternate di masa lalu
dengan bangsa Eropa khususnya bangsa portugis. Dengan nama awal Santo Yohanes
Pembaptis yang di bangun pada tahun 1522 dan dilanjutkan pada tahun-tahun selanjutnya.
Dengan lokasi yang di pilih berada tepat di pantai barat daya Ternate.
Awal pada bulan April 1521, sebuah armada dikirim oleh Raja Manuel I dari Lisbon di bawah
komando Jorge de Brito. Tujuannya adalah untuk mencegah armada Spanyol di bawah
komando Ferdinand Magellan saat berlayar menuju pulau rempah yang melewati Amerika.
Hal demikian sebagai bentuk persaingan bangsa Eropa waktu itu yang berbondong-bondong
untuk menemukan tempat penghasil rempah karena potensinya yang mahal di pasaran Eropa.
Saat melakukan pendaratan, mereka diperintahkan untuk membangun sebuah benteng
di Ternate dengan untuk membangun keunggulan Portugis di wilayah tersebut. Para
pengunjung menggambarkam Benteng Kastela sebagai benteng yang belum di selesaikan.
Pada mulanya kedatangan bangsa Portugis ke Ternate disambut dengan penuh kehangatan
oleh pihak Kesultanan, dikarenakan adanya keinginan untuk menjalin kerjasama dalam
perdagangan rempah. Tahun berlalu, perdagangan di antara keduanya berjalan dengan lancar.
Pihak Portugis kemudian mengutarakan niatnya dan meminta izin kepada sultan untuk
membangun sebuah benteng. Di mana benteng tersebut akan digunakan sebagai pos dagang
sekaligus menjadi daerah untuk tempat tinggal mereka. Niat tersebut mendapat restu dari
sultan, tahun 1522 pembangunan benteng dimulai. Antonio de Brito yang merupakan seorang
Gubernur Koloni Portugis di Ternate sebagai pelopor pembangunan tersebut. Proyek
pembangunan itu kemudian dilanjutkan oleh penggantinya, Garcia Henriquez, pada tahun
1525. Benteng ini akhirnya selesai dibangun tahun 1540, di masa kepemimpinan Jorge de
Castro. Selanjutnya benteng ini dinamakan Benteng Gama Lamo atau Benteng Kastela. Nama
Gam Lamo itu sendiri mempunyai dua makna, desa yang sangat besar atau kota yang besar.

Dalam perjalanan sejarahnya, Benteng Kastela beberapa kali menjadi saksi bisu dari peristiwa
penting yang melibatkan Kesultanan Ternate dengan bangsa Portugis. Salah satunya adalah,
perjuangan rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Baabullah dalam melawan dan
mengusir bangsa Portugis. Setelah pertempuran yang berlangsung selama kurang lebih lima
tahun, akhirnya Portugis berhasil diusir dari Ternate pada tahun 1575. Benteng Kastela
kemudian diduduki dan dikuasai oleh Kesultanan Ternate.

Pada tahun 1605, orang-orang Belanda dari Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang
baru tiba merebut benteng Portugis di Ambon dan Tidore dan mendirikan sebuah basis
perdagangan di Ternate. Spanyol (bersatu dengan Portugal sejak 1580) mengirim ekspedisi
kuat dari Filipina dan merebut kembali Kastella, menyandera Sultan baru dan
mengasingkannya ke Manila pada bulan Maret 1606.[6] Mereka selanjutnya memodifikasi
pertahanan Gammalamma menjadi benteng yang kuat dan menamainya sebagai Ciudad del
Rosario. Laksamana Belanda Paulus van Caerden, ditangkap oleh orang Spanyol pada tahun
1610 dan ditahan di Kastella, menganggap benteng ini "telah kebal”. Ketika Spanyol
berangkat dari Kepulauan Maluku pada tahun 1663, mereka menghancurkan sebagian
pertahanan yang kemudian ditempati oleh Belanda.

Saat ini situs tersebut terdiri dari reruntuhan yang tersebar di wilayah yang luas, tersebar
dengan rumah-rumah lokal dan terbagi oleh jalan utama pulau tersebut. Terdapat sebuah
1
monumen untuk mengenang kemenangan Rakyat Ternate pada tahun 1575 atas orang
Portugis, dan bagian dari tembok dan benteng Portugis tua dari periode Spanyol juga dapat
terlihat.

Nostra Senhora Del Rosario atau Gadis cantik yang sedang menggunakan kalung dari bunga
mawar merupakan nama lain dari Benteng Kastela. Ada juga sumber yang menyebutkan arti
dari kalimat tersebut adalah “Santa Perawan Maria Ratu Rosario”.  Nama yang begitu indah,
sayang yang tersisa dari keindahan tersebut hanya puing-puingnya saja. Cerita tentang
kemegahan mengenai benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Portugis di Indonesia,
bahkan disebut terbesar se-Asia Tenggara, yang di dalamnya terdapat rumah pejabat, kantor
dagang, gereja dan menara telah rubuh dan hilang. Sisanya, tinggal beberapa struktur tembok
yang masih bisa dilihat saat ini.

Sosial dan Budaya masyarakat mempengaruhi peradaban dan menjadi cikal bakal akan suatu
daerah. Bagi penduduk di kelurahan kastela sekarang, sebagian orang mewarisi historis
kastela secara turun temurun yang di ceritakan dari para “orang tua” atau para sesepuh. Dari
sekian banyaknya beberapa masih menjaga keaslianya yang kemudian di informasikan kepada
para pengunjung yang ingin bertanya. Misalnya wawancara kami yang ingin mengetahui
beberapa detail akan situs bersejarah ini. Di informasikan setidaknya situs kastela memiliki
luas kira-kira 1 KM yang panjangnya dari Kelurahan Kastela sampai dengan Kelurahan Rua
yang dulu disebut sebagai tiang gantung. Fakta ini bisa dilihat, ada sebuah situs peninggalan
yang berada di keluarahan Rua layaknya sebuah peninggalan berserajah.

Dari sekian yang di wawancarai yang menarik adalah beberapa larangan bagi pengunjung
yang ingin mengunjungi kastela. Menunjukan seberapa tingginya penduduk di dekat situs ini
dalam menjunjung adab dan sopan santun yang kini tak terlihat lagi akan perkembangan
zaman modern. Selain itu, masyarakat kastela sendiri masih mempercayai akan mitos-mitos
yang berbaur supernatural misalnya di liatnya penampakan dari pengakuan warga itu sendiri.
Hal demikian menunjukan seberapa masyarakat kastela yang percaya akan takhayul, kendati
demikian semua masyarakat khususnya indoensia seperti demikian.

Warga setempat juga sering berkolaborasi dengan universitas setempat dalam melakukan
kajian ilmu, misalnya budidaya telur penyu. Juga beberapa penelitian dari beberapa
universitas yang diantaranya dari universitas Khairun oleh Fakultas Pertanian dan Perikanan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh laboratorium Univertistas Khairun dari salah satu fakultanya
yang bertempat dekat dengan situs tersebut.

Pengaruh lain dari situs kastela adalah di bidang pariwisata. Setidaknya ada beberapa lapak
sederhana sampai dengan warung yang bertempat di gerbang masuk kastela. Meskipun di
bidang pariwisata sendiri dibilang masih rendah dan belum optimal di gaungkan, setidaknya
masih mempengaruhi kesejahteraan dari masyarakat sekitar. Omset pendapatnya masih
terbilang menguntungkan yang puncaknya di hari-hari kerja. Selain itu, pantai kastela sendiri
sering di gunakan sebagai program kerja yang di lakukan oleh para mahasiswa di beberapa
universitas. Jadi, bisa di katakan kastela merupakan tempat yang mempunyai potensinya
tersendiri jika di kembangkan dengan baik.

Hal yang masih rendah di sadari oleh masyarakat di dekat situs ini adalah pentingnya akan
ancaman sampah plastik terhadap lingkungan dan ekosistem oleh masyarakat. Meskipun
sampah plastik sendiri sering di remehkan dengan perilaku semena-mena tak peduli namun
dampaknya begitu besar bagi kastela sendiri. Apalagi pantai kastela sendiri adalah tempat
persinggahan burung-burung dari Rusia dan China bagian utata yang mencari tempat yang

2
lebih panas, yakni Benua Australia. Karena dampak serius dari sampah plastik, kebutuhan
makanan yang stabil bagi burung-|burung ini pun terancam.

3
4
5
6

Anda mungkin juga menyukai