DOSEN:
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KHAIRUN
Ringkasan-ringkasan tentang arsitektur klasil:
1. Arsitektur Yunani
A. Latar Belakang
Arsitektur Yunani Kuno adalah karya arsitektur yang dihasilkan oleh orang
berbahasa Yunani (orang Helenik) yang budayanya berkembang di daratan Yunani
dan Peloponnesos, Kepulauan Aegea, serta koloni-koloninya di Anatolia dan Italia
sepanjang suatu periode dari ca. 900 SM sampai abad ke-1 M, yang mana karya-karya
arsitektural paling awal yang masih terlestarikan berasal dari sekitar tahun 600 SM.
Arsitektur Yunani Kuno dapat dibedakan dari karakteristiknya yang sangat formal,
baik struktur maupun dekorasi. Hal ini khususnya terjadi dalam kasus kuil-kuil di
mana masing-masing bangunan tampaknya dipahami sebagai suatu entitas pahatan di
dalam lanskapnya, kebanyakan dibangun di dataran tinggi sehingga keanggunan
proporsinya dan efek cahaya pada permukaannya dapat terlihat dari semua sudut.
Nikolaus Pevsner menunjuk pada "bentuk plastis dari kuil [Yunani] tersebut ada di
hadapan kita dengan suatu kehadiran secara fisik yang lebih intens, lebih hidup
daripada bangunan apapun di kemudian hari".
1. Denah
4. Tampak Bangunan
A. Latar belakang
Arsitektur Romawi mencakup periode dari berdirinya Republik Romawi pada tahun
509 SM sampai sekitar abad ke-4 M, yang mana setelah itu menjadi diklasifikasi
ulang sebagai Abad Kuno Akhir atau arsitektur Bizantium. Sebagian besar contoh
yang masih terlestarikan berasal dari periode belakangan. Gaya arsitektural Romawi
terus mempengaruhi bangunan di bekas kekaisaran tersebut selama berabad-abad, dan
gaya yang digunakan di Eropa Barat sejak sekitar tahun 1000 disebut arsitektur
Romanesque untuk mencerminkan ketergantungannya pada bentuk-bentuk Romawi
dasar.
2. Fasade
3. Arsitektur gothic
A. Arsitektur gothic
Pada umumnya arsitektur gaya Gothik dipahami sebagai satu warisan budaya yang
telah eksis sejak hampir 500 tahun lalu. Paham Renaissance mempercayai bahwa
jatuhnya kekaisaran Romawi mengakibatkan munculnya era kemerosotan (degradasi)
kebudayaan, sebelum kemudian seni budaya bangkit kembali pada abad ke 15.
Untuk menandai pencapaian tersebut, para penulis paham Renaissance
menggambarkan bahwa seni abad pertengahan bagaikan lentera yang suram :
“Masa Kegelapan” datang ketika kaum barbar dari utara menginvasi dan
‘meruntuhkan’ budaya zaman purba dan menggantikannya dengan kebudayaan
mereka. Kaum Goth, yang sesungguhnya membuat sedikit kerusakan fisik ketika
mereka mengambil alih kekuasaan Romawi pada tahun 410 adalah suku yang
dianggap bertanggung jawab atas malapetaka ini. Karenanya terminologi Gothik
dibuat oleh paham Renaissance sebagai bagian dari definisinya sendiri.
2. Flying butters
Arsitektur Gotik menerapkan solusi untuk
menyangga bangunan-bangunannya yang
memiliki struktur tinggi dengan sistem flying
buttress. Flying buttress tidak hanya
berfungsi sebagai penyangga struktur
bangunan tapi juga terlihat sangat dekoratif
dengan desainnya yang memberikan efek
kemegahan.
6. Gargoyle
Gargoyle merupakan sebuah monster
kecil yang biasanya diletakkan di
sepanjang atap atau benteng bangunan
dan istana. Gargoyle digunakan sebagai
sistem drainase air hujan yang jatuh dari
atap bangunan dan kemudian keluar dari
mulut mereka. Tujuan lain dari
penggunaan Gargoyle adalah menakut-
nakuti petani jahat pada abad
pertengahan Gargoyle biasanya
berbentuk menyeramkan, seperti iblis
atau monster dan diletakkan menghadap
ke bawah. Pada masa itu manusia
dipenuhi dengan ketakutan dan takhyul.
7. Penekanan dekorasi dan ornamen Arsitektur Gotik merupakan gaya
arsitektur pertama yang menggabungkan
unsur keindahan dan estetik pada desain
bangunan. Arsitektur tidak lagi hanya
bersifat fungsional, tapi juga mempunyai
makna dan arti tersendiri. Semakin
bertumbuhnya ambisi dari para arsitek
pada masa itu dalam pembuatan
ornamen pada katedral dan istana,
membuat terjadinya persaingan dan
kompetisi antar kelompok untuk
membuat konstruksi yang lebih megah.
Gereja katedral
4. Arsitektur renaisans
A. Latar belakang
Arsitektur Renaissance merupakan arsitektur Eropa antara awal abad ke-15 dan awal
abad ke-17, tepatnya ketika Eropa memasuki masa Renaissance.
Munculnya gaya arsitektur ini menunjukkan kebangkitan kembali budaya klasik yang
dimulai dari Florence, Italia, hingga menyebar ke seluruh benua Eropa.
Dilihat dari gaya bangunannya, arsitektur renaisans terinspirasi dari gaya arsitektur
klasik yang berasal dari prinsip bangunan pada masa peradaban Yunani
dan Romawi kuno.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penamaan dari gaya arsitektur ini
mengikuti nama dari era Renaisans yang terjadi di Eropa.
‘Kata ‘Renaisans’ berasal dari bahasa Perancis yang berarti ‘terlahir kembali’, karena
pada era tersebut orang Eropa tertarik untuk kembali mempelajari peradaban
Yunani dan Romawi kuno.
Pada era tersebut, arsitektur Renaisans memiliki peran lebih dari sekadar arsitektur
bangunan, sebab arsitektur ini menjadi cahaya di tengah carut-marutnya Abad
Pertengahan.
A. Latar belakang
Gaya arsitektur dan seni Baroque pertama kali muncul di Roma pada akhir abad ke
16. Baroque sendiri muncul akibat perkembangan gerakan Protestanisme. Pada saat
itu, gereja Katolik ingin membuat arsitektur gereja yang dapat menjadi media
pembawa pesan yang ingin disampaikan oleh gereja dengan cara yang lebih dramatis.
Maka dari itu, seni yang dibuat pada era ini harus berkaitan dengan tema-tema yang
religius dan penuh emosi.
Para arsitek era Baroque merancang bangunan keagamaan yang monumental dan
kaya akan detail. Arsitekturnya identik dengan desain yang berlebihan, dramatis, dan
lepas dari aturan. Bangunan Baroque menunjukkan kemegahan dan kekuasaan, agar
masyarakat pada saat itu tunduk dan patuh pada monarki dan gereja. Arsitekturnya
yang rumit juga dimaksudkan untuk membayar upeti kepada lembaga dan keyakinan
iman Katolik.
Bangunan yang dibangun pada era Baroque memiliki penekanan atau aksen yang
kuat pada bagian pilar yang berbentuk memutar, kubah, pencahayaan dramatis yang
langsung menyorot karya-karya seni di dalam gereja agar terlihat teatrikal, lukisan
dinding atau fresco pada langit-langit bangunan, serta efek tiga dimensi dari
banyaknya pahatan yang rumit di permukaan bangunannya. Karakteristik yang paling
terlihat dari arsitektur ini adalah bentuk dinding-dinding yang cekung dan cembung
yang mampu menciptakan motion atau pergerakan pada bangunan.
Era Baroque terbagi menjadi tiga bagian, yaitu early Baroque, high Baroque,
dan late Baroque. Baroque mulai berkembang di Roma, Italia sejak early Baroque
hingga high Baroque, dan berakhir di Prancis mulai dari late Baroque hingga akhirnya
digantikan dengan kemunculan gaya Rococo.
1. Pilar
2. Kubah
Lawang Sewu
6. Arsitektur Rococo
A. Latar belakang
Di daratan Eropa, rococo merupakan penggambaran suatu bentuk gaya artistik yang
bersifat fancy atau mewah. Nama Rococo berarti batu dan kerang dalam bahasa
Prancis dan kombinasi kata rocaille dan coquillage. Batu dan kerang memang kerap
digunakan sebagai motif dekorasi dari gaya satu ini.
Desain arsitektur rococo ini secara estetika juga mempengaruhi musik, seni, furnitur,
dan bahkan peralatan makan di Eropa.
Puncak gaya Rococo terjadi pada pertengahan tahun 1700-an, ketika Jean-Honoré
Fragonard ( The Swing, 1767) dan Francois Boucher (Potret Madame de Pompadour,
1759), dua pelukis Rokoko paling terkenal dalam sejarah seni, menciptakan banyak
karya ikonik.
1. Kurva
5. Hiasan asimetris