Anda di halaman 1dari 4

Arsitektur Renaissance

Era Renaissance merupakan masa peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern.
Arsitektur Renaissance menggambarkan perjuangan lepas dari doktrin gereja. Ornamen-
ornamen organis muncul sebagai bagian dari keindahan bangunan. Cahaya masih menjadi
bagian dari keindahan bangunan, namun unsurunsur duniawi juga muncul dalam bentuk detail-
detail yang indah. Detail yang bersifat duniawi pada era pertengahan sangat dibatasi.
Kemunculan detail ini dilandasi oleh ideologi untuk melepaskan diri dari doktrin gereja.
(Moffett, 2003)

Gambar 1. Katedral St. Paul, Inggris


Sumber: http://id.wikipedia.org/

Karakteristik Arsitektur Renaissance

1. Denah
Denah bangunan berbentuk simetris dan juga proporsional.
Ukurannya mengikuti ketetapan yang sudah ditentukan. Untuk
bangunan gereja, denahnya tidak berbeda jauh dengan denah yang
sudah ada di Italia sebelum terjadinya revolusi minat terhadap
gaya arsitektur klasik.
Contoh Denah S. Maria
Della Consolazione
2. Dinding dan Kolom
Pada abad pertengahan, dinding eksterior menggunakan material-
material kecil yang disusun. Sementara itu, untuk masa
Renaissance, dinding eksterior menggunakan batu atau plesteran
sehingga terlihat halus.
Pada masa ini, kolom-kolom Yunani dan Romawi digunakan
kembali, namun hanya digunakan sebagai hiasan dan bukan
sebagai penopang struktur.
Selain digunakan sebagai kolom, digunakan juga pilaster dan
Jenis-jenis kolom
pedimen.

3. Bukaan
Bukaan pada masa ini datar, atau menggunakan arch semi-sirkuler,
terkadang dapat juga berbentuk elips, tapi hampir tidak pernah ada
yang menggunakan arch berbentuk lancip. Arsitektur bangunan
pada masa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, antara lain
bangunan yang mengandalkan efek dari jendela dan juga bangunan
yang mengandalkan efek dari ornamen seperti cornice, pilaster,
Arch semi sirkuler dan kolom-kolom.

4. Desain dan Konstruksi


Pada masa ini, barrel vault kembali digunakan. Tidak seperti
arsitektur gothic yang memiliki denah persegi panjang, pada masa
renaissance denah yang digunakan berbentuk persegi atau semi
sirkuler.
Pada masa ini juga, kubah sering digunakan sebagai fitur struktural
pada bagian eksterior, dan juga sebagai atap bagi ruangan lebih

Kubah St. Peters


kecil yang hanya dapat dilihat di dalam bangunan. Pada abad
Basilica
pertengahan kubah jarang digunakan, namun setelah digunakan
dalam desain milik Brunelleschi dalam desain Basilica di Santa Maria del Fiore dan
juga pada desain Brahmante untuk St. Peters Basilica, kubah menjadi bagian yang
penting dalam arsitektur gereja dan bahkan kemudian menjadi penting bagi bangunan
sekuler, seperti Villa Rotonda milik Palladio.
Perbandingan Karakteristik Arsitektur Renaissance dengan Bangunan di Indonesia

1. Istana Merdeka

Istana Merdeka
Sumber: http://presidenri.go.id/

Istana Merdeka atau Istana Negara adalah kediaman dan kantor resmi Presiden RI.
Meskipun denah Istana Merdeka tidak menganut pengaruh arsitektur Renaissance yang
umumnya simetris dan hanya berbentuk persegi, dinding dan kolom yang ada pada
muka bangunan ini tampak seperti kolom-kolom yang ada pada Parthenon. Meskipun
kolom-kolom tersebut tidak mengelilingi sisi bangunan seperti Parthenon, beberapa sisi
bangunan tampak menggunakan kolom tersebut. Bagian atas bangunan juga terdapat
kubah yang juga menjadi ciri khas arsitektur renaissance walaupun ukurannya tidak
besar dan bukan menjadi sebuah point of interest bangunan.

2. Jogja City Mall

Jogja City Mall


Sumber: http://electronic-city.com/

Jogja City Mall merupakan mall yang berada di daerah Sleman, DIY. Sama halnya
dengan Istana Merdeka, denah bangunan ini juga tidak simetris dengan komposisi
terpusat. Meski begitu, penempatan kolom pada bagian depan bangunan mirip dengan
kolom-kolom pada Parthenon yang ada di Yunani.

Anda mungkin juga menyukai