Anda di halaman 1dari 14

ARSITEKTUR

RENAISSANCE
PENGERTIAN RENAISSANCE

• Secara Bahasa :
Kata “Renaissance” berasal dari bahasa Perancis yang artinya
“Lahir Kembali” atau “Kelahiran Kembali”.
• Secara Istilah :
Renaisans adalah sebuah gerakan kebudayaan antara abad
ke-15 hingga abad ke-17, bermula di Italia pada akhir Abad
Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Desain
arsitektur bangunan di abad renaissance sangat dipengaruhi
kuat oleh kebudayaan yunani dan romawi. Arsitekturnya
cenderung mengkombinasikan antara bentuk-bentuk simetris,
kubah-kubah, dan tiang-tiang yang besar yang sangat kental
dengan arsitektur yunani. Namun, yang membedakan arsitektur
abad renaissanse dengan arsitektur roma atau yunani kuno ini
adalah bahwa keseluruhan konsep tersebut dihadirkan dalam
tampilan yang baru yang lebih menonjolkan karakter dari
arsitektur modern.
TEORI-TEORI ARSITEKTUR RENAISSANCE

1. Teori plato melihat bahwa keindahan alami muncul melalui


adanya garis, lingkaran dan permukaan yang menghasilkan
bentuk dan volume geometri yang absolut.
2. Teori pythagoras merupakan dasar pengembangan rasio
perbandingan yang membentuk dasar bagi proporsi-
proporsi arsitektural dengan mencoba perhitungan
matematis untuk membentuk suatu yang estetis.
3. Teori aristoteles mengemukakan teori ruang sebagai tempat
dan terbatasnya cosmos yang kemudian berkembang
sampai dengan timbulnya konsep “ruang cartesian”. Teori
ini menyatakan bahwa panjang, lebar dan ketebalan
membentuk wujud keteraturan geometris seperti grid dua
atau tiga dimensi (konsep geometri ruang).
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR
RENAISSANCE
• Arsitektur Renaisans (yang
berjaya dalam abad 15–17
M) secara umum
memperlihatkan sejumlah
ciri khas arsitektur. Ciri khas
tersebut antara lain :
1. Munculnya kembali
langgam-langgam Yunani
dan Romawi seperti
bentuk tiang langgam
Tuscan, Dorik, Ionik,
Corinthian dan
sebagainya (meskipun
pada perkembangan
selanjutnya penggunaan
langgam tersebut mulai
berkurang).
DENAH

• Denah bangunan berbentuk simetris dan juga proporsional.


Ukurannya mengikuti ketetapan yang sudah ditentukan.
Untuk bangunan gereja, denahnya tidak berbeda jauh
dengan denah yang sudah ada di Italia sebelum terjadinya
revolusi minat terhadap gaya arsitektur klasik. Contoh Denah :
DINDING
• Dinding dan Kolom
Pada abad pertengahan,
dinding eksterior menggunakan
material-material kecil yang
disusun. Sementara itu, untuk
masa Renaissance, dinding
eksterior menggunakan batu
atau plesteran sehingga terlihat
halus. Pada masa ini, kolom-
kolom Yunani dan Romawi
digunakan kembali, namun
hanya digunakan sebagai hiasan
dan bukan sebagai penopang
struktur. Selain digunakan
sebagai kolom, digunakan juga
pilaster dan pedimen.
BUKAAN

• Bukaan pada masa ini datar,


atau menggunakan arch
semisirkuler, terkadang dapat
juga berbentuk elips, tapi
hampir tidak pernah ada yang
menggunakan arch berbentuk
lancip. Arsitektur bangunan
pada masa ini dapat dibagi
menjadi dua bagian, antara
lain bangunan yang
mengandalkan efek dari
jendela dan juga bangunan
yang mengandalkan efek dari
ornamen seperti cornice,
pilaster, dan kolom-kolom.
DESAIN DAN KONSTRUKSI
• Tidak seperti arsitektur gothic yang
memiliki denah persegi panjang, pada
masa renaissance denah yang
digunakan berbentuk persegi atau semi
sirkuler. Pada masa ini juga, kubah sering
digunakan sebagai fitur struktural pada
bagian eksterior, dan juga sebagai atap
bagi ruangan lebih kecil yang hanya
dapat dilihat di dalam bangunan. Pada
abad pertengahan kubah jarang
digunakan, namun setelah digunakan
dalam desain milik Brunelleschi dalam
desain Basilica di Santa Maria del Fiore
dan juga pada desain Brahmante untuk
St. Peter’s Basilica, kubah menjadi
bagian yang penting dalam arsitektur
gereja dan bahkan kemudian menjadi
penting bagi bangunan sekuler, seperti
Villa Rotonda milik Palladio.
FASAD

• Arsitek-arsitek Zaman renaissance


nampaknya lebih menyukai bentuk
rancangan melebar seperti istana,
dibandingkan dengan bentuk vertikal
dalam gaya Gothic. Sebab, Zaman
renaissance banyak memperhatikan
antroposentris, sifat humanis, individualis,
kehidupan dipandang secara optimis,
penuh percaya diri, sehingga para
arsitek pun menghadapi kehidupan ini
dengan penuh kegairahan. Karena
itulah ukuran-ukuran Gereja Santo
Petrus ini semuanya menjadi serba
raksasa. Lebar tampak depannya saja
menjadi 117 meter, tinggi 50 meter, luas
bangunan sekitar 21.000 meter persegi
dan tinggi kubahnya melebihi 130
meter.
ESTETIKA

• Pengembangan teori-teori
Renaissance banyak
mengacu pada falsafah
yang dibuat oleh Plato,
Pythagoras dan Aristoteles.
Gabungan dari beberapa
teori terdahulu dengan teori
Vitruvius menghasilkan teori
Proporsi pada Renaissance
yang mengutamakan
KEHARMONISAN
GARIS

• Gereja Basilika Santo Petrus


menerapkan garis lurus
horizontal dan vertical
dengan garis lurus secara
vertical yang lebih
dominan, ini terlihat dari
susunan kolom-kolom besar
yang menghiasi fasade
gereja yang megah ini.
Penerapan garis-garis
horisontal terlihat karena
gereja ini memiliki lebar 117
m. Penerapan garis
lengkung pada fasade
depan terlihat pada bagian
kubah dan hiasan yang
menghiasi bangunan ini
WARNA

• Gereja Basilika Santo


Petrus, pada fasade
bangunan yang dihiasi
oleh kolom-kolom besar
yang terbuat dari batu
travertine sehingga
menghasilkan warna
yang terang dan
cenderung pucat dan
terdiri atas 1 warna saja
(monochrome). Pada
interior juga tidak jauh
berbeda dengan exterior
bangunan yang memiliki
1 warna yang berasal dari
material yang digunakan
dalam
pembangunannya.
PROPORSI

• Proporsi Michelangelo
yang rumit pada
rancangan gereja St.
Petrus adalah suatu
bangunan diukur
secara vertikal dengan
perbandingan 3 : 2 : 1.
Garis bentuk
bangunan merupakan
segitiga samasisi yang
merupakan bentuk
geometris yang benar-
benar simetri pada
fasade gereja ini
TEXTURE
• Pada fasade terlihat banyak
tekstur yang dapat terlihat,
baik itu dari texture material
yang digunakan dan texture
yang dibuat sedemikian rupa,
seperti texture pada
kolomkolom besar yang
terlihat pada exterior dan
interior gereja ini. Kolom besar
tersebut terbuat dari batu
Travertine, batu ini
berpenampilan berserat
dengan warna cokelat dan
krem. Hal ini membuat texture
yang dimiliki bangunan ini
cenderung kasar dengan
ukiran (stucco) yang
obyeknya penginterpretasian
alam, sosok dan perilaku dari
fauna dan manusia.

Anda mungkin juga menyukai