Latar Belakang
Pada tahun 1497, Vasco da Gama berlayar mengarungi jalur yang pernah dilalui
Bartholomeus Diaz yaitu Tanjung Harapan, Laut Arab, dan Samudera Hindia. Atas dasar
petunjuk bangsa Moor yang telah disewanya, rombongan Vasco da Gama mendarat di
Kalikut dan Goa di pantai barat India. Kalikut ketika itu menjadi bandar utama sutera,
porselen, kayu manis, cengkeh, dan lain-lain.
Batu Padrao merupakan suatu ciri yang dibawa oleh Vasco da Gama beserta
rombongannya untuk menandakan daerah tersebut merupakan daerah yang dimiliki oleh
Portugis. Di India, ia mendirikan kantor dagang yang juga dilengkapi dengan benteng. Atas
keberhasilannya, maka Raja Portugis mengangkat dia sebagai penguasa di Goa atas nama
Portugis. Setelah beberapa tahun tinggal di India, orang-orang Portugis, menyadari bahwa
India bukan penghasil rempah-rempah. Mereka mendengar bahwa Malaka merupakan daerah
penghasil serta pusat perdagangan rempah-rempah.
1. Di Pasai, 1514, Portugis memperoleh izin mendirikan benteng di tepi sungai Pasai
serta hak berdagang.
2. Di Minangkabau, meraup keuntungan dari hasil aliansi Portugis dengan Raja
Pagaruyung untuk menangkal Sultan Mahmud.
3. Di Maluku, Portugis beraliansi dengan Ternate untuk menghadapi aliansi Tidore
dengan Spanyol. Kemenangan Ternate membuat Portugis berhasil mendirikan
benteng di Ternate serta hak berdagang.
Sekitar akhir abad ke-16, kedudukan Portugis semakin mendesak karena adanya
ketidaksenangan para penguasa serta perlawanan di beberapa wilayah Indonesia aikbat dari
monopoli serta hak dagangnya. Ditambah juga dengan hadirnya Belanda bersama VOC nya
ke Indonesia.
Selain itu, bangsa Portugis juga meninggalkan beberapa pengaruh dari bidang
kebudayaan mereka seperti:
1. Bidang Kesenian
Bangsa Portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncong yang
diiringi gitar yang berasal dari bangsa Portugis
2. Bidang Bahasa
Kosa kata bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa Portugis seperti
bendera, keju, dll.
3. Bidang Agama
Adanya bangunan-bangunan Gereja di Indonesia dan masyarakat Indonesia bagian
Timur kebanyakan memeluk agama Katholik.
4. Bidang Pendidikan
Didirikannya sekolah seminari di Ambon dan Volkschool dan Voorvokschool di
Tanjung Sakti.
5. Pemberian Nama orang Indonesia
Nama-nama orang Indonesia menggunakan nama Portugis, contoh: da Costa, Diaz, de
Fretas, Gonzales, Mendoza, dan lain-lain.
1. Benteng Tolukko
Benteng yang satu ini mulanya dikenal dengan nama Tolukko, hingga pada
akhirnya banyak yang meyebutnya dengan nama Benteng Hollandia. Peninggalan
bangsa Portugis di Indonesia tersebut dibangun pada tahun 1540 yang didirikan oleh
Fransisco Serreo yang merupakan seorang panglima Portugis. Tujuan dari dirinya
memperbaiki benteng tersebut yaitu untuk menjadikan benteng sebagai tempat
perlindungan atau pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang kala itu tengah
menyerang Ternate.
2. Benteng Oranje
Peninggalan bangsa Portugis di Indonesia ini mulanya merupakan peninggalan
bangsa Belanda yang bernama Cornelis Matclief De Jonge pada 26 Mei 1607. Nama
Oranje sendiri disematkan oleh Francois Witlent di tahun 1609 ketika Ternate masih
dibawah kekuasaan Sultan Mudafar. Benteng Oranje ini dulunya adalah sebuah
peninggalan dari bangsa Portugis yang dihuni oleh orang-orang Melayu. Namun, oleh
para orang Belanda benteng tersebut dipugar kembali dan dijadikan sebagai pusat
pemerintahan tertinggi Hindia Belanda yang dipimpin langsung oleh Gubernur
Jenderal VOC Pieter Both, Laurenz Reaal, Herald Reyist dan J.C Coum.
3. Benteng Kalamata
Benteng Kalamata atau Kalamata mempunyai nama lain sebagai Benteng
Kayu Merah atau Benteng Santa Lusia. Peninggalan bangsa Portugis di Indonesia ini
dibangun menggunakan bebatuan sungai, batu kapur dan juga batu karang yang
mempunyai arsitektur yang sangat indah. Didirikan pada tahun 1540 oleh pria
berkebangsaan Portugis yaitu Fransisco Sereo. Fungsi didirikannya benteng ini untuk
menghadapi serangan dari bangsa Spanyol dari Rum dan Tidore.
Seiring dengan digunakannya benteng tersebut, benteng inipun dibangun
kembali oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di tahun 1609 yang bernama Pieter
Both. Sebelum itu, benteng Kalamata di kuasai oleh Spanyol pada tahun 1625 setelah
dikosongkan oleh bangsa Portugis yang bernama Geen Huigen Schapen. Setelah
ditinggalkan juga oleh bangsa Spanyol, benteng ini pun kembali dirawat oleh
Belanda. Hingga akhirnya benteng tersebut menjadi saksi bisu sejarah di masa
penjajahan.
4. Penjara Tua Kema
Penjara Tua Kema adalah sebuah penjara bekas yang dibuat oleh bangsa
Portugis yang berlokasi di Desa Kema III Kecamatan Kema, Minahasa Utara.
Terletak di ketinggian enam meter di atas permukaan laut atau berjarak sekitar 500
meter dari pinggir pantai.
Bentuk dari penjara itu sendiri dibuat menyerupai gudang dengan ukuran 10 x
7,5 meter dengan tinggi bangunan mencapai 4 meter bahkan ada yang setinggi 7,25
meter apabila dihitung sampai dengan ujung atap. Untuk ruangannya terdiri dari 3
bilik penjara yang berukuran tidak terlalu besar. Masing-masing pintu tersebut
mempunyai pintu lagi yang di atasnya terdapat kisi-kisi besi. Yang membuat
bangunan peninggalan bangsa Portugis di Indonesia ini menarik yaitu beberapa
bangunan masih terlihat asli.
5. Gereja Tugu
Beralih ke daerah ibukota yaitu Jakarta Utara yang terdapat salah satu
peninggalan bangsa Portugis di Indonesia yang bernama Gereja Tugu. Pada papan
penanda yang letaknya persis di depan gereja terdapat tulisan tahun 1748.
Dulu bangsa Portugis dibawa sebagai tahanan oleh Belanda dari pulau
Malaka. Selanjutnya mereka melakukan ibadah di Gereja Sion yang letaknya di
daerah Kota Jakarta. Namun karena merasa tidak bebas, para leluhur Tugu pun
melarikan diri ke kampung tugu yang dulunya masih terdapat rawa dan hutan. Atas
inisiatif atau ide dari seorang pendeta Melchior Leydecker, maka dibangunlah sebuah
gereja untuk pertama kalinya di tahun 1678 yang ceritanya berada di sebuah Gereja
yang ada di Tanjung Priok.