Sejarah
Penjajahan di Indonesia
STAN Channel
Sumber :
Markijar.com
4 Masa Penjajahan Negara Asing di Indonesia - Bangsa Indonesia merupakan
sekelompok masarakat indonesia yang bersatu atau dipersatukan karna adanya
persamaan sejarah dan nasip di masa lampau, serta mempunyai cita-cita maupun
tujuan yang sama untuk kehidupan di masa yang akan datang.
Pada awalnya bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada
tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan, namun perjanjian koalisi
tersebut gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah
pemerintahan Islam di Jawa, seperti Demak dan Banten.
Pada 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Franscisco Serrao serta Antonio
Albreu untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-
rempah di Maluku. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing di bawah
pimpinan Franscisco Serrao serta Antonio Albreu, mendarat di Kepulauan Penyu
dan Kepulauan Banda. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk
dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis mendapat izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli. Namun hubungan
dagang rempah-rempah ini tidak berjalan lama, sebab Portugis menerapkan
sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. Pertemanan
Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan
Babullah berlangsung selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus
menyingkir dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon. Kemudian Perlawanan
rakyat Maluku akan Portugis digunakan Belanda untuk menjejakkan kakinya di
Maluku.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku
untuk mengusir Portugis di Maluku hal itu karena rakyat maluku merasa dirugikan
oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui
usaha monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada 1570, Sultan Hairun
memimpin rakyat Ternate menjalankan perlawanan terhadap bangsa Portugis,
namun berkat kelicikan Portugis Sultan Hairun akhirnya tewas terbunuh di dalam
Benteng Duurstede. Selanjutnya perlawanan dipimpin oleh Sultan Baabullah pada
tahun 1574. Portugis kemudian dapat diusir dari maluku dan kemudian bermukim
di Pulau Timor.
Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang
bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.
Pada 1905 muncul gerakan nasionalis yang pertama, yaitu Serikat Dagang Islam
yang kemudian diikuti oleh munculnya gerakan Budi Utomo. Belanda merespon
gerakan tersebut dengan memenjarakan banyak dari mereka dengan alasan
kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno pernah
dipenjarakan.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Hindia Belanda mengumumkan keadaan
siaga dan pada bulan Juli Belanda mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Britania
dan Amerika Serikat. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat tempur jepang gagal di Juni
1941, kemudian pada bulan Desember 1941 Jepang memulai penaklukan Asia
Tenggara.
Pada akhirnya, setelah 350 tahun Kolonial Belanda menguasai Indonesia, Belanda
akhirnya menyerah tanpa syarat terhadap Jepang melalui perjanjian Kalijati pada
tanggal 8maret 1942. Masaa kependudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa penjajahan negeri sakura
tersebut, mereka membentuk beberapa organisasi diantaranya PETA (Pembela
Tanah Air), Heiho (pasukan indonesia buatan Jepang), dan Jawa Hokokai
(pengganti Putera).
Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan
Belanda.
Pada Juli 1942, Soekarno mendapat tawaran dari Jepang untuk mengadakan
kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang dapat memberikan
jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, para Kyai dan Mohammad
Hatta memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi,
pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat lah beragam, tergantung
di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di
daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
penahanan sembarang, terlibat perbudakan seks, hukuman mati, dan kejahatan
perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan
target sasaran kekejaman dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal Kumakichi
Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo
Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI
yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan wakilnya
Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jml anggota BPUPKI kala itu
ialah 63 orang yang mewakili hampir semua wilayah di Indonesia.