Kolonialisme dan imperialisme sudah dilakukan oleh bangsa Eropa sejak abad
ke-15 di seluruh dunia, sampai akhirnya masuk ke nusantara (Indonesia). Pada
saat itu, latar belakang bangsa Eropa masuk ke wilayah nusantara disebabkan
oleh beberapa hal, seperti jatuhnya Konstantinopel di kawasan Laut Tengah ke
kekuasaan Turki Usmani pada tahun 1453, merosotnya ekonomi dan
perdagangan bangsa Eropa, serta terjadinya revolusi industri.
Dalam upaya tersebut, bangsa Eropa mulai menyebar ke seluruh dunia, sampai
akhirnya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia pun terjadi. Di sisi lain,
kejatuhan Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453,
menyebabkan akses bangsa Eropa dalam mendapatkan rempah-rempah yang
lebih murah di kawasan Laut Tengah menjadi tertutup dan membuat harga
rempah-rempah di Eropa meningkat tajam. Bangsa Eropa kemudian terdorong
untuk mencari dan menemukan wilayah-wilayah penghasil rempah-rempah ke
dunia baru yang ada di timur Eropa.
Sultan Agung pun mulai menyerang VOC pada tahun 1628, tapi
serangan pertama ini gagal dan mengakibatkan sekitar 1.000 prajurit
Mataram gugur. Serangan kedua yang dilakukan pada bulan Agustus–
Oktober 1629 pun mengalami kegagalan karena Kesultanan Mataram
kalah persenjataan, kekurangan persediaan makanan (karena lumbung-
lumbung persediaan makanan yang ada di Tegal, Cirebon, dan
Karawang dimusnahkan VOC), jarak yang terlalu jauh, dan wabah
penyakit yang menyerang pasukan Mataram.
b. Gerakan Mesianisme
Gerakan mesianisme merupakan gerakan yang berasal dari harapan
akan datangnya ratu adil atau imam mahdi sebagai juru selamat rakyat.
Dalam gerakan ini biasanya terdapat seorang pimpinan yang dianggap
sebagai juru selamat, pimpinan agama, atau bahkan nabi. Gerakan ini
bersandar pada dasar-dasar kekuatan gaib sang pemimpin dan
menghadapkan munculnya era baru dan datangnya zaman keemasan
yang meniadakan penderitaan rakyat dan hilangnya konflik serta
ketidakadilan.
Beberapa contoh dari gerakan mesianisme adalah Kasan Mukmin
(1903), Gerakan Darmojo (1907), dan dukun yang mengaku keturunan
Sultan Hamengku Buwono V dan akan bertindak sebagai ratu adil dan
calon sultan Yogyakarta (1918).
Visi pendidikanMoh. Syafei dapat diringkas dalam tiga kata atau 3H,
yaitu head, heart, dan hand.
1. Head artinya sekolah memfasilitas peserta didik agar mampu berpikir
secara rasional
2. Heart artinya sekolah memfasilitas peserta didik menjadi pribadi –
pribadi yang berkarakter mulia. Karakter mulia tersebut terwujud
dalam sikap cinta tanah air, dan bertanggung jawab atas kondisi
bangsa yang terpuruk akibat penjajahan
3. Hand artinya sekolah memfasilitas peserta didik agar pada akhirnya
mereka memiliki keterampilan yang nyata sesuai dengan bakat yang
dikaruniakan Tuhan pada tiap – tiap orang. Tujuannya agar tiap – tiap
insan indonesia tidak bergantung pada orang lain, seperti penjajahan,
tetapi hidup mandiri di atas kakinya sendiri.
b) Taman Siswa
Taman siswa merupakan salah satu organisasi pergerakan dengan fokus
kegiatan dalam bidang pendidikan. Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar
Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Organisasi ini
meyakini pendidikan sebagai sarana yang efektif untuk mewujudkan
perubahan sosial dan dapat menjadi resep unggulan untuk memajukan
bangsa. Ki Hajar Dewantara menerapkan tiga konsep pengajaran dalam
kegiatan pendidikan di Taman Siswa, yaitu :
1. Ing ngarso sung tulodo, artinya para guru yang memiliki tanggung
jawab memberikan pendidikan, harus dapat memberi contoh dengan
sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat menjadi teladan bagi
siswanya.
2. Ing madyo mangun karsa, artinya guru harus dapat memberi motivasi
yang baik bagi siswanya, memberikan bimbingan yang terus menerus
agar siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya
3. Tut wuri handayani, artinya guru wajib membimbing siswa untuk
dapat menggali sendiri pengetahuannya, menemukan makna dari
pengetahuan yang diperolehnya sehingga pengetahuan itu dapat
berguna bagi kehidupannya.
Perjuangan Taman Siswa bukan tidak mengalami hambatan karena
Belanda mengeluarkan aturan, yaitu akan menutup semua sekolah –
sekolah liar. Namun Ki Hajar Dewantara berjuang agar sekolah Taman
Siswa tidak dibubarkan. Perjuangan yang panjang itu akhirnya
menghasikan buah yang manis. Pada tahun 1935 Belanda mencabut
undang – undang ( ordonasi ) tentang sekolah liar. Atas jasa dan
perjuangannya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia menuju
kemerdekaan, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional ( tanggal 2 Mei )
TUGAS MAKALAH
RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
Nama Kelompok:
Kelas: XI IPS.3