Anda di halaman 1dari 35

Perlawanan Bangsa

Indonesia Terhadap
Bangsa Barat
Brianita Indriani N - XI MIPA 8
01 Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap
Penjajahan Portugis Dan Spanyol

Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap


02 Penjajahan VOC

Daftar 03
Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap
Penjajahan Pemerintahan Hindia

Isi Belanda

Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap


04 Penjajahan Inggris

Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia


05 Terhadap Bangsa Barat Sebelum Dan
Sesudah Abad Ke-20
A. Perlawanan Bangsa
Indonesia Terhadap
Penjajahan Portugis
Dan Spanyol
Latar Belakang Kedatangan Bangsa
Portugis dan Spanyol Ke Indonesia
Latar belakang kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia
adalah pertentangan dengan Turki, perkembangan ilmu pengetahuan, dan
jatuhnya Konstantinopel.

Selain itu, terdapat juga 3 motivasi yang mendorong kedatangan orang


orang Eropa ke Asia Afrika, yaitu :
- Mencari kekakayaan dari hasil perdagangan (Gold)
- Menyebarkan agama (Gospel)
- Mencapai kejayaan (Glory)
Bentuk Perlawanan
Bangsa Indonesia
Menghadapi
Portugis
A. Perlawanan Rakyat Tanah
Rencong (Aceh)
Sejak portugis datang di Malaka pada tahun 1511 M banyak pedagang muslim yang berpindah ke
Aceh. Karena hal itu Aceh mengalami perkembangan yang pesat. Pesatnya perkembangan
perdagangan Aceh mengakibatkan pada tahun 1523 dan 1524 portugis menyerang Aceh namun
selalu mengalami kegagalan. Persaingan perdagangan antara Portugis dan Aceh berakhir dengan
permusuhan.

Latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis antara lain :


Adanya monopoli perdagangan oleh Portugis
Pelarangan terhadap orang-orang Aceh untuk berdagang dan berlayar ke Laut
Merah
Penangkapan kapal kapal Aceh oleh Portugis

Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari ancaman Portugis antara lain:
Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India)
Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa pedagang muslim
di Jawa
Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan prajurit yang
tangguh
Meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar
B. Serangan Adipati Unus di
Malaka
Perlawanan kesultanan Demak terjadi karena kesultanan-kesultanan Islam yang lain juga terancam terhadap
kedudukan Portugis di Malaka. Solidaritas sesama pedagang Islam terbangun saat Malaka jatuh ke pihak Portugis.
Kerajaan Aceh, Palembang, Banten, Johor, dan Demak bersekutu untuk menghadapi Portugis di Malaka. Sultan
Demak R. Patah mengirim pasukannya di bawah pimpinan putranya Adipati Unus untuk menyerang Portugis di
Malaka. Perlawanan rakyat Demak tersebut dipimpin oleh Adipati Unus.

Adipati Unus melancarkan serangannya pada tahun 1512 dan 1513. Dengan kekuatan 100 kapal laut dan lebih dari
10.000 prajurit Adipati Unus menyerang Portugis. Namun, serangan tersebut mengalami kegagalan dan belum
berhasil. Adpaun faktor-faktor kegagalan serangan Demak terhadap Malaka disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
Serangan tersebut tidak dilakukan dengan persiapan yang matang
Jarak yang terlalu jauh
Kalah persenjataan
Karena jasanya memimpin armada laut Demak dalam penyerangan ke Malaka. Adipati Unus mendapat sebutan
“Pangeran Sabrang Lor.
C. Perlawanan
Fatahillah (1527 –1570)
Dalam rangka memperluas ekspansinya ke daerah Barat, Demak mengirim
Fatahillah untuk menggagalkan rencana kerja sama antara Portugis dan
Pajajaran. Pada tahun 1527, Fatahillah mengadakan penyerangan terhadap
Portugis di Sunda Kelapa. Serangan tersebut berhasil mengusir Portugis
dari Sunda Kelapa. Selanjutnya pada tanggal 22 Juni 1527 nama Sunda
Kelapa diganti menjadi Jayakarta atau Jakarta yang berarti kemenangan
yang sempurna. Fatahillah diangkat oleh Sultan Trenggono sebagai wakil
Sultan Demak yang memerintah di Banten dan Jayakarta.
D. Perlawanan Rakyat Ternate
Perlawanan Rakyat Ternate Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini: a) Portugis melakukan
monopoli perdagangan. b) Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan. c) Portugis membenci
pemeluk agama Islam karena tidak sepaham dengan mereka. d) Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
e) Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.

Akibat dari sikap tersebut setiap kehendak Portugis ditolak oleh Raja Ternate. Bahkan Rakyat ternate
dipimpin Sultan Hairun bekerja sama dengan Tidore untuk melawan Portugis. Perlawanan ini membuat
Portugis terdesak dan meminta bantuan Malaka. Pasukan dari malaka datang dengan dipimpin oleh
Antonio Galvao. Pada masa kepemimpinan Galvao Rakyat Maluku bersahabat dengan Portugis. Namun
setelah Galvao diganti hubungan harmonis kembali sobek akibat nafsu serakah orang-orang portugis dan
memaksa sultan Hairun menerima Kekuasaan Portugis dan hanya menjual cengkeh dan pala ke Portugis.
Pada tahun 1565 M Portugis semakin terdesak dan harus menjalankan perundingan.

Perundingan antara Portugis dan Ternate mulai berjalan. Akan tetapi dalam perundingan tersebut Sultan
Hairun dibunuh secara licik. Terbunuhnya Sultan membuat amarah rakyat Maluku berkobar. Rakyat ternate
dengan dipimpin Sultan Baabullah memimpin perlawanan rakyat. Sultan Baabullah memusatkan
penyerangan untuk mengepung benteng Portugis. Selama lima tahun orang portugis mampu bertahan di
dalam benteng akan tetapi pada tahun 1575 karena kehabisan bekal orang-orang portugis menyerah.
Kemudian Portugis menetap di Timor-timur.
Perlawanan Bangsa
Indonesia
Menghadapi
Spanyol
A. Perlawanan rakyat
Minahasa terhadap Spanyol
Perang antara rakyat Minahasa dengan Spanyol terjadi pada tahun 1644. Perang ini
disebabkan oleh ketidaksenangan anak suku tombatu terhadap monopoli
perdagangan beras yang dilakukan Spanyol. Selain itu rakyat sengsara akibat
ketamakan dari orang Spanyol. Peperangan ini terjadi di daerah kali dan batu lesung
dipimpin oleh Panglima Monde suami rati Oki sedangkan Spanyol dibantu oleh Raja
Loloda Mokoagouw II.

Sebenarnya terjadinya perang pertama terjadi pada tahun 1643 di Tompaso yang
mengakibatkan 40 orang tentara Spanyol Tewas di Kali dan Batu. Sedangkan dipihak
minahasa 9 orang tentara gugur dan Pasukan Spanyol berhasil dikejar. Berkat
Bantuan Residen VOC Hermans Jansz Steynkuler berhasil diadakan kesepakatan
dama pada 21 September isi dari kesepakatan tersebut minahasa menguasai
tompaso baru, Rumong Bawah dan Kawangkoan Bawah.
2. Perlawanan Bangsa
Indonesia Terhadap
Penjajahan VOC
Latar Belakang Kedatangan Belanda Ke
Indonesia
Pada tahun 1596, Belanda tiba untuk pertama kalinya di Indonesia yakni di Banten. Anggota pelayaran
Belanda saat itu dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Belanda terpaksa mencari langsung sumber
rempah-rempah salah satunya adalah ke Indonesia kala itu dikarenakan beberapa penyebab:
- Kebutuhan untuk mencari rempah-rempah melalui sumber aslinya karena jalur perdagangan utama
ditutup.
- Pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa, kota Lisbon ditutup oleh Spanyol.
- Keinginan menyebarkan berbagai pengaruh seperti ajaran agama, politik, ilmu pengetahuan, sosial,
dan budaya serta memonopoli perdagangan.
Bentuk Perlawanan Bangsa
Indonesia Menghadapi VOC

Perjuangan bangsa Indonesia pada periode ini meliputi masa sejak dibentuknya VOC tahun
1602 sampai dibubarkannya VOC pada tahun 1799
A. Perlawanan Sultan Agung
Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC dilakukan pada tahun 1628-1629.
Keinginan kuat untuk mengusir VOC disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
: Kehadiran Kompeni Belanda di Batavia dapat membahayakan kesatuan Negara
yang dalam hal ini, Monopoloi yang dilakukan oleh VOC, VOC selalu
menghalang-halangi kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka,
VOC tidak mau mengakui kedaulatan Mataram.
Ketika kantor dagang VOC diserang, orang–orang Belanda ditawan dan dibawa ke
Mataram. VOC di bawah pimpinan JP. Coen membalas menembaki kota Jepara
dari laut. Selain itu, Sultan Agung juga berupaya merebut Batavia dan mengusir
Belanda dari bumi Indonesia. Sultan Agung menyerang Batavia sebanyak 2 kali.
Serangan pertama, pada tahun 1628 mengalami kegagalan. Kemudian serangan
kedua, pada tahun 1629 di bawah pimpinan Dipati Puger dan Dipati Purbaya.
Serangan ini, juga mengalami kegagalan karena VOC membakar gudang–gudang
padi sehingga tentara Mataram kekurangan bahan makanan. Tentara Mataram
ditarik mundur karena adanya serangan penyakit kolera setelah mendengar
kabar JP. Coen meninggal karena penyakit kolera. Dengan demikian, serangan
yang dilakukan oleh Sultan Agung ke Batavia mengalami kegagalan. Sampai
Sultan Agung meninggal tahun 1645 tidak ada lagi serangan ke Batavia.
B. Perlawanan Rakyat Banten
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada 1656. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
terhadap VOC dilakukan dengan cara :
Merusak kebun tebu
Membantu perlawanan Trunojoyo
Melindungi pelarian dari Makassar

Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting. Pada 1680, Sultan Ageng kembali
mengumumkan perang setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC. Sayangnya, di Banten sedang
terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji, sehingga Belanda langsung memanfaatkan momen
tersebut. Belanda mendukung Sultan Haji yang lebih mudah dipengaruhi untuk membantu kepentingan VOC. Akhirnya Sultan
Ageng Tirtayasa digulingkan dan diasingkan, sementara Sultan Haji menjadi Raja Banten.

Pada 1682, Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda yang isinya sebagai berikut.
VOC berhak atas monopoli perdagangan Banten menanggung semua ganti rugi perang
Banten merelakan Cirebon kepada VOC
VOC berhak ikut campur dalam setiap urusan Kerajaan Banten
Pada 1695, kemerdekaan Kerajaan Banten telah diambil oleh VOC dan kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.
C. Perlawanan
Rakyat Makassar
Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dari
Kerajaan Gowa. Saat terjadi perselisihan antara Arung Palaka dari Kerajaan Bone
dengan raja Gowa, VOC langsung memanfaatkan kesempatan itu. VOC berhasil
memanfaatkan Arung Palaka untuk menyerang Gowa pada 1666. Pada akhirnya, Sultan
Hasanuddin dari Kerajaan Gowa dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya
pada 18 November 1667. Isi Perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin dengan VOC :
VOC mendapatkan wilayah yang direbut selama perang
Bima diserahkan kepada VOC
Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah pengawasan VOC
Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan bangsa Eropa, selain
VOC, dan monopoli oleh VOC
Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda
Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC
Kendati demikian, Perjanjian Bongaya baru terlaksana pada 1669 karena Sultan
Hasanuddin masih melakukan perlawanan kembali. Perjanjian Bongaya telah
memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi.
3. Perlawanan
Bangsa Indonesia
Terhadap
Penjajahan
Pemerintahan
Hindia Belanda
Bentuk Perlawanan Bangsa
Indonesia Menghadapi
Pemerintahan Hindia
Belanda
A. Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini
dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat
Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui
makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun
1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap daerah yang
dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan
benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan
Diponegoro dipersempit.
B. Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait
pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan.
Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk
menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi
perang yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan
Kaum Adat.
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum
Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai
wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku
Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol
lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu
melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat
karena militer Belanda yang cukup kuat.
C. Perang Pattimura
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan.
Rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng
Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat
Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya
Pattimura dan Martha Christina Tiahahu.
D. Perang Jagaraga di Bali
I Gusti Ketuk Jelantik Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Rakyat Bali
Pemerintah kolonial Belanda ingin menguasai Bali.
Pemerintah kolonial Belanda ingin menghapuskan hak
Tawan Karang yang sudah menjadi tradisi rakyat Bali.

Akibat dari protes Belanda yang ingin menghapuskan hak


Tawan Karang hal ini tidak membuat Bali menghapuskan
Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-
habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I
Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda
berhasil menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih
unggul.
E. Perang Banjar
Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-
campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran
Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859.
Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya.
Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah
pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar
mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara
itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.
F. Perlawanan
Rakyat Batak
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah
bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran
agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun,
gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII
wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.
G. Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda
bebas meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik
Ditiro, Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda
mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad,
sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.

Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya


dan karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur
pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, dan memecah belah
rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.
4. Perlawanan Bangsa Indonesia
Terhadap Penjajahan Inggris
Latar Belakang Kedatangan
Bangsa Inggris Ke Indonesia
Latar belakang Inggris menjajah Indonesia adalah untuk menguasai sumber rempah-
rempah yang mereka ibaratkan dengan mutiara dari timur. Dengan menguasai
Indonesia (Pulau Jawa) saat itu, Inggris berambisi untuk menguasai wilayah nusantara
secara keseluruhan. Selain itu, Gold, Glory, dan Gospel juga menjadi bagian dari
semangat penjajahan Inggris.

Alasan lain yang turut menjadi latar belakang penjajahan Inggris di Indonesia adalah
dipicu persaingan usaha antara Inggris dan Perancis. Belanda sendiri dianggap sebagai
perpanjangan tangan dari Perancis, oleh sebab itu untuk menghilangkan kekuasaan
Prancis di Asia maka Inggris berusaha menyingkirkan Belanda dari Indonesia.
Bentuk Perlawanan Bangsa
Indonesia Menghadapi
Inggris
A. Pemberontakan
Sepoy Tahun 1815
Pemberontakan ini disebabkan oleh kekhawatiran pasukan sepoy yang
kemungkinan ditinggalkan Inggris sehingga tidak dapat pulang ke
negaranya yaitu India setelah kembalinya kekuasaan Belanda di Eropa
dari Perancis. Pasukan Sepoy adalah pasukan sukarela dari India yang di
bawa Inggris ke Indonesia untuk membersihkan tanah Jawa dari orang-
orang Belanda. Agar mereka selamat dari orang-orang Indonesia dan
pasukan Belanda maka mereka menjalin dukungan terhadap para
pangeran dan dukungan kraton guna melawan Inggris.

Usaha kaum sepoy yang dipimpin Dhaugkul Syihk berhasil mendekati


para pangeran khususnya Pakubuwono VI yang ingin meningkatkan
hegemoni atas Jawa dengan harapan anaknya dapat menjadi Sultan di
Yogyakarta dan P. Mangkubumi menjadi penguasa Surakarta. Tetapi
usaha ini tidak mendapat dukungan dari Sultan/kraton. Akibatnya kaum
sepoy akan ditembak mati oleh Inggris bila melakukan persekongkolan
sedangkan P. Mangkubumi dibiarkan tertangkap Inggris walau
Pakubuwono berjanji akan melindunginya.
Perang ini disebabkan adanya ditolaknya utusan Raffles ke Palembang dipimpin
Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor dan benteng Belanda
sekaligus hak kuasa Sultan atas tambang timah di pulau Bangka oleh Sultan Mahmud
Baharuddin. Sebab dengan diusirnya Belanda maka Palembang akan menjadi
kesultanan yang merdeka.

Akibatnya Inggris mengirim ekspedisi perang tahun 1812 dipimpin Mayor Jenderal
Robert Gillespie menuju sungai Musi menggunakan rakit dan perahu dilengkapi
meriam dan senjata api. Ekspedisi ini dihadapi Palembang dengan cara membuat rakit
yang dilengkapi minyak yang mudah terbakar untuk ditabrakkan ke rakit-rakit dan
perahu pasukan Inggris. Hasilnya Palembang jatuh ke tangan Inggris setelah
pertahanan di pulau Borang dikuasai Inggris dan pengkhianatan yang dilakukan adik
Sultan bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin. Sultan Badaruddin akhirnya
memutuskan melakukan perang gerilya menghadapi Inggris.

Sejak 26 April 1812 Palembang di bawah Inggris, Najamudin diangkat sebagai Sultan
Palembang, Tambang timah di pulau Bangka dan Belitung diserahkan kepada Inggris.

B. Perlawanan Dan Robert Gillespie digantikan Kapten Mearers sebagai residen Palembang. Mearers
yang mencoba menyerbu pertahanan gerilya Sultan Badaruddin di Buaya langu, hulu
sungai musi mengalami kegagalan bahkan dia terluka dan berujung pada kematian.

Rakyat Palembang
Penggantinya Mayor William Robinson yang tidak cocok dengan Sultan Najamudin
yang dianggap terlalu lemah mencoba bernegosiasi dan bertemu langsung dengan
Sultan Badarudin di Muara Rawas tanggal 19 Juni 1813 setelah seorang perwira dan

tahun 1812
penterjemah yang diutus gagal bernegosiasi.

Misi berhasil membuat kesepakatan yaitu Sultan Badaruddin kembali menjadi Sultan
palembang menggantikan adiknya sedangkan Inggris mendapat izin atas konsesi
timahnya di Pulau Bangka dan Belitung. Tetapi pada tanggal 4 Agustus 1813
kesepakatan Robinson dengan Sultan Badaruddin dibatalkan secara sepihak oleh
Inggris dan kekuasaan Najamudin dikembalikan sebagai Sultan Palembang dan Inggris
mengembalikan uang suap kepada Sultan Badarudin beserta bunganya, sedangkan
Robinson dipecat dengan alasan menerima suap. Kekuasan di Palembang berlangsung
hingga ditandanganinya traktat London tanggal 13 Agustus 1814.
5. Strategi Perjuangan
Bangsa Indonesia
Terhadap Bangsa Barat
Sebelum Dan Sesudah
Abad Ke-20
Sebelum Abad Ke-20
Penyebab perlawanan bangsa Indonesia sebelum abad ke-20 belum
berhasil :
Perjuangan yang dilakukan masih bersifat lokal atau kedaerahan.
Perlawanan dilakukan secara fisik dan menggunakan senjata
tradisional.
Dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik atau yang disegani oleh
masyarakat saat itu.
Perlawanan yang dilakukan masih bersifat sporadis.
Strategi perjuangan masih belum terorganisir dengan baik.
Masyarakat saat itu masih dengan mudah diadu domba oleh
Belanda.
Perlawanan bangsa Indonesia memasuki abad ke-20
yakni :
Munculnya kesadaran nasional untuk melawan

ah Abad Ke
penjajah, jika sebelum abad 20 perlawanan bersifat

ud -2
s
kedaerahan memasuki abad 20 sudah ada integrasi

e 0 bangsa.
Perjuangan dilakukan secara organisasi, dengan
S

dibentuknya berbagai organisasi.


Perjuangan tidaknya tergantung pada seorang
pemimpin yang memilki kharismatik tetapi sudah
secara kaderisasi.
Perjuangan dilakukan secara politik dimana telah
muncul para kaum terpelajar yang melawan secara
diplomatic.
Perlawanan sudah modern yang dilakukan tidaknya
secara nonkooperatif tetapi sudah secara kooperatif.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai