Anda di halaman 1dari 9

• Kelompok III:

MENGANALISIS PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DI


BERBAGAI DAERAH MELAWAN EROPA

Guru Pembimbing:
Mayasari wulandini S.pd

ANGGOTA KELOMPOK:
1 . N A B I L A N I N D A AY U N I
2.PUJI ASTUTI
3 . L E O F I R M A N S YA H
4.REDO SAPUTRA
5.RENDI SETIA AJI
6 . R I N D O F E B R I A N S YA H
Bangsa Eropa datang ke Nusantara pada abad ke-16. Awalnya bertujuan untuk
berdagang rempah-rempah. Namun, lama-kelamaan tujuan bergeser menjadi
penerapan kolonialisme dan imperialisme.

Pada abad ke-19, masyarakat Indonesia berupaya keras untuk melakukan


perlawanan. Tujuan utamanya untuk mengusir penjajahan dari Nusantara.
Namun sifat perlawanan lokal dari para raja atau sultan dan rakyat terhadap
VOC masih sangat lokal. Beberapa perlawanan bangsa Indonesia terhadap
kolonialisme dan imperialisme, yaitu:

- Kesultanan Demak melawan Portugis


- Perlawanan Kesultanan Aceh Perlawanan Rakyat Ternate
- Sultan Agung Raja Mataram melawan VOC
-Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC
-Sultan Hasanuddin melawan VOC
Kesultanan Demak melawan Portugis
Keinginan untuk mengembalikan tanah Islam yang telah terampas oleh musuh
serta mengembalikan kemulian kerajaan Islam di Malaka menjadi faktor politik
Demak menyerang Malaka. Adapun secara ekonomi faktor pendorongnya adalah
keinginan Demak untuk menguasai Selat Malaka merupakan jalur perdagangan
internasional. Pada masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak sudah
mengadakan perlawanan terhadap Portugis yang menduduki Malaka. Raden Patah
mengirim pasukannya di bawah pimpinan Pati Unus putranya yang menjadi Bupati
Jepara untuk menyerang Portugis di Malaka. Ekspedisi pertama Pati Unus untuk
menyerang Portugis terjadi pada tahun 1512. Namun, serangan besar-besaran tersebut
gagal mengusir Portugis dari Malaka.

Ekspedisi pertama Pati Unus untuk menyerang Portugis terjadi pada tahun
1512. Namun, serangan besar-besaran tersebut gagal mengusir Portugis dari
Malaka. Sementara itu, keberanian Pati Unus dalam memimpin penyerangan ke
Malaka yang dikuasai Portugis menyebabkan dirinya mendapat julukan Pangeran
Sabrang Lor.
Perlawanan Kesultanan Aceh
Portugis menganggap perkembangan Aceh sebagai ancaman. Oleh
karena itu, Portugis berupaya menghancurkannya. Pada 1523, Portugis
melakukan serangan ke Aceh yang dipimpin oleh Henrigues dan di
tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza.

Namun, semua serangan berhasil dipatahkan. Portugis tidak menyerah dan


terus berusaha mencari cara untuk melemahkan kedudukan Aceh. Sehingga, kapal-
kapal Portugis terus mengganggu kapal-kapal dagang Aceh. Tindakan semena-
mena Portugis menimbulkan perlawanan pihak Aceh. Sebagai persiapan untuk
menyerang Portugis, Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568) mulai mempersenjatai
kapal-kapal dagangnya dengan meriam dan prajurit terlatih, membeli persenjataan
dari Calicut (India) dan Jepara, menyewa tentara bayaran, dan mendatangkan ahli-
ahli perang dari Turki pada tahun 1567.
Setelah semua persiapan selesai, Aceh melakukan serangan terhadap Portugis di
Malaka, yang bersekutu dengan Johor. Namun Portugis berhasil selamat dan
melakukan serangan balik pada 1569. Serangan balik tersebut dapat dipatahkan
pasukan Aceh. Sultan Iskandar Muda (1607-1636) tercatat sebagai penguasa
terbesar Kesultanan Aceh. Di bawah kepemimpinannya, Aceh melakukan
serangan terhadap kedudukan Portugis sebanyak dua kali. Serangan pertama
terjadi pada tahun 1615, sedangkan serangan kedua terjadi tahun 1629. Pada
serangan kedua, armada laut Aceh mengalami kekalahan besar di Pelabuhan
Malaka.
Perlawanan Rakyat Ternate

Akibat monopoli perdagangan rempah-rempah oleh Portugis, rakyat


Ternate hidup sengsara. Akibatnya, rakyat Ternate dipimpin oleh Dajalo
pada tahun 1533 melakukan perlawanan terhadap Portugis.

Pada awalnya, rakyat Ternate meraih kemajuan besar, namun


kemudian berbalik terdesak setelah Portugis mendapat bantuan pasukan
dari Malaka. Kemudian penyerangan kembali terjadi karena Portugis
sering melakukan pemerasan. Kali ini perlawanan dipimpin oleh Sultan
Khairun atau Hairun. Melalui tipu muslihat, orang Portugis berhasil
membunuh Sultan Khairun dalam suatu perundingan. Meskipun
demikian, perlawanan rakyat Ternate terus berlanjut di bawah pimpinan
Sultan Baabullah penerus takhta Ternate pada tanggal 28 Desember 1577.
Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari negerinya.
Sultan Agung Raja Mataram melawan VOC

Sultan Agung Senapati ing Alaga Ngabdurrahman (1613-1645) memiliki


cita-cita mempersatukan seluruh Jawa di bawah kendali Mataram dan mengusir
VOC dari Jawa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Sultan Agung bermaksud
membendung usaha-usaha VOC menjalankan penetrasi politik dan monopoli
perdagangan. Salah satu upayanya adalah menghancurkan loji VOC di Jepara
pada tanggal 18 Agustus 1618. Pihak VOC membalas dengan menghantam
pertahanan Mataram di Jepara. Sejak itu, sering terjadi pertempuran di antara
keduanya. Sultan Agung juga bermaksud mengusir VOC dari Batavia. Untuk itu
dilakukan serangan besar-besaran terhadap Batavia.

Namun, sayang serangan tersebut mengalami kegagalan. Sultan


Agung wafat pada 1645 dan sepeninggalnya pengaruh VOC mulai
masuk Mataram.
Sultan Hasanuddin melawan VOC

Peperangan pertama antara VOC dan Kerajaan Makassar dipicu oleh


Peristiwa Enkhuizen. Peristiwa itu diawali ketika Kerajaan Makassar menolak
permintaan monopoli oleh VOC. Akibatnya, VOC menawan beberapa
bangsawan Makassar di Kapal Enkhuizen. Walaupun kemudian para bang
sawan tersebut dilepaskan. Mulai saat itu bibit permusuhan muncul di kalangan
bangsawan dan rakyat Makassar. Buktinya pada tanggal 10 Desember 1616
ketika kapal VOC De Eendracht merapat di Pelabuhan Somba Opu, awak
kapalnya dibunuh oleh orang-orang Makassar. Konflik sempat mereda, tetapi
akhirnya membesar di kala Makassar dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.
Perang besar VOC melawan Kerajaan Makassar dikenal sebagai "Perang
Makassar" yang berlangsung pada kurun waktu 1660-1669. Sultan
Hasanuddin memimpin pasukan Makassar dengan daya juang yang tinggi.
Bahkan orang orang VOC menyebutnya De Haantjes van Het Oosten atau
"Ayam Jantan dari Timur".
Sekian
dan
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai