VIII K
Kelompok 4 (Empat)
b. Perlawanan Aceh
Sejak kedatangan orang Portugis di Malaka pada tahun
1511, telah terjadi persaingan antara Portugis dan
Kesultanan Aceh. Sultan Aceh pada waktu itu diperintah
oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). menganggap
orang Portugis merupakan saingan dalam politik,
ekonomi, dan penyebaran agama.
Portugis.
Masa pemerintahan Alauddin R'ayat Syah, Aceh kesulitan
menghadapi persaingan dengan Kesultanan Johor. Di
samping itu, Aceh tidak mempunyai kekuatan untuk
melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka. Di
bawah kepemimpinan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh
berhasil memperluas daerahnya ke Sumatra dan
Semenanjung Melayu. Faktor penyebab kegagalan
serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka, antara lain
tidak dipersiapkan dengan baik, perlengkapan senjata
yang digunakan masih sederhana, dan terjadi konflik
internal dikalangan pejabat Kerajaan Aceh.
d. Perang Aceh
Perang Aceh Sampai tahun 1870, Aceh merupakan
kesultanan yang merdeka dan mempunyai letak yang
strategis, baik secara ekonomi maupun militer. Pada
tahun 1871, diadakan Traktat London III sehingga Inggris
melepaskan tuntutannya terhadap Aceh.
Adapun Penyebab umum terjadinya Perang Aceh,
sebagai berikut.
1) Belanda ingin menguasai Aceh.
2) Pergantian Traktat London dengan Traktat Sumatra
yang menyerang Aceh. memungkinkan Belanda
3) Belanda tidak menyukai Aceh berhubungan dengan
Turki, Amerika Serikat, Italia, dan Singapura
Pada tahun 1873, Belanda mulai melaksanakan aksi
militer dengan menyerang dan menduduki istana sultan
serta membakar Masjid Raya Aceh, Baitur Rahim.
Tindakan Belanda ini menimbulkan kemarahan rakyat
dan ulama Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan
yang menewaskan Jenderal Kohler. Sistem gerilya
digunakan rakyat Aceh dalam menghadapi Belanda.
Sementara itu Belanda menggunakan siasat konsentrasi
stelsel. Konsentrasi stelsel adalah pemusatan kekuatan
dalam satu benteng. Slasat ini sangat lemah karena
bersifat pasif. Artinya, kalau tidak diserang musuh berarti
keadaan dianggap aman.
Korban yang semakin meningkat dan keuangan yang
semakin kosong, mendorong Belanda melaksanakan
siasat lain Seorang ahli hukum Islam dan ahli bahasa-
bahasa Timur dikirim ke
Aceh untuk menyelidiki adat istiadat dan kekuatan rakyat
Aceh. Tokoh itu adalah Dr. Snouck Hurgronje, la
mempunyai nama samaran Abdul Gafar. Hasil
penyelidikannya dirumuskan dalam bukunya yang
berjudul De Acehers yang berisi cara untuk dapat
mengalahkan rakyat Acab Dalam buku tersebut, Belanda
dianjurkan melakukan hal-hal berikut.
1) Menyingkirkan semua golongan ulama.
2) Menggempur kaum ulama
3) Mendirikan pangkalan-pangkalan tetap di Aceh.
4) Mengadakan gerakan pasifikasi, yaitu dengan
mempertinggi kesejahteraan rakyat untuk menarik
simpati rakyat Aceh.
Siasat yang ditemukan Dr. Snouck Hurgronje di dukung
oleh Jenderal Van Heutz. Ia menyatakan bahwa
penyelesaian perang Aceh dilakukan melalui Operasi
militer. Sebelum siasat dr. Snouck Hurgronje dan Van
Heutz dilaksanakan, Belanda melaksanakan ajuran
jenderal deykerhoff, yaitu politik adu domba. Belanda
mendekati alim ulama dan lara hulubalang dengan janji
gaji besar dan pangkat tinggi. Seorang pejuang Aceh,
yakni Teuku Umar menerima tawaran ini. Akan tetapi,
Setelah mendapatkan kepercayaan dari Belanda berupa
uang dan persenjataan yang cukup, Teuku Umar
menghilang, Belanda yang merasa tertipu oleh Teuku
Umar, Dr. Snouck Hurgronje dan Van Heutz. Van Heutz
segera membentuk pasukan gerak cepat yang diberi
nama pasukan marchoose. Teuku Umar gugur dalam
pertempuran di dekat Meulaboh pada tahun 1899.
Dengan gugurnya Teuku umar, perlawanan Aceh semakin
kendor. Banyak tokoh Aceh menyerah.
f. Perang Banjar
Perang Banjar terjadi pada tahun 1859-1905. Timbul
karena Belanda terlalu jauh ikut campur tangan di
Kesultanan Banjar setelah membantu Pangeran Nata naik
takhta. Ketika Sultan Adam mengangkat Pangeran
Hidayatullah sebagai penggantinya, Belanda tidak setuju.
Sultan Adam wafat pada tahun 1857. Belanda kemudian
mengangkat Pangeran Tamjid Ulah sebagai Sultan dan
Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi. Pada tahun
1859, Pangeran Antasari menggerakkan rakyat Banjar
melawan Belanda. Pangeran Hidayatullah tertangkap
pada tahun 1861. Pada tahun 1862, Pangeran Antasari
wafat. Perlawanan rakyat Banjar sampai tahun 1905.