Anda di halaman 1dari 16

Makalah IPS

VIII K
Kelompok 4 (Empat)

 Alifa Nesya Maulida


 Khalish Syakira Wahyu
 Muhammad Sopyan Fatur Rohman
 Muhammad Dafi Arrizalu
 Revita Humaira
 Reynor Zahran Ghaits
 Rifka Rahma Faira Ghazika
Judul :

PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME &


IMPERIALISME
Praktik kolonialisme dan imperialisme yang terjadi
di indonesia tentu menyebabkan penderitaan bagi
bangsa Indonesia. Penderitaan yang di alami
mencakup berbagai segi, mulai dari segi ekonomi,
politik, sosial dan lainnya.

1. Melawan persekutuan dagang.


mulanya kedatangan bangsa-bangsa Barat di Indonesia
yakni untuk mencari rempah-rempah. Namun, lama-
kelamaan, bangsa Barat mulai melakukan eksploitasi dan
monopoli. Akhirnya masyarakat Indonesia pun
menyadari kecurangan. Mereka kemudian mengangkat
senjata dan melancarkan perang.

a. Pengusiran Portugis oleh Sultan Baadullah.


Setelah merebut Malaka pada tahun 1511, Portugis
melanjutkan pelayarannya ke Maluku. Pada tahun 1513,
Portugis berhasil menguasai Ternate dan Tidore. Pada
waktu itu, Ternate dan Tidore sedang bermusuhan. Agar
bisa menguasai kawasan Maluku. Dalam memperoleh
kekuatan untuk mengalahkan lawan, Ternate bersekutu
dengan Portugis. Akhirnya dengan bantuan Portugis
Ternate bisa mengalahkan Tidore. Kemenangan Temate
ini membuka jalan bagi Portugis untuk menerapkan
sistem monopoli. Pada tahun 1521, kapal Spanyol tiba di
Maluku. Pada tahun 1524, Spanyol datang lagi ke
Maluku. Kedatangan Spanyol diterima dengan baik oleh
Kesultanan Tidore. Ternate yang semula bersekutu
dengan Portugis akhirnya memusuhi Portugis. Akhirnya,
terjadilah perang antara Ternate dan Tidore. Pada tahun
1529, Portugis bersama Ternate menyerang Tidore.
Dalam peperangan tersebut, pasukan Portugis dan
Ternate berhasil mengalahkan pasukan Tidore.
Pada tahun 1534, diadakan perjanjian antara Spanyol
dan Portugis. Perjanjian ini dikenal dengan nama
Perjanjian Tordesillas. Ternate yang semula bersekutu
dengan Portugis akhirnya memusuhi Portugis. Puncak
peperangan terjadi setelah diketahui bahwa Sultan
Hairun dibunuh oleh Portugis pada tahun 1570. Akibat
dari peristiwa tersebut, di bawah pimpinan Baabullah
(putra Sultan Hairun), rakyat Maluku menuntut balas
dengan menyerang Portugis. Rakyat Maluku berhasil
mengusir Portugis setelah berperang selama lima tahun
(1570-1575).

b. Perlawanan Aceh
Sejak kedatangan orang Portugis di Malaka pada tahun
1511, telah terjadi persaingan antara Portugis dan
Kesultanan Aceh. Sultan Aceh pada waktu itu diperintah
oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). menganggap
orang Portugis merupakan saingan dalam politik,
ekonomi, dan penyebaran agama.

Latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap


Portugis sebagai berikut.
1) Pelarangan terhadap orang-orang Aceh untuk
berdagang dan berlayar ke Laut Merah.
2) Penangkapan kapal-kapal Aceh oleh Portugis.
3) Adanya monopoli perdagangan oleh

Portugis.
Masa pemerintahan Alauddin R'ayat Syah, Aceh kesulitan
menghadapi persaingan dengan Kesultanan Johor. Di
samping itu, Aceh tidak mempunyai kekuatan untuk
melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka. Di
bawah kepemimpinan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh
berhasil memperluas daerahnya ke Sumatra dan
Semenanjung Melayu. Faktor penyebab kegagalan
serangan Aceh terhadap Portugis di Malaka, antara lain
tidak dipersiapkan dengan baik, perlengkapan senjata
yang digunakan masih sederhana, dan terjadi konflik
internal dikalangan pejabat Kerajaan Aceh.

C. Ketangguhan "Ayam Jantan dari Timur"


Kesultanan Gowa & Banda sombaopu merupakan
pelabuhan penting yang menghubungkan Maluku
dengan Malaka. VOC ingin menguasai pelabuhan Gowa &
berusaha untung membuka hubungan dengan raja
meminta izin bergadang & membujuknya untuk
melarang orang asing selain VOC untuk berdagang.
Karena itu, terjadi lah bentrokan-bentrokan senjata
antara Makassar & VOC. Ini terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Hasanuddin yang berkuasa pada
tahun 1653-1669. Pada tahun 1667. Pertempuran
meletus di dua tempat, di Buton & Makassar. Akhirnya
Makassar harus mengakui keunggulan Belanda. Sultan
Hasanuddin dipaksa untuk datang ke perjanjian Bongaya
pada tanggal 18 November 1667

e. Makassar harus membayar kerugian


akibat perang.
Sultan Hasanuddin tetap gigih dan masih mengobarkan
pertempuran-pertempuran Serangan besar-besaran
terjadi pada bulan April 1668 sampai Juni 1669, namun
mengalami kekalahan.
Pasca-Perjanjian Bongaya, banyak rakyat Makassar pergi
meninggalkan Gowa untu kmengembara dan
memberikan bantuan kepada rakyat di daerah lain yang
sedang melawan Belanda.

d. Perlawanan Kesultanan Banten


Setelah Portugis dapat menguasai Malaka, para
pedagang mengalihkan jalur niaganya ke Selat
Sunda.Banten berkembang menjadi bandar intemasional.
VOC yang pada waktu itu memusatkan kegiatannya di
Batavia melihat kemajuan Banten sebagai ancaman bagi
monopoli perdagangannya. Perlawanan Banten terus
berlanjut sampai Sultan Ageng Tirtayasa memegang
tampuk pemerintahan di Kesultanan Banten. Perselisihan
antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji (putra
mahkota). Pada tahun 1752. muncul perlawanan rakyat
Banten di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus
Buang.

e. Serangan Mataram terhadap VOC


Sultan Agung Berkuasa di Mataram Pada tahun 1613-
1645. Pada masa pemerintahaannya, Sultan Agung
berusaha memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menundukkan bupati-bupati pesisir. Di bawah
kepemimpinannya, Sultan Agung berusaha
mempersatukan wilayah Pulau Jawa menjadi satu
kesatuan di bawah kekuasaan Mataram. Pada tanggal 22
Agustus 1628, tentara Mataram berangkat ke Batavia
melalui jalan darat dan laut. Tentara Mataram dipimpin
oleh Tumenggung Bahurekso. Tentara Mataram
menyerbu benteng Holandia di Batavia pada tanggal 21
September 1628, Akibatnya, tentara Belanda kekurangan
air dan timbul wabah penyakit di Batavia.Walaupun
lumbung-lumbung beras Mataram di Tegal dan Cirebon
dibakar VOC, tetapi tentara Mataram pantang mundur.
Sekalipun usaha untuk menghancurkan VOC di Batavia
dua kali gagal, namun sikap Sultan Agung tidak pernah
kenal kompromi terhadap VOC. Perlawanan terhadap
kekuasaan VOC di Pulau Jawa dilanjutkan oleh Untung
Suropati Perlawanan Untung Suropati berlangsung dari
tahun 1686 sampai tahun 1706. Pada tahun 1706, VOC
bisa mengalahkan untung suropati di kartasura.

2. Perlawanan terhadap Hindia-Belanda.


Bangsa barat mulai membangun kekuasaannya dengan
mendirikan pemerintahan di setiap wilayah Indonesia.
Adapun perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh
rakyat Indonesia, sebagai berikut.

a. Perang Sapura di Ambon


Rakyat Maluku sangat menderita sewaktu VOC berkuasa.
Pada tahun 1814 diadakan Traktat London. Traktat ini
memaksa Inggris-supaya mengembalikan jajahan
Indonesia kepada Belanda. Pada tahun 1817, Belanda
mendarat di Maluku untuk menanamkan kembali
kekuasaannya Rakyat Maluku masih teringat kekejaman
Belanda, sehingga memberikan perlawanan. Kekejaman
tersebut terjadi di bawah kepemimpinan Thomas
Mattulessy (Kapitan Pattimura).
Akan tetapi, pada masa penjajahan Inggris terjadi
perubahan yang menggembirakan rakyat Maluku.
Adapun perubahan itu, sebagai berikut.
1) Inggris mau membeli rempah-rempah dengan harga
yang wajar.
2) Inggris memenuhi kebutuhan rakyat Maluku.
3) Inggris memberi kesempatan bagi para pemuda
untuk mengikuti dinas angkatan perang Kerajaan
Inggris
4) Penjajahan Inggris memberi suasana baru dan
harapan yang lebih baik bagi rakyat Maluku.

b. Perang Padri di Sumatra Barat (1821-1838)


Perang Padri pada awalnya adalah perang antara kaum
ulama yang ingin memurnikan kembali ajaran Islam di
Sumatra Barat terhadap kaum adat yang menentangnya.
Pertama, perang terjadi antara kaum Adat dan. kaum
Padri (1821-1825) Kedua, perang antara rakyat
Minangkabau dengan Belanda. Berikut tahapan Perang
Padri.
1) Tahap pertama (1821-1825) Pada mulanya Perang
Padri terjadi di Kota Lawas,mula-mula meminta
bantuan kepada Inggris, tetapi Inggris menolak
karena sudah tidak memiliki kekuasaan lagi di
Indonesia. Akhimya, kaum Adat meminta bantuan
ke Belanda dan perang pun terus berlanjut.
2) Tahap Kedua (1830-1837) Kaum Adat yang semula
bermusuhan dengan kaum Padri akhirnya
mendukung perjuangan Padri. Perang Padri tahap
kedua ini bukan karena masalah agama, melainkan
perang untuk mempertahankan wilayah.

C. Perang Diponegoro (1825-1830)


Perang Diponegoro merupakan perang besar yang
dihadapi Belanda di Jawa. Perang Diponegoro sering
disebut Perang Jawa. Secara umum penyebab perang
Diponegoro, sebagai berikut:
1) Pengurangan daerah Mataram. Pengurangan ini
sudah terjadi sejak Daendels dan Raffles sehingga
daerah Apanage menjadi kecil.
2) Adanya bermacam-macam pajak dari Belanda,
apalagi pajak tersebut diborongkan kepada orang-
orang Tionghoa.
3) Adanya aturan van der Capellen yang melarang
menyewa tanah dan penduduknya untuk
perkebunan kepada swasta.
4) Kemiskinan rakyat dan adanya perlakuan tidak adil
dari penjajah.
5) Campur tangan pemerintah Belanda dalam urusan
intern keraton.
Secara khusus, penyebab Diponegoro mengobarkan
perang terhadap Belanda sebagai berikut:
1) Pengangkatan khatib dilakukan oleh Patih
Danurejo, padahal itu merupakan hak raja (wali
raja).
2) Belanda akan membuat jalan melalui tanah
makam keluarga Diponegoro, Akhirnya, pada
tanggal 20 Juli 1852 pecah perang Diponegoro.

d. Perang Aceh
Perang Aceh Sampai tahun 1870, Aceh merupakan
kesultanan yang merdeka dan mempunyai letak yang
strategis, baik secara ekonomi maupun militer. Pada
tahun 1871, diadakan Traktat London III sehingga Inggris
melepaskan tuntutannya terhadap Aceh.
Adapun Penyebab umum terjadinya Perang Aceh,
sebagai berikut.
1) Belanda ingin menguasai Aceh.
2) Pergantian Traktat London dengan Traktat Sumatra
yang menyerang Aceh. memungkinkan Belanda
3) Belanda tidak menyukai Aceh berhubungan dengan
Turki, Amerika Serikat, Italia, dan Singapura
Pada tahun 1873, Belanda mulai melaksanakan aksi
militer dengan menyerang dan menduduki istana sultan
serta membakar Masjid Raya Aceh, Baitur Rahim.
Tindakan Belanda ini menimbulkan kemarahan rakyat
dan ulama Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan
yang menewaskan Jenderal Kohler. Sistem gerilya
digunakan rakyat Aceh dalam menghadapi Belanda.
Sementara itu Belanda menggunakan siasat konsentrasi
stelsel. Konsentrasi stelsel adalah pemusatan kekuatan
dalam satu benteng. Slasat ini sangat lemah karena
bersifat pasif. Artinya, kalau tidak diserang musuh berarti
keadaan dianggap aman.
Korban yang semakin meningkat dan keuangan yang
semakin kosong, mendorong Belanda melaksanakan
siasat lain Seorang ahli hukum Islam dan ahli bahasa-
bahasa Timur dikirim ke
Aceh untuk menyelidiki adat istiadat dan kekuatan rakyat
Aceh. Tokoh itu adalah Dr. Snouck Hurgronje, la
mempunyai nama samaran Abdul Gafar. Hasil
penyelidikannya dirumuskan dalam bukunya yang
berjudul De Acehers yang berisi cara untuk dapat
mengalahkan rakyat Acab Dalam buku tersebut, Belanda
dianjurkan melakukan hal-hal berikut.
1) Menyingkirkan semua golongan ulama.
2) Menggempur kaum ulama
3) Mendirikan pangkalan-pangkalan tetap di Aceh.
4) Mengadakan gerakan pasifikasi, yaitu dengan
mempertinggi kesejahteraan rakyat untuk menarik
simpati rakyat Aceh.
Siasat yang ditemukan Dr. Snouck Hurgronje di dukung
oleh Jenderal Van Heutz. Ia menyatakan bahwa
penyelesaian perang Aceh dilakukan melalui Operasi
militer. Sebelum siasat dr. Snouck Hurgronje dan Van
Heutz dilaksanakan, Belanda melaksanakan ajuran
jenderal deykerhoff, yaitu politik adu domba. Belanda
mendekati alim ulama dan lara hulubalang dengan janji
gaji besar dan pangkat tinggi. Seorang pejuang Aceh,
yakni Teuku Umar menerima tawaran ini. Akan tetapi,
Setelah mendapatkan kepercayaan dari Belanda berupa
uang dan persenjataan yang cukup, Teuku Umar
menghilang, Belanda yang merasa tertipu oleh Teuku
Umar, Dr. Snouck Hurgronje dan Van Heutz. Van Heutz
segera membentuk pasukan gerak cepat yang diberi
nama pasukan marchoose. Teuku Umar gugur dalam
pertempuran di dekat Meulaboh pada tahun 1899.
Dengan gugurnya Teuku umar, perlawanan Aceh semakin
kendor. Banyak tokoh Aceh menyerah.

e. Perlawanan Sisingamangaraja, Sumatra Utara


Sisingamangaraja XII naik tahta kerajaan pada tahun
1870. Pada mulanya Sisingamangaraja XII tetap toleran
terhadap agama Kristen yang berkembang di daerahnya.
Beliau sendiri menganut kepercayaan yang disebut
Parmalim. Tahun 1877, pertempuran pertama terjadi di
Bahal Batu, pusat pertahanan Belanda. Sementara pusat
pertahanan Sisingamangaraja berada di Bakkara.
Perjuangan melawan Belanda berkobar terus dengan
perang gerilya selama 24 tahun. Belanda mengerahkan
pasukan Marchosse yang ditarik dari Aceh. Jenderal van
Daalen memimpin pasukan ini. Pada akhirnya seluruh
daerah Tapanuli dapat dikuasai oleh Belanda.

f. Perang Banjar
Perang Banjar terjadi pada tahun 1859-1905. Timbul
karena Belanda terlalu jauh ikut campur tangan di
Kesultanan Banjar setelah membantu Pangeran Nata naik
takhta. Ketika Sultan Adam mengangkat Pangeran
Hidayatullah sebagai penggantinya, Belanda tidak setuju.
Sultan Adam wafat pada tahun 1857. Belanda kemudian
mengangkat Pangeran Tamjid Ulah sebagai Sultan dan
Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi. Pada tahun
1859, Pangeran Antasari menggerakkan rakyat Banjar
melawan Belanda. Pangeran Hidayatullah tertangkap
pada tahun 1861. Pada tahun 1862, Pangeran Antasari
wafat. Perlawanan rakyat Banjar sampai tahun 1905.

G. Perang Jagaraga di Bali


Bali terdapat banyak kerajaan, seperti Klungkung,
Gianyar, Jembrana, Karangasem, Mengwi, Tabanan,
Badung, Buleleng, dan Bangli yang menganut agama
Hindu. Pada tahun 1844, kapal Belanda kandas di
perairan Buleleng Belanda menuntut kepada Raja
Buleleng untuk mengembalikan kapal dan segala isinya
kepada Belanda. Tuntutan itu ditolak oleh raja Buleleng
dan patihnya (Gusti Ktut Jelantik). Untuk menghadapi
pihak Belanda, Buleleng dibantu Kerajaan Karangasem.
Akan tetapi, kedua kerajaan itu kemudian dipaksa
menandatangani suatu perjanjian. Dengan perjanjian ini,
Belanda mengira bahwa kedua kerajaan tersebut telah
dikuasai sehingga tentara Belanda ditarik ke Batavia Raja-
raja Bali tak pernah tunduk kepada Belanda. Belanda
kembali mengirim pasukannya ke Bali dengan kekuatan
yang lebih besar lagi pada tahun 1849. Kerajaan
Buleleng, Karangasem, dan Klungkung bertahan di
benteng Jagaraga. Meskipun demikian, akhirnya benteng
Jagaraga jatuh ke tangan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai