Anda di halaman 1dari 35

Dampak Penjajahan Bangsa Eropa bagi Indonesia,

Lahirnya Pergerakan Nasional, dan Peristiwa


Sumpah Pemuda

A. Berbagai kebijakan Pemerintah Kolonial yang Memicu Perlawanan Lokal


1. Kebijakan Portugis
a. Monopoli Perdagangan Rempah-Rempah
b. Penyebaran Agama Kristen

2. Kebijakan VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda


a. Monopoli perdagangan Rempah-Rempah
b. Campur tangan terhadap masalahinternal kerajaan
c. Ekspansi wilayah demi melancarkan kebijakan pintu terbuka
d. Agensi Belanda terhadap Kerajaan Pribumi
e. Adanya praktik diskriminasi terhadap penduduk pribumi
f. Penderitaan rakyat akibat sistem tanam paksa ,kebijakan Pintu Terbuka, serta Politik Etis
B. Perlawanan terhadap Kolonialisme sebelum Lahirnya Kesadaran
Nasional

Perlawanan yang terjadi sebelum lahirnya keadaran kebangsaan / kesadaran


Nasional memiliki cir-ciri yang khusus, di antaranya :
• Bersifat Lokal
Perlawanan dilakukan oleh masing-masing kerajaan sebagai reaksi langsung
terhadap pelanggaran kedaulatan serta kewenangan-kewanangan penjajah di tempat itu.

• Bergantung pada seorang pimpinan kharismatik


Perlawanan senjata mengandalkan tokoh seperti Raja, Bangsawan, Pembesar
kerajaaan, Pemuka Agama, dan lain-lain.

• Perlawanan Mengandalkan Kekuatan Senjata


Teknologi persenjataan moderen belum dikenal Rakyat Nusantara ketika itu. Mereka
mengandalkan senjata tradisional seperti bambu runcing, kelewang, pedang, keris, dan
sebagainya.

• Mudah di pecah-belah
1. Perlawanan terhadap Portugis

a. Perlawanan Kesultanan Ternate

Monopoli perdagangan, interversi terhadap urusan internal Kesultanan Ternate, serta penyebaran
agama Kristen membuat Rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Hairun melakukan Perlawanan
terhadap Portugis.

b. Perlawanan Kesultanan Demak


Pendudukan Portugis atas Kesultanan Malaka pada tahun 1511 serta kebijakan monopoli yang
diterapkanya mengakibatkanya terganggunya perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Islam. Hal
ini memicu solidaritas dari Kesultanan Demak. Saat itu Demak dipimpin oleh Raden Patah.

c. Perlawanan Kesultanan Aceh


Sejak Malaka di kuasai Portugis, para pedagang Muslim pindah ke Aceh. Kehadiran para pedagang
Muslim pindah ke Aceh. Perlawanan Aceh terhadap Portugis berjalan cukup lama. Sultan Ali Mughayat
Syah (1514-1518) berhasil membebaskan Aceh dari kekuasaan Portugis. Selanjutnya, Sultan Alaudin
Riayat Syah (1537-1568) menantang Portugis dengan Bantuan Johor, dan Sultan Iskandar Muda (1607-
1638) pernah 2 kali menyerang Portugis di Malaka, yaitu tahun 1615 dan 1629. Meskipun tidak berhasil
mengusir Portugis dari Malaka, perlawanan rakyat Aceh tetap berlanjut hingga Malaka jatuh ke tangan
VOC pada tahun 1641.
2. Perlawanan terhadap Kolonialisme Belanda

a. Perlawanan terhadap kekuasaan VOC


1. Perlawanan Kesultanan Mataram
Awalnya hubungan Kesultanan Mataram dan VOC berjalan baik. Mataram mengijinkan VOC
mendirikan benteng (Loji) sebagai kantor perwakilan perdagangan di daerah Jepara. Lama-kelamaan,
Mataram (di bawah kekuasaan Sultan Agung) menyadari bahwa kedatangan VOC di wilayahnya
sangat membahayakan pemerintahanya. Pada masa kejayaan Mataram di bawah pimpinan Sultan
Agung (1613 - 1645), Sultan Agung dan rakyatnya menyerang VOC. Hal ini karena VOC telah menjadi
penghalang bagi Sultan Agung untuk mencapai cita-citanya. Merupakan cita-cita Sultan Agung dan
rakyatnya yang ingin menyatukan seluruh kerajaan yang ada di Pulau Jawa di bawah komando
Mataram. Kepada VOC, Sultan Agung meminta agar bangsa Belanda untuk menerima kekuasaannya
dan dan meminta mereka membayar setiap kali untuk Mataram sebagai tanda setia. Permintaan Sultan
Agung ditolak oleh pihak VOC. Karena hal tersebut, kesultanan Mataram menyerang VOC. Namun,
pihak ketiga Kesultanan Mataram membatalkan. Hal tersebut dikarenakan semua gudang milik Sultan
Agung yang dimiliki oleh Pesisir Priangan telah dibakar oleh VOC. Kemudian Mataram belajar dari
kegagalan sebelumnya, hingga akhirnya Mataram menggunakan salah satu trik untuk mengalahkan
Belanda yaitu dengan cara blokade ekonomi.
2. Perlawanan Kesultanan Gowa/Makasar

Pada mulanya hubungan Makasar dan VOC berjalan dengan baik. Akan tetapi , kebijakan monopoli VOC
membuat hubungan itu menjadi retak. VOC ingin memonopoli perdagangan Malaka Batavia-Maluku.
Tahun 1666, VOC melancarkan serangan hebat ke Makassar. Makassar diserang dari berbagai penjuru, baik dari darat
 maupun dari laut. Kota Makassar diblokir oleh pasukan VOC di  bawah pimpinan Cornelis Speeluran, kemudian
menembakinya dari laut. Menghadapi serangan tersebut, Sultan Hasanuddin  melakukan perlawanan yang gigih.
Segenap kekuatan Makassar ia kerahkan. Namun, karena kekuatan VOC dibantu oleh Aru Palaka jauh lebih besar,
akhirnya pasukan Sultan Hasanuddin dipaksa menyerah. Sultan Hasanuddin menandatangani perjanjian dengan VOC
tahun 1667 di Bongaya. Perjanjian itu dinamakan Perjanjian Bongaya.

Isi Perjanjian Bongaya tersebut ialah sebagai berikut.


1)  Hasanuddin mengakui VOC sebagai pelindungnya
2)  Kapal-kapal Makassar tidak boleh berlayar di Maluku
3)  Makassar menjadi monopoli VOC
4)  Bugis, Bima, dan Sumbawa diserahkan kepada VOC
5)  Makassar diblokade VOC

Akibat isi perjanjian tersebut, rakyat Makassar pada tahun  1669 kembali mengangkat senjata yang dipimpin oleh
Kareang Galesung untuk mengusir kekuasaan dan melenyapkan VOC dari Makassar. Namun karena tidak seimbangnya
persenjataan, akhirnya perlawanan rakyat Makassar yang kedua ini pun gagal.
B. Perlawanan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda

1. Perlawanan Pattimura di Maluku (1817)

Perlawanan rakyat Maluku menandai perlawanan pertama rakyat Indonesia setelah pemerintah
kolonial Belanda berkuasa lagi secara penuh di Indonesia (masa kekuasaan kedua Belanda).
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 ini mendapat tantangan keras dari rakyat
Maluku. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonmi, dan sosial yang buruk selama 2 abad di
bawah VOC. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan
bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri
pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. 
2. Perlawanan Pangeran Dipenogoro (1825-1830)

Pangeran Dipenogoro adalah putra tertua Hamengkubuwana III. Pangeran Dipenogoro


wafat pada 8 januari 1855. Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan sebutan Perang
Jawa  adalah perang besar dan berlangsung selama lima tahun (1825-1830) di
Pulau Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesiaa). Perang ini merupakan salah satu
pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya
di Nusantara , melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de
Kock  yang berusaha meredam perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran
Diponegoro .

3. Perlawanan Kesultanan Palembang


Belanda sudah lama mennduduki Palembang. Kedudukan Palembang sangat penting bagi Belanda.
* Posisi Palembang yang strategis
* Belanda berkepentingan menguasai timah di Bangka dan Belitung, 2 wilayah yang berada di
bawah kedaulatan Kesultanan Palembang.
Perlawanan rakyat palembang terhadap penjajahan Belanda (VOC) terjadi pada tahun 1819-1825,
diawali dengan sikap tegas penolakan Sultan Badruddin atas kedatangan Belanda yang ingin kembali
menguasai Palembang setelah Inggris meninggalkan Indonesia.
Sultan Badruddin dahulu pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian diturunkan secara paksa
oleh pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di Indonesia, yaitu digantikan oleh Sultan Najamuddin.
3. Perlawanan Kesultanan Palembang

Belanda sudah lama mennduduki Palembang. Kedudukan Palembang sangat penting bagi Belanda.
* Posisi Palembang yang strategis
* Belanda berkepentingan menguasai timah di Bangka dan Belitung, 2 wilayah yang berada di
bawah kedaulatan Kesultanan Palembang.
Perlawanan rakyat palembang terhadap penjajahan Belanda (VOC) terjadi pada tahun 1819-1825, diawali dengan
sikap tegas penolakan Sultan Badruddin atas kedatangan Belanda yang ingin kembali menguasai Palembang setelah
Inggris meninggalkan Indonesia.
Sultan Badruddin dahulu pernah menjadi Sultan Palembang dan kemudian diturunkan secara paksa oleh pemerintah
Inggris ketika masih berkuasa di Indonesia, yaitu digantikan oleh Sultan Najamuddin.

Setelah merebut kembali kekuasaan kesultanan dari Najamuddin, tahun 1819 Sultan Badruddin
selalu menghalangi setiap kapal Belanda yang memasuki sungai Musi. Insiden ini banyak menelan
korban terutama dari pihak Belanda. Pihak Belanda tidak tinggal diam dan menyerbu Palembang
hingga meletuslah perang Palembang.
Pada tahun 1821, Belanda dapat menguasai ibu kota Palembang dan menangkap Sultan
Badruddin. Setelah Sultan Badruddin tertangkap, selanjutnya ia diasingkan ke Ternate.
Perlawanan rakyat Palembang masih sering terjadi pada tahun 1825, tetapi status Kerajaan
Palembang telah dibubarkan oleh Belanda.
4. Perang Padri (1803-1838)

Perang Padri adalah perang yang berlangsung di Sumatera Barat dan sekitarnya teutama kawasan
Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803-1838. Bermula dari konflik internal ,yaitu antara golongan adat
dan golongan utama, Hingga tahun 1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang
melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin
oleh Harimau Nan Salapan sedangkan Kaum Adat dipimpinan oleh Yang Dipertuan Pagaruyung waktu
itu Sultan Arifin Muningsyah. Kaum Adat yang mulai terdesak, meminta bantuan kepada Belanda pada
tahun 1821. Namun keterlibatan Belanda ini justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833
Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri, walaupun pada akhirnya
peperangan ini dapat dimenangkan Belanda.

5. Perang Aceh (1803-1904)


Belanda ingin menguasai Aceh dalam rangka Paxnetherlandira, yaitu :
- Menguasai seluruh Nusantara
- Memperluas akss bagi pengusaha-pengusaha swasta asing untuk melakukan kegiatan ekonmi di
Indonesia terutama untuk membuka perkebunan & pertambangan.
Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan
tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Kesultanan Aceh
menyerah pada januari 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut.
6. Perlawanan Sisingmangaraja XIII (1870-1907)

Sebagai akibat dari Perang Padri, pengaruh Belanda juga menembus wilayah Tapanuli.
Kehadiran Belanda memicu apa yang disebut Perang Tapanuli (1870-1907).
Alasan utama meletusnya perang ini adalah Raja Sisingamaraja XII tidak senang daerah
kekuasaanya di perkecil oleh Belanda.

TANGGAL 6 FEBRUARI 1878, BELANDA MENGIRIMKAN PASUKANNYA UNTUK MEMBANTU KAUM MISIONARIS,
KEMUDIAN MENDIRIKAN BENTENG PERTAHANAN DI WILAYAH KEKUASAAN SISINGAMANGARAJA XII. SEBAGAI
RAJA NEGERI TOBA, SISINGAMANGARAJA XII TIDAK BISA MENERIMA HAL INI. IA PUN MENGUMUMKAN
MAKLUMAT PERANG PADA 16 FEBRUARI 1878.
PASUKAN BELANDA YANG BERJUMLAH RATUSAN ORANG MENYERANG BAKARA PADA 1 MEI 1878. DUA HARI
KEMUDIAN, PUSAT PEMERINTAHAN NEGERI TOBA ITU BISA DIDUDUKI BELANDA. BERUNTUNG,
SISINGAMANGARAJA XII BESERTA PARA PENGIKUTNYA BERHASIL MELOLOSKAN DIRI, DAN MENERAPKAN
STRATEGI GERILYA.
SETELAH MENAKLUKKAN BAKARA, BELANDA YANG MEMANG LEBIH UNGGUL JUMLAH PERSONEL DAN
PERSENJATAAN BERHASIL MENDUDUKI BEBERAPA WILAYAH NEGERI TOBA, TERMASUK BUTAR, LOBU SIREGAR,
NAGA SARIBU, HUTA GINJANG, DAN GURGUR.
SISINGAMANGARAJA XII PANTANG MENYERAH DAN TERUS MELAKUKAN PERLAWANAN. PADA 1883,
SISINGAMANGARAJA XII MENDAPAT BANTUAN PASUKAN DARI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM KEMUDIAN
MENYERANG BEBERAPA POS BELANDA.

SETELAH BERTAHUN-TAHUN TERLIBAT PEPERANGAN DALAM UPAYA MENGUSIR BELANDA DARI TANAH TOBA,
SISINGAMANGARAJA XII WAFAT TANGGAL 17 JUNI 1907. IA GUGUR DALAM PERTEMPURAN MELAWAN BELANDA
DI KAKI BUKIT LAE SIBULBULEN, TEPATNYA DI DESA SI ONOM HUDON YANG SEKARANG TERLETAK DI PERBATASAN
KABUPATEN TAPANULI UTARA DAN KABUPATEN DAIRI.
7. Perlawanan Kerajaan-kerajaan di Bali (1846-1849)

Perang dengan kerajaan Bali berlangsung dalam 3 tahap, yaitu 1846, 1848, dan 1849. Serangkaian
perang itu dipicu oleh kegigihan Raja-raja Bali mempertahankan apa yang di sebut Hak Tawan
Karang. Hak Tawan Karang adalah hak yang dimiliki Kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas
seluruh muatan beserta penumpang kapal-kapal asing yang karam di pearian Bali.

Pada tahun 1844, raja Bulelang merampas kapal Belanda yang secara kebetulan terdampar di
pantai Buleleng. Sehingga pada tahun 1846 Belanda menyerang Bali, karena kalah persenjataan
,pasukan yang dipimpi oleh Gusti Ketut Jelantik tidak mampu menahan serangan Belanda.
8. Perlawanan Kesultanan Banjar (1859-1905)

Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905. Konflik dengan Belanda sebenarnya


sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar.
Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah.
Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat
dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh
semua putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris
tahta yang selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan
dukungan pamannya Gusti Kasim (Arung Turawe), tetapi gagal. Pangeran Amir
(kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ceylon.
C. Lahirnya Pergerakan Nasional

1. Ciri Perjuangan Melawan Kolonialisme setelah tahun 1908


a. Dipimpin dan digerakan oleh kaum terpelajar
b. Bersifat Nasional
c. Perjuangan menggunakan jalur organisasi
d. Memiliki organisasi yang memungkinkan adanya kaderiasi
e. Memiliki visi dan misi yang jelas, yaitu Indonesia yang telah merdeka

2. Faktor Pendorong Lahirnya Organisasi Pergerakan Nasional


a. Faktor Internal
* Kondisi sosial, Politik, dan ekonomi yang parah akibat penjajahan
(kolonialisme)
* Munculnya Kaum Terpelajar
* Tumbuhnya Kenangan dan kejayaan bangsa pada masa lampau

b. Faktor Eksternal
3. Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
a. Periode Awal Perkembangan
* Budi Utomo (BU)
Budi Utomo  adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan
oleh Dr.Soetomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei1908.
Digagaskan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat
sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik.
Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi
ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Saat
ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
* Sarekat Islam (SI)
Syarikat Islam (disingkat SI), atau Sarekat Islam, dahulu bernama Sarekat Dagang
Islam (disingkat SDI) didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudi. SDI merupakan
organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia, pada awalnya Organisasi yang dibentuk oleh Haji
Samanhudi dan kawan-kawan ini adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang menentang
politik Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asing untuk menguasai
komplar ekonomi rakyat pada masa itu. Pada kongres pertama SDI di Solo tahun 1906, namanya
ditukar menjadi Sarikat Islam. Pada tanggal 10 September 1912 berkat keadaan politik
dan sosial pada masa tersebut HOS Tjokroaminoto menghadap notaris B. ter Kuile di Solo untuk
membuat Sarikat Islam sebagai Badan Hukum dengan Anggaran Dasar SI yang baru, kemudian
mendapatkan pengakuan dan disahkan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 14 September
1912. Hos Tjokroaminoto mengubah yuridiksi SDI lebih luas yang dulunya hanya mencakupi
permasalahan ekonomi dan sosial. kearah politik dan Agama untuk menyumbangkan semangat
perjuangan islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme dan imperialisme pada masa
tersebut. Selanjutnya karena perkembangan politik dan sosial SI bermetamorfosis menjadi organisasi
pergerakan yang telah beberapa kali berganti nama yaitu Central Sarekat Islam (disingkat CSI) tahun
1916, Partai Sarekat Islam (PSI) tahun 1920, Partai Sarekat Islam Hindia Timur (PSIHT) tahun 1923,
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) tahun 1929, Syarikat Islam (PSII) tahun 1973, dan pada Majlis
Tahkim (kongres nasional) ke-35 di Garut tahun 2003,namanya diganti menjadi Syarikat Islam
(disingkat SI). Sejak kongres tersebut eksistensi dan pergerakan Syarikat Islam yang masih ada dan
tetap bertahan hingga sekarang disebut Syarikat Islam. Sejak Majlis Tahkim ke-40 di Bandung pada
tahun 2015 telah mengukuhkan Dr. Hamdan Zoelva, SH., MH. sebagai Ketua Umum Laznah
Tanfidziyah. Melalui keputusan tertinggi organisasi tersebut, Syarikat Islam kembali ke khittahnya
sebagai gerakan dakwah ekonomi.
* Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran
Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki
basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam
pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere
School Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang
dikenal dengan Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan S
Parman no 68 Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Madrasah Mu'allimat Muhammadiyah
Yogyakarta khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya skarang menjadi Sekolah Kader
Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya
diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang
Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta,
yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat istikharah (Darban, 2000: 34).[2] Pada masa
kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan
seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain
Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul
Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatra Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang,
Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra
Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi,
dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.
b. Periode Nasionalisme Politik

* Indische Partij (IP)


Indische Partij merupakan organisasi politik pertama di Indonesia. Didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu Ernest
Francois Eugene Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1912 di Bandung. Indische Partij secara tegas menyatakan
berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan atau mencapai kemerdekaan. Hal ini terlihat jelas dari
semboyannya yang berbunyi Indie voor Indiers (Hindia untuk rakyat Hindia), yang dimaksud rakyat Hindia
adalah semua orang keturunan bumiputera, Cina, Arab, Eropa, dan sebagainya, yang mengakui Hindia
sebagai tanah air, Negara dan kebangsaannya. Paham ini dikenal sebagai Indisch Nationalism, yang di
kemudian hari melalui Perhimpunan Indonesia dan Partai Nasional Indonesia menjadiIndonesisch
Nationalism (Nasionalisme Indonesia). Untuk menyebarkan cita-citanya, Indische Partij mendirikan surat
kabar De Express.
Indische Partij melakukan beberapa usaha agar terjadi kerjasama antara orang Indo dan Bumiputera. Usaha
tersebut diantaranya :
1. Menyerap cita-cita nasional Hindia (Indonesia)
2. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dalam bidang pemerintahan maupun
kemasyarakatan
3. Memberantas berbagai usaha yang mengakibatkan kebencian antaragama
4. Memperbesar pengaruh pro-Hindia di pemerintahan
5. Mendapatkan kesamaan hak bagi semua orang Hindia
6. Dalam pengajaran, harus bertujuan bagi kepentingan ekonomi Hindia dan memperkuat ekonomi
mereka yang lemah
* Gerakan Pemuda

Gerakan pemuda yang muncul pertama kali adalah Trikoro Dharmo (TK). Organisasi pemuda ini
didirikan oleh R. Satiman Wiryosanjoyo  pada tanggal 7 Maret 1915 di gedung STOVIA Jakarta.
Trikoro Dharmo merupakan cikal bakal Jong Java. Trikoro Dharmo artinya “Tiga Tujuan Mulia”,
yaitu: sakti, budi, dan bakti. Visi itu kemudian dikemangkan dalam 3 tujuan sebagai berikut :

(1) mempererat tali hubungan, antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah dan
perguruan kejuruan.
(2) menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya.
(3) membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.

Pada tahun 1918 lewat kongresnya yang pertama di Solo, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi
Jong Java.  Hal ini dimaksudkan agar para pemuda di luar Pulau Jawa, tata sosialnya berdasarkan
budaya Jawa akan mau, memasuki Jong Java. 
* Gerakan Perempuan
Kondisi perempuan Indonesia pada zaman pertengahan abad ke-19 masih jauh tertinggal di
bandingkan kaum lelakinya. Hal ini sedikit demi sedikit mengalami perubahan ketika seorang putri
bupati dari Jepara bernama R.A. Kartini, yang berkesempatan mengenyam pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Belanda, menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam tulisan
tentang kondisi perempuan pada masa tersebut. Kemudian di beri judul Door Duirtenis Tot Lich–
Habis Gelap Terbitlah Terang. Kartini mencita-citakan sebuah masyarakat di mana ada kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki.
c. Periode Radikal

1. Pengerian
Periode Radikal adalah masa di mana organisasi-organisasi pergerakan menolak bekerja sama atau
bersikap nonkooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda dan secara tegas menuntut
kemerdekaan. Organisasi yang bergerak secara noonkoperatif di antaranya adalah Penghimpunan
Indonesia (PI), PKI, dan PNI.

2. Latar belakang yang memicu munculnya organisasi noonkoperatif :


• Pengaruh Doktrin Wilson
• Pengaruh Revolusi Rusia 1917
• Kekecewaan terhadap janji November (November Belofte)
• Perubahan Pasal 111 RR (Regerings Reglement)
• Pergantian Gubenur jendral Hindia Belanda
• Pemakaian kata “Indonesia” sebagai identitas
• Ikut sertanya kaum buruh dalam pergerakan nasional
3. Organisasi - organisasi pergerakan yang bersifat radikal

a. Penghimpunan Indonesia (PI)


Awalnya bernama Indische Vereeniging, diprakarsai oleh Sultan Kasajangan Soripada dan R.M.
Notosoeroto.

Visi :
- Indonesia ingin menentukan nasibnya sendiri
- Bangsa Indonesia mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri
- Bangsa Indonesia harus bersatu untuk melawan penjajah

b. Partai Komunis Indonesia (PKI)


Semaun dan Darsono adalah orang yang mempengarui terbentuknya PKI. Karena aksi militan dan
revolusionernya yang mengganggu stabilitas dan ke[entingan Belanda. Maka PKI dinyatakan sebagai
organisasi terlarang pada tahun 1927.

c. Partai Nasional Indonesia (PNI)


PNI merupakan salah satu partai paling berpengaruh di Indonesia dengan nama awal Perserikatan
Nasional Indonesia yang dipinpim oleh Ir. Soekarno.
c. Partai Nasional Indonesia (PNI)

PNI merupakan salah satu partai paling berpengaruh di Indonesia dengan nama awal Perserikatan
Nasional Indonesia yang dipinpim oleh Ir. Soekarno.
PNI mempunyai 3 (Tiga) asas, yaitu : 
1.Self Help (Menolong diri sendiri)
2.Non Kooperasi (Tidak mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Kolonial Belanda)
3.Marhaenisme (mengentaskan masaa dari kemiskinan dan kesengsaraan)

Dalam rangka memperkuat organisasi, organisasi ini melakukan 2 hal :


1. Kegiatan Internal, yang ditujukan untuk melakukan usaha-usaha seperti menyelenggarakan
kursus, mendirikan sekolah, mendirikan bank, dll.

2. Kegiatan Eksternal, dalam bentuk mendapatkan rapat-rapat umum, menerbitkan surat kabar
seperti “Persatoean Indonesia” di Jakarta dan “Banteng Priangan” di Bandung.
d. Partai Indonesia (Partindo)

Partai Indonesia atau disingkat Partindo adalah salah satu partai politik yang pernah


ada di Indonesia. Pendirian partai ini merupakan hasil keputusan Sartono sewaktu ia
menjabat ketua PNI-Iama menggantikan Soekarno yang ditangkap
pemerintah Belanda tahun 1929. Sartono membubarkan PNI dan membentuk Partindo.
Tujuan pokok Partindo sama dengan PNI-Lama, yaitu mencapai Indonesia merdeka
dengan menjalan kan politik non-kooperasi terhadap pemerintahan Belanda. Tindakan
Sartono ini mendapat reaksi keras dari anggota PNI-Lama, di antaranya Hatta dan Sutan
Sjahrir, serta golongan yang tidak menyetujui dengan pembubaran ini. Mereka
membentuk Golongan Merdeka dan menjadi organisasi baru bernama Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI-Baru). Partindo dan PNI-Baru bersaing dalam memperoleh
simpati rakyat.
e. Partai Nasional Indonesia Pendidikan (PNI Pendidikan / PNI Baru)

Organisasi yang dibentuk 27 November 1931 ini berdiri karena ketidakpuasan


sebagai anggota PNI (lama) atas pembubaran PNI. Partai Nasional Indonesia
Pendidikan (PNI Pendidikan) lebih menekankan Pendidikan Politik dan Kesadaran
Berbangsa bagi para anggotanya.
d. Periode Bertahan

1. Pengertian
Periode Bertahan adalah periode dimana gerakan nasionalisme di Indonesia berupaya lebih moderat dan
menahan diri. Sikap moderat berarti kembali bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Sikap ini
diambil agar organisasi pergerakan tidak dibubarkan Belanda dan para tokohnya tidak di tangkap ataupun
diasingkan.

2. Latar Belakang
Sejak pemerintahan Dirk Fock, yang memerintah pada 1921-1926, organisasi pergerakan dikendalikan dengan
peraturan yang keras. Pada masa Gubernur Jendral B.C. de Jonge (1931-1936), peraturan bahkan dibuat lebih
keras lagi. Apalagi, pada masanya banyak organisasi yang mengambil sikap radikal terhadap Belanda. Hal ini
membuat kaum aktivis pergerakan tidak leluasa mewujudkan cita-cita politiknya, yaitu kemerdekaan Indonesia.

Melalui Vergader Verbond yang dikeluarkan pada tahun 1933, ruang gerak kaum aktivis pergerakan nasional
semakin sempit. Namun, peraturan itu tidak menyurutkan langkah para tokoh pergerakan. Bagi mereka, untuk
mencapai kemerdekaan tidak ada pilihan lain : menolak berkerja sama dengan Belanda termasuk di dalamnya
menolak menaati segala peraturannya. Atas pilihan sikap tersebut, mereka juga siap menerima resiko ditangkap
dan di buang di tempat yang jauh.

Dengan dibuangnya para tokoh utama, para tokoh pergerakan merasa bahwa pilihan sikap yang radikal kurang
menguntungkan Indonesia. Mereka mengambil sikap yang lebih taktis dan moderar namun tidak meninggalkan
visi dasr perjuangan mereka, yaitu mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
3. Perjuangan Melalui Volkraad

Di Volksraad, tokoh-tokoh pergerakan. Organisasi-organisasi pergerakan tetap giat melakukan


aktivitas di berbagai bidang, seperti mendirikan Rukun Tani, Rukun Pelayaran, mengusahakan
bank, koperasi, dsb.

27 Januari 1930, M.H. Thamrin memprakasai berdirinya Fraksi Nasional dalam Volksraad. Ia
sendiri memimpin faksi tersebut, dan wakilnya Kusumo Utoyo. Tujuan utamanya adalah
meraih kemerdekaan Indonesia secepat-cepatnya

Dalam rangka mencapai tujuannya, yaitu kemerdekaan secepat-cepatnya, Fraksi Nasional


melakukan usaha-usaha berikut.
• Mendesak segera dilakukanya perubahan ketatanegaraan
• Menghapus semua perbedaan politik,ekonomi, dan pendidikan yang diakibatkan oleh
penjajahan
• Menggunakan semua jalan yang sah untuk mencapai tujuan tersebut

Volkraad mengalami titik balik pada tahun 1940. pada bulan Mei tahun itu , Jerman (Nazi)
menduduki Belanda. Sementara itu, Jepang mengancam menguasai Asia-Pasifik termasuk
Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ikut juga membubarkan semua organisasi politik
bentukan Belanda, termasuk Volkraad.
4. Organisasi-organisasi pergerakan pada periode bertahan

a. Taman Siswa

Taman siswa merupakan salah satu pergerakan dengan fokus dalam bidang pendidikan.
Didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara
menerapkan 3 konsep, yaitu :

1. Ing ngarsa sung tuodo, artinya para guru yang memiliki tanggung jawab memberikan
pendidikan, harus memberi contoh dengan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat
menjadi teladan bagi siswanya.
2. Ing madyo mangun karsa, artinya guru harus dapat memberi motivasi yang baik bagi
siswanya, memberikan bimbingan terus-menerus agar siswa dapat berkembang sesuai
dengan bakat dan minatnya.
3. Tut wuri handayani, artinya guru wajib membingbing siswa untuk dapat menggali sendiri
pengetahuanya, menemukan makna dari pengetahuan yang di perolehnya, sehingga
pengetahuan itu dapat berguna bagi kehidupannya.

Atas jasa dan perjuangan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan ,
hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yaitu 2 Mei, diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.
b. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Pada tahun 1931, dr.Sutomo, pimpinan Budi Utomo, mendirikan Persatuan Bangsa Indonsia
(PBI). Organisasi ini merupakan kelanjutan dari Indonesische Studie Club yang didirikannya
pada tahun 1924.
Dengan PBI, ia bermaksud menempuh jalan Kooperatif dalam sebuah wadah partai yang
lebih besar.

Pada tanggal 24-26 Desember 1935 diselenggarakanlah kongres yang menyatukan Budi
Utomo dengan PBI. Kongres yang diadakan di Surakarta ini dibuat dalam rangka menyatukan
partai-partai kecil untuk memperoleh kekuatan yang besar. Hasil fusi menghasilkan sebuah
partai baru yang kemudian dinamakan Partai Indonesia Raya (Parindra) dengan ketua terpilih
dr.sutomo. Kongres juga menetapkan Surabaya sebagai kantor pusat Parindra.

Selain PBI dari Budi Utomo, bergabung pula serikat Sumatera dan Serikat Celebes, dengan
tujuan terwujudnya Indonesia Raya.
c. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

GAPI merupakan gabungan dari berbagai partai politik yang ada di Indonesia. Organisasi ini
didirikan oleh Mohammad Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei tahun 1939. Partai-partai yang
bergabung dengan GAPI di antaranya : Parindra, Gerindo, PSII, Persatuan Partai Katolik, Persatuan
Minahasa, Partai Pasundan, dan Partai Islam Indonesia (PII). Di dalam konfrensi pertama GAPI
tanggal 4 Juli 1939 telah dibicarakan aksi GAPI dengan semboyan "Indonesia berparlemen".
September 1939 GAPI mengeluarkan suatu pernyataan yang  Isinya mengajak rakyat Indonesia
dan rakyat negeri Belanda untuk bekerjasama menghadapi bahaya fasisme dimana kerjasama
akan lebih berhasil apabila rakyat Indonesia diberikan hak-hak baru dalam urusan pemerintahan.
Yaitu suatu pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari dan oleh rakyat, dimana
pemerintahan tersebut bertanggungjawab kepada parlemen tersebut.
4. Kolonialisme & Pengaruhnya terhadap Kehidupan Politik, Sosial, dan Budaya
Masyarakat Indonesia Kini

1. Pengaruh Kolonialisme Portugis


a. Agama
Menurut Lombard, umat Kristen tertua Indonesia adalah Katolik. Penyebaran
agama ini di mulai jauh sebelum kedatangan Portugis ,yaitu sejak abad ke-14. Pada
abad itu , sejumlah rohaniwan Katolik singgah di kepulauan Nsantara. Di antara
mereka adalah Odoricomde Pordonone, yang mengadakan perjalanan dari Eropa ke
Cina. Pada tahun 1321, ia singgah di Istana Majapahit dan Bandar Lamuri di Aceh.
Seorang rohaniwan Fransiskan yang bernama Joao de Marignolli mengikuti jejaknya
dan tercatat pernah diterima dengan baik di istana samudra pasai pada tahun
1347.

Akan tetapi, penyebaran agama Katolik dengan pengaruh yang lebih besar terjadi
pada saat kedatangan Portugis di Nusantara. Komunitas Kristen yang di pengaruhi
Portugis tersebar di kepulauan Maluku dan di daerah tertentu di kepulauan Sunda
Kecil seperti Nusa Tenggara Timur.
b. Kesenian

Pengaruh Portugis dalam bidang kesenian tampak pada musik keroncong. Kita masih
bisa menemukan peninggalan di kampung Tugu, Jakarta Utara. Musik keroncong
berasal dari musik Portugis abad ke-16 yang di sebut fado. Musik ini tadinya populer
di lingkungan perkotaan Portugis. Awalnya fado merupakan sejenis nyanyian
bernuansa ratapan (mornas) yang di bawa para budak negro dari Cape Verde, Afrika
Barat ke Portugis sejak abad ke 15.

Di Jakarta, peninggalan budaya Portugis selain keroncong adalah Tanjdor dan Ondel-
ondel. Selain Jakarta, jejak-jejak peninggalan budaya Portugis dalam bidang kesenian
masih membekas di tempat-tempat Nusantara, seperti Maluku Utara, Maluku
Tengah, Ambon,Solor,dan Flores.
c. Bahasa
Dalam bidang bahasa, banyak kosakata bahasa Portugis di serap kedalam bahasa
Indonesia. Sebagai contoh, biola(viola), meja (mesa), mentega (menteiga), pesiar
(passear), pigura (figura), pita (fita), sepatu (sapato), serdadu (soldado), cerutu
(charuto), jendela (janela), algozo (algoz), bangku (bangco), bantal (avental), bendera
(bandeira), bolu (balo), boneka (boneca), dll.

2. Pengaruh Kolonialisme Belanda


a. Bidang Sosial Budaya
Perubahan dalam Bidang Sosial
Dampak Belanda di bidang social dapat dilihatpada kedudukan para raja dan keluarga
istana sebagai penguasa di berbagai kerajaandi Indonesia terpaksa berubah menjadi
aparat atau pegawai yang bekerja untu membantupemerintah kolonial Belanda.

Perubahan dalam Bidang Budaya


Dampak penjajahan Belanda di bidang budaya dapat dilihat denganberubahnya cara
pergaulan, gaya hidup, bahasa dan cara berpakaian sebagianmasyarakat Indonesia
pada berubahnya cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dancara berpakaian Barat
sehingga mengikis budaya tradisional kerajaan / keraton sertamasyarakat. Selain itu,
dampak penjajaha dapat dilihat dengan berkembangnyaajaran agama Kristen di
Indonesia.
b. Pendidikan

Dampak di bidang PendidikanUsaha – usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda


dalam bidang pendidikan tidak lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda,
yaitu menghasilkan pegawai administrasi Belanda yg murah, terampil, dan terdidik.
Selain itu Pemerintah Belanda menyusun kurikulum pendidikannya sendiri, akibatnya
perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia sampai abad ke – 19
menunjukkan kecenderungan Politik dan Kebudayaan. Tidak semua masyarakat
mendapatkan pendidikan, masyarakat yang mempunyai jabatan lah yang dapat
merasakan pendidikan, seperti keturunan raja, keturunan bangsawan, pengusaha
kaya, dan yang lainnya.Para Pahlawan kita lah yang mengajarkan pendidikan kepada
rakyat - rakyat jelata, dengan tujuan agar masyarakat Indonesia tidak lagi dibodoh –
bodohi oleh para kolonial Belanda.Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang
pendidikan, antara lain :- Munculnya golongan - golongan terpelajar di Indonesia.-
Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga – tenaga
kerja di perusahaan Belanda.- Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang
terjadi di dunia luar.
c. Bahasa
Bahasa Belanda juga banyak memengaruhi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa serta
bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Seperti atret (dari achteruit), verboden, pit (dari fiets),
knalpot, rem, persnelling (dari versnelling), dongkrak, schokbreker,dll.

d. Gaya Hidup
Penjajahan Belanda juga membawa gaya hidup yg mempengaruhi kehidupan sebagian rakyat
Indonesia.Karena itu, muncul istilah “Gaya hidup yang kebarat-baratan”.“Gaya hidup kebarat-
baratan” itu misalnya , tampak dalam kebiasaan minum-minuman keras, pesta, dansa
(menari khas Belanda/barat), gaya perkawinan, dan model berpakaian.

e. Berkembangnya agama Kristen Protestan di Indonesia


Pada tahun 1617, Parlemen Belanda menginstruksikan kepada Gubenur Jendral VOC dan
Raad van Indie untuk bertanggung jawab menyebarkan agama Kristen dan mengajarkannya
melalui sekolah-sekolah dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Anda mungkin juga menyukai