Anda di halaman 1dari 44

ERA PORTUGIS DAN BANGSA SPANYOL

DI NUSANTARA
08JUL

Berabad-abad lamanya kerajaan-kerajaan kecil yang terpencar letaknya di pulau-pulau


Indonesia secara ekonomis, kultural, dan juga sewaktu-waktu secara politis telah
bergabung atau digabungkan dalam satuan-satuan yang lebih besar. Adanya
komunikasi dan lalu lintas antarkepulauan Indonesia ini sudah barang tentu
dimungkinkan oleh penduduknya yang telah mengembangkan suatu jaringan
hubungan maritim yang lebih baik, didukung oleh kemajuan teknologi kapal, keahlian
navigasi, dan suatu enterprising spirit yang besar. Kegiatan laut yang dominan dalam
kehidupan bangsa kita di masa lampau tercermin dalam sebutan zaman bahari yang
sinonim dengan zaman purbakala. Sifat internasional dari pelayaran dan perdagangan
telah nampak pula pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu (A.B. Lapian,
2008: 1).
Hubungan dagang Nusantara dengan berbagai bangsa, bahkan pelaut-pelaut Nusantara
yang konon pernah berlayar sampai Madagaskar Afrika merupakan bukti bahwa
bangsa kita sudah memiliki peradaban dan teknologi perkapalan dan perlayaran yang
sudah maju. Perdagangan yang pada waktu itu Nusantara terkenal sebagai penghasil
rempah-rempah, bahkan sampai terdengar di Eropa. Di Eropa yang pada waktu itu
belum mengenal bangsa timur dan hanya mendapatkan rempah-rempah dari
perdagangan di Konstatinopel, yang pada tahun 1453 Konstatinopel ditakhlukkan oleh
orang-orang Turki Ustmani menyebabkan penghentian perdagangan rempah-rempah
di Eropa.
Akan tetapi, orang-orang Eropa, terutama orang-orang Portugis, mencapai kemajuankemajuan di bidang teknologi tertentu yang kemudian melibatkan bangsa Portugis
dalam salah satu petualangan mengarungi samudra yang paling berani di sepanjang
zaman yang memungkinkan mereka berekspansi ke seberang lautan. Rempah-rempah

merupakan soal kebutuhan dan juga cita rasa. Selama musim dingin di Eropa, tidak
ada satu cara pun yang dapat dilakukan agar semua hewan ternak tetap hidup,
karenanya banyak hewan ternak disembelih dan dagingnya kemudian harus
diawetkan. Untuk itu diperlukan sekali adanya garam dan rempah-rempah, serta di
antara rempah-rempah yang diimpor, cengkih dari Indonesia Timur adalah yang paling
berharga. Indonesia juga menghasilkan lada, buah pala, dan bunga pala, oleh
karenanya kawasan itulah yang menjadi tujuan utama Portugis, walaupun sampai saat
itu mereka masih belum mempunyai gambaran sedikit pun tentang letak Kepulauan
Rempah Indonesia itu maupun tentang cara mencapainya (M.C. Ricklefs, 2008: 4041).
Kedatangan bangsa Portugis membawa dampak atau pengaruh lain bagi
Indonesia dalam bidang kebudayaan yaitu :
a.Berkembangnya agama Kristen/Katholik di Maluku yang disebarkan oleh
Fransiscus Xaverius.
b.Berkembangnya musik Keroncong berasal dari Portugis.
c.Peninggalan bangunan yang berupa benteng-benteng Portugis.
d.Nama orang Indonesia menggunakan nama Portugis.
e.Benda-benda peninggalan Portugis berupa Meriamyang ditempatkan di
Museum (Elinda, 2007).

Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Nusantara tidak sedikit


meninggalkan berbagai peninggalan yang sampai sekarang masih dapat kita temui
dan dapat kita rasakan, baik berupa pengaruh kebudayaan, bangunan, maupun
berbagai bahan makanan ataupun teknik pengolahannya. Tetapi, lebih banyak
peninggalan dari Bangsa Portugis dari pada peninggalan Bangsa Spanyol, karena
perjanjian Saragosa yang membagi daerah kekuasaan menjadi utara dan selatan

yang mengakibatkan Bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan lebih


memusatkan pada Filipina.
A. Portugis
1.Agama
Menurut Richard Z. Leirissa (1975: 7-14) Penginjilan yang pertama
kali dilakukan oleh padri-padri[3] Portugis adalah pada tahun 1523. Pada
waktu itu Antoni de Brino, Kepala orang-orang Portugis yang kedua di
Ternate, membawa pula padri-padri Franciscaan ke sana ketika ia berangkat
ke Ternate untuk menjabat kedudukan itu. Kemudian pada tahun 1534
Tristao de Atayade, yang menjadi Kepala orang-orang Portugis sejak tahun
itu, membawa pula sejumlah padri. Mereka berhasil menjadikan seorang
raja di Mindanao menjadi Kristen. Ini sangat penting karena sampai saat itu
belum ada seorang raja yang dapat di-Kristenkan di Maluku Utara. Tetapi
usaha ini kandas pada tahun 1536 karena terjadi suatu pemberontakan
sehingga raja tersebut meninggal. Perkembangan agama Katolik baru
menjadi pesat sejak Antoni Galvao menjadi Kepala (1536-40). Ia terkenal
dalam sejarah Maluku oleh karena ia dapat mendamaikan Sultan Ternate
dengan pihak-pihak padri Katolik. Tetapi sebenarnya perluasan agama
Katolik itu terjadi di kepulauan Ambon-Lease, bukan di Maluku Utara
sendiri. Di Ternate, Golvao berhasil membangun suatu Seminari untuk
putra-putri daerah itu. Dari antara merekalah muncul pemuka-pemuka
agama Katolik. Ketika Franciscus Xavier[4] tiba di Maluku, ia pertamatama mengunjungi kepulauan Ambon-Lease yang pada waktu itu ada tujuh
tempat[5] di pulau Ambon yang penduduknya memeluk agama Katolik
berkat usaha padri-padri sebelumnya. Kemudian ia mengadakan perjalanan
pula ke pantai selatan pulau Seram dan ke Nusalaut, serta Ternate.
Kunjungan Xavier sangat berpengaruh terhadap politik kerajaan Ternate.
Terjadi kemelut politik yang mengakibatkan Sultan Hairun harus mengakui
bkedudukannya sebagai vasal Portugis. Sultan Hairun kemudian mengutus
hgKaicili Letiato dengan suatu armada kora-kora untuk menggempur desadesa Kristen di Maluku Tengah. Sejak tahun 1555 memang agama Katolik
sangat maju di berbagai tempat di sini. Ini karena Xavier berhasil
mengerahkan sejumlah padri ke daerah itu. Dan sejak saat itu agama
Katolik berkembang pesat di Ambon dan kepulauan lainnya.
2.Kesenian
Balada-balada Keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan
gitar berasal dari kebudayaan Portugis (M.C. Ricklefs, 2008: 48).
Keroncong pertama kali dikenalkan oleh para pelaut asal Portugis di abad
ke-16. Keroncong itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan
sebutan fado oleh bangsa Portugis (Andrie Yudhistira, 2010). Di Jakarta ada
musik Keroncong yang dikenal dengan Keroncong Tugu. Jacobus
Quicko, adalah seorang tokoh yang semasa hidupnya berperan memimpin
rombongan Keroncong Tugu.Banyak hal yang masih dipertahankan dalam
tradisi Keroncong Tugu, yaitu alat musik, perbendaharaan lagu (repertoar)
dan kostum pemainnya. Alat musik yang digunakan saat ini masih seperti

yang digunakan tiga abad yang lalu, yaitu keroncong, biola, ukulele, banyo,
gitar, rebana, kempul dan cello.

Tanjidor adalah permainan musik pukul yang populer di kalangan masyarakat Betawi.
Bahasa aslinya adalah tangedor, dibaca tanjedor, merupakan bahasa Portugis.
Tangedor berarti seseorang yang memainkan alat musik senar. Tanger berarti
memainkan alat musik. Tradisi tanjidor berawal dari kebiasaan bangsa Portugis
memerintahkan para budaknya menghibur mereka dengan permainan musik.
Kejemuan dan kebosanan mereka menghadapi musim tropis tersembuhkan olah para
budak yang memainkan musik dari daerah asal para budak itu dengan isntrumen
musik Eropa. Mereka rata-rata menggunakan alat tiup, seperti klarinet, terompet,
terompet Prancis, kornet. Ada juga tambur Turki. Pada awalnya dimainkan lagu-lagu
Eropa karena mereka main pada waktu pesta dansa, polka, mars, lancier, dan lagulagu parade, tetapi lambat laun dimainkan juga lagu-lagu dan irama-irama yang khas
Betawi, tulis Paramita R Abdurahman. Ketika para budak itu dimerdekakan, mereka
menjadi kelomnpok-kelompok musik amatir yang menamakan diri tanjidor. Dalam
perkembangannya, tanjidor juga memainkan keroncong, salah satu musik hasil
pengaruh Portugis (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2008).

3.Bangunan
Benteng Victoria yang merupakan benteng peninggalan Portugis
yang dibangun di pusat kota Ambon pada tahun 1775 M.

Benteng Victoria.

Ada juga benteng peninggalan Portugis yang bentuknya unik, Benteng Belgica, yaitu
benteng yang dibangun oleh Portugis tapi kemudian diduduki Belanda pada abad ke
17. Benteng ini berada di atas perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira
dan terletak pada ketinggian 30,01 meter dari permukaan laut. Benteng yang dibangun
pada tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both ini memiliki suatu

keunikan. Dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit,
namun apabila dilihat dari semua penjuru niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi,
tetapi kalau dilihat dari udara nampak seperti bintang persegi atau mirip dengan
Gedung Pentagon di Amerika Serikat. Bahkan benteng ini dijuluki The Indonesian
Pentagon. Benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan Portugis
yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa penjajahan
Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang
(Wta, 2008).

Benteng Belgica.

Ada juga yaitu Benteng Otanaha. Benteng yang terletak di Kelurahan Dembe, Kota
Gorontalo memiliki tiga bangunan yakni Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu
yang dibangun sekitar 1522 atas prakarsa Raja Ilato dan para nakhoda Portugal yang
singgah di wilayah tersebut. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan
memiliki empat tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak hingga
sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan,
dimana dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan
II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke
persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71
anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.

Benteng Otanaha.

Selain itu, di Lahayong, Solor, Flores Timur juga terdapat peninggalan Portugis
berupa reruntuhan benteng, yang karena terletak di Lahayong kemudian diberi nama
Benteng Lahayong.

Reruntuhan benteng Portugis di Lohayong, Solor, Flores Timur.


Di Malaka terdapat Kota AFamosa merupakan pintu gerbang kubu di
Malaka. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan portugis dan sebuah kubu.
Kubu ini dahulu mempunyai tembok yang panjang dan empat menara utama.
Salah satunya ialah menara utama empat tingkat, manakala yang lain
merupakan bilik simpanan senjata, kediaman kapten dan juga kuarters pegawai
(Lia, 2010).
Ada juga peninggalan berupa gereja, yaitu Gereja St. Paul merupakan
sebuahgereja yang terletaknya di Bandar Hilir, Melaka. Ia dibina oleh Kapten
Portugis yang bernama Duarte Coelho pada tahun 1521 dan dinamakan Our
Lady of The Hill.Gereja ini kemudiannya ditukar oleh pihak Belanda kepada
tempat persemadian bangsawan dan di namakan gereja St. Paul. St. Francis
Xavier telah dipelihara di dalam perkuburan terbuka pada tahun 1553 sebelum
dibawa dengan kapal ke Goa,India (Lia, 2010).
Dan masih banyak lagi bangunan-bangunan peninggalan Portugis yang
sebagian besar terdapat di Maluku, antara lain adalah Benteng Tolucco yang
dibangun oleh Francisco Serao (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kalamata
atau Benteng Santa Lucia atau Benteng Kayu Merah yang dibangun oleh
Pigafetta (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kastela yang dibangun oleh
Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario
(Matahati, 2009).

Benteng Tolucco.

Benteng Kalamata.

Benteng Kastela.

4.Nama dan Perkampungan


Di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang
berasal dari Portugis, seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves,
Mendoza, Rodrigues, da Silva, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48).
Menurut Abang & None Jakarta Utara (2010), di Jakarta Utara
tepatnya di kecamatan Koja, di sana terdapat sekumpulan masyarakat yang
memiliki nilai-nilai kebudayaan tinggi mengenai Jakarta. Sebuah kampung
yang dulu dianggap sebagai daerah terluar dari kota Batavia ini
diperuntukkan bagi para Mardijkersoleh pemerintah Hindia Belanda yang
telah dibebaskan dari tawanan peran. Mardijkers itu sendiri adalah sebutan
bagi para portugis hitam yang dibebaskan dan dikumpulkan dalam satu
kampung yaitu kampung tugu. Kampung ini dijadikan sebuah kampung
kristen tertua di Indonesia bagian Barat, sebab masyarakat yang ada di
daerah ini menganut Kristen protestan dan harus meninggalkan kepercayaan
sebelumnya sebagai syarat supaya dapat di bebaskan dari tawanan perang.
Untuk sebuah komunitas kristen masyarakat kampung tugu merupakan
komunitas Kristen pertama di antara yang lainnya, hal ini menyebabkan
komunitas Islam yang ada menyebut mereka sebagai komunitas Serani
yang diambil dari kata Nasrani sehingga disana dibangunlah sebuah
Gereja yang disebut Gereja Tugu sampai saat ini. Budaya Portugis masih
sangat kental di kampung Tugu, hal ini dibuktikan dengan masih fasihnya
masyrakat Kampung Tugu dalam mempergunakan bahasa Portugis dan
keberadaan makam-makam Portugis di tempat itu.
5.Bahasa/Kosakata
Sangat banyak kata-kata Indonesia yang berasal dari bahasa portugis,
seperti pesta, sabun, sepatu, bendera, meja, Minggu, dan lain-lain (M.C.
Ricklefs, 2008: 48). Menurut Aries (2010), kata gereja di Indonesia yang
berasal dari bahasa Portugis igreja. Puluhan gereja di Lisabonorang
Portugis menyebutnya Lisboasekarang juga disebut igreja. Misalnya
sejumlah gereja terkenal di Lisabon, yaitu Igreja de Santa Engracia, Igreja
de Sao Roque, atau Igreja de Santo Antonio de Lisboa. Menurut Gunung
Agung (1970) dalam Aries (2010), bekas diplomat Portugal di Indonesia,
Antonio Pinto da Franca, dalam bukunya Portuguese Influence in
Indonesia, menginventarisasi paling tidak ada 75 kata Indonesia berasal dari
Portugis. Beberapa kata mungkin terasa asli Indonesia. Sebut misalnya, sisa
dari sisa, terigu dari terigo, tempo dari tempo. Kata lain, misalnya, bangku
dari banco, beranda dari varanda, boneka dari boneca, kaldu dari caldo,
meja dari mesa, pesta dari festa. Ada juga sekolah dari escola, pigura dari
figura, dan sepatu dari sapato. Selain itu beberapa kata Indonesia yang
berasal dari bahasa Portugis cukup banyak. Seperti bangku (dari
kata benco), jendela (janela), meja (mesa), sepatu (sapatu), gardu (garda),
keju (aquijo), bendera (bandaera), dan topi (capyo) (Alwi Shahab, 2006).
Dari berbagai sumber di atas tentang beberapa bahasa Portugis yang masih
digunakan dalam bahasa Indonesia adalah
pesta (festa), sabun (sabao), sepatu (sapato),
bendera (bandaera), meja(mesa), Minggu (Domingo[6]), gereja (igreja), sis

a (sisa), terigu (terigo), tempo(tempo), bangku (banco), beranda (varanda),


boneka (boneca), kaldu (caldo),sekolah (escola), pigura (figura), jendela (j
anela), gardu (garda), keju (aquijo),topi (capyo), tanjidor (tangedor).
Dalam Wapedia (2010) daftar kata serapan dari bahasa Portugis
dalam bahasa Indonesia adalah algojo (algoz). arena (arena), armada
(armada), aula (aula), akta (acta), bangku (banco), banjo (banjo), Belanda
(holanda), beranda (varanda), bendera (bandeira), biola (viola), bola
(bola), bolu (bolo), boneka (boneca), botol (botelha), dadu (dado), dansa
(dana), dua (dua), flores (flores: bebungaan): nama pulau Flores, gancu
(gancho), garpu (garfo), gereja (igreja), gudang (gudo), harpa (harpa),
Inggris (Ingles), jendela (janela), kaldu (caldo), kampung (campo), kanon
(kanon), karambol (carambola), kartu (carto), kasur (colcho), kutang
(alcoto), keju (queijo), kemeja (camisa), kereta (carreta), kursus (cursos),
kontan (contas), kamar (camara), laguna (laguna), lambada (lambada) :
sejenis tarian, legenda (legenda), lentera (lanterna), limau (limo), lemari
(almario), lampion (lampio), mandor (mandador), marakas (maraca) (alat
musik perkusi), marmot (marmota), martir (mrtir), meja (mesa), mentega
(manteiga), meski (mas que), Minggu (domingo): nama hari, juga dikenal
sebagai Ahad, misa (missa) ibadat Katolik, Natal ( Natal), nina (spt.
dalam nina bobo) (menina): anak perempuan kecil, nona (dona), nyonya
(donha), ombak (onda), palsu (falso), paderi (padre): pendeta, peluru
(pellouro, boleiro), pena (pena), peniti (alfinete), Perancis (francesa), pesiar
(passear), pesero (parceiro), pesta (festa), pigura (figura), pita (fita), puisi
(poesia), renda (renda), roda (roda), ronda (ronda), rosario (rosario), Sabtu
(sbado), sabun (sabo), saku (saco), sekolah (escola), salto (salto), sepatu
(sapato), silet (gilete), serdadu (soldado), sinyo (sinh), tanjidor (tangedor),
tapioka (tapioca), teledor, tembakau (tabaco), tenda (tenda), tempo (tempo),
terigu (trigo), tinta (tinta), tolol (tolo), tukar (trocar)
6.Pangan dan Pertanian
Dari penjelajahan Bangsa Portugis, tidak hanya meninggalkan
dampak negatif berupa monopoli dan kolonialisme, tetapi juga dampak
positif yang salah satunya adalah dalam bidang pangan dan pertanian untuk
daerah jajahannya.
Untuk memperkaya jenis-jenis pangan di daerah jajahannya, orangorang Portugis juga membawa berbagai bibit dan tanaman yang didapat dari
sebuah negeri yang berhasih ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika,
untuk ditanam di negeri lainnya yang belum memiliki komoditas itu.
Kedatangan orang Portugis yang dipimpin Antonio Galvao juga membawa
sejumlah tanaman, seperti anggur, tomat, avokad, dan ketela untuk ditanam
di Maluku (1536-1539). Sumber pangan ini disebutkan meningkatkan
kualitas diet orang Maluku yang sebelumnya dinilai buruk. Selain hal
tersebut, peninggalan Portugis yang masih dapat kita jumpai dalam bidang
pangan dan pertanian di Indonesia adalah cara berkebun (menanam bunga
di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan
makanan (acar), dan alat-alat rumah tangga, seperti garpu. Sementara itu,
kedatangan Bangsa Portugis diberbagai tempat membuat mereka mengenal

berbagai sumber makanan yang selama ini tidak mereka kenal sebelumnya,
salah satunya adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat sumber
pangan, cara memasak, dan juga mendeskripsikan rasanya. Berbagai
sumber pangan tersebut terutama rempah-rempah memengaruhi kuliner
Bangsa Portugis hingga sekarang. Hal tersebut dilakukan karena Kerajaan
Portugis memang meminta agar berbagai jenis tanaman dan hewan
dikumpulkan dan dikirim ke negerinya ketika pasukan kembali ke
Lisabon[7] (Agung Setyahadi, 2008).
Dari penjelasan di atas apabila kita kaji, Portugis dalam
penjelajahannya tidak hanya ingin mengeruk hasil rempah-rempah saja,
tetapi juga menyebarkan komoditas-komoditas baru di daerah jajahan serta
membawa komoditas-komoditas baru bagi bangsanya. Hal tersebut
merupakan penyebaran budaya yang dilakukan oleh Bangsa Portugis.
B.

Spanyol

Tidak banyak peninggalan Bangsa Spanyol di Indonesia, karena perjanjian


Saragosa yang mengakibatkan wilayah daerah kekuasaan dibagi menjadi utara dan
selatan dan Spanyol mendapatkan daerah utara yang akhirnya Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan lebih memusatkan pada Filipina.
Peninggalan Spanyol di Filipina yaitu Benteng San Pedro yang didirikan oleh pelaut
asal Spanyol Miguel Lopez de Legazpi tahun 1565 (Andrian Wibisono, 2007) .

Terdapat juga Salib Maggellan yang merupakan salib pertama yang


ditancapkan Maggellan sebagai simbol dimulainya penyebaran agama Kristen Katolik
di Filipina. Selain itu juga terdapat Gereja Santo Nino (Basilica Minore del Sto Nino)
yang didirikan pelaut lain asal Spanyol Miguel Lopez de Legazpi tahun 1565. Di
dalam gereja itu terdapat boneka kayu Santo Nino (bayi Yesus) yang merupakan
hadiah dari Maggellan kepada istri Raja Humabonon, Ratu Juana yang menjadi
pemeluk Katolik (Sinar Indonesia Baru, 2007).

dampak penjajahan belanda di indonesia


DAMPAK PENJAJAHAN BELANDA (KOLONIALISME) DI INDONESIA

Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan


Hindia Timur Belanda) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan
Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur
karena ada pula VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini
dianggap sebagai perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini
istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa.
Misalkan VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa
dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft,
Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan).
Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang
mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata
compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat
Nusantara lebih mengenal Kompeni adalah tentara Belanda karena penindasannya dan
pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda.
Hak istimewa:
Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602
meliputi:
* Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan
sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri;
* Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:
1. memelihara angkatan perang,
2. memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,
3. merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,
4. memerintah daerah-daerah tersebut,
5. menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan
6. memungut pajak.
sejak kolonialisme dimulai pada saat pembentukan VOC tahun 1602,secara perlahan politik
drainage mulai di jalankan oleh Belanda.selama kurun waktu 197 tahun (1602-1799)VOC mulai
menancapkan kuku kekuaasaan di Indonesia,Kekuasaan ini bisa berarti mengeruk kekayaan
alam dan juga pengaruh di tanah jajahan.Kalau kita melihat budaya korupsi yang saat ini masih

berakar kuat di Indonesia,itu merupakan buah yang di tanam Belanda sejak memulai
kolonialisasi di Indonesia.Contohnya Belanda mengirim pejabat-pejabat VOC adalah pegawai
pemerintahan yang bermasalah di negeri Belanda,seperti pegawai yang melakukan tindakan
indisipliner dan juga pejabat yang korup.Ketika Herman Willem Daendels mulai berkuasa
penyakit korupsi yang sudah kronis yang menjadi salah satu penyebab bangkrutnya VOC mulai
dikikis,tetapi karena sikapnya yang otoriter dan khawatir merusak citra Perancis di Eropa maka
Napoleon yang pada saat melakukan ekspansi ke Eropa menyebarkan faham-faham yang
muncul pada revolusi Perancis menarik pulang Daendels.Penciptaan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa mulai dilakukan oleh Wakil Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles yang
berkuasa di Indonesia tahun 1811-1816,selain itu pula Raffles melihat kekayaan Indonesia yang
melimpah merupakan tempat yang potensial bagi pemenuhan bahan mentah dan bahan baku
untuk industri serta tempat pemasaran produk-produk Industri.Raffles membangun tanah jajahan
dengan tujuan masyarakat tanah jajahan memiliki daya beli.tapi upaya raffles tersebut terhenti
tahun 1816 ketika konvensi London di tanadatangani yang mengharuskan Raffles meski
meninggalkan Indonesia,Raffles kecewa sebab menurut dia tanah pulau Jaea adalah salah satu
asset yang berharga bagi Britania raya.Setelah Hindia Belanda kembali di bawah kekuasaan
Belanda,karena defisit keuangan yang parah memaksa Belanda menjalankan kebijakan yang
tidak manusiawi hasil gagasan dari Johannes Van Den Bosh yaitu Cultuur Stelsel.Pelaksanaan
Cultuur stelsel selama 40 tahun 1830-1870 berhasil menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan
Ekonomi akibat defisit keuangan yang parah tetapi disisi lain bangsa pribumi mengalami
penurunan kualitas hidup yang parah pula akibat tanam paksa.Karena dianggap tidak manusiawi
usulan penghapusan tanam paksa tidak hanya dilakukan oleh bangsa pribumi tetapi tokoh
Belanda seperti Baron Van Hoevel dengan gencar mengkritik pelaksanaan tanam paksa.Bahkan
seorang asisten residen Lebak Eduard Douwes Dekker berhasil membuka mata bangsa Eropa
akan kebobbrokan tanam paksa dengan menulis sebuah buku yang berjudul Max
Havelaar.Konpensasi dari pelaksanaan tanam paksa dilakukan oleh Belanda dengan
menjalankan
kebijakan diantaranya pelaksanaan politik ekonomi liberal dan juga politik etis.Namun kedua
kebijakan politik tersebut tidak mampu mengangkat kesejahteraan dan juga harkat derajat
bangsa pribumi.Dengan paparan yang sudah dituliskan diatas ada pelajaran yang bisa kita petik
bahwa maka segala bentuk kolonialisme tidak mampu mengangkat kualitas kehidupan bangsa
terjajah.Makanya wajar jika pembukaan konstitusi kita sangat menetang segala bentuk
penjajahan.Namun jika suatu bangsa memiliki mental bangsa penjajah mental tersebut sangat
sulit untuk dihilangkan.Penjajahan bisa terjadi kapan saja namun memiliki bentuk yang
lain.Penjajahan abad ke 21 tentunya berbeda dengan abad sebelumnya yang menggunakan
kekuatan militer demi pendudukan suatu wilayah,namun kolonialisme zaman sekarang bisa

berbentuk penjajahan ekonomi dan bisa juga penjajahan budaya.Penjajahan ekonomi bisa
berbentuk penanaman modal asing dengan tujuan pengerukan sumber kekayaan alam suatu
negara,seperti yang sudah di alami oleh Indonesia ketika perusahaan asing seperti freeport dan
juga exon mobile mengeksploitir habis sumber kekayaan tanpa memberikan konstribusi kepada
rakyat setempat.Penjajahan bidang budaya semakin gencar di lakukan,karena pada abad 21
dunia begitu tidak ada jarak karena teknologi informasi.Budaya barat begitu mudah berinfiltrasi
dengan tujuan masyarakat dunia kebudayaan berkiblat ke barat,padahal sejarah mencontohkan
kebudayaan dan peradaban luhur lahir dan berkembang pertama kali didunia timur. Ini
merupakan fenomena yang berbahaya sebab bagaimanapun kebudayaan barat sangat tidak
cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.Makanya wajar proklamator kita Ir.Soekarno
mengingatkan hati-hati dengan nekolim (neo kolonialisme dan imperialisme)

Dampak positif dan Negatif:

dampak positif bagi Indonesia adalah yang pertama dapat kita rasakan adalah sarana dan
prasarana yang telah dibuat pada zaman kolonialisme sebagai contoh jalan raya Anyer
Panarukan yang dibuat pada zaman pemerintahan Daendles, walaupun menimbulkan banyak
korban bangsa Indonesia, tetapi manfaatnya masih dapat kita rasakan, bangunan bangunan
sebagai objek pariwisata, rel rel kereta api, timbulnya kaum intelek. tetapi daripada itu terdapat
dampak dampak negatifnya tidak kalah banyaknya dengan dampak positifnya. dampak
negatifnya adalah, keterbelakangan mental, pendidikan, ekonomi, dan masih tidak dapat kami
jelaskan satu satu, pada pembuatan jalan raya Anyer Panarukan, menimbulkan banyak
korban karena dipaksa kerja rodi.

dampak positif penjajahan portugis, dampak positif dan negatif dari kebijakan kolonial belanda,
dampak penjajahan inggris di indonesia dalam berbagai bidang, Dampak VOC terhadap
Indonesia, dampak penjajahan dari belanda dalam ekonomi, dampak kolonialisme, akibat positif
dan negatif dalam tanam paksa bangsa asing, dampak positif dan negatif terhadap kehidupan
budaya kolonialisme, dampak negatif bagi Indonesia pada masa kerja rodi, bentuk bentuk
penjajahan suatu bangsa terhadap bangsa lain dalam bidang ekonomi politik kebudayaan,
dampak positif dari pengaruh kolonialisme dan imperialisme terhadap bangsa indonesia, akibat
positif dan negatif bangsa asing dalam tanam paksa, dampak positif dari kebijakan VOC,
dampak negatif kolonialisme dan imperialisme di bidang politik, kebijakan Rafles di bidang
politik, dampak tanam paksa bagi belanda, dapak negatif tanam paksa bagi rakyat, hak istimewa
raffles, hak istimewa thomas stamford raffles bidang ekonomi, dampak positif rakyat indonesia
pada politik etis, dampak positif imperialisme, dampak positif kebijakan raffles, dampak positif

kolonialisme, dampak positif kolonialisme dan imperialisme barat, dampak positif kolonialisme
dan imperialisme di bidang politik, dampak positif kolonialisme dan imperialisme di indonesia,
dampak positif kolonialisme di indonesia, dampak positif kolonialisme peradaban barat di
indonesia, dampak positif penjajahan inggris di indonesia, kolonialisme dan imperialisme barat
zaman sekarang, lahir penjajahan indonesia raffles, pelaksanaan tanam paksa, penjajahan
bangsa portugis di indonesia dalam berbagai bidang, penjajahan bangsa prancis dan
dampaknya, penjajahan bangsa prancis di indonesia dan pengaruhnya dalam berbagai bentuk,
penjajahan inggris di indonesia dan dampaknya di berbagai berbagai bidang, Sisi positif
Kebijakan ekonomi Raffles di Indonesia, Sisi positif semasa VOC di Indonesia, sistem
pengerukan belanda, skripsi penjajahan indonesia daendels, tokoh bangsa asing yg melakukan
raffles di nusantara, tujuan kebijakan ekonomi Raffles, penjajahan bangsa portugis dan
dampaknya dalam segala bidang, penjajahan bangsa portugis dan dampaknya, penjajahan
bangsa belanda dan dampaknya dalam segala bidang, pembentukan voc, Pengaruh kebijakan
kolonial Belanda, pengaruh kebijakan kolonial belanda dan inggris di bidang politik, pengaruh
kebijakan Rafles, Pengaruh Kebijakan Thomas Stamford Raffles bagi rakyat, pengaruh kebijakan
VOC, pengaruh kolonialisme dan imperialisme barat di bidang politik, pengaruh kolonialisme dan
imperialisme di indonesia, pengaruh kolonialisme dan imperialisme terhadap bangsa indonesia,
penjajah bangsa portugis dan belanda dan dampaknya dalam berbagai bidang, VOC di bidang
ekonomi, dampak positif dari tanam paksa, Akibat dari Kolonialisme, DAMPAK EKONOMI
ZAMAN KOLONIAL DI INDONESIA, dampak kebijakan ekonomi kolonial di indonesia, Dampak
Kebijakan Thomas Stamford Raffles di Indonesia, Dampak kolonialisme dan Imperialisme,
dampak kolonialisme dan imperialisme BARAT DI BIDANG POLITIK, dampak kolonialisme dan
imperialisme barat di nusantara, dampak kolonialisme dan imperialisme di bidang budaya di
indonesia, dampak kolonialisme dan imperialisme di bidang politik, dampak kolonialisme dan
imperialisme di indonesia di bidang ekonomi, dampak ekonomi dari penjajahan belanda, dampak
ekonomi dari kolonial, akibat kolonialisme dan imperialisme di bidang ekonomi, akibat negatif
dari kerja rodi bagi bangsa pribumi pada masa daendels, akibat positif dan negatif bagi pribumi
pada masa penjajahan raffles, akibat positif dan negatif dari pelaksanaan kolonial di indonesia,
akibat positif dan negatif penjajahan daendels bagi rakyat indonesia, bentuk-bentuk dampak
positif dan negatif dari sikap raffles, bentuk-bentuk kolonialisme dan imperialisme barat pada
masa sekarang, dampak /akibat dari konolisme & impralisme di bidang politik, dampak akibat
kolonialisme dan imperialisme bidang budaya, dampak kolonialisme di bidang politik, dampak
negatif dan positif adanya kolonial indonesia, dampak positif dan negatif dari pemerintahan
deandles, Dampak positif dan negatif kolonial belanda, dampak positif dan negatif pendudukan
belanda, dampak positif dan negatif penjajahan belanda di indonesia, dampak positif dan negatif
penjajahan daendels, dampak positif dan negatif politik akibat kolonialisme dan imperialisme di

nusantara, dampak positif dan negatif setelah penjajahan di Indonesia, dampak positif dan
negatif tanam paksa, dampak positif dan negatif tanam paksa bagi indonesia, dampak positif dan
negatif bagi pribumi pada masa penjajahan raffles, dampak positif budaya kolonialisme, dampak
negatif dan positif bangsa asing ke nusantara, dampak negatif dan positif pemerintahan
daendels, dampak negatif dan positif penjajahan di Indonesia Eropa dan jepang, dampak negatif
dari kebijakan pada masa daendels, dampak negatif kolonialisme terhadap kehidupan ekonomi,
dampak negatif penjajahan voc terhadap indonesia, dampak pemerintahan daendels bagi
indonesia, dampak penjajahan inggris, dampak penjajahan inggris dalam berbagai bidang

PengaruhPenjajahanBelandaPadaRakyatIndonesia
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkan oleh penjajah telah
memberikan pengaruh yang amat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Perubahan yang terjadi antara lain dalam bidang politik, social, ekonomi dan
budaya. Perubahan yang terjadi diakibatkan oleh penjajah yang selalu berusaha
untuk mendobrak kebijakan yang ada dan diganti dengan kebijakan penjajah.
Usaha yang dilakukan oleh penjajah sering mendapat perlawanan dari bangsa
Indonesia. Tetapi dengan kegigihan dan segala tipu daya yang dilakukan
penjajah, akhirnya mereka dapat menguasai Indonesia.

a.

Perubahan Dalam Bidang Politik


Kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa tradisional Indonesia sejak kedatangan bangsa barat
semakin lemah. Para raja, sultan dan bangsawan lainnya kehilangan kekuasaan dalam pemerintahan
karena sangat tergantung kepada pemerintahan colonial belanda. Perubahan kekuasaan ini
dikarenakan pemerintah belanda berusaha untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia. Usaha yang
dilakukan oleh pemerintah belanda antara lain selalu mencampuri masalah intern kerajaan, sehingga
kebebasan para raja atau bangsawan lainnya dalam mengambil suatu kebijakan tidak ada. Hal ini
mengakibatkan kekuasaan para raja atau bangsawan lainnya berada di bawah kekuasaan
pemerintah Belanda. Akibat yang ditimbulkan selanjutnya ialah kekuasaan politik pribumi runtuh,
kehidupan social ekonomi rakyat mengalami kemerosotan dan tradisi yang berkembang dalam
masyarakat digantikan oleh tradisi penjajah. Kondisi ini akhirnya menimbulkan reaksi dari para raja
dan bangsawan lainnya yang mendapat dukungan seluruh rakyat.

b.

Perubahan dalam bidang sosial


Perubahan yang terjadi dalam bidang social sejak munculnya kekuasaan Belanda di Indonesia
ialah terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Kondisi ini mengakibatkan rakyat
Indonesia hidup sengsara dan menderita. Tingkat kesejahteraan rakyat menjadi sangat menurun dan
beban hidup yang dirasakan menjadi sangat berat. Di Indonesia banyak terjadi kelaparan karena
sumber daya alam dan tenaga kerja manusia telah dikuras oleh Belanda, seperti ketika
diberlakukannya culture stelsel dan kerja rodi.
Tradisi yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia pun, seperti upacara dan tata cara yang berlaku
dalam lingkungan istana, menjadi sangat sederhana bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut
secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah Belanda. Akibatnya lingkungan istana mulai
kehilangan jati dirinya karena dipaksa untuk mengikuti kebiasaan yang berlaku di kalangan
lingkungan Pemerintah Belanda.
Perubahan lain yang dirasakan dalam bidang social ialah lenyapnya struktur penguasa local.
Sebab mereka pada umumnya dipekerjakan menjadi pegawai dalam pemerintahan. Ketika mereka
diangkat menjadi pegawai pemerintah, kedudukan para penguasa lokal menjadi menurun karena
mereka secara otomatis berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda.

c.

Perubahan Dalam Bidang Ekonomi

Kehidupan ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak kedatangan Belanda ke
Indonesia mengalami kemerosotan. Kemerosotan yang paling dirasakan oleh bangsa Indonesia ialah
dalam bidang perdagangan. Bangsa Indonesia pada awalnya merupakan pedagang bebas. Tapi
setelah Belanda datang ke Indonesia, perdagangan (terutama perdagangan rempah-rempah) menjadi
dimonopoli oleh Belanda. Akibatnya harga rempah-rempah menjadi sangat murah. Sistem monopoli
yang diterapkan oleh belanda ditentang oleh bangsa Indonesia hingga mengakibatkan terjadinya
peperangan.
Kehidupan perekonomian bangsa Indonesia lebih merosot lagi setelah Belanda
melaksanakan culture stelsel gunga mengisi kas Belanda yang kosong. Culture stelsel telah
memaksa rakyat untuk menanam tanaman yang laku dijual di dunia internasional dan bangsa
Indonesia tidak diberi apa-apa sebagai imbalannya. Penderitaan dan kelaparan terjadi dimana-mana,
sementara pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat banyak.

Perubahan ekonomi yang diterapkan oleh Belanda di Indonesia selanjutnya ialah dengan
munculnya pelaksanaan liberalism ekonomi atau yang dikenal dengan politik Pintu Terbuka. Sistem
ini dijalankan untuk menggantikan culture stelsel yang dianggap telah menyengsarakan rakyat
Indonesia. Liberalisme ekonomi dijalankandengan menerapkan system kapitalisme, sehingga
pemerintah Belanda tetap berusaha mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Akibatnya,
kondisi ekonomi bangsa Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti. Tenaga kerja Indonesia
tetap diperah untuk dijadikan sebagai kuli yang bekerja di perkebunan-perkebunan swasta miliki
kaum kapitalis. Buruh tersebut terikat dalam kontrak kerja dan tidak boleh melanggar peraturan.
Apabila melanggar peraturan maka akan dijerat Poenale sanctieyang sangat berat. Buruh yang
bekerja di perkebunan dibayar menggunakan uang. Sebagai dampaknya, dalam masyarakat
Indonesia akhirnya dikenal adanya alat tukar berupa uang. Sistem uang tersebut sekaligus mengubah
system barter yang selama ini dilakukan oleh bangsa Indonesia.

d.

Perubahan dalam bidang budaya


Kehidupan budaya bangsa Indonesia sejak kedatangan bangsa Barat banyak mengalami
perubahan. Budaya barat berkembang secara meluas, bahkan merusak sendi-sendi kehidupan
budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contoh, kebiasaan minum-minuman
keras yang dilakukan oleh golongan bangsawa. Kebiasaan tersebut bukan milik asli bangsa
Indonesia, tetapi merupakan kebiasaan yang berlaku di kalangan bangsa barat. Oleh sebab itu,
dalam bidang budaya di Indonesia terjadi westernisasi yaitu cenderung meniru budaya kebaratbaratan.
Perubahan dalam bidang keagamaan juga dirasakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa Barat
berusaha menyebarkan agama katholik dan protestan dengan mendatangkan misionaris atau
pendeta ke Indonesia. Di beberapa wilayah Indonesia, seperti di kepulauan Maluku dan Sumatera
utara, berhasil disebarkan pengaruh agama tersebut.

Perubahan lain yang terjadi ialah dalam bidang pendidikan. Pada akhir abad ke-19, system
pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak. Sistem pendidikan ada yang
diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan ada yang deselenggarakan oleh pemerintah colonial
belanda. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan lebih menitikberatkan
pada pendidikan agama, seperti Agama Islam yang pendidikannya diselenggarakan melalui
pesantren. Dalam pesantren seorang siswa menerima materi yang garis besarnya mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan syariat Islam. Begitu pula lembaga keagamaan lainnya, pendidikan yang
diberikan kepada siswanya berhubungan penanaman agama masing-masing.

Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Kolonial Belanda, menekankan


pada system pendidikan Barat yang telah memiliki kurikulum yang jelas. Sistem
pendidikan barat berkembang di Indonesia setelah muncul politik Etis, yang
salah satu isinya menganjurkan adanya edukasi (pendidikan). Para penganjur
Politik Etis berpendapat bahwa pemerintah Belanda berhutang kebaikan kepada
bangsa Indonesia yang telah melaksanakan Tanam Paksa hingga Belanda
menjadi Negara yang makmur. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda harus
membalas kebaikan bangsa Indonesia. Salah satunya ialah dengan memberikan
pendidikan kepada rakyat Indonesia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah Belanda pada awalnya hanyalah sebagai usaha untuk memenuhi
tenaga kerja yang bisa membaca dan menulis yang nantinya dapat disalurkan
pada perkebunan Belanda atau kantor-kantor milik Belanda. Tujuan Belanda
mencetak tenaga kerja Indonesia yang bisa membaca dan menulis ialah supaya
upah tenaga kerja yang harus dibayarkan murah.

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN PENGARUHNYA DI INDONESIA


A.

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL PORTUGIS

Pada periode tahun 1450 1650 para sejarawan sering


menyebut sebagai Abad Penemuan (The Age of Discovery)
dan Abad Ekspansi ( The Age Expansion ). Hasrat untuk
menduduki daerah daerah lain sebagai koloni dan perluasan
wilayah dari imperium atas wilayah yang lain, mulai
diwujudkan. Pada awalnya dipelopori oleh Portugis, kemudian
disusul oleh Spanyol, Belanda dan Inggris. Kehadiran Portugis,
Spanyol, Inggris dan terutama Belanda dengan segala
kebijakan di wilayah koloninya, memiliki dampak yang sangat
berarti dalam sejarah kepulauan Indonesia sampai abad ke
20. Namun tingkat pengaruhnya berbeda antara satu daerah
dengan daerah yang lain dan dari suatu masa ke masa yang
lain, tergantung pada jauh dekatnya hubungan dengan
kepentingan
kolonial
dan
kemampuan
masing-masing
masyarakat merespon eksploitasi kolonial atau kesempatan
yang muncul.

Sejak sukses pengambilalihan kekuasaan oleh Portugis terhadap Malaka pada tahun
1511, orang-orang Portugis terbuka mengadakan perdagangan langsung dengan Indonesia,

khususnya daerah penghasil rempah-rempah seperti Ternate, Banda, Seram, Ambon dan
Timor. Lebih-lebih setelah Portugis mengembangkan ekspansinya menanamkan
kekuasaannya di Indonesia, terutama di Maluku.
Hal ini berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1512 sampai 1641 (Portugis
meninggalkan Maluku dan menyerahkan Malaka pada VOC). Kebijakan kebijakan yang
dipraktekkan selama itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia Indonesia waktu
itu.
Kebijakan pemerintah Kolonial Portugis antara lain :
1.
Sistem monopoli perdagangan cengkeh dan pala di Ternate.
2.
Berusaha menanamkan kekuasaan di daerah Maluku.
3.
Menyebarkan agama Katholik di daerah-daerah yang dikuasai .
4.
Mengembangkan bahasa dan seni musik keroncong Portugis.
Pengaruh dari kebijakan ini ternyata tertanam pada rakyat Indonesia khususnya rakyat
Maluku , ada yang bersifat negatif dan ada yang positif. Pengaruh yang paling besar dan
paling langgeng adalah :
1.
Terganggu dan kacaunya jaringan perdagangan .
2.
Banyaknya orang-orang beragama Katholik di daerah pendudukan Portugis
Pengaruh lain dari kebijakan kolonial Portugis yaitu :
1.
Rakyat menjadi miskin dan menderita.
2.
Tumbuh benih rasa benci terkadap kekejaman Portugis.
3.
Munculnya rasa persatuan dan kesatuan rakyat Maluku untuk menentang Portugis.
4.
Bahasa Portugis turut memperkaya perbendaharaan kata/ kosa kata dan nama
keluarga seperti da Costa, Dias, de Fretes, Mendosa, Gonzalves, da Silva dan lain-lain.
5.
Seni musik keroncong yang terkenal di Indonesia sebagai peninggalan Portugis
adalah keroncong Morisco.
6.
Banyak peninggalan arsitek bangunan yang bercorak Portugis dan sejata api/
meriam di daerah pendudukan.
Nama Maluku adalah sebuah nama yang berasal dari istilah yang diberikan para
pedagang Arab untuk daerah tersebut, Jazirat al Muluk, negeri para raja
Kekuasaan Spanyol yang dipimpin oleh kapten Sebastian del Cano pada tahun
1521.yang sempat menjalin hubungan dengan Tidore tidak memiliki pengaruh yang berarti.
Mengingat Spanyol segera meninggalkan Tidore karena terbentur Perjanjian Tordesillas.

B.

KEBIJAKAN VOC DAN PENGARUHNYA

VOC adalah badan / kongsi perdagangan Belanda yang berdiri sejak tahun 1602.
Sebutan kompeni Belanda yang dialamatkan pada orang-orang VOC merupakan istilah
dari kata Compagnie. Lidah orang-orang Indonesia menyebut nama compagnie menjadi
kompeni. Ingat, VOC kepanjangan dari Oost Vereenigde Indische Compagnie.

Salah satu kunci keberhasilan

VOC adalah sifatnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi yang telah ada disekitarnya.
Kebijakannya dapat dikatakan kelanjutan atau tiruan dari sistem yang telah dilakukan oleh
para penguasa local. VOC secara cerdik menggunakan lembaga dan aturan-aturan yang
telah ada di dalam masyarakat lokal untuk menjalankan roda compagnienya. Hak monopoli,
penyerahan wajib, penanaman wajib, tenaga kerja wajib dan pajak sebenarnya telah
menjadi bagian dari struktur dan kultur yang telah ada sebelumnya.
Hampir keseluruhan pendapatan VOC diperoleh dari sumber ekonomi yang juga
menjadi andalan para penguasa local sebelumnya. VOC hanya membungkusnya secara
resmi/ legal dan teratur. Staf administrasi dan prajurit yang berjumlah tidak lebih dari 17.000
orang pada tahun 1700, telah merajalela di sebagian besar pusat-pusat penghasil dan
perdagangan rempah-rempah. Dengan demikian, cukup efektif pihak VOC untuk
menerapkan kebijakan-kebijakan di daerah koloni.
Dalam upaya memperlancar aktivitas organisasi, VOC pada tahun 1610
memutuskan untuk membentuk jabatan Gubernur Jendral yang pada waktu itu
berkedudukan di Maluku. Pieter Both sebagai orang pertama yang menduduki posisi itu.
Tindakan VOC dengan adanya hak octroi sangat merugikan bangsa Indonesia. Hak
octroi seolah ijin usaha kepanjangan tangan pemerintah Belanda, bahkan bisa dikatakan
VOC sebagai sebuah negara dalam negara.
Pada Perserikatan Maskapai Hindia Timur , VOC , kepentingan-kepentingan /para
pedagang yang bersaing itu diwakili oleh system majelis (kamer ) untuk masingmasing dari 6 wilayah di negeri Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah
direktur yang telah disetujui, yang seluruhnya berjumlah 17 orang dan disebut
sebagai Heeren XVII ( Tuan-tuan Tujuh Belas ).

Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, VOC menerapkan hak monopoli,


menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan membangun benteng-benteng. Bentengbenteng yang dibangun VOC adalah :
1.

Di Banten disebut benteng Kota Intan ( Fort Pellwijk ).

2.

Di Ambon disebut benteng Victoria.

3.

Di Makasar disebut benteng Retterdam.

4.

Di Ternate di sebut benteng Orange.

5.

Di Banda disebut benteng Nasao.


Dengan keunggulan senjata, juga memanfaatkan kompetisi dan konflik di antara
penguasa lokal (kerajaan ), VOC berhasil memonopoli perdagangan pala dan cengkeh di
Maluku. Satu persatu kerajaan-kerajaan di Indonesia dikuasai VOC. Kebijakan ekspansif
(menguasai) semakin gencar diwujudkan ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat menjadi
Gubernur Jendral menggantikan Pieter Both pada tahun 1817.

Jan Pieterszoon Coen memiliki semboyan tidak ada perdagangan tanpa


perang, dan juga tidak ada perang tanpa perdagangan. Ialah
yang memindahkan pos dagang VOC di Banten dan kantor pusat VOC
dari Maluku ke Jayakarta. Mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia.

Daerah-daerah strategis bagi pelayaran dan perdagangan di sepanjang pantai


nusantara di kuasai VOC. Hal ini bisa dikatakan sebagai tindakan imperialisme pantai,
yaitu :

1.

Pada tahun 1919/1921 merebut pelabuhan Jayakarta.

2.

Pada tahun 1625, menduduki daerah pusat rempah-rempah di pulau banda.

3.

Pada tahun 1641, merebut benteng Portugis di Malaka.

4.

Pada tahun 1662, menduduki pusat perdagangan Pariaman di pantai Barat Sumatra.

5.

Pada tahun 1667, menduduki Bandar Makasar .

Dalam upaya mempertahankan monopoli dan melarang keterlibatan bangsa Barat


lainnya maupun para pedagang Asia dalam perdagangan rempah-rempah di kepulauan
Maluku, VOC melakukan intervensi militer ke berbagai daerah dan pelayaran Hongi ( Hongi
Tochten). Pelayaran Hongi yaitu pelayaran keliling menggunakan perahu jenis kora-kora
yang dipersenjatai untuk mengatasi perdagangan gelap atau penyelundupan rempahrempah di Maluku. Pelayaran ini juga disertai Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk
membinasakan tanaman rempah-rempah yang melebihi ketentuan.

Pada tahun 1700 an, VOC


berusaha menguasai daerah-daerah pedalaman yang banyak menghasilkan barang
dagangan. Imperialisme pedalaman ini sasarannya kerajaan Banten dan Mataram, karena
daerah ini banyak menghasilkan barang-barang komoditas seperti beras, gula merah, jenisjenis kacang dan lada.
Tindakan VOC yang sewenang-wenang, sangat keras, dan kejam menimbulkan
perlawanan rakyat Indonesia. Perlawanan terhadap monopoli VOC terjadi dimana-mana
seperti di Mataram, Banten, Makasar dan Maluku.
Kebijakan-kebijakan VOC selama berkuasa di Indonesia sejak tahun 1602 1799
antara lain dapat dirangkum sebagai berikut :
1.

Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli


perdagangan.

2.

Melaksanakan politik devide et impera ( memecah dan menguasai ) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.

3.

Untuk memperkuat kedudukannya dirasa perlu mengangkat seorang pegawai yang


disebut Gubernur Jendral.

4.
5.
6.

Melaksnakan sepenuhnya Hak Octroi yang ditawarkan pemerintah Belanda.


Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah
dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten ).

7.

Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.

8.

Adanya verplichte leverantien ( penyerahan wajib ) dan Prianger Stelsel ( system


Priangan )

Prianger Stelsel ( system Priangan , penyerahan wajib) dimulai tahun 1723

Masyarakat di Priangan dikenai aturan wajib kerja menanam kopi dan menyerahkan
hasilnya kepada kompeni. Wajib kerja ini sama dengan kerja paksa / rodi, rakyat tanpa
diberi upah, menderita dan miskin

Pengaruh dari kebijakan VOC bagi rakyat Indonesia antara lain :


1.
Kekuasaan raja menjadi berkurang atau bahkan didominasi secara keseluruhan oleh
VOC.
2.
Wilayah kerajaan terpecah-belah dengan melahirkan kerajaan dan penguasa baru
dibawah kendali VOC.
3.
Hak octroi ( istimewa ) VOC, membuat masyarakat Indonesia menjadi miskin,
menderita,
mengenal ekonomi uang, mengenal sistem pertahanan benteng, etika perjanjian dan
prajurit bersenjata modern (senjata api, meriam ).
Hak octroi adalah hak istimewa dari pemerintah Belanda, yang meliputi :
1. Hak monopoli
2. Hak untuk membuat uang
3. Hak untuk mendirikan benteng
4. Hak untuk melaksanakan perjanjian dengan kerajaan
di Indonesia
5. Hak untuk membentuk tentara
4. Pelayaran Hongi, bagi penduduk Maluku khususnya, dapat dikatakan sebagai suatu
perampasan, perampokan, pemerkosaan, perbudakan dan pembunuhan.
5.
Hak Ekstirpasi bagi rakyat merupakan ancaman matinya suatu harapan atau
sumber penghasilan yang bisa berlebih.
Dua abad sejarah VOC bercokol di kepulauan Indonesia, sama sekali tidak
mengisaratkan sebagai kesetaraan suatu mitra baik dalam arti politik maupun ekonomi,
melainkan berisi berbagai peristiwa berdarah dari sebuah upaya menegakkan kekuasaan.
VOC menjadi sebuah kompeni yang bengis, yang mampu membangun sebuah tradisi
sebagai symbol kekuasaan kolonialisme dan imperialisme Barat.
C. KEBIJAKAN PEMERINTAH KERAJAAN BELANDA DAN PENGARUHNYA
Kebijakan pemerintah kerajaan Belanda yang dikendalikan oleh Perancis sangat
kentara pada masa Gubernur Jendral Daendels ( 1808 1811 ). Kebijakan yang di ambil
Daendels sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan pulau
Jawa dari serangan pasukan Inggris.

Dalam upaya tersebut, Daendels melakukan hal-hal sebagai berikut :


1.

Membangun ketentaraan, pendirian tangsi-tangsi/ benteng, pabrik mesiu /senjata di


Semarang dan Surabaya dan juga rumah sakit tentara.

2.

Pembuatan jalan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur panjang
sekitar 1000 km.

3.

Membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon dan pembuatan perahu-perahu kecil
untuk kepentingan perang.
Daendels dikenal sebagai Gubernur Jendral bertangan besi karena ia memerintah dengan
menerapkan disiplin tinggi, keras dan kejam. Untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan
dalam menghadapi Inggris Daendels menerapkan beberapa cara :

1.

Sistem kerja paksa ( rodi )

2.

Melaksanakan contingenten, yaitu pajak berupa hasil bumi.

3.

Menetapkan verplichte leverentie, kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada


pemerintah Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.

4.

Mewajibkan Prianger Stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan untuk menanam kopi.

5.

Melepas tanah kepada pihak asing.


Pada tahun 1810, kerajaan Belanda di bawah pemerintahan Raja Louis
Napoleon dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte. Negara Belanda dijadikan
wilayah kekuasaan Perancis. Dengan demikian, wilayah jajahan di Indonesia secara
otomatis menjadi wilayah jajahan Perancis.
Kaisar Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otoriter, maka pada
tahun 1811 ia di tarik kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur
Jendral Janssens. Ternyata Janssens tidak secakap dan sekuat Daendels dalam
melaksanakan tugasnya. Ketika Inggris menyerang pulau Jawa, ia menyerah dan harus
menanda tangani Perjanjian di Tuntang yang dikenal dengan nama Kapitulasi Tuntang 1811.
Kebijakan yang diberlakukan Daendels yang berpengaruh terhadap kehidupan rakyat
antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1.
Sebagai bagian dari perubahan system pemerintahan, Daendels memutuskan agar
semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap dan mereka dilarang melakukan kegiatan
perdagangan.
2.
Melarang penyewaan desa, kecuali untuk memproduksi gula, garam dan sarang
burung.
3.
Melaksanakan contingenten yaitu pajak dengan penyerahan hasil bumi.
4.
Menetapkan verplichte leverentie, kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada
pemerintah Kerajaan Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.
5.
Menerapkan system kerja paksa (Rodi) Membangun ketentaraan dengan melatih
orang-orang pribumi.
6.
Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan sebagai dasar pertimbangan
pertahanan.

7.
8.
9.

Membangun pelabuhan-pelabuhan dan membuat kapal perang berukuran kecil.


Melakukan penjualan tanah rakyat kepada pihak swasta.
Adanya contingenten, verplichte leverantien dan Prianger Stelsel

Pengaruh kebijakan pemerintah kerajaan yang diterapkan oleh Daendels sangat


berbekas dibanding penggantinya, Gubernur Jendral Janssens yang lemah. Langkahlangkah kebijakan Daendels yang memeras dan menindas rakyat menimbulkan :
1.

Kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa maupun rakyat.

2.

Munculnya tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta.

3.

Pertentangan / perlawanan penguasa maupun rakyat.

4.

Kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan.

5.

Pencopotan Daendels.
Alasan pencopotan Gubernur Jendral Hermann Willem Daendels adalah :

1.

Daendels menciptakan hubungan yang tidak harmonis antara penguasa local


maupun rakyat setempat, ini akan membahayakan pertahanan terhadap
serangan Inggris , bisa jadi Indonesia akan memihak Inggris.

2.

Melakukan penyimpangan dengan menjual tanah rakyat kepada pihak swasta,


seperti kepada Han Ti Ko, seorang pengusaha China, berarti telah melanggar
undang-undang negara.

D. KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL INGGRIS DAN PENGARUHNYA

Peristiwa Belanda menyerah kepada Inggris melalui Perjanjian Tuntang (1811),


sebagai awal pendudukan kolonial Inggris di Indonesia. Thomas Stamford Rafflesdiangkat
menjadi Letnan Gubernur EIC di Indonesia. Ia memegang pem,erintahan selama lima tahun
( 1811-1816) dengan membawa perubahan berasas liberal.
Pendudukan Inggris atas wilayah Indonesia tidak berbeda dengan penjajahan
bangsa Eropa lainnya. Raffles banyak mengadakan perubahan-perubahan , baik di bidang
ekonomi maupun pemerintahan. Kebijakan Daendels yang dikenal dengan

namaContingenten diganti dengan system sewa tanah. Sistem sewa tanah disebut juga
system pajak tanah atau landrent (lanrate). Rakyat atau para petani harus membayar pajak
sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara.
Landrent di Indonesia gagal, karena :
1.

Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda.

2.

Sulit menentukan luas-sempit dan tingkat kesuburan tanah.

3.

Terbatasnya jumlah pegawai.

4.

Masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan system uang.

Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikut adalah membagi wilayah Jawa
menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini dikandung maksud untuk mempermudah
pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Setiap
karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh asisten residen.
Hal lain yang dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles yang memberi sumbangan
positif bagi Indonesia adalah :

1.
2.
3.
4.

Membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris.


Menulis buku yang berjudul History of Java.
Menemukan bunga Rafflesia-Arnoldi.
Merintis adanya kebun raya Bogor.
Perubahan politik yang terjadi di Eropa mengakhiri pemerintahanRaffles di
Indonesia. Pada tahun 1814, Napoleon Bonaparte akhirnya menyerah kepada Inggris.
Belanda lepas dari kendali Perancis. Hubungan antara Belanda dan Inggris sebenarnya
akur, mereka mengadakan pertemuan di London, Inggris. Pertemuan ini menelorkan
kesepakatan yang tertuang dalam Convention of London.
Konvensi London 1814 berisi kesepakatan :

Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status Indonesia
dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah kekuasaan Belanda.

Sebenarnya Raffles tidak setuju dengan keputusan Konvensi London. Ia meletakkan


jabatannya digantikan oleh Letnan Gubernur Jendral John Fendall. Baru pada tahun
1816, John Fendall menyerahkan wilayah Indonesia kepada Belanda.

E. KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA DAN PENGARUHNYA


Van der Capellen semasa pemerintahnnya dari tahun 1817 1830, menerapkan
kebijakan politik dan ekonomi liberal. Oleh kalangan konservatif seiring dengan kesulitan
ekonomi yang menimpa Belanda, kebijakkan politik ekonomi liberal dianggap gagal.
Dalamperkembangannya, kaum liberal dan konservatif silih berganti mendominasi parlemen
dan pemerintahan. Keadaan seperti ini berdampak kebijakan politik dan ekonomi di
Indonesia sebagai tanah jajahan juga silih berganti mengikuti kebijakan yang ada di
Belanda.
Di Belanda sendiri ada 2 kubu yang berdebat :
1.
Kubu Liberal
Memiliki keyakinan bahwa tanah jajahan akan mendatangkan keuntungan bagi Belanda jika
urusan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta, tanpa campur tangan
pemerintah. Pemerintah kolonial hanya menarik pajak dan sebagai pengawas.
2.
Kubu Konsevatif
Berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberi keuntungan bagi Belanda apabila urusan
ekonomi ditangani langsung oleh pemerintah. Indonesia dinilai belum siap untuk diterapkan
kebijakan ekonomi liberal.

Kegagalan van der Capellen menjatuhkan kaum liberal, di


parlemen dan pemerintahan didominasi kaum konservatif. Pada masa Gubernur
Jendral van den Bosch, menerapkan kebijakan politik dan ekonomi konsevatif di Indonesia.
Pada tahun 1830 mulai diterapkan aturan kerja rodi ( kerja paksa ) yang
disebur Cultuurstelsel.
Cultuurstelsel dalam
bahasa
Inggris
adalah Cultivation
System yang memiliki arti sistem tanam. Namun di IndonesiaCultuurstelsel lebih dikenal

dengan istilah tanam paksa. Ini cukup beralasan diartikan seperti itu karena dalam
prakteknya rakyat dipaksa untuk bekerja dan menanam tanaman wajib tanpa mendapat
imbalan. Tanaman wajib adalah tanaman perdagangan yang laku di dunia internasional
seperti kopi, teh, lada, kina dan tembakau.
Cultuurstelsel diperlakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan sebanyak
mungkin dalam waktu relatif singkat. Dengan harapan utang-utang Belanda yang besar
akibat perang dalam menghadapi Napoleon maupun menghadapi perlawanan kerajaankerajaan di Indonesia dapat diatasi. Pokok-pokok Cultuurstelsel mencakup :
1.
Rakyat wajib menyiapkan 1/5 dari lahan garapan untuk ditanami tanaman wajib.
2.
Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil yang disetor sebagai pajak.
3.
Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak akan dikembalikan.
4.
Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib, tidak boleh
melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam padi.
5.
Rakyat yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari dalam setahun
diperkebunan atau pabrik milik pemerintah.
6.
Jika terjadi kerusakan atau gagal panen menjadi tanggungjawab pemerintah.
7.
Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada para penguasa pribumi
(kepala desa).

Kalau
melihat
pokokpokokCultuurstelsel bila dilaksanakan dengan semestinya merupakan aturan yang
baik. Namun praktik di lapangan jauh dari pokok-pokok tersebut atau dengan kata lain
terjadi penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan itu antara lain :
1.
Tanah yang harus diserahkan rakyat cenderung melebihi dari ketentuan 1/5,
dimaksudkan sebagai cadangan bila hasil kurang menguntungkan.
2.
Tanah yang ditanami tanaman wajib tetap ditarik pajak.
3.
Rakyat yang tidak punya tanah garapan ternyata bekerja di pabrik atau perkebunan
lebih dari 66 hari atau 1/5 tahun.
4.
Kelebihan hasil tanam dari jumlah pajak ternyata tidak dikembalikan.
5.
Jika terjadi gagal panen ternyata ditanggung petani.
Penyimpangan ini terjadi karena penguasa pribumi (kepala desa) tergiur oleh iming-iming
Belanda yang menerapkan system cultuur procenten.
Cultuur Procenten adalah :
Hadiah atau persen dari pemerintah bagi para pelaksana tanam paksa
(penguasa pribumi, kepala desa) yang dapat menyerahkan hasil panen melebihi
ketentuan yang diterapkan dengan tepat waktu.

Hal ini mebuat penguasa pribumi semakin gencar menekan rakyat untuk bekerja
ekstra keras, tidak peduli aturan atau pokok-pokok dalam cultuurstelsel. Hadiah atau
persen adalah tujuan utama disamping pujian-pujian dari pemerintah Hindia Belanda.
Kemiskinan dan penderitaan rakyat yang semakin parah tidak dipedulikan. Daerah-daerah
yang banyak mengalami penderitaan diantaranya :
1.
Di daerah lembah Sala yang meliputi daerah Surakarta, Yogyakarta dan Madiun.
2.
Di daerah lembah Brantas terutama di daerah Kediri, Surabaya dan Besuki
( Jatiroto ).
3.
Di daerah pelabuhan Jepara dan Tuban.
4.
Di daerah Priangan.
5.
Di daerah Sumatra Barat, terutama sejak tahun 1840-an.
Berkat Tanam Paksa itu, antara tahun 1830 1870 ( dalam waktu 40 tahun ),
Pemerintah Belanda mendapat keuntungan 823 juta gulden. Dengan uang itu, kas negara
Hindia-Belanda dapat diisi penuh kembali, kira-kira hanya 33 juta gulden. Selebihnya dipakai
untuk membangun jalan kereta api dan gedung-gedung pemerintah di negeri Belanda.

F. PERBEDAAN PENGARUH KOLONIAL


Pengaruh kolonial tidak lepas dari masa pendudukan, tingkat kepentingan dan
kebijakan yang diterapkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa kepulauan Indonesia sangat
dipengaruhi oleh pendudukan para kolonialis. Pengaruh kolonialis Barat mencakup
beberapa aspek atau factor, yaitu faktor ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan . Namun
tingkat pengaruhnya sangat bervariasi antara pulau Jawa dengan pulau-pulau yang lain dan
antara satu daerah dengan daerah yang lain.Perbedaan pengaruh ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :

1.

Kompetisi atau persaingan.


Ketika persaingan bangsa Eropa untuk memperoleh daerah-daerah jajahan mencapai
puncaknya pada abad ke 19, pihak Belanda merasa wajib menduduki daerah-daearah

di
luar Jawa. Walaupun pendudukan suatu daerah dari sisi nilai ekonomi minim, tapi dari segi
hegemoni, dalam rangka mencegah masuknya kekuatan Barat lain.

2.
Keamanan
Untuk menjaga keamanan daerah-daearah yang sudah berhasil dikuasai, Belanda merasa
terpaksa untuk menaklukkan daerah-daerah lain yang mungkin akan mendukung atau
membangkitkan gerakan perlawanan. Kekuatan gerakan perlawanan juga menentukan
tingkatan besarnya pengaruh.

3.
Letak strategis
Daerah yang memiliki posisi pada jalur pelayaran dan perdagangan internasional memiliki
nilai politis dan ekonomi yang sangat menguntungkan. Di tempat-tempat seperti para kolonis
biasanya bermukim, membangun benteng benteng dan pelabuhan. Ternate, Ambon,
Banten, Batavia dan Makasar merupakan contoh daerah strategis.
4.
Sumber Daya Alam ( SDA ) dan Sumber Daya Manusia ( SDM )
Daerah yang memiliki potensi hasil bumi komoditi perdagangan dan jumlah penduduk yang
padat tidak luput dari eksploitasi para kolonialis. Hasil bumi di kepulauan Indonesia berbedabeda, kepadatan penduduk tidak merata. Tentunya hasil bumi sebagai komoditas
perdagangan, manusiapun diperdagangkan dalam status sebagai budak. Madura walau dari
segi nilai ekonomi sangat kecil waktu itu, tapi dari segi manusia cukup berlimpah, ]leh
karena itu, para kolonialis menduduki Madura.

5.
Kebijakan Pemerintah Kolonial
Suatu kebijakan bisa cocok diterapkan di pulau Jawa, namun jika dipraktikkan di pulau atau
daerah lain belum tentu menguntungkan. Maka di daerah yang tidak menguntungkan akan
dibiarkan oleh para kolonialis, sementara di daerah yang menguntungkan akan tumbuh
subur pengaruh kolonialis.

"Pengaruh Barat di Indonesia pada Masa Kolonial"


Latar Belakang Munculnya Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
Pencarian Daerah Baru
Bangsa-bangsa Eropa ke Dunia Timur, termasuk Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari peristiwaperistiwa di Eropa pada abad ke-18-19.

Ekspansi Bangsa Eropa


Ekspansi bangsa-bangsa Eropa ke seluruh dunia menimbulkan kolonialisme dan imperialisme Eropa
dan bangsa-bangsa di Asia, Afrika, Amerika, dan Australia.
Bangsa Eropa menyebut zaman itu sebagai the Age of Reconnaissance atau Zaman Eksplorasi dan
penjajahan awal. Zaman ini merujuk pada migrasi ke seluruh dunia. Bangsa yang melakukan
kolonisasi disebut kaum kolonis, sedangkan zamanya disebut zaman kolonial, sistem politiknya
disebut kolonialisme.

Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjajahan:


1. Semangat penakluk (reconquista) terhadap orang-orang yang beragama islam.
2. Jatuhnya Konstantinopel, ibu kota imperium Romawi Timur ke tangan Dinasti Usmani (Ottoman)
Turki yang berada di bawah Sultan Muhammad II (1451-1481) pada 1453.
3. Adanya rasa ingin tahu akan alam semesta, keadaan geografi, bangsa-bangsa.
4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah.
5. Kisah penjelajahan Marcopolo (1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia, ke Cina yang
dituangkan dalam buku Book of Various Experiences.
6. Ingin mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya.

1. Penjelajahan Bangsa Portugis

Diawali dengan penjelajahan Prince Henry (1394-1460) yang menjelajah pantai barat Afrika. Dan
memperoleh emas dari Afrika dan menjadikan jalur Portugal dan pantai Afrika Barat sebagai jalur

perdagangan mereka.
Pada 1487, Baroomeus Dias mencapai ujung selatan Afrika Selatan (Tanjung Harapan). Kemudian
diteruskan oleh seorang marinir Portugal bernama Vasco da Gama.
Pelabuhan-pelabuhan penting yang dikuasai bangsa Portugis akhirnya diserahkan pada kekuasaan
takhta Portugis. Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brazil pada 22 April 1500 merintis kekuasaan
bangsa Portugis atas wilayah Amerika Selatan.
Para penguasa dan pedagang lokal di daerah yang didatanginya dan yang tidak mau tunduk pada
Portugis diserang dan ditaklukkannya. Demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya yang
semula dikuasai para pedagang Islam dari Arab, India, Melayu, Maluku, dan Malaka ditaklukkan dan
dikuasai Portugis. Pelabuhan Malaka direbut pada 1511. Pelabuhan-pelabuhan di Maluku sebagai
pusat penghasil rempah-rempah, dikuasai Portugis 1512.
Dengan penguasaan langsung daerah-daerah yang ditaklukkannya maka negara Portugis mulai
merintis politik imperialisme, yaitu politik untuk menjadikan daerah yang dilakukannya sebagai bagian
dari imperium seberang lautan Portugis, dengan dikuasai langsung oleh pemerintah pusat di ibu kota
Lisabon, Portugis.

2. Penjelajahan Bangsa Spanyol


Bangsa Spanyo menyusul bangsa Portugis melakukan penjelajahan dunia dan menjadi pelopor
kolonialisme. Antara 1492-1502, Christopher Colombus (1451-1506) melakukan empat kali pelayaran
ke Amerika dan menemukan Kepulauan Karibia.
Niat untuk mencari jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh bangsa Spanyo. Penguasa Spanyol,
Charles V, menugaskan Ferdinand Magellan (1480-1521) untuk menemukan jalur langsung ke
kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil rempah-rempah. Pelayaran Magellan berpengaruh besar
bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan teori Colombus bahwa dunia ini bulat.
Penjelajahan bangsa Spanyo ke benua Amerika diikuti dengan penaklukan dan kolonisasi.

3. Penjelajahan Bangsa Belanda


Bangsa Belanda menyusul bangsa Portugis dan Spanyo melakukan penjelajahan dunia sampai ke
Kepulauan Indonesia. Pertengahan abad ke-16, Belanda sedang bersaing dengan bangsa Portugal
dan Spanyol. Belanda di bawah jajahan Spanyo berusaha untuk merdeka.
Para perualang Belanda beruntung karena mereka memperoleh informasi perjalanan bangsa Portugis
di Asia dan Indonesia dari Jan Hugyen van Linschoten, orang Belanda yang ikut bersama orangorang Portugis ke Indonesia. Tiga buah kapal di antaranya, mampu mencapai pelabuhan Banten
pada 1596.

B. Pertemuan Awal Bangsa Indonesia dengan Bangsa Eropa

1. Pertemuan Bangsa Indonesia dengan Bangsa Portugis


a. Pertemuan Di Goa dan Malaka
Pertemuan bangsa Indonesia dengan bangsa Portugis (sebutan untuk bangsa) sebenarnya bukan
hanya terjadi saat Portugal (sebutan negara) menaklukkan Malaka pada 1511, melainkan sejak Vasco
da Gama tiba di India pada 1497 dan sejak Diego Lopez Sequeira tiba di Malaka pada 1509.
Demikian juga para pedagang Indonesia menyaksikan kedatangan armada laut Alfonso de
Albuquerque (1459-1511) di Goa India dan merebut kota pelabuhan tersebut pada 1510. Para
pedagang Indonesia di Malaka serta pemerintahan Kerajaan Malaka tidak menyangka bahwa
serangan ke Goa bukan yang terakhir. Ketika pasukan Albuquerque menyerang Malaka Apri 1511,
Malaka tidak siap menghadapinya.
Dengan jatuhnya Malaka, para pedagang Indonesia merasa terancam oleh monopoi perdagangan
yang diterapkan bangsa Portugis di pelabuhan tersebut. Keunggulan teknologi meriam bangsa
Portugis yang meliputi teknik pelayaran dan militer segera dipelajari oleh bangsa Indonesia.

b. Pertemuan di Maluku
Setelah Malaka direbut, bangsa Indonesia mengetahui bahwa tujuan kedatangan bangsa Portugis ke
Indonesia adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah sekaigus menguasai daerah
penghasilnya.
Kerajaan yang melakukan kerja sama dengan bangsa Portugis adalah Hitu dan Ternate. Namun,
kerja sama menjadi tegang karena Potugis melakukan kristenisasi terhadap kerajaan yang beragama
Islam dan adanya sikap orang-orang Portugis yang seringkali tidak menghormati adat istiadat
setempat.
Sikap gigih menentang Portugis terus dipertahankan oeh rakyat Ternate terutama setelah tampilnya
Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said. Bangsa Indonesia di Maluku diperkenalkan
dengan agama Katolik oleh bangsa Potugis. Indonesia juga diperkenalkan budaya Portugis.

2. Pertemuan Awal bangsa Indonesia dengan Bangsa Belanda


a. Pertemuan di Jawa
Setelah bersaing dengan bangsa Portugis, bangsa Indonesia juga harus berhadapan dengan bangsa
Eropa lainnya, yaitu bangsa Belanda. Oleh karena bersikap kasar dan melakukan penghinaan
terhadap penduduk di pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, dia kehilangan banyak awak.

b. Pertemuan di Maluku
Petualang dari Belanda akhirnya datang juga di Maluku. Akibat dari kekayaan rempah-rempah yang
dimilikinya, warga Maluku harus menerima banyak kapal dagang Belanda, baik yang berminat untuk

berdagang ataupun yang ingin menguasai sumbernya.

C. Munculnya dan Berkembangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

1. Jatuhnya Jaringan Perdagangan Islam di Indonesia


Jaringan perdagangan Indonesia, terutama yang diperlopori oleh para pedagang Islam, mengalami
kehancuran akibat monopoli perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Portugis dan Belanda.
Hak octrooi yang diberikan kepada VOC yaitu:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan.
b. VOC memperoleh hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri.
c. VOC dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia.
d. VOC berhak mengadakan perjanjian.
e. VOC berhak memaklumkan perang dengan nama lain.
f. VOC berhak menjalankan kekuasaan kehakiman.
g. VOC berhak mengadakan pemungutan pajak.
h. VOC berhak memiliki angkatan perang sendiri.
i. VOC berhak mengadakan pemerintahan sendiri.

Akibat hak-hak monopoli yang dimilikinya, VOC bisa memaksakan kehendaknya pada perusahaanperusahaan perdagangan Indonesia. Untuk mempertahankan monopoli perdagangannya, kekuatan
militer pun ditingkatkan.
VOC mengalami kemunduran yang disebabkan: merajalelanya korupsi pada para pegawai VOC
kuatnya persaingan di antara kongsi-kongsi perdagangan lain terlalu banyak biaya untuk menumpas
berbagai pemberontakan rakyat dan meningkatnya kebutuhan untuk gaji pegawai VOC.
Menuru Ricklefs, kemunduran VOC disebabkan:
Meskipun VOC merupakan organisasi milik Belanda, tetapi sebagian besar anggotanya bukanlah
orang Belanda. Para petualang, gelandangan, penjahat, dan orang-orang yang bernasib jelek dari
seluruh Eropalah yang mengucapkan sumpah setia pada VOC. Ketidakberdayagunaan,
ketidakjujuran, nepotisme, dan alakoholisme tersebar luas dikalangan anggota VOC.
Hal itu pula yang melatarbelakangi sikap operasional VOC terhadap bangsa pribumi yang cenderung
kejam, sewenang-wenang, dan tanpa kompromi.

2. Indonesia pada Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels (1808-1811)


Indonesia yang terletak jauh dari kawasan Eropa ternyata pernah menjadi bagian dari konflik
antarnegara Eropa. Pemerintah Kerajaaan Belanda yang sudah menjadi bagian dari Imperium
Prancis harus berhadapan dengan Inggris, musuh Napoleon Bonaparte yang belum dapat

ditaklukkan.
Sementara itu, di Indonesia, kedudukan Belanda yang sudah jatuh ke Prancis sangant terancam.
Untuk kepentingan perang Prancis dengan Inggris, bangsa Indonesia harus menghadapi penderitaan
di bawah pemerintahan Daendels. Untuk membiayai proyek tersebut, rakyat dibebani dengan pajakpajak tertentu yang cukup besar. Dengan demikian, sistem wajib penyerahan model VOC diteruskan
oleh Daendels.
Kehidupan keraton di Jawa juga terancam akibat ulah Daendels. Demikian juga dengan intervensinya
terhadap kehidupan di Yogyakarta yang menimbulkan keresahan di kalangan keraton.

3. Indonesia pada Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles (1811-1816)


Serangan terhadap kekuasaan Imperium Prancis di Indonesia terbukti pada 1811. Pada 8 Agustus
1811, 60 kapal Inggris melakukan serangan ke Batavia. Akhirnya Batavia dan daerah-daerah
sekitanya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811.
Mungkin tidak disadari bahwa pada masa penjajahan Inggris wilayah Indonesia secara ekonomis dan
politis pernah bersatu dengan wilayah India. Raffles lebih bersifat liberal dalam menjalankan
pemerintahannya.
Beberapa tindakan Raffles:
a. Menghapuskan sistem kerja paksa (rodi), kecuali untuk daerah Priangan dan Jawa Tengah;
b. Menghapuskan pelayaran hongi dan segala jenis tindak pemaksaan di Maluku;
c. Melarang adanya perbudakan;
d. Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan hasil bumi;
e. Melaksanakan sistem landrente stelsel (sistem pajak bumi), dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan;
b) Mengurangi kekuasaan para bupati;
c) Menerapkan sistem pengadilan dengan sistem juri.

Raffle menggambarkan dirinya sebagai seorang pembaru yang hebat(dalam buku History of Java
yang ditulisnya).

D. Perubahan Ekonomi, Demografi, dan Sosial Budaya da Berbagai Daerah pada Masa Kolonial

1. Perubahan Ekonomi
Setelah kekuasaan Inggris berakhir, Indonesia kembali dikuasai oleh Belanda. Setelah mendapat
kritikan dari kaum humanis dan kaum demokrat di negeri Belanda dan di Hindia Belanda, akhirnya
Sistem Tanam Paksa dihapuskan pada 1870.
Akibat dari dilaksanakannya Sistem Ekonomi terbuka bangsa-bangsa diluar Belanda, seperti Inggris,

Belgia, Prancis, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang berdatangan ke Indonesia. Dengan adanya
Sistem Ekonomi Terbuka, perkebunan di Jawa dan Sumatra berkembang dengan pesat.
Dengan demikian, eksploitasi terhadap penduduk pribumi tetap berjalan, walaupun dengan
menggunakan sistem ekonomi modern, Sistem Ekonomi Terbuka. Pada 1881, pemerintah kolonial
Belanda mengeluarkan Koelie Ordonantie yang mengatur para kuli.
Kuli Ordonantie mendapat kecaman dari Amerika Serikat. Masuknya bangsa Eropa ke perairan
Indonsesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke daerah pedalaman. Dengan
feodalisme, rakyat pribumi, terutama di wilayah-wilayah pedesaan, dipaksa untuk tunduk dan paruh
terhadap para tuan tanah Belanda dan Timur Asing yang dijaga oleh para centeng penguasa
lokal/pribumi.
Penderitaan penduduk Indonesia dikritisi oleh kaum humanis Belanda. Menurut Van Devender ada
tiga cara untuk menyehatkan, mencerdaskan dan memakmurkan rakyat Indonesia, yakni memajukan
pengajaran (edukasi), memperbaiki pengairan (irigasi), dan melakukan perpindahan penduduk
(transmigrasi). Gagasan ini disebut Politik etis.
Pada awalnya, pemerintah Belanda tidak langsung menerima gagasan Van Deventer, tetapi lambat
laun dijalankan juga. Meskipun hasil Politik Etis lebih diarahkan untuk kepentingan kolonial Belanda,
sebagian rakyat Indonesia memperoleh manfaat.

2. Komersialisasi Ekonomi dan Perubahan Sosial di Pedesaan dan Perkotaan


Setelah Sistem Tanam Paksa dihapuskan pada 1870, pemerintah kolonial menerapkan sistem
ekonomi baru yang lebih liberal. Dalam sistem perburuhan dikeluarkan aturan yang ketat.
Walaupun Wajib kerja dihapuskan sesuai dengan semangat liberalisme, pemerintah kolonial
menetapkan pajak kepala pada 1882. Di bidang ekonomi, penetrasi kapitalisme sampai pada tingkat
individu, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

3. Perubahan Demografi
a. Pendidikan dan Mobilitas Sosial di Berbagai Daerah
Pendidikan yang berkembang di Indonesia pada abad ke-19 menggunakan sistem yang
diselenggarakan oleh organisasi agama Kristen, Katolik, dan Islam.
Sistem Pendidikan Islam dilaksanakan melalui pondok pesantren dengan kurikulum yang terbuka
serta staf pengajar yang berasal dari para kiai. Bersamaan dengan berkembangnya sistem
pendidikan pesantren berkembang pula sistem pendidikan Barat.
Sistem pendidikan yang dijalankan pemerintah kolonial menggunakan sistem Barat dengan
menyediakan tempat berupa sekolah, kurikulum serta guru dengan jadwal teratur. Bahasa yang
digunakan dalam sekolah gubernemen adalah bahasa Sunda, Jawa, Madura atau Melayu,
bergantung dari asal lokasi sekolah tersebut.

Antar 1873-1883 dicipai kemajuan dalam bidang pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah siswa dan guru.
Menurut Sartono Kartodirjo, perkembangan pendidikan abad ke-19 dipengaruhi oleh kecenderungan
politik dan budaya:
1) Pengajaran bersifat netral dan tidak didasarkan atas agama tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh
paham humanis dan liberalis di negara Belanda.
2) Bahasa pengantar diserahkan kepada sekolah masing-masing sesuai kebutuhan. Misalnya, jika
murid pribumi menghendaki bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya, sekolah harus
memenuhinya.
3) Sekolah-sekolah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan praktis pekerjaan kejuruan.
4) Sekolah pribumi diarahkan agar lebih berakar pada kebudayaan setempat. Oleh karena itu, bahasa
daerah dijadikan sebagai bahasa pengantar.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pangreh praja (birokrasi pemerintah), didirikan hoofdenschool di
Bandung, Magelang, Probolinggo, dan Tondano pada 1878. Di tingkat perguruan tinggi didirikan
sekolah pertanian di Bogor, sekolah dokter hewan di Surabaya, sekolah bidan di Weltervreden, dan
sekolah mantri cacar di Jakarta yang kemudian berubah menjadi Sekolah Dokter Jawa.
Memasuki abad ke-20, sejarah Indonesia ditandai dengan semakin banyaknya orang terpelajar yang
mendapat pendidikan Belanda.

b. Mobilitas Penduduk pada Akhir Abad Ke-19 dan Awal Abad Ke-20
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain.
Sebab-sebab terjadinya:
1) Sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah kolonial melalui Tanam Paksa serta sistem
kapitalisme menurut Undang-Undang Agraria pada 1870 mengakibatkan terjadinya mobilitas tenaga
kerja dari tempat tinggal mereka ke daerah perkebunan, baik yang berada dalam satu pulau maupun
antar pulau.
2) Dibangunnya jaringan jalan raya, jalan kereta api, serta perhubungan laut dengan menggunakan
kapal api.
3) Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pada akhir abad ke19 lahirlah kota-kota
baru di pedalaman serta pesisir pantai.
4) Pembangunan pendidikan telah mempercepat mobilitas penduduk .

4. Kehidupan Keagamaan dan Sosial Budaya


a. Kebijakan Pemerintah Kolonial terhadap Kehidupan Agama
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia berkaitan dengan penyebaran dua aliran besar

agama yaitu, Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan agama Protestan di Indonesia
dibawa oleh para Zending atau penyebar Protestan, terutama orang-orang Belanda yang tergabung
dalam Nederlandsch Zendelings Genootschap (NZG).
Pada Masa Kolonial, pemerintah Belanda mengeluarkan kebijaksanaan yang menghambat
perkembangan agama, terutama islam. Kebijakan di bidang sosial-budaya keagamaan dianggap tidak
membahayakan kedudukan pemerintah kolonial. Akibat dari kebijakan pemerintah kolonial
dalambidang keagamaan, terutama Islam, telah menimbulkan kebangkitan Islam yang ditandai
dengan munculnya pemikiran-pemikiran pembaruan dalam Islam.

b. Kedudukan dan Kehidupan Perempuan pada Masa Kolonial


Kedudukan kaum perempuan pada abad ke-19 masih rendah dibandingkan dengan kedudukan lakilaki. Keterlibatan kaum wanita dalam pergerakan nasional pada mulanya hanya berupa pergerakan
sosial yang memperjuangkan kedudukan wanita dalam masyarakat.
Pergerakan emansipasi wanita dipelopori oleh R.A. Kartini, Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis.
Pada abad ke-19, tradisi pembelengguan perempuan masih cukup kuat. Menurut Wiriaatmadj, Tradisi
pingitan tersebut lebih menonjol pada anak gadis dari golongan bangsawan atau priyayi.
Setelah dibukanya daerah perkebunan menurut sistem ekonomi kapitalis, kegiatan prostitusi di
tempat itu makin marak. Penderitaan yang berat yang dialami kaum perempuan di perkebunan
semakin diperkuat oleh diberlakukannya peraturan yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Linda Crystanty menyatakan bahwa kedatangan para pria Eropa sebagai pemilik modal di daerah
perkebunan yang tidak diikuti istri-istri mereka berpengaruh terhadap kehidupan perempuan pribumi
di lingkungan perkebunan.
Melaluinyai, orang Eropa dapat lebih mudah mempelajari kebudayaan pribumi. Namun demikian,
posisi mereka tetap rawan. Sepeningga tuannya, para nyai dihadapkan pada pilihan sulit. Menurut
Cahyo Budi Utomo, secara biologis ada dua jenis gerakan perempuan pada masa-masa awal abad
XX, yakni organisasi lokal kedaerahan dan organisai keagamaan.
Putri Mardiko merupakan organisasi keputrian tertua yang merupakan bagian dari Budi Utomo. Berdiri
pada 1912. Tujuan : memberikan bantuan, bimbingan, dan penerangan pada gadis pribumi dalam
menuntut pelajaran dan menyatakan pendapat di muka bumi.
Setalah Putri Mardiko berdiri, lahirlah berbagai organisasi perempuan, baik yang dibentuk sendiri oleh
kaum perempuan maupun organisai yang beranggotakan kaum pria. Salah satu organisai
keagamaan yang memerhatiakan masalah kedudukan perempuan adalah organisai Aisyiyah.
Menurut Sukanti Suryocondro dalam bukunya yang ditulis oleh T.O. Ihronmi yang berjudul Kajian
Perempuan dalam Pembangunan (1995), organisai-organisasi tersebut bergerak dalam bidang sosial
dan kultural, yaitu memperjuangkan nilai-nilai beru dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

E. Perlawanan daerah Menentang Dominasi Asing


Kedatangan bangsa Barat (Potugis, Spanyol, Belanda) yang diikuti dengan jatuhnya bangsa
Indonesia pada bangsa-bangsa tersebut menimbulkan reaksi.

1. Perlawanan Sebelum Tahun 1800


Perlawanan bangsa Indonesia sebelum tahun 1800 ditandai dengan perang atau perlawanan
langsung terhadap kekuasaan bangsa barat. Perlawanan tersebut juga ditandai dengan persaingan
diantara kerajaan-kerajaan Indonesia dalam rangka memperebutkan hegemoni di kawasan tersebut.
a. Perlawanan Rakyat Maluku
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun maupun Sultan Baabullah (1575) sejak
kedatangan bangsa Portugis di kawasan itu pada 1512 tidak berhasil.
b. Perlawanan Rakyat Demak
Sama halnya perlawanan rakyat Demak yang dipimpin oleh Dipati Unus terhadap kekuatan Portugis
di Malaka. Perlawanan ini pun tidak mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan di kawasan Sumatra,
Jawa, dan Kalimatan.

c. Perlawanan Rakyat Mataram


Kerajaan Mataram di Jawa juga melakukan hal yang sama. Sultan Agung mempunyai cita-cita untuk
mempersatukan wilayah Pulau Jawa dalam kekuasaannya berusaha mengalahkan VOC di Batavia
(Jakarta).

d. Perlawanan Rakyat Banten


Konflik dalam urusan kerajaan serta persaingan dalam takhta kerajaan juga menyebabkan
perlawanan terhadap kekuasaan Barat mengalami kegagalan.

e. Perlawanan Rakyat Makassar


Di Pulau Sulawesi, perlawanan untuk mengusir kekuatan VOC juga tidak berhasil. Untuk memperkuat
kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanuddhin menduduki Sumbawa sehingga jalur perdagangan di
Nusantara bagian timur dapat dikuasainya.
Untuk menghadapi Sultan Hasanuddin, Belanda meminta bantuan dari Aru Palaka yang bersengketa
dengan Sultan Hasanuddin. Dan Makassar jatuh ke tangan Belanda dari Sultan Hasanuddin harus
menandatangani Perjanjian Bongaya pada 1667.

f. Perlawanan Untung Surapati


Pemberontakan Untung Surapati berlangsung pada 1686 sampai dengan 1706. Pada 1703, Sunan
Amangkurat II meninggal, kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Sunan Amangkurat III.

Paman Sunan Amangkurat III yang bernama Pangeran Puger menginginkan takhta untuk menjadi
raja di Mataram. Setelah itu, dimulailah peperangan antara Sunan Pakubuwono I dan Untung
Surapati yang dibantu oleh Sunan Amangkurat III. Pada 1706, VOC akhirnya berhasil melumpuhkan
kekuasaan Untuk Surapati di Kartasura.

2. Perlawanan Sesudah Tahun 1800


Tidak banyak perbedaan antara latar belakang serta karakteristik perlawanan terhadap kekuasaan
Barat sebelum tahun 1800 dan setelah tahun 1800.
a. Perlawanan Sultan Nuku (Tidore)
Sultan Nuku yang merupakan raja dari Kesultanan Tidore memimpin perlawanan rakyatnya terhadap
pemerintahan kolonial Belanda. Untuk menghadapi Belanda, dia mengadakan hubungan dengan
Inggris dengan tujuan meminta bantuan dan dukungan.

b. Perlawanan Pattimura (1817)


Perlawanan yang dipimpin oleh Pattimura dimulai dengan penyerangan terhadap Benteng Duurstede
di Saparua dan berhasil merebut benteng tersebut dari tangan Belanda. Akhirnya, Pattimura berhasil
ditangkap dalam suatu pertempuran dan pada 16 Desember 1817 Pattimura dan kawan-kawannya
dihukum mati di tiang gantung.

c. Perang Paderi (1821-1837)


Perang Paderi dilatarbelakangi konflik antara kaum agama dan tokoh-tokoh adat Sumatra Barat.
Pertentangan ini kemudian berkembang menjadi perang saudara. Pada 1819, Belanda menerima
Padang dan daerah sekitarnya dari Inggris.
Pertempuran pertama antara Kaum Paderi dan Belanda terjadi pada April 1821 di daerah Sulit Air,
dekat Danau Singkarak, Solok. Ketika terjadi Perang Diponegoro, pihak Belanda menarik sebagian
besar pasukannya dari Sumatra Barat dan sementara waktu menunda penyerangannya pada Kaum
Paderi.
Pada 25 Oktober 1833, Belanda mengeluarkan maklumat yang disebut Plakat Panjang. Baru pada 25
Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol tiba di Palupuh untuk berunding. Namun, Belanda berkhianat
dengan menangkap Tuanku Imam Bonjol dan membuangnya ke Cianjur, kemudian Ambon, dan
terakhir ko Lota dekat Manado. Wafat usia 92, dimakam di Tomohon, Sulawesi Utara.

d. Perang Diponegoro (1825-1830)


Sebab : rasa tidak puas yang hampir merata di kalangan masyarakat terhadap berbagai kebijakan
yang dijalankan pemerintah Belanda diwilayah Yogyakarta. Pemerintah kolonial Belanda bermaksud
membuat jalan raya yang menghubungkan Yogyakarta dan Magelang.

Pangeran Diponegoro dan pasukannya membangun pusat pertahanan di Selarong. Sampai 1826,
pasukan Diponegoro berhasil membuat kemenangan. Sejak 1829, kekuatan Diponegoro mulai
berkurang, banyak pengikut Diponegoro yang ditangkap ataupun gugur dalam pertempuran.
Jenderal de Kock memerintahkan Kolonel Cleerens untuk mencari kontak dengan Pangeran
Diponegoro.

e. Perang Aceh
Seperti halnya pada zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Kerajaan Aceh mengalami kejayaan
kembali pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Oleh karena kemampuan diplomatik, kedudukan Aceh
dihormati oleh dua kekuasaan kolonial yang berada di sekitar wilayah Aceh, yaitu Inggris dan Belanda
melalui Traktat London pada 1824.
Melihat gelagat ini, Aceh mulai mencari bantuan dan dukungan ke luar negeri. Serangan kedua
dilakukan Belanda pada Desember 1873 dan berhasil merebut istana Kerajaan Aceh. Pada 1891,
Aceh kehilangan tokoh pejuangnya, yaitu Teuku Cik Ditiro.
Pada November 1902, Belanda mengkap keluarga Sultan Aceh. Belanda menganggap dengan
menyerahnya Sultan Aceh, perlawanan rakyat telah selesai.

f. Perang Bali
Sebelum abad ke-19, Pulau Bali dikuasai oleh beberapa kerajaan kecil yang seluruhnya berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Klungkung. Pada 1844, perahu dagang milik Belanda terdampar di
Prancak wilayah Kerajaan Buleleng dan terkena Hukum Tawan Karang yang memberi hak kepada
penguasa kerajaan untuk menguasai kapal beserta isinya.
Pada serangan yang kedua (1849), paasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V.
Michies dan Van Swieeten berhasil merebut benteng pertahanan terakhir Kerajaan Buleleng di
Jagaraga, yang dikenal dengan nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, Belanda mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan di Bali lainnya. Selain
Puputan Jagaraga, puputan lain yang pernah terjadi di Bali.

g. Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan antara Kesutanan Banjarmasin dan Belanda pada
1826. Sepeninggal Sultan Adam, di Kerajaan Banjarmasin terjadi perebutan kekuasaan yang
menyebabkan terpecahnya keluarga kerajaan ke dalam tiga kelompok:
1) Kelompok Pangeran Tamjid Illah(cucu Sultan Adam) => mempunyai hubungan erat dengan
Belanda.
2) Kelompok Pangeran Anom(putra Sultan Adam) => tindakannya sewenang-wenang.
3) Kelompok Pangeran Hidayatullah(cucu Sultan Adam)=> disenangi dan didukung oleh rakyat

Ditengah kekacauan, terjadilah Perang Banjarmasin pada 1889 yang dipimpin oleh Pangeran
Antasari. Pada 1862. Pangeran Hihayatulla dapat ditangkap dan kemudian dibuang ke Cianjur.
Perlawanan terjadi di Sumatra Utara dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.
Walaupun satu-persatu kekuatan di daerah berhasil ditaklukkan Belanda, perlawanan kerajaan di
Indonesia berlangsung hingga akhir abad ke-19, perlawanan kerajaan di Indonesia berlangsung
hingga akhir abad ke-19, perlawanan kongsi Cina di Kalimantan Barat pada 1848-1859

Anda mungkin juga menyukai