DI NUSANTARA
08JUL
merupakan soal kebutuhan dan juga cita rasa. Selama musim dingin di Eropa, tidak
ada satu cara pun yang dapat dilakukan agar semua hewan ternak tetap hidup,
karenanya banyak hewan ternak disembelih dan dagingnya kemudian harus
diawetkan. Untuk itu diperlukan sekali adanya garam dan rempah-rempah, serta di
antara rempah-rempah yang diimpor, cengkih dari Indonesia Timur adalah yang paling
berharga. Indonesia juga menghasilkan lada, buah pala, dan bunga pala, oleh
karenanya kawasan itulah yang menjadi tujuan utama Portugis, walaupun sampai saat
itu mereka masih belum mempunyai gambaran sedikit pun tentang letak Kepulauan
Rempah Indonesia itu maupun tentang cara mencapainya (M.C. Ricklefs, 2008: 4041).
Kedatangan bangsa Portugis membawa dampak atau pengaruh lain bagi
Indonesia dalam bidang kebudayaan yaitu :
a.Berkembangnya agama Kristen/Katholik di Maluku yang disebarkan oleh
Fransiscus Xaverius.
b.Berkembangnya musik Keroncong berasal dari Portugis.
c.Peninggalan bangunan yang berupa benteng-benteng Portugis.
d.Nama orang Indonesia menggunakan nama Portugis.
e.Benda-benda peninggalan Portugis berupa Meriamyang ditempatkan di
Museum (Elinda, 2007).
yang digunakan tiga abad yang lalu, yaitu keroncong, biola, ukulele, banyo,
gitar, rebana, kempul dan cello.
Tanjidor adalah permainan musik pukul yang populer di kalangan masyarakat Betawi.
Bahasa aslinya adalah tangedor, dibaca tanjedor, merupakan bahasa Portugis.
Tangedor berarti seseorang yang memainkan alat musik senar. Tanger berarti
memainkan alat musik. Tradisi tanjidor berawal dari kebiasaan bangsa Portugis
memerintahkan para budaknya menghibur mereka dengan permainan musik.
Kejemuan dan kebosanan mereka menghadapi musim tropis tersembuhkan olah para
budak yang memainkan musik dari daerah asal para budak itu dengan isntrumen
musik Eropa. Mereka rata-rata menggunakan alat tiup, seperti klarinet, terompet,
terompet Prancis, kornet. Ada juga tambur Turki. Pada awalnya dimainkan lagu-lagu
Eropa karena mereka main pada waktu pesta dansa, polka, mars, lancier, dan lagulagu parade, tetapi lambat laun dimainkan juga lagu-lagu dan irama-irama yang khas
Betawi, tulis Paramita R Abdurahman. Ketika para budak itu dimerdekakan, mereka
menjadi kelomnpok-kelompok musik amatir yang menamakan diri tanjidor. Dalam
perkembangannya, tanjidor juga memainkan keroncong, salah satu musik hasil
pengaruh Portugis (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2008).
3.Bangunan
Benteng Victoria yang merupakan benteng peninggalan Portugis
yang dibangun di pusat kota Ambon pada tahun 1775 M.
Benteng Victoria.
Ada juga benteng peninggalan Portugis yang bentuknya unik, Benteng Belgica, yaitu
benteng yang dibangun oleh Portugis tapi kemudian diduduki Belanda pada abad ke
17. Benteng ini berada di atas perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira
dan terletak pada ketinggian 30,01 meter dari permukaan laut. Benteng yang dibangun
pada tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both ini memiliki suatu
keunikan. Dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit,
namun apabila dilihat dari semua penjuru niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi,
tetapi kalau dilihat dari udara nampak seperti bintang persegi atau mirip dengan
Gedung Pentagon di Amerika Serikat. Bahkan benteng ini dijuluki The Indonesian
Pentagon. Benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan Portugis
yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa penjajahan
Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang
(Wta, 2008).
Benteng Belgica.
Ada juga yaitu Benteng Otanaha. Benteng yang terletak di Kelurahan Dembe, Kota
Gorontalo memiliki tiga bangunan yakni Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu
yang dibangun sekitar 1522 atas prakarsa Raja Ilato dan para nakhoda Portugal yang
singgah di wilayah tersebut. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan
memiliki empat tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak hingga
sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan,
dimana dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan
II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke
persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71
anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.
Benteng Otanaha.
Selain itu, di Lahayong, Solor, Flores Timur juga terdapat peninggalan Portugis
berupa reruntuhan benteng, yang karena terletak di Lahayong kemudian diberi nama
Benteng Lahayong.
Benteng Tolucco.
Benteng Kalamata.
Benteng Kastela.
berbagai sumber makanan yang selama ini tidak mereka kenal sebelumnya,
salah satunya adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat sumber
pangan, cara memasak, dan juga mendeskripsikan rasanya. Berbagai
sumber pangan tersebut terutama rempah-rempah memengaruhi kuliner
Bangsa Portugis hingga sekarang. Hal tersebut dilakukan karena Kerajaan
Portugis memang meminta agar berbagai jenis tanaman dan hewan
dikumpulkan dan dikirim ke negerinya ketika pasukan kembali ke
Lisabon[7] (Agung Setyahadi, 2008).
Dari penjelasan di atas apabila kita kaji, Portugis dalam
penjelajahannya tidak hanya ingin mengeruk hasil rempah-rempah saja,
tetapi juga menyebarkan komoditas-komoditas baru di daerah jajahan serta
membawa komoditas-komoditas baru bagi bangsanya. Hal tersebut
merupakan penyebaran budaya yang dilakukan oleh Bangsa Portugis.
B.
Spanyol
berakar kuat di Indonesia,itu merupakan buah yang di tanam Belanda sejak memulai
kolonialisasi di Indonesia.Contohnya Belanda mengirim pejabat-pejabat VOC adalah pegawai
pemerintahan yang bermasalah di negeri Belanda,seperti pegawai yang melakukan tindakan
indisipliner dan juga pejabat yang korup.Ketika Herman Willem Daendels mulai berkuasa
penyakit korupsi yang sudah kronis yang menjadi salah satu penyebab bangkrutnya VOC mulai
dikikis,tetapi karena sikapnya yang otoriter dan khawatir merusak citra Perancis di Eropa maka
Napoleon yang pada saat melakukan ekspansi ke Eropa menyebarkan faham-faham yang
muncul pada revolusi Perancis menarik pulang Daendels.Penciptaan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa mulai dilakukan oleh Wakil Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles yang
berkuasa di Indonesia tahun 1811-1816,selain itu pula Raffles melihat kekayaan Indonesia yang
melimpah merupakan tempat yang potensial bagi pemenuhan bahan mentah dan bahan baku
untuk industri serta tempat pemasaran produk-produk Industri.Raffles membangun tanah jajahan
dengan tujuan masyarakat tanah jajahan memiliki daya beli.tapi upaya raffles tersebut terhenti
tahun 1816 ketika konvensi London di tanadatangani yang mengharuskan Raffles meski
meninggalkan Indonesia,Raffles kecewa sebab menurut dia tanah pulau Jaea adalah salah satu
asset yang berharga bagi Britania raya.Setelah Hindia Belanda kembali di bawah kekuasaan
Belanda,karena defisit keuangan yang parah memaksa Belanda menjalankan kebijakan yang
tidak manusiawi hasil gagasan dari Johannes Van Den Bosh yaitu Cultuur Stelsel.Pelaksanaan
Cultuur stelsel selama 40 tahun 1830-1870 berhasil menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan
Ekonomi akibat defisit keuangan yang parah tetapi disisi lain bangsa pribumi mengalami
penurunan kualitas hidup yang parah pula akibat tanam paksa.Karena dianggap tidak manusiawi
usulan penghapusan tanam paksa tidak hanya dilakukan oleh bangsa pribumi tetapi tokoh
Belanda seperti Baron Van Hoevel dengan gencar mengkritik pelaksanaan tanam paksa.Bahkan
seorang asisten residen Lebak Eduard Douwes Dekker berhasil membuka mata bangsa Eropa
akan kebobbrokan tanam paksa dengan menulis sebuah buku yang berjudul Max
Havelaar.Konpensasi dari pelaksanaan tanam paksa dilakukan oleh Belanda dengan
menjalankan
kebijakan diantaranya pelaksanaan politik ekonomi liberal dan juga politik etis.Namun kedua
kebijakan politik tersebut tidak mampu mengangkat kesejahteraan dan juga harkat derajat
bangsa pribumi.Dengan paparan yang sudah dituliskan diatas ada pelajaran yang bisa kita petik
bahwa maka segala bentuk kolonialisme tidak mampu mengangkat kualitas kehidupan bangsa
terjajah.Makanya wajar jika pembukaan konstitusi kita sangat menetang segala bentuk
penjajahan.Namun jika suatu bangsa memiliki mental bangsa penjajah mental tersebut sangat
sulit untuk dihilangkan.Penjajahan bisa terjadi kapan saja namun memiliki bentuk yang
lain.Penjajahan abad ke 21 tentunya berbeda dengan abad sebelumnya yang menggunakan
kekuatan militer demi pendudukan suatu wilayah,namun kolonialisme zaman sekarang bisa
berbentuk penjajahan ekonomi dan bisa juga penjajahan budaya.Penjajahan ekonomi bisa
berbentuk penanaman modal asing dengan tujuan pengerukan sumber kekayaan alam suatu
negara,seperti yang sudah di alami oleh Indonesia ketika perusahaan asing seperti freeport dan
juga exon mobile mengeksploitir habis sumber kekayaan tanpa memberikan konstribusi kepada
rakyat setempat.Penjajahan bidang budaya semakin gencar di lakukan,karena pada abad 21
dunia begitu tidak ada jarak karena teknologi informasi.Budaya barat begitu mudah berinfiltrasi
dengan tujuan masyarakat dunia kebudayaan berkiblat ke barat,padahal sejarah mencontohkan
kebudayaan dan peradaban luhur lahir dan berkembang pertama kali didunia timur. Ini
merupakan fenomena yang berbahaya sebab bagaimanapun kebudayaan barat sangat tidak
cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.Makanya wajar proklamator kita Ir.Soekarno
mengingatkan hati-hati dengan nekolim (neo kolonialisme dan imperialisme)
dampak positif bagi Indonesia adalah yang pertama dapat kita rasakan adalah sarana dan
prasarana yang telah dibuat pada zaman kolonialisme sebagai contoh jalan raya Anyer
Panarukan yang dibuat pada zaman pemerintahan Daendles, walaupun menimbulkan banyak
korban bangsa Indonesia, tetapi manfaatnya masih dapat kita rasakan, bangunan bangunan
sebagai objek pariwisata, rel rel kereta api, timbulnya kaum intelek. tetapi daripada itu terdapat
dampak dampak negatifnya tidak kalah banyaknya dengan dampak positifnya. dampak
negatifnya adalah, keterbelakangan mental, pendidikan, ekonomi, dan masih tidak dapat kami
jelaskan satu satu, pada pembuatan jalan raya Anyer Panarukan, menimbulkan banyak
korban karena dipaksa kerja rodi.
dampak positif penjajahan portugis, dampak positif dan negatif dari kebijakan kolonial belanda,
dampak penjajahan inggris di indonesia dalam berbagai bidang, Dampak VOC terhadap
Indonesia, dampak penjajahan dari belanda dalam ekonomi, dampak kolonialisme, akibat positif
dan negatif dalam tanam paksa bangsa asing, dampak positif dan negatif terhadap kehidupan
budaya kolonialisme, dampak negatif bagi Indonesia pada masa kerja rodi, bentuk bentuk
penjajahan suatu bangsa terhadap bangsa lain dalam bidang ekonomi politik kebudayaan,
dampak positif dari pengaruh kolonialisme dan imperialisme terhadap bangsa indonesia, akibat
positif dan negatif bangsa asing dalam tanam paksa, dampak positif dari kebijakan VOC,
dampak negatif kolonialisme dan imperialisme di bidang politik, kebijakan Rafles di bidang
politik, dampak tanam paksa bagi belanda, dapak negatif tanam paksa bagi rakyat, hak istimewa
raffles, hak istimewa thomas stamford raffles bidang ekonomi, dampak positif rakyat indonesia
pada politik etis, dampak positif imperialisme, dampak positif kebijakan raffles, dampak positif
kolonialisme, dampak positif kolonialisme dan imperialisme barat, dampak positif kolonialisme
dan imperialisme di bidang politik, dampak positif kolonialisme dan imperialisme di indonesia,
dampak positif kolonialisme di indonesia, dampak positif kolonialisme peradaban barat di
indonesia, dampak positif penjajahan inggris di indonesia, kolonialisme dan imperialisme barat
zaman sekarang, lahir penjajahan indonesia raffles, pelaksanaan tanam paksa, penjajahan
bangsa portugis di indonesia dalam berbagai bidang, penjajahan bangsa prancis dan
dampaknya, penjajahan bangsa prancis di indonesia dan pengaruhnya dalam berbagai bentuk,
penjajahan inggris di indonesia dan dampaknya di berbagai berbagai bidang, Sisi positif
Kebijakan ekonomi Raffles di Indonesia, Sisi positif semasa VOC di Indonesia, sistem
pengerukan belanda, skripsi penjajahan indonesia daendels, tokoh bangsa asing yg melakukan
raffles di nusantara, tujuan kebijakan ekonomi Raffles, penjajahan bangsa portugis dan
dampaknya dalam segala bidang, penjajahan bangsa portugis dan dampaknya, penjajahan
bangsa belanda dan dampaknya dalam segala bidang, pembentukan voc, Pengaruh kebijakan
kolonial Belanda, pengaruh kebijakan kolonial belanda dan inggris di bidang politik, pengaruh
kebijakan Rafles, Pengaruh Kebijakan Thomas Stamford Raffles bagi rakyat, pengaruh kebijakan
VOC, pengaruh kolonialisme dan imperialisme barat di bidang politik, pengaruh kolonialisme dan
imperialisme di indonesia, pengaruh kolonialisme dan imperialisme terhadap bangsa indonesia,
penjajah bangsa portugis dan belanda dan dampaknya dalam berbagai bidang, VOC di bidang
ekonomi, dampak positif dari tanam paksa, Akibat dari Kolonialisme, DAMPAK EKONOMI
ZAMAN KOLONIAL DI INDONESIA, dampak kebijakan ekonomi kolonial di indonesia, Dampak
Kebijakan Thomas Stamford Raffles di Indonesia, Dampak kolonialisme dan Imperialisme,
dampak kolonialisme dan imperialisme BARAT DI BIDANG POLITIK, dampak kolonialisme dan
imperialisme barat di nusantara, dampak kolonialisme dan imperialisme di bidang budaya di
indonesia, dampak kolonialisme dan imperialisme di bidang politik, dampak kolonialisme dan
imperialisme di indonesia di bidang ekonomi, dampak ekonomi dari penjajahan belanda, dampak
ekonomi dari kolonial, akibat kolonialisme dan imperialisme di bidang ekonomi, akibat negatif
dari kerja rodi bagi bangsa pribumi pada masa daendels, akibat positif dan negatif bagi pribumi
pada masa penjajahan raffles, akibat positif dan negatif dari pelaksanaan kolonial di indonesia,
akibat positif dan negatif penjajahan daendels bagi rakyat indonesia, bentuk-bentuk dampak
positif dan negatif dari sikap raffles, bentuk-bentuk kolonialisme dan imperialisme barat pada
masa sekarang, dampak /akibat dari konolisme & impralisme di bidang politik, dampak akibat
kolonialisme dan imperialisme bidang budaya, dampak kolonialisme di bidang politik, dampak
negatif dan positif adanya kolonial indonesia, dampak positif dan negatif dari pemerintahan
deandles, Dampak positif dan negatif kolonial belanda, dampak positif dan negatif pendudukan
belanda, dampak positif dan negatif penjajahan belanda di indonesia, dampak positif dan negatif
penjajahan daendels, dampak positif dan negatif politik akibat kolonialisme dan imperialisme di
nusantara, dampak positif dan negatif setelah penjajahan di Indonesia, dampak positif dan
negatif tanam paksa, dampak positif dan negatif tanam paksa bagi indonesia, dampak positif dan
negatif bagi pribumi pada masa penjajahan raffles, dampak positif budaya kolonialisme, dampak
negatif dan positif bangsa asing ke nusantara, dampak negatif dan positif pemerintahan
daendels, dampak negatif dan positif penjajahan di Indonesia Eropa dan jepang, dampak negatif
dari kebijakan pada masa daendels, dampak negatif kolonialisme terhadap kehidupan ekonomi,
dampak negatif penjajahan voc terhadap indonesia, dampak pemerintahan daendels bagi
indonesia, dampak penjajahan inggris, dampak penjajahan inggris dalam berbagai bidang
PengaruhPenjajahanBelandaPadaRakyatIndonesia
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkan oleh penjajah telah
memberikan pengaruh yang amat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Perubahan yang terjadi antara lain dalam bidang politik, social, ekonomi dan
budaya. Perubahan yang terjadi diakibatkan oleh penjajah yang selalu berusaha
untuk mendobrak kebijakan yang ada dan diganti dengan kebijakan penjajah.
Usaha yang dilakukan oleh penjajah sering mendapat perlawanan dari bangsa
Indonesia. Tetapi dengan kegigihan dan segala tipu daya yang dilakukan
penjajah, akhirnya mereka dapat menguasai Indonesia.
a.
b.
c.
Kehidupan ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak kedatangan Belanda ke
Indonesia mengalami kemerosotan. Kemerosotan yang paling dirasakan oleh bangsa Indonesia ialah
dalam bidang perdagangan. Bangsa Indonesia pada awalnya merupakan pedagang bebas. Tapi
setelah Belanda datang ke Indonesia, perdagangan (terutama perdagangan rempah-rempah) menjadi
dimonopoli oleh Belanda. Akibatnya harga rempah-rempah menjadi sangat murah. Sistem monopoli
yang diterapkan oleh belanda ditentang oleh bangsa Indonesia hingga mengakibatkan terjadinya
peperangan.
Kehidupan perekonomian bangsa Indonesia lebih merosot lagi setelah Belanda
melaksanakan culture stelsel gunga mengisi kas Belanda yang kosong. Culture stelsel telah
memaksa rakyat untuk menanam tanaman yang laku dijual di dunia internasional dan bangsa
Indonesia tidak diberi apa-apa sebagai imbalannya. Penderitaan dan kelaparan terjadi dimana-mana,
sementara pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat banyak.
Perubahan ekonomi yang diterapkan oleh Belanda di Indonesia selanjutnya ialah dengan
munculnya pelaksanaan liberalism ekonomi atau yang dikenal dengan politik Pintu Terbuka. Sistem
ini dijalankan untuk menggantikan culture stelsel yang dianggap telah menyengsarakan rakyat
Indonesia. Liberalisme ekonomi dijalankandengan menerapkan system kapitalisme, sehingga
pemerintah Belanda tetap berusaha mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Akibatnya,
kondisi ekonomi bangsa Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti. Tenaga kerja Indonesia
tetap diperah untuk dijadikan sebagai kuli yang bekerja di perkebunan-perkebunan swasta miliki
kaum kapitalis. Buruh tersebut terikat dalam kontrak kerja dan tidak boleh melanggar peraturan.
Apabila melanggar peraturan maka akan dijerat Poenale sanctieyang sangat berat. Buruh yang
bekerja di perkebunan dibayar menggunakan uang. Sebagai dampaknya, dalam masyarakat
Indonesia akhirnya dikenal adanya alat tukar berupa uang. Sistem uang tersebut sekaligus mengubah
system barter yang selama ini dilakukan oleh bangsa Indonesia.
d.
Perubahan lain yang terjadi ialah dalam bidang pendidikan. Pada akhir abad ke-19, system
pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak. Sistem pendidikan ada yang
diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan ada yang deselenggarakan oleh pemerintah colonial
belanda. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan lebih menitikberatkan
pada pendidikan agama, seperti Agama Islam yang pendidikannya diselenggarakan melalui
pesantren. Dalam pesantren seorang siswa menerima materi yang garis besarnya mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan syariat Islam. Begitu pula lembaga keagamaan lainnya, pendidikan yang
diberikan kepada siswanya berhubungan penanaman agama masing-masing.
Sejak sukses pengambilalihan kekuasaan oleh Portugis terhadap Malaka pada tahun
1511, orang-orang Portugis terbuka mengadakan perdagangan langsung dengan Indonesia,
khususnya daerah penghasil rempah-rempah seperti Ternate, Banda, Seram, Ambon dan
Timor. Lebih-lebih setelah Portugis mengembangkan ekspansinya menanamkan
kekuasaannya di Indonesia, terutama di Maluku.
Hal ini berlangsung cukup lama, sekitar tahun 1512 sampai 1641 (Portugis
meninggalkan Maluku dan menyerahkan Malaka pada VOC). Kebijakan kebijakan yang
dipraktekkan selama itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia Indonesia waktu
itu.
Kebijakan pemerintah Kolonial Portugis antara lain :
1.
Sistem monopoli perdagangan cengkeh dan pala di Ternate.
2.
Berusaha menanamkan kekuasaan di daerah Maluku.
3.
Menyebarkan agama Katholik di daerah-daerah yang dikuasai .
4.
Mengembangkan bahasa dan seni musik keroncong Portugis.
Pengaruh dari kebijakan ini ternyata tertanam pada rakyat Indonesia khususnya rakyat
Maluku , ada yang bersifat negatif dan ada yang positif. Pengaruh yang paling besar dan
paling langgeng adalah :
1.
Terganggu dan kacaunya jaringan perdagangan .
2.
Banyaknya orang-orang beragama Katholik di daerah pendudukan Portugis
Pengaruh lain dari kebijakan kolonial Portugis yaitu :
1.
Rakyat menjadi miskin dan menderita.
2.
Tumbuh benih rasa benci terkadap kekejaman Portugis.
3.
Munculnya rasa persatuan dan kesatuan rakyat Maluku untuk menentang Portugis.
4.
Bahasa Portugis turut memperkaya perbendaharaan kata/ kosa kata dan nama
keluarga seperti da Costa, Dias, de Fretes, Mendosa, Gonzalves, da Silva dan lain-lain.
5.
Seni musik keroncong yang terkenal di Indonesia sebagai peninggalan Portugis
adalah keroncong Morisco.
6.
Banyak peninggalan arsitek bangunan yang bercorak Portugis dan sejata api/
meriam di daerah pendudukan.
Nama Maluku adalah sebuah nama yang berasal dari istilah yang diberikan para
pedagang Arab untuk daerah tersebut, Jazirat al Muluk, negeri para raja
Kekuasaan Spanyol yang dipimpin oleh kapten Sebastian del Cano pada tahun
1521.yang sempat menjalin hubungan dengan Tidore tidak memiliki pengaruh yang berarti.
Mengingat Spanyol segera meninggalkan Tidore karena terbentur Perjanjian Tordesillas.
B.
VOC adalah badan / kongsi perdagangan Belanda yang berdiri sejak tahun 1602.
Sebutan kompeni Belanda yang dialamatkan pada orang-orang VOC merupakan istilah
dari kata Compagnie. Lidah orang-orang Indonesia menyebut nama compagnie menjadi
kompeni. Ingat, VOC kepanjangan dari Oost Vereenigde Indische Compagnie.
VOC adalah sifatnya yang mudah beradaptasi dengan kondisi yang telah ada disekitarnya.
Kebijakannya dapat dikatakan kelanjutan atau tiruan dari sistem yang telah dilakukan oleh
para penguasa local. VOC secara cerdik menggunakan lembaga dan aturan-aturan yang
telah ada di dalam masyarakat lokal untuk menjalankan roda compagnienya. Hak monopoli,
penyerahan wajib, penanaman wajib, tenaga kerja wajib dan pajak sebenarnya telah
menjadi bagian dari struktur dan kultur yang telah ada sebelumnya.
Hampir keseluruhan pendapatan VOC diperoleh dari sumber ekonomi yang juga
menjadi andalan para penguasa local sebelumnya. VOC hanya membungkusnya secara
resmi/ legal dan teratur. Staf administrasi dan prajurit yang berjumlah tidak lebih dari 17.000
orang pada tahun 1700, telah merajalela di sebagian besar pusat-pusat penghasil dan
perdagangan rempah-rempah. Dengan demikian, cukup efektif pihak VOC untuk
menerapkan kebijakan-kebijakan di daerah koloni.
Dalam upaya memperlancar aktivitas organisasi, VOC pada tahun 1610
memutuskan untuk membentuk jabatan Gubernur Jendral yang pada waktu itu
berkedudukan di Maluku. Pieter Both sebagai orang pertama yang menduduki posisi itu.
Tindakan VOC dengan adanya hak octroi sangat merugikan bangsa Indonesia. Hak
octroi seolah ijin usaha kepanjangan tangan pemerintah Belanda, bahkan bisa dikatakan
VOC sebagai sebuah negara dalam negara.
Pada Perserikatan Maskapai Hindia Timur , VOC , kepentingan-kepentingan /para
pedagang yang bersaing itu diwakili oleh system majelis (kamer ) untuk masingmasing dari 6 wilayah di negeri Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah
direktur yang telah disetujui, yang seluruhnya berjumlah 17 orang dan disebut
sebagai Heeren XVII ( Tuan-tuan Tujuh Belas ).
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Pada tahun 1662, menduduki pusat perdagangan Pariaman di pantai Barat Sumatra.
5.
2.
Melaksanakan politik devide et impera ( memecah dan menguasai ) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3.
4.
5.
6.
7.
Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.
8.
Masyarakat di Priangan dikenai aturan wajib kerja menanam kopi dan menyerahkan
hasilnya kepada kompeni. Wajib kerja ini sama dengan kerja paksa / rodi, rakyat tanpa
diberi upah, menderita dan miskin
2.
Pembuatan jalan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur panjang
sekitar 1000 km.
3.
Membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon dan pembuatan perahu-perahu kecil
untuk kepentingan perang.
Daendels dikenal sebagai Gubernur Jendral bertangan besi karena ia memerintah dengan
menerapkan disiplin tinggi, keras dan kejam. Untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan
dalam menghadapi Inggris Daendels menerapkan beberapa cara :
1.
2.
3.
4.
Mewajibkan Prianger Stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan untuk menanam kopi.
5.
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
Pencopotan Daendels.
Alasan pencopotan Gubernur Jendral Hermann Willem Daendels adalah :
1.
2.
namaContingenten diganti dengan system sewa tanah. Sistem sewa tanah disebut juga
system pajak tanah atau landrent (lanrate). Rakyat atau para petani harus membayar pajak
sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara.
Landrent di Indonesia gagal, karena :
1.
Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda.
2.
3.
4.
Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikut adalah membagi wilayah Jawa
menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini dikandung maksud untuk mempermudah
pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Setiap
karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh asisten residen.
Hal lain yang dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles yang memberi sumbangan
positif bagi Indonesia adalah :
1.
2.
3.
4.
Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status Indonesia
dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah kekuasaan Belanda.
dengan istilah tanam paksa. Ini cukup beralasan diartikan seperti itu karena dalam
prakteknya rakyat dipaksa untuk bekerja dan menanam tanaman wajib tanpa mendapat
imbalan. Tanaman wajib adalah tanaman perdagangan yang laku di dunia internasional
seperti kopi, teh, lada, kina dan tembakau.
Cultuurstelsel diperlakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan sebanyak
mungkin dalam waktu relatif singkat. Dengan harapan utang-utang Belanda yang besar
akibat perang dalam menghadapi Napoleon maupun menghadapi perlawanan kerajaankerajaan di Indonesia dapat diatasi. Pokok-pokok Cultuurstelsel mencakup :
1.
Rakyat wajib menyiapkan 1/5 dari lahan garapan untuk ditanami tanaman wajib.
2.
Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil yang disetor sebagai pajak.
3.
Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak akan dikembalikan.
4.
Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib, tidak boleh
melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam padi.
5.
Rakyat yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari dalam setahun
diperkebunan atau pabrik milik pemerintah.
6.
Jika terjadi kerusakan atau gagal panen menjadi tanggungjawab pemerintah.
7.
Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada para penguasa pribumi
(kepala desa).
Kalau
melihat
pokokpokokCultuurstelsel bila dilaksanakan dengan semestinya merupakan aturan yang
baik. Namun praktik di lapangan jauh dari pokok-pokok tersebut atau dengan kata lain
terjadi penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan itu antara lain :
1.
Tanah yang harus diserahkan rakyat cenderung melebihi dari ketentuan 1/5,
dimaksudkan sebagai cadangan bila hasil kurang menguntungkan.
2.
Tanah yang ditanami tanaman wajib tetap ditarik pajak.
3.
Rakyat yang tidak punya tanah garapan ternyata bekerja di pabrik atau perkebunan
lebih dari 66 hari atau 1/5 tahun.
4.
Kelebihan hasil tanam dari jumlah pajak ternyata tidak dikembalikan.
5.
Jika terjadi gagal panen ternyata ditanggung petani.
Penyimpangan ini terjadi karena penguasa pribumi (kepala desa) tergiur oleh iming-iming
Belanda yang menerapkan system cultuur procenten.
Cultuur Procenten adalah :
Hadiah atau persen dari pemerintah bagi para pelaksana tanam paksa
(penguasa pribumi, kepala desa) yang dapat menyerahkan hasil panen melebihi
ketentuan yang diterapkan dengan tepat waktu.
Hal ini mebuat penguasa pribumi semakin gencar menekan rakyat untuk bekerja
ekstra keras, tidak peduli aturan atau pokok-pokok dalam cultuurstelsel. Hadiah atau
persen adalah tujuan utama disamping pujian-pujian dari pemerintah Hindia Belanda.
Kemiskinan dan penderitaan rakyat yang semakin parah tidak dipedulikan. Daerah-daerah
yang banyak mengalami penderitaan diantaranya :
1.
Di daerah lembah Sala yang meliputi daerah Surakarta, Yogyakarta dan Madiun.
2.
Di daerah lembah Brantas terutama di daerah Kediri, Surabaya dan Besuki
( Jatiroto ).
3.
Di daerah pelabuhan Jepara dan Tuban.
4.
Di daerah Priangan.
5.
Di daerah Sumatra Barat, terutama sejak tahun 1840-an.
Berkat Tanam Paksa itu, antara tahun 1830 1870 ( dalam waktu 40 tahun ),
Pemerintah Belanda mendapat keuntungan 823 juta gulden. Dengan uang itu, kas negara
Hindia-Belanda dapat diisi penuh kembali, kira-kira hanya 33 juta gulden. Selebihnya dipakai
untuk membangun jalan kereta api dan gedung-gedung pemerintah di negeri Belanda.
1.
di
luar Jawa. Walaupun pendudukan suatu daerah dari sisi nilai ekonomi minim, tapi dari segi
hegemoni, dalam rangka mencegah masuknya kekuatan Barat lain.
2.
Keamanan
Untuk menjaga keamanan daerah-daearah yang sudah berhasil dikuasai, Belanda merasa
terpaksa untuk menaklukkan daerah-daerah lain yang mungkin akan mendukung atau
membangkitkan gerakan perlawanan. Kekuatan gerakan perlawanan juga menentukan
tingkatan besarnya pengaruh.
3.
Letak strategis
Daerah yang memiliki posisi pada jalur pelayaran dan perdagangan internasional memiliki
nilai politis dan ekonomi yang sangat menguntungkan. Di tempat-tempat seperti para kolonis
biasanya bermukim, membangun benteng benteng dan pelabuhan. Ternate, Ambon,
Banten, Batavia dan Makasar merupakan contoh daerah strategis.
4.
Sumber Daya Alam ( SDA ) dan Sumber Daya Manusia ( SDM )
Daerah yang memiliki potensi hasil bumi komoditi perdagangan dan jumlah penduduk yang
padat tidak luput dari eksploitasi para kolonialis. Hasil bumi di kepulauan Indonesia berbedabeda, kepadatan penduduk tidak merata. Tentunya hasil bumi sebagai komoditas
perdagangan, manusiapun diperdagangkan dalam status sebagai budak. Madura walau dari
segi nilai ekonomi sangat kecil waktu itu, tapi dari segi manusia cukup berlimpah, ]leh
karena itu, para kolonialis menduduki Madura.
5.
Kebijakan Pemerintah Kolonial
Suatu kebijakan bisa cocok diterapkan di pulau Jawa, namun jika dipraktikkan di pulau atau
daerah lain belum tentu menguntungkan. Maka di daerah yang tidak menguntungkan akan
dibiarkan oleh para kolonialis, sementara di daerah yang menguntungkan akan tumbuh
subur pengaruh kolonialis.
Diawali dengan penjelajahan Prince Henry (1394-1460) yang menjelajah pantai barat Afrika. Dan
memperoleh emas dari Afrika dan menjadikan jalur Portugal dan pantai Afrika Barat sebagai jalur
perdagangan mereka.
Pada 1487, Baroomeus Dias mencapai ujung selatan Afrika Selatan (Tanjung Harapan). Kemudian
diteruskan oleh seorang marinir Portugal bernama Vasco da Gama.
Pelabuhan-pelabuhan penting yang dikuasai bangsa Portugis akhirnya diserahkan pada kekuasaan
takhta Portugis. Ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brazil pada 22 April 1500 merintis kekuasaan
bangsa Portugis atas wilayah Amerika Selatan.
Para penguasa dan pedagang lokal di daerah yang didatanginya dan yang tidak mau tunduk pada
Portugis diserang dan ditaklukkannya. Demikian juga dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya yang
semula dikuasai para pedagang Islam dari Arab, India, Melayu, Maluku, dan Malaka ditaklukkan dan
dikuasai Portugis. Pelabuhan Malaka direbut pada 1511. Pelabuhan-pelabuhan di Maluku sebagai
pusat penghasil rempah-rempah, dikuasai Portugis 1512.
Dengan penguasaan langsung daerah-daerah yang ditaklukkannya maka negara Portugis mulai
merintis politik imperialisme, yaitu politik untuk menjadikan daerah yang dilakukannya sebagai bagian
dari imperium seberang lautan Portugis, dengan dikuasai langsung oleh pemerintah pusat di ibu kota
Lisabon, Portugis.
b. Pertemuan di Maluku
Setelah Malaka direbut, bangsa Indonesia mengetahui bahwa tujuan kedatangan bangsa Portugis ke
Indonesia adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah sekaigus menguasai daerah
penghasilnya.
Kerajaan yang melakukan kerja sama dengan bangsa Portugis adalah Hitu dan Ternate. Namun,
kerja sama menjadi tegang karena Potugis melakukan kristenisasi terhadap kerajaan yang beragama
Islam dan adanya sikap orang-orang Portugis yang seringkali tidak menghormati adat istiadat
setempat.
Sikap gigih menentang Portugis terus dipertahankan oeh rakyat Ternate terutama setelah tampilnya
Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said. Bangsa Indonesia di Maluku diperkenalkan
dengan agama Katolik oleh bangsa Potugis. Indonesia juga diperkenalkan budaya Portugis.
b. Pertemuan di Maluku
Petualang dari Belanda akhirnya datang juga di Maluku. Akibat dari kekayaan rempah-rempah yang
dimilikinya, warga Maluku harus menerima banyak kapal dagang Belanda, baik yang berminat untuk
Akibat hak-hak monopoli yang dimilikinya, VOC bisa memaksakan kehendaknya pada perusahaanperusahaan perdagangan Indonesia. Untuk mempertahankan monopoli perdagangannya, kekuatan
militer pun ditingkatkan.
VOC mengalami kemunduran yang disebabkan: merajalelanya korupsi pada para pegawai VOC
kuatnya persaingan di antara kongsi-kongsi perdagangan lain terlalu banyak biaya untuk menumpas
berbagai pemberontakan rakyat dan meningkatnya kebutuhan untuk gaji pegawai VOC.
Menuru Ricklefs, kemunduran VOC disebabkan:
Meskipun VOC merupakan organisasi milik Belanda, tetapi sebagian besar anggotanya bukanlah
orang Belanda. Para petualang, gelandangan, penjahat, dan orang-orang yang bernasib jelek dari
seluruh Eropalah yang mengucapkan sumpah setia pada VOC. Ketidakberdayagunaan,
ketidakjujuran, nepotisme, dan alakoholisme tersebar luas dikalangan anggota VOC.
Hal itu pula yang melatarbelakangi sikap operasional VOC terhadap bangsa pribumi yang cenderung
kejam, sewenang-wenang, dan tanpa kompromi.
ditaklukkan.
Sementara itu, di Indonesia, kedudukan Belanda yang sudah jatuh ke Prancis sangant terancam.
Untuk kepentingan perang Prancis dengan Inggris, bangsa Indonesia harus menghadapi penderitaan
di bawah pemerintahan Daendels. Untuk membiayai proyek tersebut, rakyat dibebani dengan pajakpajak tertentu yang cukup besar. Dengan demikian, sistem wajib penyerahan model VOC diteruskan
oleh Daendels.
Kehidupan keraton di Jawa juga terancam akibat ulah Daendels. Demikian juga dengan intervensinya
terhadap kehidupan di Yogyakarta yang menimbulkan keresahan di kalangan keraton.
Raffle menggambarkan dirinya sebagai seorang pembaru yang hebat(dalam buku History of Java
yang ditulisnya).
D. Perubahan Ekonomi, Demografi, dan Sosial Budaya da Berbagai Daerah pada Masa Kolonial
1. Perubahan Ekonomi
Setelah kekuasaan Inggris berakhir, Indonesia kembali dikuasai oleh Belanda. Setelah mendapat
kritikan dari kaum humanis dan kaum demokrat di negeri Belanda dan di Hindia Belanda, akhirnya
Sistem Tanam Paksa dihapuskan pada 1870.
Akibat dari dilaksanakannya Sistem Ekonomi terbuka bangsa-bangsa diluar Belanda, seperti Inggris,
Belgia, Prancis, Amerika Serikat, Cina, dan Jepang berdatangan ke Indonesia. Dengan adanya
Sistem Ekonomi Terbuka, perkebunan di Jawa dan Sumatra berkembang dengan pesat.
Dengan demikian, eksploitasi terhadap penduduk pribumi tetap berjalan, walaupun dengan
menggunakan sistem ekonomi modern, Sistem Ekonomi Terbuka. Pada 1881, pemerintah kolonial
Belanda mengeluarkan Koelie Ordonantie yang mengatur para kuli.
Kuli Ordonantie mendapat kecaman dari Amerika Serikat. Masuknya bangsa Eropa ke perairan
Indonsesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke daerah pedalaman. Dengan
feodalisme, rakyat pribumi, terutama di wilayah-wilayah pedesaan, dipaksa untuk tunduk dan paruh
terhadap para tuan tanah Belanda dan Timur Asing yang dijaga oleh para centeng penguasa
lokal/pribumi.
Penderitaan penduduk Indonesia dikritisi oleh kaum humanis Belanda. Menurut Van Devender ada
tiga cara untuk menyehatkan, mencerdaskan dan memakmurkan rakyat Indonesia, yakni memajukan
pengajaran (edukasi), memperbaiki pengairan (irigasi), dan melakukan perpindahan penduduk
(transmigrasi). Gagasan ini disebut Politik etis.
Pada awalnya, pemerintah Belanda tidak langsung menerima gagasan Van Deventer, tetapi lambat
laun dijalankan juga. Meskipun hasil Politik Etis lebih diarahkan untuk kepentingan kolonial Belanda,
sebagian rakyat Indonesia memperoleh manfaat.
3. Perubahan Demografi
a. Pendidikan dan Mobilitas Sosial di Berbagai Daerah
Pendidikan yang berkembang di Indonesia pada abad ke-19 menggunakan sistem yang
diselenggarakan oleh organisasi agama Kristen, Katolik, dan Islam.
Sistem Pendidikan Islam dilaksanakan melalui pondok pesantren dengan kurikulum yang terbuka
serta staf pengajar yang berasal dari para kiai. Bersamaan dengan berkembangnya sistem
pendidikan pesantren berkembang pula sistem pendidikan Barat.
Sistem pendidikan yang dijalankan pemerintah kolonial menggunakan sistem Barat dengan
menyediakan tempat berupa sekolah, kurikulum serta guru dengan jadwal teratur. Bahasa yang
digunakan dalam sekolah gubernemen adalah bahasa Sunda, Jawa, Madura atau Melayu,
bergantung dari asal lokasi sekolah tersebut.
Antar 1873-1883 dicipai kemajuan dalam bidang pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya
jumlah siswa dan guru.
Menurut Sartono Kartodirjo, perkembangan pendidikan abad ke-19 dipengaruhi oleh kecenderungan
politik dan budaya:
1) Pengajaran bersifat netral dan tidak didasarkan atas agama tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh
paham humanis dan liberalis di negara Belanda.
2) Bahasa pengantar diserahkan kepada sekolah masing-masing sesuai kebutuhan. Misalnya, jika
murid pribumi menghendaki bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya, sekolah harus
memenuhinya.
3) Sekolah-sekolah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan praktis pekerjaan kejuruan.
4) Sekolah pribumi diarahkan agar lebih berakar pada kebudayaan setempat. Oleh karena itu, bahasa
daerah dijadikan sebagai bahasa pengantar.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pangreh praja (birokrasi pemerintah), didirikan hoofdenschool di
Bandung, Magelang, Probolinggo, dan Tondano pada 1878. Di tingkat perguruan tinggi didirikan
sekolah pertanian di Bogor, sekolah dokter hewan di Surabaya, sekolah bidan di Weltervreden, dan
sekolah mantri cacar di Jakarta yang kemudian berubah menjadi Sekolah Dokter Jawa.
Memasuki abad ke-20, sejarah Indonesia ditandai dengan semakin banyaknya orang terpelajar yang
mendapat pendidikan Belanda.
b. Mobilitas Penduduk pada Akhir Abad Ke-19 dan Awal Abad Ke-20
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain.
Sebab-sebab terjadinya:
1) Sistem ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah kolonial melalui Tanam Paksa serta sistem
kapitalisme menurut Undang-Undang Agraria pada 1870 mengakibatkan terjadinya mobilitas tenaga
kerja dari tempat tinggal mereka ke daerah perkebunan, baik yang berada dalam satu pulau maupun
antar pulau.
2) Dibangunnya jaringan jalan raya, jalan kereta api, serta perhubungan laut dengan menggunakan
kapal api.
3) Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pada akhir abad ke19 lahirlah kota-kota
baru di pedalaman serta pesisir pantai.
4) Pembangunan pendidikan telah mempercepat mobilitas penduduk .
agama yaitu, Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan agama Protestan di Indonesia
dibawa oleh para Zending atau penyebar Protestan, terutama orang-orang Belanda yang tergabung
dalam Nederlandsch Zendelings Genootschap (NZG).
Pada Masa Kolonial, pemerintah Belanda mengeluarkan kebijaksanaan yang menghambat
perkembangan agama, terutama islam. Kebijakan di bidang sosial-budaya keagamaan dianggap tidak
membahayakan kedudukan pemerintah kolonial. Akibat dari kebijakan pemerintah kolonial
dalambidang keagamaan, terutama Islam, telah menimbulkan kebangkitan Islam yang ditandai
dengan munculnya pemikiran-pemikiran pembaruan dalam Islam.
Paman Sunan Amangkurat III yang bernama Pangeran Puger menginginkan takhta untuk menjadi
raja di Mataram. Setelah itu, dimulailah peperangan antara Sunan Pakubuwono I dan Untung
Surapati yang dibantu oleh Sunan Amangkurat III. Pada 1706, VOC akhirnya berhasil melumpuhkan
kekuasaan Untuk Surapati di Kartasura.
Pangeran Diponegoro dan pasukannya membangun pusat pertahanan di Selarong. Sampai 1826,
pasukan Diponegoro berhasil membuat kemenangan. Sejak 1829, kekuatan Diponegoro mulai
berkurang, banyak pengikut Diponegoro yang ditangkap ataupun gugur dalam pertempuran.
Jenderal de Kock memerintahkan Kolonel Cleerens untuk mencari kontak dengan Pangeran
Diponegoro.
e. Perang Aceh
Seperti halnya pada zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Kerajaan Aceh mengalami kejayaan
kembali pada abad ke-18 sampai abad ke-19. Oleh karena kemampuan diplomatik, kedudukan Aceh
dihormati oleh dua kekuasaan kolonial yang berada di sekitar wilayah Aceh, yaitu Inggris dan Belanda
melalui Traktat London pada 1824.
Melihat gelagat ini, Aceh mulai mencari bantuan dan dukungan ke luar negeri. Serangan kedua
dilakukan Belanda pada Desember 1873 dan berhasil merebut istana Kerajaan Aceh. Pada 1891,
Aceh kehilangan tokoh pejuangnya, yaitu Teuku Cik Ditiro.
Pada November 1902, Belanda mengkap keluarga Sultan Aceh. Belanda menganggap dengan
menyerahnya Sultan Aceh, perlawanan rakyat telah selesai.
f. Perang Bali
Sebelum abad ke-19, Pulau Bali dikuasai oleh beberapa kerajaan kecil yang seluruhnya berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Klungkung. Pada 1844, perahu dagang milik Belanda terdampar di
Prancak wilayah Kerajaan Buleleng dan terkena Hukum Tawan Karang yang memberi hak kepada
penguasa kerajaan untuk menguasai kapal beserta isinya.
Pada serangan yang kedua (1849), paasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Mayor A.V.
Michies dan Van Swieeten berhasil merebut benteng pertahanan terakhir Kerajaan Buleleng di
Jagaraga, yang dikenal dengan nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, Belanda mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan di Bali lainnya. Selain
Puputan Jagaraga, puputan lain yang pernah terjadi di Bali.
g. Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan antara Kesutanan Banjarmasin dan Belanda pada
1826. Sepeninggal Sultan Adam, di Kerajaan Banjarmasin terjadi perebutan kekuasaan yang
menyebabkan terpecahnya keluarga kerajaan ke dalam tiga kelompok:
1) Kelompok Pangeran Tamjid Illah(cucu Sultan Adam) => mempunyai hubungan erat dengan
Belanda.
2) Kelompok Pangeran Anom(putra Sultan Adam) => tindakannya sewenang-wenang.
3) Kelompok Pangeran Hidayatullah(cucu Sultan Adam)=> disenangi dan didukung oleh rakyat
Ditengah kekacauan, terjadilah Perang Banjarmasin pada 1889 yang dipimpin oleh Pangeran
Antasari. Pada 1862. Pangeran Hihayatulla dapat ditangkap dan kemudian dibuang ke Cianjur.
Perlawanan terjadi di Sumatra Utara dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.
Walaupun satu-persatu kekuatan di daerah berhasil ditaklukkan Belanda, perlawanan kerajaan di
Indonesia berlangsung hingga akhir abad ke-19, perlawanan kerajaan di Indonesia berlangsung
hingga akhir abad ke-19, perlawanan kongsi Cina di Kalimantan Barat pada 1848-1859