DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………..……………………………………………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat……………………………………………………….6
B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem………………….6
C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat……………………………………..8
D. Inti Sila-Sila Pancasila……………………………………………….12
A. Kesimpulan…………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan
sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian, bangsa
Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup
dengan bangsa lain.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Filsafat?
b. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
c. Bagaimana Pancasila sebagai sistem Filsafat?
d. Bagaimana intisari sila-sila Pancasila?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian filsafat!
b. Untuk mengetahui rumusan sila sila Pancasila sebagai suatu sistem!
c. Untuk mengetahui Pancasila sebagai sistem filsafat!
d. Untuk mengetahui inti sari sila-sila Pancasila!
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu saling
berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
6
Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar antologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari silasila Pancasila yaitu hakikat manusia
“monopluralis” yang memiliki unsurunsur, susunan kodrat jasmani dan rohani,
“sifat kodrat” individu-makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi
berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu
sistem pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur
pokok agar dapat menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu: 1) Logos yaitu
rasionalitas atau penalaran, 2) Pathos yaitu penghayatan, dan 3) Ethos yaitu
kesusilaan.
7
yang berpandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu Itu benar-benar berharga
dalam dirinya sendiri, itu Sudut pandang objektivis.
Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat
Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila,
sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar
negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi pengalaman Pancasila yang
bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai
dengan lingkungan merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangssa Indonesia
yang akan diwujudkannya.
8
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan
bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif
yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Jadi nilai-nilai Pancasila itu
diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu;
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
9
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari
kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut
pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-
rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai
pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
10
bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam
setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin
tahu, kepastian pancasila sebagai sistem filsafat. Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai system filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan
hidup “atau filsafat Negara republik Indonesia yang berdasarkan uud-45 dan
pancasila.
11
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem nilai. Oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang
memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain
merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Adapun nilai-nilai yang terkandung di
dalam setiap sila adalah sebagai berikut:
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkadung nilai bahwa Negara yang
didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk yang
diciptakan tuhan yang maha esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan moral Negara, moral
penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara
harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa, suku, ras,
kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan
merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemenelemen yang
membentuk Negara.
12
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia di
dasari dan di jiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Maksudnya Negara wajib
menjamin setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan
penghidupan yang layak, bermartabat, dan berkeadilan. Segala pengambilan
keputusan senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan
persatuan. Perwujudannya harus dalam semangat hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan untuk mewujudkan keadilan.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15