Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

(Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Meliputi Inti isi sila Ke 1-5)

MATKUL : PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU :

Sumarni Bambang M.Pd.

Disusun Oleh:

1. ARIF ARIES (22131063)


2. SITI MUDIA HARUNA (22131062)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Ternate, 15 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………..……………………………………………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat……………………………………………………….6
B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem………………….6
C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat……………………………………..8
D. Inti Sila-Sila Pancasila……………………………………………….12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung


ataupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di
dunia. Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui
globalisasi telah mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara
kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya
pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan.

Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan


kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit
manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif
mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan social
Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambahkomplik
internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan
yang secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk,
baik secara sujektif maupun objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah
masyarakat yang pada akhirnya mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa
masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (The
founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat bernegara, itulah Pancasila.

Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup


Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai baru dari luar
dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara ilmiah harus disadari bahwa suatu
masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki suau pandangan hidup atau filsafat
hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain didunia.

4
Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreatifitas lokal) dan
sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian, bangsa
Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup
dengan bangsa lain.

Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara


Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan
yang fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?”
jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur
utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu
bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang
terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman
demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dari kelima sila pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Filsafat?
b. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
c. Bagaimana Pancasila sebagai sistem Filsafat?
d. Bagaimana intisari sila-sila Pancasila?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian filsafat!
b. Untuk mengetahui rumusan sila sila Pancasila sebagai suatu sistem!
c. Untuk mengetahui Pancasila sebagai sistem filsafat!
d. Untuk mengetahui inti sari sila-sila Pancasila!

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat

Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia


berasal dari bahasa Yunani“Philosophia”terdiri dari kata Phileartinya Cinta
dan Sophiaartinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan
kebenaran sejati

 Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat

B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu saling
berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian.


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yag kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

1. Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat organis.

6
Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar antologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari silasila Pancasila yaitu hakikat manusia
“monopluralis” yang memiliki unsurunsur, susunan kodrat jasmani dan rohani,
“sifat kodrat” individu-makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi
berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Dasar epistemologi sila-sila Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu
sistem pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur
pokok agar dapat menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu: 1) Logos yaitu
rasionalitas atau penalaran, 2) Pathos yaitu penghayatan, dan 3) Ethos yaitu
kesusilaan.

Dasar epitemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan


dasar ontologisnya. Pancasila sebagai ideologi bersumber pada nilai-nilai
dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologi tidak dapat
dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia
merupakan basis ontologis dari Pancasila maka dengan demikian mempunyai
implikasi terhadap bangunan epistemologi , yaitu bangunan epistemologi yang
ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia.

3. Dasar Aksiologis sila-sila Pancasila

Disiplin sebagai sistem filosofis juga memiliki kesatuan Landasan


aksiologis yang menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila Bahkan,
itu juga merupakan satu kesatuan. Ada berbagai teori tentang nilai, yang sangat
bergantung pada titik tolak dan sudut pandang masing-masing dalam menentukan
makna Nilai dan hierarkinya. Misalnya, kaum materialis berpikir Inti dari nilai
tertinggi adalah nilai material, hedonis Nilai tertinggi dianggap sebagai nilai
kenikmatan. tapi dari Kami dapat mengelompokkan berbagai poin nilai ke dalam
satu kategori Dua pandangan bahwa sesuatu itu berharga karena Berkaitan dengan
subjek yang memberikan nilai, yaitu manusia. Ini adalah subjektif, tetapi ada juga

7
yang berpandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu Itu benar-benar berharga
dalam dirinya sendiri, itu Sudut pandang objektivis.

4. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem.

Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat
Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila,
sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar
negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi pengalaman Pancasila yang
bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai
dengan lingkungan merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangssa Indonesia
yang akan diwujudkannya.

C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia.

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan


konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,
sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri
secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada
dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Satu pertanyaan yang sangat fundamental
disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik Indonesia adalah :”di atas
dasar apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk pertama
kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa
Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri
yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai nilai yang dimiliki,
diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam
sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial


dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri

8
masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan
bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif
yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Jadi nilai-nilai Pancasila itu
diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu;

a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari


Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran ajaran
agama dalam kitab suci.
b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari
nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat istiadat) yang
tersebar di seluruh nusantara.

2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:

a. Suatu kesatuan bagian-bagian


b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri,


fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu
kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

9
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari
kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
terlepas dari sila-sila lainnya. Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut
pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-
rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai
pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida

Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang


digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-
urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila
menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari sila sila
sebelumnya atau diatasnya.

Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan,


yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus
selalu berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian
maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat
Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia;
sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; silakeempat adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat
dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil.

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi


Dan Saling Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga


memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan

10
bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam
setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

6. Pancasila Sebagai Ilmu

Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin
tahu, kepastian pancasila sebagai sistem filsafat. Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup hakikat pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai system filsafat pada syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan
hidup “atau filsafat Negara republik Indonesia yang berdasarkan uud-45 dan
pancasila.

7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia

maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:

a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia

f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa


Indonesia

g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia

h. Pancasila sebagai moral pembangunan

i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila

D. Inti Sila-Sila Pancasila

11
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem nilai. Oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang
memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain
merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Adapun nilai-nilai yang terkandung di
dalam setiap sila adalah sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkadung nilai bahwa Negara yang
didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk yang
diciptakan tuhan yang maha esa. Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan moral Negara, moral
penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara
harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.

Sila kemanusiaan sebagai dasasr fundamental dalam kehidupan kenegaraan,


kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar
filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa)
dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk
pribadi berdiri sediri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.

3. Persatuan Indonesia

Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa, suku, ras,
kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan
merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemenelemen yang
membentuk Negara.

12
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai filosopis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat Negara


adalah sebagai penjelmaan sifat kudrot manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang bersatu dan bertujuan mewujudkan harkat
dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara. Negara adalah dari oleh dan
untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan
Negara. Sehingga dalam sila kerakyatan tekandung nilai demokrasi yang secara
mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai yang terkandung dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia di
dasari dan di jiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Maksudnya Negara wajib
menjamin setiap warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan
penghidupan yang layak, bermartabat, dan berkeadilan. Segala pengambilan
keputusan senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan
persatuan. Perwujudannya harus dalam semangat hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan untuk mewujudkan keadilan.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat


adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mudhofir, A. (1996). Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan. Jurnal Filsafat, 1(1),


9-13.

Sutono, A. (2015). Meneguhkan Pancasila sebagai filsafat pendidikan


nasional. CIVIS, 5(1).

Sudarso, S. (2006). Pengembangan Sistem Filsafat Pancasila. Jurnal


Filsafat, 16(1), 42-56.

Windari, S., & Aziz, M. I. (2021). Filsafat Dalam Sistem Nilai


Pancasila. Aksiologi: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2(1), 9-15.

15

Anda mungkin juga menyukai