Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Oleh

KELOMPOK 7

1. MAQRIFA WAHYU PERDANA


(15040254088)
2. ...
3. ...
4. ...
5. ...

Jurusan PMP-Kn Prodi PPKn

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Surabaya

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya makalah yang
berjudul PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT dapat selesai pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan fakta dengan menggunakan beberapa artikel dan
buku yang membahas tentang topik ini. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi
penjelasan mengenai apa itu filsafat, mengapa pancasila bisa menjadi sistem filsafat bangsa
Indonesia serta pokok-pokok pikiran dalam pancasila.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila pada
prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Negeri Surabaya. Kami

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 1


menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Pancasila sebagai sistem
filsafat serta dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang
diberikan untuk membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, 30 Oktober 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................4

1.2 Tujuan Penulisan............................................................................4

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 2


BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5

2.1 Pengertian Filsafat.........................................................................5

2.2 Pancasila sebagai Suatu Sistem.....................................................6

2.3 Kesatuan Sila-sila Pancasila..........................................................9

2.4 Pokok-pokok Pikiran dalam Pancasila...........................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................15

3.2 Saran..............................................................................................15

Daftar Pustaka...................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan fundamen
atau pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen negara akan menguatkan
berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen suatu negara, beraikbat lemahnya negara
tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah
negara (filosofische gronslag dari negara), Staats fundamentele norm, weltanschauung
dan juga diartikan sebagai ideologi negara (staatsidee).

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 3


Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
diterima secara luas dan telah bersifat final. Pancasila merupakan suatu cirri yang khas
dari bangsa Indonesia, yang membedakan dengan bangsa lainnya, dan dalam
pembuatannya membutuhkan proses yang cukup panjang. Pancasila adalah dasar Negara
republik Indonesia yang secara resmi di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945
dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dan nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara, yang
berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religious. Dan filsafat itu
sendiri mempunyai makna sebagai pemikiran fundamental dan tertinggi manusia,
terutama mencari kebenaran hakiki dan universal; yang dijadikannya pandangan hidup
(filsafat hidup, Weltanschauung), sekaligus sebagai filsafat negara (ideologi negara).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertian filsafat
b. Mengetahui Pancasila sebagai suatu sistem
c. Mengetahui Kesatuan Sila-Sila Pancasila
d. Mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia adalah benar
e. Mengetahui pokok-pokok pikiran di dalam Pancasila

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta dan “shopia” yang
berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan
atau mencintai kebenaran / pengetahuan. Dengan demikian, filsafat secara sederhana
dapat di artikan sebagai keinginan yang sungguh- sungguh untuk mencari kebenaran
yang sejati. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan menurut J. Gredt dalam
bukunya “elementa philosophiae” , filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang timbul dari

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 4


prinsip – prinsip mencari sebab musebabnya yang terdalam”. Sedangkan Filsafat
Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat adalah sebagai berikut :

a. Socrates (469-399 s.M.)


Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia. Berdasarkan
pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan
kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.

b. Plato (472-347 s.M.)


Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah
pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan
menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi
Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap pandangan
tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat
spekulatif.

Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui


sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata
heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan
titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan
dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan
bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya merupakan saling kerjasama

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 5


untuk tujuan tertentu & secara keseluruhan merupakan satu kesatuan utuh. Sistem yang
dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Suatu kesatuan bagian-bagian

b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan

d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem)

e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Pancasila memiliki tiga macam rumusan sistem yang disebabkan oleh hubungan
antar sila-sila Pancasila yang memiliki banyak sifat. Rumusan kesatuan sila-sila
Pancasila antara lain bersifat organis, hierarkis dan berbentuk piramidal dan memiliki
hubungan yang saling mengisi dan mengaktualisasi.
Rumusan sistem yang pertama adalah rumusan sila-sila Pancasila yang bersifat
organis. Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila
memiliki fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat tubuh
manusia monopluralis. Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila mengandung
analogi bahwa setiap bagian tubuh menopang bagian tubuh yang lain, sama seperti sila-
sila di dalam Pancasila.
Rumusan yang kedua adalah Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk
piramidal. Maksud dari pernyataan ini adalah kelima sila dalam Pancasila memiliki
urutan yang hierarkhis piramidal dan memiliki kesatuan yang bulat. Pancasila tidak bisa
dipandang sebagai kesatuan yang tidak mutlak, karena apabila tidak demikian maka
Pancasila akan terpecah belah dan tidak mungkin menjadi dasar negara. Berikut ini
merupakan rumusan Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal: sila
pertama; Ketuhanan yang Maha Esa meliputi dan menjiwai keempat sila yang lain. Sila
kedua; Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ini dijiwai oleh sila pertama dan
menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima. Begitu seterusnya dengan sila pertama
menempati bagian teratas. Bentuk piramid ini menggambarkan sila pertama sebagai basis
dan sila kelima sebagai tujuannya.

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 6


Rumusan yang terakhir adalah hubungan yang saling mengisi dan saling
mengkualifikasi. Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan
cerminan dari satu sila yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain
bahwa sebuah sila pasti mengandung intisari dari sila-sila yang lain.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem yang pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Sila-sila dalam Pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya.
Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan
masyarakat bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu
bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau
terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat
khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme,
materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.
Pancasila memenuhi syarat sebagai sistem, karena :
a. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan yang bulat dan utuh

b. Sila-sila Pancasila bereksistensi dalam keteraturan. Bersusun hierarki dan


berbentuk piramidal

c. Ada keterkaitan antar sila Pancasila

d. Ada kerjasama antar sila Pancasila untuk mencapai tujuan

e. Ada tujuan bersama (Alinea IV Pembukaan UUD NKRI 1945)

Susunan Pancasila sebagai sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
 Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4
dan 5;

 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila
4, 5;

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 7


 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila
5;

 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

Selain itu inti sila-sila Pancasila menjadi alasan yang kuat jika Pancasila
menjadi suatu sistem. Inti sila-sila tersebut meliputi:
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong.
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
Nilai-nilai Pancasila bukan diambil dari pemikiran tunggal atau suatu ajaran
dari siapa pun melainkan digali dari nilai-nilai sosio-budaya bangsa Indonesia.
Pancasila adalah pedoman sekaligus cita-cita bersama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara formal, yuridis-konstitusional,
kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif. Namun, kita
juga menyadari bahwa pengamalannya dalam keseharian hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara masih akan selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Demikian pula tentang pelestarian dan pewarisannya kepada
generasi penerus.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah
bermetamorfosa dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme
(aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya,
semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan potensialitas Pancasila sebagai
kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara
dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai
manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu
sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain
memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa Indonesia) diperlukan

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 8


usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai warisan
budaya bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga pengamalannya
merupakan tuntutan batin dan nalar setiap manusia Indonesia.

2.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila


a. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal. Kalau
dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam
luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila dimukanya. Maka di
antara lima sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lain sehingga
Pancasila merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.
Dalam susunan hierarkhis dan piramidal in, maka krtuhanan yang Maha Esa
menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan sosial.
Sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkerimanusiaan,
yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial demikian selanjutnya, sehingga tiap-tiap sila di
dalamnya mengandung sila-sila lainnya.

b. Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi


Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungan
saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis piramidal tadi.
Tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya.
 Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkerimanusiaan yang adil danberadab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 9


permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah kerakyatan yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber persatuan Indonesia,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila kelima : keadilan seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
ber persatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

2.4 Pokok-Pokok Pikiran dalam Pancasila


Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep
kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga
bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi pokok-pokok pikiran atau
konsep-konsep dasar dalam aspek Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga aspek
tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.

a. Ontologis

Menurut Aristoteles ontologis adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, Pancasila
mengandung asas dan nilai. Tuhan Yang Maha Esa merupakan maha sumber, sebab
pertama dari segala sesuatu yang ada. Hal ini dijelaskan dalam Pancasila, bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu harus percaya, taat, dan
berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan sebagai maha sumber merupakan asas
primer yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh yang lain.
Eksistensi manusia sebagai makhluk yang monopluralis dan sekaligus
monodualis, baik sebagai makhluk Tuhan maupun sebagai makhluk pribadi yang

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 10


tersusun dari unsur jasmani dan rohani, dengan sifat individu dan sosialnya,
merupakan makhluk yang merdeka dan berdaulat. Dengan kemerdekaan dan
kedaulatannya, manusia bisa membentuk suatu budaya dan tata nilai yang mereka
bangun. Namun dibalik kemerdekaannya dan kedaulatan ia memiliki tanggung jawab
dan kewajiban, baik secara horizontal, yaitu dalam kebersamaan dan kesemestaan
yang menyangkut hubungan antar sesama manusia dan hubungnnya dengan alam
semesta, maupun secara vertikal yaitu tanggungjawab dan kewajibannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Eksistensi dan tata budaya merupakan perwujudan dari martabat dan kepribadian
manusia sebagai makhluk yang unggul (makhluk yang mulia). Eksistensi bangsa dan
negara yang merdeka dan berdaulat sebagai puncak prestasi perjuangan bangsa
Indonesia tidak bisa lepas dari rahmat Tuhan sebagai causa prima. Negara hanyalah
merupakan akibat dari eksistensi Tuhan sebagai causa prima, yang telah menciptkan
manusia Indonesia, yang secara kodrati memiliki kemerdekaan dan kedaulatan. Oleh
karena itu, pemerintahan negara harus selalu dilandasi oleh rasa tanggungjawab
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai konsekuensi dari prinsip ini, korupsi
merupakan penyimpangan dari ajaran Pancasila.

b. Epistimologi

Epistimologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki sumber, proses,


syarat, batas dan kebenaran ilmu. Sebagai suatu filsafat, Pancasila juga
mempunyai konsep tentang ilmu. Sebagai Maha sumber ilmu pengetahuan adalah
Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan manusia dengan berbagai potensi yang
unik dan tinggi. Manusia sebagai subyek ilmu dibekali dengan akal, rasa, karsa,
dan pancaindera. Dengan akal manusia bisa memperoleh pengetahuan, baik yang
menyangkut dirinya sendiri, alam semesta dan makhluk lain melalui penghayatan
dan pemahaman yang kemudian disusun menjadi ilmu.
Secara teoritis teknis, sumber pengetahuan dibedakan menjadi :

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 11


a. Sumber primer, merupakan sumber yang orisinil, yang diperoleh melalui
pemahaman dan penghayatan terhadap alam lingkiungan dengan segala
dinamika dan perubahannya.
b. Sumber sekunder, ialah bidang-bidang ilmu pengetahuan yang sudah ada
atau berkembang, kepustakaan, dan dokumentasi; serta
c. Sumber tersuer ialah cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, yaiut mereka
yang memiliki pengetahuan dan telah diakui otoritasnya dalam bidangnya
masing-masing.

Wujud dan tingkat pengetahuan dibedakan secara hirarkis :


a. Pengetahuan indera yang diperoleh melalui pengalaman,
b. Pengetahuan ilmiah yang sering disebut ilmu merupakan gabungan
pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis, metodis, obyektif, dan
universal.
c. Pengetahuan filosofis yang merupakan hasil pemikiran secara mndalam,
mendasar, dan menyeluruh tentang segala sesuatu yang dipikirkan atas dasar
ontologis tertentu; serta
d. Pengetahuan religius, yaitu pengetahuan atau ilmu yang didasarkan atas
wahyu dan diterima dengan keyakinan.

c. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki pengertian, jenis,
tingkatan, sumber, dan hakikat nilai. Aksiologi Pancasila pada dasarnya sejiwa
dengan ontologi dan epistimologinya. Pokok-pokok aksiologi Pancasila dapat
disarikan sebagai berikut :
a. TuhanYang Maha Esa sebagai sumber nilai dengan bijaksana menciptakan
alam semesta dengan segala isinya, keteraturan serta hukum-hukumnya
merupakan substansi nilai yang memengaruhi secara mutlak dan
merupakan obyek bagi manusia. Manusia dapat menikmati dan merubah
alam lingkungnnya tetapi juga tidak bisa melepaskan dari hukum alam,
seperti penuaan dan kematian.

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 12


b. Manusia dapat membedakan secara hakiki sumber-sumber nilai. Tuhan
Yang Maha Esa dan agama sebagai sumber nilai kesemestaan dan
kebajikan. Alam semesta dengan hukumnya sebagai sumber nilai
kehidupan, sebagai sumber keindahan, keserasian, keselarasan, dan
keteraturan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia dan perwujudannya dalam realita
meliputi :
1) Tuhan Yang Maha Esa, perwujudannya dalam nilai agama yang
diwahyukan,
2) Alam semesta, perwujudannya adlah hukum alam dan unsur-unsurnya
menjamin kehidupan bagi semua makhluk seperti tanah, air, udara,
panas yang semuanya bermanfaat bagi kehidupan;
3) Manusia , kesadaran manusia akan kodratnya mendorong munculnya
rasa tanggungjawab dan cinta kasih terhadap dirinya sendiri, sesama,
alam semesta serta Tuhan.
d. Filsafat, ilmu dan teknologi sebagai hasil budaya manusia secara
keseluruhan telah membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia
menurut tempat dan zamannya.
e. Manusia dengan potensi dan kodratnya menduduki fungsi ganda dalam
hubungan dengan nilai, yaitu :
1) Manusia sebagai subyek nilai, yaitu sebagai pencipta atau produsen
nilai. Dengan karya dan prestasinya manusia secara individu
maupun kelompok mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai;
dan
2) Manusia sebagai obyek nilai, yaitu sebagai pengemban nilai.
Manusia sebegai subyek dan sekaligus obyek nilai maka
mempunyai kedudukan sebagai penghayat, pengamal, dan
pengemban nilai. Manusia mendayagunakan nilai bagi dirinya dan
kehidupannya.
f. Martabat manusia secara potensial merupakan integrasi dari berbagai
unsur yang membentuk hakikat manusia sebagai monopluralis dan
monodualis. Oleh karena itu nilai diri manusia sangat ditentukan orlh
krmsmpusnnys untuk mengaktualisasikan seluruh unsur-unsurnya secara
terpadu, selaras, serasi, dan seimbang.

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 13


g. Mengingat Tuhan Yang Maha Esa sebagai Maha Sumber nilai, dan
manusia sebagai makhluk ciptaannya yang paling mulia yang dilengkapi
dengan akal budi secara potensial mampu menghayati dan mempercayai
Tuhan yang secara filosofis bersifat metafisis.
h. Manusia sebagai subyek nilai mempunyai tanggung jawab dan kewajiban
untuk mendayagunakan, mewariskan, dan melestarikan nilai-nilai dalam
kehidupannya.
i. Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin pada kepribadian,
tindakan, amal dan kewajibannya. Sumber nilai dari manusia bukan saja
kesadarannya terhadap Tuhan dan agama, melainkan juga kesadarannya
untuk memahami, menghayati dan mengaktualisasi kodratnya sebagai
manusia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat menurut asal
katanya berarti cinta akan kebijaksanaan atau mencintai kebenaran / pengetahuan.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar. Di dalam Pancasila
terdapat pokok-pokok pikiran yang ada di dalam aspek ontologi, epistimologi, dan
aksiologi.

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 14


3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berharap kepada pembaca agar ikut peduli dalam
mengetahui sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan
pancasila sebagai sistem filsafat. Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia
harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami
dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafat negara Indonesia.
Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini. Semoga dengan makalah ini
para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Pancasila Universitas Negeri Surabaya, Tim MKU. 2014. Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Unesa University Press 2014.
http://blog.ub.ac.id/manisan/files/2013/02/Pancasila-sebagai-sistem-filsafat.pdf

Pancasila sebagai Sistem Filsafat | 15

Anda mungkin juga menyukai