Oleh
KELOMPOK 7
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya makalah yang
berjudul PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT dapat selesai pada waktunya.
Makalah ini disusun berdasarkan fakta dengan menggunakan beberapa artikel dan
buku yang membahas tentang topik ini. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi
penjelasan mengenai apa itu filsafat, mengapa pancasila bisa menjadi sistem filsafat bangsa
Indonesia serta pokok-pokok pikiran dalam pancasila.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila pada
prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Negeri Surabaya. Kami
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Pancasila sebagai sistem
filsafat serta dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang
diberikan untuk membuat makalah ini kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
3.1 Kesimpulan....................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................15
Daftar Pustaka...................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila memiliki tiga macam rumusan sistem yang disebabkan oleh hubungan
antar sila-sila Pancasila yang memiliki banyak sifat. Rumusan kesatuan sila-sila
Pancasila antara lain bersifat organis, hierarkis dan berbentuk piramidal dan memiliki
hubungan yang saling mengisi dan mengaktualisasi.
Rumusan sistem yang pertama adalah rumusan sila-sila Pancasila yang bersifat
organis. Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila
memiliki fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat tubuh
manusia monopluralis. Manusia menjadi pokok pendukung Pancasila mengandung
analogi bahwa setiap bagian tubuh menopang bagian tubuh yang lain, sama seperti sila-
sila di dalam Pancasila.
Rumusan yang kedua adalah Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk
piramidal. Maksud dari pernyataan ini adalah kelima sila dalam Pancasila memiliki
urutan yang hierarkhis piramidal dan memiliki kesatuan yang bulat. Pancasila tidak bisa
dipandang sebagai kesatuan yang tidak mutlak, karena apabila tidak demikian maka
Pancasila akan terpecah belah dan tidak mungkin menjadi dasar negara. Berikut ini
merupakan rumusan Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal: sila
pertama; Ketuhanan yang Maha Esa meliputi dan menjiwai keempat sila yang lain. Sila
kedua; Kemanusiaan yang adil dan beradab, sila ini dijiwai oleh sila pertama dan
menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima. Begitu seterusnya dengan sila pertama
menempati bagian teratas. Bentuk piramid ini menggambarkan sila pertama sebagai basis
dan sila kelima sebagai tujuannya.
Susunan Pancasila sebagai sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;
Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4
dan 5;
Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila
4, 5;
Selain itu inti sila-sila Pancasila menjadi alasan yang kuat jika Pancasila
menjadi suatu sistem. Inti sila-sila tersebut meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong.
Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
Nilai-nilai Pancasila bukan diambil dari pemikiran tunggal atau suatu ajaran
dari siapa pun melainkan digali dari nilai-nilai sosio-budaya bangsa Indonesia.
Pancasila adalah pedoman sekaligus cita-cita bersama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara formal, yuridis-konstitusional,
kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif. Namun, kita
juga menyadari bahwa pengamalannya dalam keseharian hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara masih akan selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan. Demikian pula tentang pelestarian dan pewarisannya kepada
generasi penerus.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah
bermetamorfosa dalam aneka bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme
(aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup) dan berbagai isme penyerta, misalnya,
semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan potensialitas Pancasila sebagai
kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar negara
dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai
manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu
sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain
memandang nilai-nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh bangsa Indonesia) diperlukan
a. Ontologis
Menurut Aristoteles ontologis adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, Pancasila
mengandung asas dan nilai. Tuhan Yang Maha Esa merupakan maha sumber, sebab
pertama dari segala sesuatu yang ada. Hal ini dijelaskan dalam Pancasila, bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu harus percaya, taat, dan
berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan sebagai maha sumber merupakan asas
primer yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh yang lain.
Eksistensi manusia sebagai makhluk yang monopluralis dan sekaligus
monodualis, baik sebagai makhluk Tuhan maupun sebagai makhluk pribadi yang
b. Epistimologi
c. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki pengertian, jenis,
tingkatan, sumber, dan hakikat nilai. Aksiologi Pancasila pada dasarnya sejiwa
dengan ontologi dan epistimologinya. Pokok-pokok aksiologi Pancasila dapat
disarikan sebagai berikut :
a. TuhanYang Maha Esa sebagai sumber nilai dengan bijaksana menciptakan
alam semesta dengan segala isinya, keteraturan serta hukum-hukumnya
merupakan substansi nilai yang memengaruhi secara mutlak dan
merupakan obyek bagi manusia. Manusia dapat menikmati dan merubah
alam lingkungnnya tetapi juga tidak bisa melepaskan dari hukum alam,
seperti penuaan dan kematian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat menurut asal
katanya berarti cinta akan kebijaksanaan atau mencintai kebenaran / pengetahuan.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar. Di dalam Pancasila
terdapat pokok-pokok pikiran yang ada di dalam aspek ontologi, epistimologi, dan
aksiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Pancasila Universitas Negeri Surabaya, Tim MKU. 2014. Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Unesa University Press 2014.
http://blog.ub.ac.id/manisan/files/2013/02/Pancasila-sebagai-sistem-filsafat.pdf