Anda di halaman 1dari 23

MODUL 2

PANCASILA PANDANGAN HIDUP BANGSA

Arin Fithriana, S.IP, M.Si

Pendahuluan

Modul ini merupakan pertemuan kedua pada perkuliahan Pendidikan


Kewarganegaraan. Modul ini mempelajari tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa. Pancasila menempatkan dasar pelaksanaan kehidupan
bernegara. Dasar pelakasanaan kehidupan bernegara membutuhkan nilai-nilai yang
disepakati bersama dan dianut oleh seluruh warga negara dan bangsa Indonesia. oleh
karena itu pada modul ini ada membahas tentang dasar nilai yang Pancasila melalui
pemahaman tentang sistem filsafat dan etika serta Pancasila sebagai ideologi negara.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda akan dapat menjelaskan makna dan
pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa bagi
pembentukan sikap kearganegaraan. Secara lebih rinci yaitu diharapkan Anda akan
dapat :

1. Menjelaskan definisi dan hakikat Pancasila.


2. Menjelaskan ruang lingkup Pancasila sebagai sistem filsafat, etika dan
ideologi.
3. Menjelaskan pentingnya Pancasila bagi negara
4. Menjelaskan tentang penerapan Ideologi Pancasila

Penguasaan terhadap tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan amatlah penting artinya


bagi mahasiswa mengingat mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib sebagai
pembentukan karakter dan pemahaman sebagai warga negara Indonesia. Materi
Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan bagian penting pada Pendidikan

1
kewarganegaraan untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat.

Untuk memudahkan mahasiswa mempelajari materi hakekat pendidikan Pancasila


sebagai Pandangan hidup bangsa dalam modul ini, maka pembahasannya akan
disajikan dalam 2 (dua) kegiatan belajar, yaitu:

1. Kegiatan belajar 1: Pancasila sebagai Sistem Filsafat dan Etika


2. Kegiatan belajar 2: Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara

Agar mahasiswa berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti
petunjuk-petunjuk berikut ini:
1. Baca dan pelajari dengan cermat isi modul ini
2. Gunakan kamus apabila menemukan kata-kata yang kurang dipahami
maknanya
3. Bila mengalami kesulitan dalam mempelajari modul ini, diskusikan kesulitan
besama teman atau orang yang dianggap mampu membantu mengatasi
kesulitan yang dihadapi
4. Kerjakan tugas latihan yang tersedira dalam setiap kegiatan belajar.
Sebaiknya tugas dikerjakan secara individual yang kemudian didiskusikan
dengan kelompok belajar.
5. Kerjakan tes formatif yang tersedia pada setiap akhir kegiatan dengan
jujur. Pergunakan kunci jawaban sebagaiman mestinya

Selamat belajar!

2
Kegiatan belajar 1
Pancasila sebagai Sistem Filsafat dan Etika

A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Globalisasi telah mempengaruhi bahkan mengancam eksistensi negara bangsa.


Globalisasi menyebabkan pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan dengan
adanya perbenturan kepentingan domestik dan internasional. Perbenturan yang
apabila tidak disikapi dengan bijak berpotensi menjadi ancaman negara dan
kehidupan masyarakat. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia bukan hanya
mengatur segala aspek kehidupan masyarakat dan bernegara, tetapi juga menjadi
landasan cara berfikir dan cara pandang dalam menyelesaikan masalah. Landasan
inilah menjadi kajian dalam filsafat Pancasila.

Sebelum lebih jauh tentang Pancasila sebagai sistem filsafat, perlu


mengetahui dan memahami apa yang maksud dengan filsafat. Istilah filsafat secara
awam seringkali berkaitan dengan pemikiran dan kepercayaan. Secara etimologis,
berasal dari bahasa Yunani yaitu “philein” yang berarti ‘cinta’ dan “sophia” yang
berarti kebijaksanaan. Sehingga dapat diartikan filsafat adalah cinta kebijaksanaan.
Kebijaksanaan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya),
selain itu juga diartikan sebagai kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan.
Jika dihubungkan secara etimologis ini, maka filsafat juga berkaitan dengan cara dan
kemampuan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Namun
demikian, filsafat tidak sama dengan pandangan hidup. Filsafat lebih bersifat teoritis
dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita dengan sedalam-dalamnya
untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan Pandangan Hidup lebih mengacu pada
pandangan hidup yang bersifat praktis.

3
Ilmu filsafat sendiri berkembang dari prinsip-prinsip mencari penyebab yang
paling dalam, atau sifat terdalam dari suatu hal. Filsafat berdasarkan watak dan
fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut: 1)
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal) 2) Filsafat adalah suatu proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi.
(arti formal) 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti
komprehensif). 4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep. (arti analisis linguistik). 5) Filsafat adalah sekumpulan
problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya
oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental). Berdasarkan watak dan fungsi filsafat
tersebut, maka filsafat Pancasila diartikan sebagai pengetahuan dan pemahaman
tentang sifat Pancasila. Atau singkatnya disebut dengan hal-hal yang berkaitan
dengan Pancasila atau hakekat Pancasila. Pancasila pada dasarnya sebagai kesatuan
utuh yang melingkupi segala aspek kehidupan masyarakat secara koheren dan
berkaitan yang kemudian disebut dengan sistem filsafat. Sebagai sistem filsafat,
Pancasila memiliki beberapa ciri berfikir kefilsafatan yang meliputi :

(1). Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain
secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di
dalamnya.

(2). Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala


hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia

(3). Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan
mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga
menemukan aspek yang sangat fundamental.

(4). sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan
sebagai praanggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar

4
berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang
sesuatu

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat:

Suatu fenomena disebut memiliki urgensi atau penting, karena memang secara
real menjadi hal yang penting bagi manusia ataupun memiliki nilai sendiri serta
bermanfaat bagi manusia. Demikian juga dengan Pancasila sebagai sistem filsafat.
manusia memerlukan filsafat karena beberapa hal, antara lain pertama; manusia telah
memperoleh kekuatan baru dalam sains dan teknologi bagi keamanan, kenyamanan
dan ketentraman hidupnya. Namun pada saat yang bersamaan manusia juga diliputi
rasa gelisah, tidak aman dan tidak nyaman karena tidak tahu dengan pasti apa yang
menjadi makna dan arah kehidupan mereka. Kedua; filsafat yang terintegrasi dengan
kajian ilmu lainnya memiliki nilai penting untuk membimbing manusia pada
keinginan dan aspirasi mereka. Dengan demikian manusia dapat memahami
pentingnya filsafat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan urgensi
Pancasila sebagai filsafat ilmu, maka dapat dipahami bahwa filsafat Pancasila juga
memiliki faedah sebagai penjajagan kemungkinan adanya pemeacahan masalah atau
problem kehidupan melalui identifikasi. Filsafat juga sebagai pembentuk
pengalamanan manusia dengan ide-ide penyelesaian masalah. Sehingga filsafat juga
berfaedah untuk memperluas kemampuan manusia.

Pemikiran filsafat kenegaraan mendasarkan pandangan bahwa negara adalah


suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang merupakan
masyarakat hukum (legal society). Negara yang didirikan oleh manusia itu
berdasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagai warga negara sebagai persekutuan
hidup. Sekelompok manusia sepakat untuk membentuk negara didasarkan atas
persamaan persepsi dan tujuan yang memiliki nilai yang sama. Oleh karena itu
Pancasila sebagai filsafat memiliki karakter bahwa Pancasila merupakan satu
kesatuan sistem yang bulat dan utuh (totalitas), yang apabila dipisah-pisahkan, maka

5
tidak lagi sebagai Pancasila. Ini terlihat dengan adanya kesatuan sila pada Pancasila
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Berikutnya filsafat Pancasila juga memiliki
karakter substansi, mandiri dan realita. Maksudnya bahwa Pancasila adalah subtansi
dari kehidupan masyarakat yang membentuk Indonesia yang bersifat mandiri, atas
perjuangan bangsa Indonesia dan bukan campur tangan asing. Kesemuanya itu adalah
realitas yang ada di Indonesia. Realitas bahwa karakter filsafat Pancasila berprinsip
pada sila-sila pada Pancasila antara lain memiliki unsur Tuhan sebagai causa prima,
manusia sebagai mahluk indovidu dan sosial, satu kesatuan, rakyat sebagai unsur
mutlak negara dan adil bagi semuanya yang menjadi tujuan bersama. Pancasila
sebagai sistem filsafat disarikan dari nilai-nilai kebijaksanaan yang dianut dan
berkembang di masyarakat Indonesia secara bertahun-tahun dan turun temurun.
Sepatutnya nilai-nilai kebijakasanaan dalam filsafat Pancasila melekat, melembaga
dan dijaga oleh bangsa dan negara Indonesia.

B. PANCASILA SEBAGAI ETIKA

Etika merupakan kajian dengan kesusilaan dan moralitas. Secara etimologis (asal
kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya watak kesusilaan atau
adat. Identik dengan moral (Latin):, mos ,mores (jamak) berarti adat atau cara hidup.
Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika
digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada. Untuk memahami etika secara
umum, ada beberapa aliran besar etika, antara lain:

• Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk


berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Dalam
hal ada ketentuan baik tertulis maupun tidak terkait kewajiban yang
dibebankan kepada manusia baik secara individu maupun sosial. Contohnya
tugas dan kewajiban mahasiswa adalah belajar.bukti bahwa mahasiswa
tersebut belajar adalah dengan mengerjakan tugas perkuliahan. Sehingga

6
berdasarkan etika ini, apabila mahasiswa tidak mengerjakan tugas perkuliahan
dinilai buruk atau tidak beretika.

• Etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik buruk
suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu
Bentuk etika ini terbagi Dua:

• Egoisme etis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan


yang berakibat baik untuk pelakunya. Contoh; ketika seseorang
bekerja keras untuk tujuan mendapatkan jabatan yang lebih tinggi.

• Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan


tergantung bagaimana akibatnya terhadap banyak orang. Contoh;
ketika seseorang membuka taman bacaan dari perpustakaan pribadinya
untuk mendorong minat baca anak-anak di desa.

 Etika Keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, yang


diutamakan adalah pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Caranya meneladani perbuatan baik dari para tokoh besar. Karena tokoh
panutan itu beragam sehingga konsep keutamaan menjadi sangat beragam
pula. Keberagaman persepsi pada etika ini dikhawatirkan akan menimbulkan
benturan sosial. Benturan sosial yang dimaksudkan adalah adanya perbedaan
pendapat yang terjadi antar kelompok yang meneladani tokoh tertentu.
Benturan tersebut dapat diatasi dengan cara mengarahkan keteladanan tidak
pada figur tokoh, tetapi pada perbuatan baik yang dilakukan oleh tokoh itu
sendiri.

Lalu bagaimana dengan etika Pancasila?. Etika Pancasila berbicara tentang


nilai-nilai Pancasila yang merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas
sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Membahas etika
Pancasila, maka membahas tentang adat dan watak yang bersumber dari suku-suku
7
bangsa dan daerah yang ada di Indonesia serta menjadi acuan bagi bangsa Indonesia.
Etika Pancasila melingkupi kajian tentang Nilai, Moral dan Norma. Ketiga hal
tersebut menjadi bagian dari parameter penerapan Etika Pancasila.

Nilai, Moral dan Norma

Nilai adalah suatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. seperti nilai material, vital dan
kerohanian. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia.
Contohnya uang yang berguna bagi manusia karena dapat digunakan untuk membeli
kebutuhan hidupnya. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. Contoh: Kendaraan bermotor
dewasa ini menjadi alat transportasi vital bagi manusia untuk melakukan aktivitas
kesehariannya, misalnya untuk pergi ke tempat kerja. Sedangkan Nilai kerohanian
adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Rohani diartikan sebagai
jiwa dengan kata dasar roh, sehingga nilai kerohanian berkaitan dengan pemenuhan
dan keseuaian dengan jiwa. Ada beberapa nilai kerohanian, yaitu:

 Nilai kebenaran (kenyataan), yaitu nilai yang bersumber pada unsur akal
manusia. Contohnya orang yang dituduh bersalah tetapi belum terbukti
melakukan kesalahan tidak lantas dihukum, tetapi harus melalui proses
pengadilan.
 Nilai keindahan, yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia (estetika).
Contohnya rumah akan terasa lebih asri apabila ditanami bunga.
 Nilai moral (kebaikan), yaitu nilai yang berasal dari kehendak atau kemauan.
Contohnya Ardi menyumbangkan darahnya untuk kemanusiaan.
 Nilai religius, yaitu nilai ketuhanan. Contohnya agama Islam mengakui Allah
SWT sebagai Tuhannya.

8
Berikutnya adalah Moral. Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yg
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Menentukan baik dan buruk
tingkah laku dan perbuatan manusia diukur berdasarkan nilai dan norma yang berlaku
dimasyarakat. Ketentuan ini baik yang berlaku berdasarkan kesepakatan ataupun
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas atau pemerintah. Sedangkan
yang disebut dengan norma adalah kesadaran dan sikap luhur ytang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi. Definisi tersebut nemempatkan norma sebagai sikap.
Sedangkan norma sebagai kebendaan, dimaknai dengan aturan atau ketentuan baik
yang tertulis maupun tidak. Norma juga berdasarkan konsensus atau kesepakatan
antar anggota kelompok dalam masyarakat. Apabila berupa aturan tertulis, maka ada
pengesahan sebagai legalitas dari pihak berwenang atau pemerintah. Sedangkan
apabila tidak tertulis, norma biasnya terbentuk atas kebiasaan dan adat istiadat yang
berlaku sejak lama. Seringkali norma yang berlandaskan adat istiadat tidak
terkodifikasi dengan baik dalam catatan sejarah, sehingga terkadang terlupakan.

Pada hakekatnya, nilai Pancasila merupakan studi tentang nilai termasuk


dalam ruang lingkup estetika dan etika. Sejak awal kemerdekaan, Indonesia
menganut dan memegang Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral bangsa.
Konsensus Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan moral bangsa ini
secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang normatif. Disebut demikian
karena memang demikianlah adanya bahwa segala ketentuan harus berlandaskan
Pancasila. Karena sebagai pemufakatan normatif, maka pengamalan secara obyektif
adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan.

9
Kegiatan belajar 2
Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara

A. IDEOLOGI
Ideologi secara epistemologi; Merupakan seperangkat sistem yang menjadi
dasar pemikiran setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Menurut Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan (2004: 2), ideologi berasal dari kata idea yang artinya gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita; atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013: 60-61)
Ideologi terbentuk melalui suatu proses yang panjang melibatkan kebudayaan, agama,
dan pemikiran para tokoh. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan
sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai cara
berpikir seseorang atau suatu golongan. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan
tujuan yang merupakan satu program sosial politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 517). Berdasarkan beberapa difinisi tersebut dan pembentukannya, maka dua
bentuk ideologi, yaitu ideologi teokrasi dan ideologi lainnya. Ideologi teokrasi,
sebagaimana istilah yang digunakan, maka teokrasi berkaitan dengan agama atau
pemikir agama. Dalam hal ini ideologi teokrasi merupakan ideologi yang didasarkan
dari ketentuan agama dan fatwa-fatwa pemuka agama dalam menafsirkan ketentuan
agama tersebut. Negara yang menganut dan menerapkan ideologi teokrasi atau agama
disebut dengan negara teokrasi. Pada zaman dahulu banyak negara yang bercorak
teokrasi atau yang kemudian disebut dengan negara teokrasi. Sebagai contoh negara
negara yang berkembang di Eropa dibawah Holy Roman Empiry. Negara-negara
tersebut menerapkan aturan dan ketentuan berdasarkaan ketentuan agama dalam hal
ini adalah gereja. Sehingga setiap keputusan yang diambil harus dikonsultasikan dan
didiskusikan dengan gereja. Titah tuhan menjadi aturan kenegaraan yang harus
dijalankan dan ditaati oleh masyarakat dan negara.

10
Sedangkan ideologi lainnya yaitu ideologi yang berkembang dari hasil
pemikiran, pengamatan dan upaya penyelesaian masalah oleh pemikir atau tokoh
tertertu. Misalnya ideologi Marxisme adalah ideologi yang lahir dari pemikiran Karl
Marx yang melihat dan mengamati kondisi masyarakat disekitarnya. Marx melihat
ada ketimpangan dimasyarakat antara kelompok borjouis (pemilik modal) dan
proletar (pekerja). Ketimpangan ini bukan hanya ekonomi, tetapi juga sosial dan
politik. Kelompok proletar sebagai pekerja mendapatkan hak yang kurang setimpal
dibandingkan dengan keuntungan yang didapat oleh kelompok borjouis dari hasil
penjualan barang yang telah dihasilkan pekerja. Ketimpangan ini berlangsung terus
menerus hingga semakin meningkatkan batas pemisah antara borjouis dan proletar.
Borjuis selalu pada posisi kelompok yang memiliki materi atau kebendaan yang
diwujudkan dalam bentuk uang. Sebaliknya dengan kelompok proletar, kekurangan
materi menempatkan mereka menjadi kelompok miskin. Kondisi ini berlangsung
cukup lama hingga sulit bagi kelompok proletar untuk berpindah posisi menjadi
borjuois. Ketimpangan ekonomi ini berdampak pada ketimpangan sosial karena sulit
bagi kelompok proletar dan keluarganya untuk bersekolah. Ketimpangan pendidikan
pada akhirnya menempatkan kelompok proletar berada pada tingkat sosial yang
rendah. Dengan tingkat ekonomi dan sosial yang rendah, maka semakin sulit pula
bagi poletar untuk menentukan nasib sendiri dalam perpolitikan. Karl Marx berfikir
bahwa sejarah dan proses kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh kebendaan atau
materi yang dimiliki. Semakin besar materi yang dimiliki, maka semakin besar pula
kemampuan untuk menentukan nasib sendiri. Berdasarkan kondisi tersebut, Marx
menawarkan solusi untuk memutus rangkaian tersebut agar kelompok proletar juga
memiliki kesempatan untuk mengubah dan menentukan nasib sendiri, yaitu dengan
revolusi. Marx tidak menjelaskan lebih lanjut bentuk dan teknis revolusi yang
dimaksud, namun pemikiran ini banyak diadopsi oleh tokoh lain termasuk negarawan
dalam menyelesaikan permasalahan. Pro dan kontra terkait pemikiran ini pastilah ada.
Kondisi sosial masyarakat, adat istiadat dan budaya turut berpengaruh dalam
implementasi sebuah Ideologi.
11
Selain marxisme juga ada ideologi lain seperti liberalisme, kapitalisme,
Maoisme, demokrasi, fasisme, komunisme dan lain-lain. Bagaimana dengan
Pancasila? Pancasila merupakan ideologi yang lahir dan berkembang di Indonesia
dan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Idelogi Pancasila dapat dilihat dari Pancasila
sendiri yang muncul dan berkembang di masyarakat Indonesia hingga menjadi dasar
konstitusi Indonesia. Idoelogi Pancasila disepakati bersama oleh para pendiri bangsa,
kesepakatan ini didasari bahwa nilai-nilai positif yang berkembang di masyarakat
Indonesia dapat dengan mudah diterima oleh seluruh kalangan masyarakat. Adanya
kesamaan nilai positif dan cara pandang inilah yang menjadi alasan mengapa
Indonesia menerapkan Ideologi Pancasila dan bukan ideologi lainnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu negara bangsa memerlukan idelogi
sebagai landasan untuk berfikir dan menentukan arah serta tujuan yang ingin dicapai.
Sehingga ideologi berfungsi antara lain:
a. Struktur kognitif; keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian-kejadian di
lingkungan sekitarnya.
b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati
serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma
yang terkandung di dalamnya (Soerjanto, 1991: 48).

12
Apabila digambarkan, maka hakekat Ideologi adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Hakekat Ideologi

Secara umum Ideologi hakekatnya terdiri dari idealitas, flexibillitas dan realitas yang
saling terkait. Idealitas berkaitan dengan hal-hal ideal dan penting berdasarkan nilai
yang dianut masyarakat. Flexibilitas berkaitan dengan penyesuaian dan keluwesan
nilai tersebut dalam berinteraksi dengan nilai-nilai lain baik dari dalam maupun luar.
Sedangkan realitas menekankan bahwa ideologi merupakan bagian dari realitas
kehidupan manusia secara umum. Bahwa hidup memerlukan acuan untuk mencapai
tujuan hidup. Begitu selanjutnya bahwa tujuan hidup merupakan hal yang idealis.
Meskipun ideal, ketika bersinggungan dengan tujuan kepentingan lainnya diperlukan
sikap luwes dan fleksibel untuk menghindari konflik, dan itulah realitas hidup
manusia. Demikian hakekat ideologi yang unsurnya saling terkait dan
berkesinambungan. Berkesinambungan ini karena kehidupan manusia selalu berubah
atau dinamis. Tantangan yang dihadapi suatu ideologi pada saat ini berbeda dengan
yang dihadapi limapuluh tahun sebelumnya. Setiap ada perubahan, maka disitu ada
tantangan yang adakalanya memerlukan flexibilitas suatu ideologi selama tidak
bertentangan dengan nilai utama yang dianut di masyarakat.

13
B. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa ideologi diperlukan oleh suatu negara
bangsa sebagai acuan dan landasan dalam mencapai tujuan nasional. Demikian juga
Pancasila sebagai ideologi juga memiliki nilai penting bagi bangsa dan negara
Indonesia. Urgensi Pancasila sebagai ideologi negara antara lain:
a. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh
timbal balik.

b. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam berbagai


kelompok dengan pluralisme etnis dan religius.

c. Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda


bekerjasama dan bersaing sehingga tidak ada satu pun ideologi yang dominan.

d. Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapi tetap
bersifat plural dan heterogen.

e. Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi nilainilai


yang dihayati bersama, tetapi dengan interpretasi yang berbeda-beda
(Sastrapratedja, 2001:26-27)

Globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta komunikasi,


sangat berpengaruh dalam baik secara internal maupun eksternal pada proses
pencapaian kepentingan nasional dan proses berbangsa dan bernegara. Kondisi ini
tidak menutup kemungkinan dapat berpengaruh negatif bagi Indonesia. Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi kita ditetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia sewaktu kemerdekaan Indonesia untuk dijadikan pedoman
dalam mengatur kehidupan bernegara agar kita dapat mencapai cita-cita bangsa yang
ditetapkan pula dalam pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu kita harus memiliki
sikap positif terhadap nilai-nilai Pancasila itu untuk diamalkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka
dapat ditemukan dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara. Bukti ini dapat
14
dilihat pada politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Bebas bergaul,
berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan negara lain dan aktif berpartisipasi pada
ketertiban dunia.

Pada realitas kehidupan terlihat bagaimana pemerintah Indonesia berupaya


menempatkan Pancasila sebagai landasan pencapaian kepentingan nasional
Indonesia. Sebagai contoh adanya liberalisasi perdagangan dunia menempatkan
negara pada kondisi dilema, yaitu antara mengikuti liberalisme atau menolak.
Liberalisme sebagaimana sifat ideologinya menekankan pada kebebasan melakukan
perdagangan tanpa adanya hambatan berupa tarif dan non tarif. Hambatan
perdagangan ini oleh kelompok liberal dianggap tidak mampu mengembangkan
perdagangan dan menghambat perkembangan ekonomi negara. Persaingan dalam
perdagangan bebas dikategorikan sebagai pemicu dan pendorong pembangunan.
Perdagangan bebas telah membuka peluang bagi produk barang dan jasa dari negara
lain masuk ke suatu negara, demikian sebaliknya. Pada kondisi ini diperlukan
kesiapan domestik untuk bersaing dengan produk asing. Ketidaksiapan hanya akan
menempatkan negara sebagai konsumen produk asing. Demikian juga ketika
Indonesia menyepakati liberalisasi perdagangan, bergabung dengan WTO (World
Trade Organization), APEC (Asia Pacific Economic Community) dan menyetujui
Free Trade Area di ASEAN, maka diperlukan kesiapan domestik dengan memastikan
bahwa kesepakatan ini berdampak positif bagi kemajuan dan pencapaian kepentingan
nasional. Realitas ini menunjukkan keterbukaan ideologi Pancasila yang menerima
implementasi ideologi lain. Selama implementasi ideologi tersebut tidak bertentangan
dengan Pancasila, maka Indonesia dapat menerima dan bekerjasama dengan negara
lain yang menerapkan ideologi yang berbeda. Sebagai contoh lain keterbukaan ini
adalah kerjasama Indonesia dengan RRT, Vietnam, Rusia atau negara lain yang
menerapkan ideologi sosialis komunis. Hubungan diplomatik Indonesia dengan
negara-negara tersebut berkembang dalam kerjasama yang lebih ekstensif, bukan
hanya kerjasama bidang politik, ekonomi dan perdagangan, namun juga sosial,

15
budaya dan keamanan. Menjalin hubungan baik dengan negara-negara di dunia
sebagai salah satu implementasi amanat pembukaan UUD 1945 untuk ikut serta
menciptakan ketertiban dunia. Hubungan yang tidak baik dengan berselisih dan
konflik hanya akan merugikan dan menjadikan dunia tidak aman. Artinya, selama
implementasi ideologi dari negara tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila,
maka tidak ada alasan bagi Indonesia untuk menolak berhubungan dengan negara lain
meskipun memiliki ideologi yang berbeda bahkan memiliki sejarah kelam bagi
Indonesia.

Sejarah masa lalu Indonesia, terutama dengan peristiwa G30S/PKI telah


telah menempatkan komunisme sebagai bahaya laten bagi Indonesia. Kekerasan dan
intimidasi yang dilakukan oleh Komunis Indonesia menjadi kenangan yang
menyakitkan bagi masyarakat Indonesia saat itu. Terlepas pro kontra yang
berkembang, peristiwa kelam tersebut selayaknya dapat dijadikan pembelajaran
masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi
Pancasila bersumber dari nilai-nilai yang menghormati perbedaan dan toleransi. Oleh
karena itu segala perbedaan yang muncul dimasyarakat harus disikapi dengan bijak
untuk menghindari konflik. Termasuk perbedaan yang muncul dengan negara lain.

Sebagai contoh lain, ada beberapa bentuk implementasi ideologi yang


bertentangan dengan ideologi Pancasila seperti:

 Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme


bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai


gotong royong dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem


perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan

16
Pancasila dan Liberalisme

Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan demokrasi liberal. Sistem


parlementer dengan banyak partai politik memberi nuansa baru sebagaimana terjadi
di dunia Barat. Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan individualisme
Barat yang mengutamakan kebebasan makhluknya, sedangkan paham integralistik
yang kita anut memandang manusia sebagai individu dan sekaligus juga makhluk
sosial. Sistem negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dan agama
atau bersifat sekuler. Berbeda dengan Pancasila, dengan rumusan Ketuhanan Yang
Maha Esa telah memberikan sifat yang khas kepada negara Indonesia, yaitu bukan
merupakan negara sekuler yang memisah-misahkan agama dengan negara.

Pancasila dan Komunisme

Dr. Johanes Leimena pernah mengatakan, “Salah satu factor lain yang selalu
dipandang sebagai sumber krisis yang paling berbahaya adalah komunisme.
kemiskinan memegang peranan dan dalam hal satu golongan saja menikmati
kekayaan alam, komunisme dapat diterima dan mendapat tempat yang subur di
tengahtengah masyarakat”. Negara komunisme lazimnya bersifat atheis yang
menolak agama dalam suatu Negara. Sedangkan Indonesia sebagai Negara yang
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila dan Agama

Pancasila mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang
dan berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha
Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha,
Hindu dan bahkan juga Animisme. Nilai-nilai Panasila,yang digali dari bangsa
Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius
17
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Nusantara telah
melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal, Semboyan yang
menggambarkan kerukunan umat beragama berbunyi: Bhinneka Tunggal Ika Tan
Hanna Dharma Mangrua. Ada hubungan antara sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi Islam. Sila pertama Pancasila
yang merupakan prima causa atau sebab pertama. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung makna bahwa manusia Indonesia harus mengabdi kepada satu Tuhan

Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsekuensinya


setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama masing-masing. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme
karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan. Tidak ada
tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama
serta antar pemeluk agama. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena
ketakwaan itu bukan hasil peksaan bagi siapapun juga. Memberikan toleransi
terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara. Segala aspek dalam
melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai dengan nilai-nilai
Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma

Ideologi Pancasila dalam sejarah kenegaraan Indonesia mendapatkan


legitimasi dari pemerintah. Legitimasi tersendiri berupa penegasan pemimpin negara
terkait ideologi Pancasila.

Tabel 1. Sejarah Penegasan Ideologi Pancasila

KEPEMIMPINAN PENEGASAN

Soekarno • Ditegaskan sebagai pemersatu bangsa, Melalui


konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan
Komunisme) sebagai landasan politik bagi bangsa

18
Indonesia

Soeharto • sebagai asas tunggal bagi Organisasi Politik dan


Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini diawali
dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang
pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila

Habibie • Keppres No. 27 tahun 1999 tentang pencabutan


Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan
Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7)

Abdurrahman • kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap


Wahid ideologi Pancasila cenderung melemah

Megawati • Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003


yang tidak mencantumkan pendidikan Pancasila
sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah
Dasar sampai perguruan tinggi

Soesilo Bambang • Menandatangani Undang-Undang RI No. 12 tahun


Yudoyono 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang
mencantumkan mata kuliah Pancasila sebagai mata
kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3)

Nilai-nilai ideologi Pancasila bersumber dari nilai yang berkembang di


Indonesia. berikut adalah sumber sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan
terhadap adanya kekuatan gaib.

19
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-
wenang.

c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia
kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai
pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka
menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.

Sedangkan yang menjadi sumber politis Pancasila sebagai ideologi negara antara lain:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi
antarumat beragama.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap


pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa


dan negara daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan
keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk
tidak menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau
kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu
terjadinya korupsi.
20
Beragamnya nilai yang berkembang baik di tingkat domestik maupun global menjadi
tantangan tersendiri bagi penerapan ideologi Pancasila. Berikut tantangan Terhadap
Pancasila Sebagai Ideologi Negara;

Tabel 2. Tantangan Pancasila

Internal Eksternal

a. Pergantian rezim yang berkuasa a. Pertarungan ideologis antara negara-


melahirkan kebijakan politik yang negara super power antara Amerika
berorientasi pada kepentingan Serikat dan Uni Soviet pada masa
kelompok atau partai sehingga perang dingin
ideologi Pancasila sering
b. Menguatnya isu kebudayaan global
terabaikan.
yang ditandai dengan masuknya
b. Penyalahgunaan kekuasaan berbagai ideologi asing melalui
termasuk korupsi mengakibatkan budaya populer
rendahnya kepercayaan masyarakat
c. Meningkatnya kebutuhan dunia
terhadap rezim yang berkuasa
sebagai akibat pertambahan
penduduk dan kemajuan teknologi

C. RANGKUMAN:

1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mencakup nilai-nilai yang disepakati


bersama oleh pendiri bangsa yang bersumber dari nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat.

2. Dasar nilai Pancasila terangkum dalam filsafat, etika dan ideologi Pancasila

3. Filsafat secara etimologi diartikan cinta kebijaksanaan dan kepandaian akal budi

21
4. Sistem filsafat bersifat koheren, mendasar, menyeluruh dan saling terkait antar
kebijaksanaan dan kepandaian akal budi dalam menyelesaikan masalah.

5. Pancasila sebagai sistem filsafat maka kebijaksanaan, kepandaian akal budi yang
merupakan nilai-nilai Pancasila saling terkait dan tidak dapat dipisahkan dalam
menyelesaikan masalah dan pencapaian tujuan nasional.

6. Etika Pancasila merupakan kajian tentang kesusilaan (adat) dan moralitas (cara
hidup) berdasarkan Pancasila. Kesusilaan digunakan untuk mengkaji dan
moralitas adalah hal yang dinilai.

7. Ideologi merupakan gagasan atau ide baik yang bersumber dari pemikiran
manusia, nilai-nilai budaya maupun agama untuk menyelesaikan permasalahan.

8. Filsafat, etika dan ideologi Pancasila merupakan kebijaksanaan yang menjadi adat
dasar cara hidup bangsa Indonesia yang saling terkait sebagai Pandangan hidup
bangsa.

D. LATIHAN SOAL:

1. Deskripsikan dan berikan contoh Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa

2. Diskusikan dan berikan argumentasi, apakah terorisme bertentangan dengan


ideologi Pancasila?

3. Diskusikan dan berikan arugmentasi, apakah LGBT bertentangan dengan etika


Pancasila?

4. Diskusikan dan berikan argumentasi, apakah kelompok Primitif memiliki


filsafat?

22
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016, Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan 1

Syarbaini, Syahrial, Rusdiyanta, Fathkhuri, 2012, Pendidikan Kewarganegaraan;


Implementasi Karakter Bangsa, Jakarta Timur: Hartomo Media Pustaka

Drs. I Made Suwanda, M.Si, 2017, Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017, Mata
Pelajaran/Paket Keahlian Pendidikan Kewarganegaraan, Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016, Pendidikan
Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan 1

23

Anda mungkin juga menyukai