Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat dan juga perkembangan
teknologi yang semakin maju dapat mengakibatkan perubahan besar pada berbagai
bangsa di dunia. Era globalisasi yang terjadi di dunia telah mempengaruhi eksistensi
negara-negara kebangsaan termasuk Indonesia.. Akibat yang langsung terlihat adalah
terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya
perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan
kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit
manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul
masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami
suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Hal ini dapat
mengakibatkan suatu tarik-menarik kepentingan yang secara langsung mengancam
jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara subjektif maupun objektif,
serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya
mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia.
Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (The founding fathers)
Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat
bernegara, itulah Pancasila. Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai
filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya
nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi.
Pancasila yang dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup
dan dasar dari filsafat negara merupakan nilai-nilai yang tertanam erat di sendi-sendi
kehidupan bangsa Indonesia. Perkembangan paham yang terjadi seperti paham
komunisme dan liberalisme sudah menjadi salah satu paham yang dianut oleh
berbagai bangsa di dunia. Tetapi Pancasila tetap menjadi ideologi atau paham hidup
yang selalu dijunjung oleh masyarakat Indonesia sebagai penuntun arah dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, berbangsa dan bernegara.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
2. Apa makna dan implikasi kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
dan dasar filsafat negara?
3. Bagaimana hubungan, persamaan, dan perbedaan antara kedudukan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat negara?
4. Apa perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.
2. Untuk mengetahui makna dan implikasi kedudukan Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dan dasar filsafat negara.
3. Untuk mengetahui hubungan, persamaan, dan perbedaan antara kedudukan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat negara.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan
Komunisme.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Dapat mengetahui peran Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.
b. Dapat mengetahui perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan
Komunisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


2.1.1 Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan
“Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta
akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran atau pengatahuan. Cinta dalam hal ini
mempunyai arti yang seluas-luasnya, yang dapat dikemukakan sebagai keinginan
yang menggebu dan sungguh-sungguh terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan
dapat diartikan sebagai kebenaran yang sejati. Dengan demikian, filsafat secara
sederhana dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan menurut
Gredt dalam bukunya “elementa philosophiae”, filsafat sebagai “ilmu pengetahuan
yang timbul dari prinsip-prinsip mencari sebab musababnya yang terdalam”
(Fernando, 2013:20).

2.1.2 Filsafat Pancasila


Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila
dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara
yang lahir collective ideologie (cita-cita bersama). Dari seluruh bangsa Indonesia.
Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian
dituangkan dalam suatu “system” yang tepat. Adapun menurut Notonagoro, filsafat
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat
Pancasila (Fernando, 2013:20).

3
2.1.3 Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem.
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai berikut.
1. Suatu kesatuan bagian-bagian,
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan
sistem),
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974).
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis (Kaelan, 2008:58).

2.1.4 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (objek
material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila
sebagai sistem filsafat, maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap
Pancasila tersebut, jika syarat-syarat sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka
Pancasila merupakan sistem filsafat, tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat.
Penjabaran filsafat terhadap Pancasila, yaitu sebagai berikut.
1. Objek Filsafat
a. Objek material adalah segala yang ada dan mungkin ada. Objek yang demikian
ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu ada Tuhan, ada manusia, dan ada
alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar negara rumusannya
jelas, yaitu sebagai berikut.
1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan dan perwakilan,
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4
Dari rumusan ini maka objek yang didapat adalah Tuhan, manusia, satu,
rakyat, dan adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja,
yaitu Tuhan, manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu, rakyat, dan adil,
sebab hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada alam semesta itu
sendiri. Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat diterima.
b. Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.
Apakah Pancasila juga kajian hakikat? Kalau memiliki dari kelima objek kelima
sila Pancasila itu, semuanya tersusun atas kata dasar dengan tambahan awalan ke-
atau per- dan akhiran -an. Menurut ilmu bahasa, jika suatu kata dasar diberi
awalan ke- atau per- dan akhiran -an, maka akan menjadi abstrak (bersifat
abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu menunjukkan sifat hakikat dari
bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat abstrak dari manusia
itu sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga dalam sila-sila
Pancasila yang lainnya, yaitu ketuhanan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Khusus untuk persatuan, awalan per- menunjukkan suatu proses menuju ke
awalan ke- yang nantinya diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan analisis
penjabaran ini, maka Pancasila memenuhi syarat juga dalam hal objek formalnya.
2. Metode Filsafat
Metode filsafat adalah kontemplasi atau perenungan atau berpikir untuk
menemukan hakikat. Jadi di sini bukan berpikirnya, tetapi cara menemukan hakikat
atau metode menemukan hakikat. Secara umum ada dua dan tiga dengan metode
campuran, yaitu metode analisa, metode sintesa serta metode analisa dan sintesa
(analytic osyntetik). Demikian juga Pancasila, ia temukan dengan cara-cara tertentu
dengan metode analisa dan sintesa, nilai-nilainya digali dari buminya Indonesia.
3. Sistem Filsafat
Setiap ilmu maupun filsafat dalam dirinya merupakan suatu sistem, artinya
merupakan suatu kebulatan dan keutuhan tersendiri, terpisah dengan sistem lainnya.
Misalnya psikhologi merupakan kebulatan tersendiri terpisah dan berbeda dengan
anthropologi, demikian seterusnya ilmu-ilmu dan filsafat yang lain.
Pancasila sebagai suatu dasar negara adalah merupakan suatu kebulatan.
Memang terdiri dari lima, tetapi sila-sila tersebut saling ada hubungannya satu
dengan lainnya secara keseluruhan, tidak ada satupun sila yang terpisah dengan yang

5
lainnya. Oleh karena itu, dapat diistilahkan “Eka Pancasila”, lima sila dalam satu
kesatuan yang utuh. Setiap sila mengandung, dibatasi dan disifati oleh keempat sila
lainnya. Sila-sila yang di depan mendasari dan menjiwai sila-sila yang di belakang,
sedangkan sila-sila yang di belakang merupakan pengkhususan atau bentuk realisasi
dari sila-sila yang di depan, dan dari segi keluasannya sila-sila yang di belakang
lebih sempit dari sila-sila yang di muka.
Dilihat dari pemahaman ini, maka sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah dasar yang paling umum bagi semua sila yang di belakang, mendasari, dan
menjiwai semua sila, sedangkan semua sila yang kelima merupakan sila yang
terkhusus dan merupakan tujuan dari semua sila yang di depan.
4. Sifat Universal Filsafat
Berlaku umum adalah sifat dari pengetahuan ilmiah, dan universal adalah
sifat dari kajian filsafat. Pengertian umum itu bertingkat, dari umum penjumlah yang
kecil (kolektif) dari sekumpulan jumlah tertentu sampai jumlah yang lebih besar dan
luas lagi hingga kepada umum seumum-umumnya (universal) (Fernando, 2013:23-
24).

2.2 Makna dan Implikasi Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup


Bangsa dan Dasar Filsafat Negara
2.2.1 Makna dan Implikasi Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Bangsa
Kita sebagai makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dalam
memperjuangkan untuk mencapai kehidupan yang sempurna, senantiasa memerlukan
nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai suatu pandangan hidup. Nilai-nilai luhur
merupakan suatu tolak ukur kebaikan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
dasar dan abadi dalam hidup manusia untuk mencapai suatu cita-cita hendak
dicapainya.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat
hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-
persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan
persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan

6
merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti
akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun
persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa
di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik,
ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang kian maju.
Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun
dirinya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri
republik ini dapat memuatkan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup
bangsa kita yang kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam
ketetapan MPR No.II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup
bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan
cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat atau berakar di
dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
Sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang
bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai
pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan lahir
secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-gagasan besar
dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar bangsa
kita sendiri.
Pandangan hidup merupakan suatu acuan baik untuk menata kehidupan diri
sendiri, interaksi dengan antar manusia dalam masyarakat maupun alam sekitarnya.
Dalam perumusan ini maka pandangan hidup masyarakat dituangkan dan
dilembagakan dalam pandangan hidup bangsa selanjutnya pandangan hidup bangsa
menjadi pandangan hidup negara yang sering disebut ideologi bangsa.
Dalam penjabaran di atas dalam kehidupan modern antara pandangan hidup
masyarakat dengan pandangan hidup suatu bangsa ternyata memiliki suatu hubungan
timbal balik. Dalam negara Pancasila pandangan hidup masyarakat tercermin dalam

7
kehidupan negara yaitu kewajiban pemerintah dan penyelenggaraan untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur.
Tranformasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa
yang akhirnya menjadi pandangan hidup negara juga menjadi pandangan Pancasila.
Sebelum Pancasila dirumuskan sebagai dasar negara serta ideologi negara, nilai-
nilainya terdapat pada bangsa Indonesia dalam adat-istiadat, dalam budaya serta
dalam agama sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pandangan
masyarakat menjadi sebuah pandangan hidup bangsa.
Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara memiliki suatu pandangan hidup
yang akan menjadi panutan bangsa Indonesia dalam mencapai sebuah cita-cita dan
tujuan yang diinginkan. Dengan pandangan hidup bangsa akan mampu memandang
dan memecahkan sebuah persoalan yang dihadapi secara tepat. Dengan suatu
pandangan hidup yang jelas maka bangsa Indonesia pegangan dan pedoman
bagaimana memecahkan berbagai masalah dalam memajukan gerak masyarakat.

2.2.2 Makna dan Implikasi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara


Pancasila sering disebut dengan dasar filsafat atau dasar falsafah negara.
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
atau mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila juga merupakan suatu sumber dari
segala sumber hukum, Pancasila juga merupakan sumber kaidah hukum negara yang
secara konstitusional mengatur negara beserta unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah,
serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila juga merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta
kaidah baik moral maupun hukum. Dalam kedudukan sebagai dasar negara,
Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Sumber dari segala sumber hukum Indonesia maka Pancasila tercantum
dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan dalam
pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinandari UUD 1945.
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh
masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan pemerintah Indonesia. Ini merupakan
suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang kuat

8
dan dasar yang kokoh, yakni Pancasila sebagai dasar yang kuat dan bukanlah meniru
suatu model yang didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan
bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa
lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi
hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara kekal
dan abadi.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Sesuai hanya
dengan landasan yuridis sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
MPR No.V/MPRS/1973 dan ketetapan No.XX/MPRS/1966, ketetapan
No.IX/MPRS/1978 dijelaskan bahwa Pancasila merupakan sumber tertib hukum
Indonesia yang merupakan suatu pandangan hidup bangsa, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi kebatinan serta watak dari bangsa
Indonesia. Cita-cita tersebut meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu,
kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan
mondial, tujuan negara, moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan
sebagai budi nurani manusia.
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni
1945 adalah mengandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar
itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan
politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial, dan budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18
Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD 1945 RI,
undang-undang dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung

9
unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan
negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana
jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang
dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan
sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari
jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 ditegaskan,
bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum
formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan
hukum).
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang
hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang. Pancasila mengandung unsur-
unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar
negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya.
Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.

2.3 Hubungan, Persamaan, dan Perbedaan antara Kedudukan Pancasila


sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Dasar Filsafat Negara
2.3.1 Hubungan antara Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Bangsa dan Dasar Filsafat Negara
Hubungan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara sangat
berhubungan erat. Karena secara tidak sadar Pancasila sudah menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sejak zaman Majapahit yang diterangkan pada kitab Negara
Kertagama karangan Mpu Prapanca dan kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.
Istilah Pancasila dalam bahasa Sansakerta terdiri dari 2 kata, “panca” yang artinya

10
dan sila yang artinya sendi atau asas. Jadi Pancasila artinya berbatu sendi yang lima
atau pelaksanaan kesusilaan yang lima atau pancasila krama. Ini berarti bahwa
Pancasila sudah dijadikan pedoman dalam bertingkah laku dan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari pada masa tersebut.
Sedangkan pada masa sekarang, tepatnya sejak tanggal 1 Juni 1945 Pancasila
lahir sebagai dasar negara Indonesia. Dimana Pancasila ini lahir sebagai dasar negara
sudah berlandaskan pada pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga dasar negara
yang kita miliki merupakan ciri atau identitas dari bangsa Indonesia. Pancasila bagi
kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi
kejiwaan dan watak yang sudah berurat atau berakar di dalam kebudayaan bangsa
Indonesia. Maka kita mempunyai dasar negara yang sekaligus merupakan pandangan
hidup yang sudah menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Kelima sila-sila yang terdapat pada dasar negara Indonesia yaitu Pancasila,
sudah merupakan implementasi dari pandangan hidup yang ada di Indonesia dan
akan selalu menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi bangsa Indonesia sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup
ketatanegaraan.

2.3.2 Persamaan Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan Dasar


Negara Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup dan juga sebagai dasar dari negara
Indonesia merupakan satu-satunya pedoman bagi bangsa Indonesia dalam
menentukan arah dan tujuan hidup yang ingin dicapai. Berlandaskan kelima sila yang
terdapat dalam dasar negara, Pancasila ini dijadikan pedoman atau pegangan untuk
mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Sehingga untuk menentukan arah tujuan
yang ingin dicapai, bangsa Indonesia tidak perlu bingung atau terombang-ambing
dalam dilema, karena bangsa Indonesia sudah mempunyai Pancasila sebagai
pandangan hidup atau way of life dan juga sekaligus Pancasila sebagai dasar negara.
Jadi di sini persamaan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
negara adalah sama-sama dijadikan pedoman atau pegangan dalam menjalani
kehidupan bangsa untuk mencapai cita-cita nasional (tertuang dalam pembukaan

11
UUD 1945 alenia ke IV). Pancasila sebagai dasar negara dijadikan dasar untuk
mengatur semua penyelenggaraan dalam sebuah negara. Termasuk di dalamnya
dasar negara digunakan untuk mencapai tujuan hidup bangsa atau cita-cita nasional,
yang mencakup norma bernegara, cita-cita negara, dan tujuan negara.

2.3.3 Perbedaan Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Masyarakat


Indonesia dan Dasar Negara
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan cara bagaimana
bangsa atau masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Dimana kehidupan sehari-hari tersebut seperti cara bersikap yang baik, sesuai dengan
nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila.
Sedangkan Pancasila sebagai dasar negara adalah bagaimana Pancasila
tersebut dijadikan dasar dari pelaksanaan negara, yang mencakup bidang yang lebih
luas dari pada hanya sekedar sebagai pedoman bertingkah laku. Di sini Pancasila
mencakup hal-hal yang lebih kompleks, seperti bidang ekonomi, politik, sosial
budaya dan lain sebagainya. Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar atau
fundamental dari suatu negara. Pancasila dijadikan pedoman dalam menjalankan
seluruh tugas-tugas negara termasuk di dalamnya bagaimana cara mengaplikasikan
cita-cita bangsa agar bisa terwujud. Tidak hanya sekedar sebagai pedoman dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Jadi, perbedaan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup masyarakat Indonesia dilihat dari sudut pandang pada bidang
yang lebih luas.

2.4 Perbedaan antara Pancasila dengan Liberalisme dan Komunisme


2.4.1 Komunisme
Ideologi komunis atau komunisme merupakan perlawanan besar pertama
dalam abad ke 20 terhadap sistem ekomomi yang kapitalalis dan liberal. Komunisme
adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi
(tanah, tenaga kerja, modal) yang bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang
makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan semua orang sama. Komunisme
ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang ekonomi dan sekularisme
yang radikal tatkala agama digantikan dengan Ideologi Komunisme yang bersifat

12
doktriner. Jadi, menurut Ideologi Komunisme, kepentingan-kepentingan individu
tunduk kepada kehendak partai, negara dan bangsa (kolektivisme).
Adapun ciri-ciri Ideologi Komunisme, yaitu sebagai berikut.
1. Ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Tuhan. Orang
komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan
tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan
terserah kepada manusia.
2. Sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu, terbukti dari
ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
3. Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya
proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
4. Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution
(revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka,
komunisme sering disebut go international.
5. Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur,
masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju
kesana, ada fase diktator proletariat yang bertugas membersihkan kelas-kelas
lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah yang bertentangan dengan
demokrasi.
6. Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai
komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan
Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara
bersangkutan. Pada negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu
pada dasarnya tidak menghormati HAM.

2.4.2 Pancasila
Pengertian Ideologi Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu
hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok seperti ideologi-ideologi
lain di dunia. Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur budaya dan nilai religius bangsa
Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai ideologi bangsa dan negara. Dengan
demikian, Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bangsa dan bukannya mengangkat atau mengambil

13
ideologi dari negara lain. Pengertian Ideologi Pancasila adalah kumpulan nilai atau
norma yang meliputi sila-sila Pancasila
(http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-ideologi-pancasila.html).
Adapun karakteristik ke 5 sila pada Pancasila, yaitu sebagai berikut.
1. Tuhan Yang Maha Esa. Artinya pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi
Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagai kausa prima.
Oleh karena itu sebagai umat yang bertuhan harus taat kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pelaksanaan sila pertama
Pancasila didasarkan pada UUD 1945 Amandemen Bab XI pasal 29.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Artinya kita sebagai makhluk individu
juga sebagai makhluk sosial.Untuk itu sesuai dengan sila kedua penghargaan
kepada sesama umat manusia sangat penting sekali. Berarti pengakuan yang
sama itu sesuai dengan derajat kemanusiaan maka kita menghargai akan hak-hak
asasi manusia seimbang dengan kewajiban-kewajibannya.
3. Persatuan Indonesia. Artinya kita bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan
bangsa, sehingga dalam persatuan bangsa kita ditempatkan di atas kepentingan
sendiri. Pengorbanan untuk kepentingan bangsa lebih ditempatkan daripada
pengorbanan untuk kepentingan pribadi.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan artinya pengakuan dalam kehidupan
kemasyarakatan dan bernegara sistem yang dianut yaitu Demokrasi Pancasila.
Dalam pelaksanaan kehidupan kita tingkatkan akan musyawarah demi mencapai
tujuan kehidupan bermasyarakat, bernegara, bukan atas kekuasaan mayoritas
maupun minoritas.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Untuk mencapai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, sudah merupakan cita-cita bangsa Indonesia sejak
bangsa Indonesia di bawah kekuasaan bangsa lain. Dengan semangat proklamasi
sehingga bangsa Indonesia bisa menentukan nasibnya sendiri
(http://agussiswoyo.com/kewarganegaraan/makna-sila-sila-pancasila-dalam-
kehidupan-berbangsa-dan-bernegara/).

14
2.4.3 Liberalisme
Kata liberal berasal dari bahasa Latin “liber” yang artinya adalah bebas,
merdeka atau bukan hamba. Marcus Aurelius (121-180) dalam tulisannya yang
berjudul Meditation menjelaskan dalam sistem pemerintahan yang mendasarkan
pada kebebasan (http://catataniwariot.wordpress.com/2012/06/14/apa-itu-
liberalisme/).
Liberalisme merupakan suatu ideologi yang memberikan kebebasan individu
tanpa batasan atau halangan dari pemerintah. Munculnya ideologi ini disebabkan
karena ketatnya peraturan sehingga membuat kekuasaan bersifat otoriter, tanpa
memberikan kebebasan berpikir kepada rakyatnya. Salah satu yang menganut
Ideologi Liberalisme adalah Amerika. Kebebasan telah muncul sejak adanya
manusia di dunia, karena pada hakikatnya manusia selalu mencari kebebasan bagi
dirinya sendiri.
Adapun ciri-ciri Ideologi Liberalisme, yaitu sebagai berikut.
1. Bidang ekonomi menganut paham kapitalisme. Perekonomian diserahkan kepada
kepentingan perorangan sehingga menimbulkan pertentangan dan ketimpangan
karena yang kaya makin kaya dan yang miskin makin bertambah miskin.
Ekonomi liberal kapitalisme memberikan kemerdekaan dan kekayaan kepada
sekelompok kecil masyarakat saja, tidak kepada rakyat banyak.
2. Bidang politik menonjolkan individu artinya bisa saja orang menuntut sesuatu
kepada negara atas dasar prinsip liberal. Keadaan itu menjadikan kehidupan
politik menjadi labil sehingga pemerintahan sering berganti. Selain itu didukung
serta adanya partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilu) yang tugasnya
mengawasi dan mengevaluasi pemerintah (partai yang berkuasa). Pemerintah
hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat
hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan diri
sendiri. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
3. Bidang sosial budaya, anggota masyarakatnya bersifat individual dan sangat
mementingkan prestasi pribadi. Anggota masyarakat memiliki kebebasan
intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan
kebebasan pers.

15
4. Bidang agama, mengenal paham sekuler, artinya negara tidak ikut campur atau
menomorduakan dalam urusan agama sebab agama adalah urusan masing-masing
pribadi dan lembaga keagamaannya (http://manfaat-
pengetahuan.blogspot.com/2013/05/ciri-ciri-ideologi-liberalisme-dan.html).

2.4.4 Perbedaan antara Komunisme, Pancasila, dan Liberalisme


Secara ringkas, Ir. Heru Santoso, M. Hum dalam bukunya Sari Pendidikan
Pancasila menggambarkan perbedaan Ideologi Komunisme dengan Ideologi
Liberalisme, yaitu sebagai berikut.
Sudut
Komunisme Pancasila Liberalisme
Pandang
Kepercayaan Atheis Monotheisme Sekuler
HAM dilindungi
HAM dijunjung
HAM HAM diabaikan tanpa melupakan
secara mutlak
kewajiban asasi
Nasionalisme Nasionalisme
Nasionalisme Nasionalisme ditolak
dijunjung tinggi diabaikan
Keputusan melalui
musyawarah Keputusan melalui
Keputusan ditangan
Keputusan mufakat dan voting voting (pemungutan
pimpinan partai
(pemungutan suara)
suara)
Dominasi
Tidak ada
dalam Dominasi partai Dominsi mayoritas
dominasi
pemerintahan
Ada oposisi
Oposisi Tidak ada oposisi Ada oposisi
dengan alasan
Ada perbedaan Ada perbedaan
Pendapat Tidak ada perbedaan
pendapat-pendapat pendapat
Kepentingan negara- Kepentingan Kepentingan
Kepentingan
negara seluruh rakyat mayoritas

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan sebuah filsafat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai-nilai
yang terkandung pada Pancasila itu sendiri. Dalam sila-silanya terkandung suatu nilai
moral yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Keterkaitan
antara sila-sila yang berada pada Pancasila membuat suatu hierarki piramida yang
membuat sila-sila Pancasila tidak dapat dipisahkan antara satu sama lainnya. Itulah
yang disebut sebagai sebuah sistem filsafat dari Pancasila.
Pandangan hidup bangsa Indonesia dari zaman dulu sampai sekarang masih
mengacu pada nilai moral Pancasila. Nilai tersebut sangat melekat erat pada
kehidupan masyarakat. Maka dari itulah Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa. Selain Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila juga merupakan
dasar filsafat negara Indonesia. Pancasila dijadikan panutan dalam mengatur tugas
ketatanegaraan dan untuk mencapai cita-cita bangsa.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara
mempunyai hubungan yang sangat erat, karena sama-sama dijadikan pedoman hidup.
Tetapi walaupun sama-sama dijadikan sebagai pedoman hidup, Pancasila sebagai
pandangan hidup dijadikan pedoman oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Pancasila sebagai dasar filsafat negara digunakan untuk menjalankan
kehidupan kenegaraan yang mencakup berbagai macam bidang seperti politik,
ekonomi, budaya, sosial, dan hubungan luar negeri.
Pancasila sangat melekat pada kehidupan bangsa Indonesia, maka saat
muncul paham-paham seperti liberalisme dan komunisme tidak dapat menggoyahkan
kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar filsafat negara. Hal tersebut
terjadi karena Pancasila sudah tumbuh dan berakar sebagai budaya nasional
Indonesia. Selain itu, nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila Pancasila sudah
mencerminkan identitas dan karakteristik dari bangsa Indonesia.

17
3.2 Saran
Kita sebagai generasi muda hendaknya tetap menjunjung tinggi nilai moral
Pancasila sesuai dengan makna filsafat yang terkandung di dalamnya dan selalu
mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi banyak paham
lain yang mulai mengancam Pancasila sebagai dasar negara, kita sebagai generasi
penerus bangsa (agent of change) hendaknya bisa mengantisipasi hal tersebut. Selalu
berpikir positif dan berkarya untuk bangsa.

18
REFERENSI

Kaelan,M.S. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.

Prof.Drs.H. Tama Sembiring, S.H,M.M. Maniur Pasaribu, S.H. Drs.H.Chairul Arifin, M.M.
2012. Filsafat Dan Pendidikan Pancasila. Jakarta-Indonesia.

Dr. H . Syahrial Syarbaini, M.A. 2011. Pendidikan Pancasila.

Kaelan.Membahas Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Gajahmada University


Press,2010.

Karsadi.Membahas Upaya Membangun Moral Dan Karakter


Bangsa.Bandung:Paradigma,2004.

Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia Purwastuti, L.


Andriani.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : UNY Press

https://animaiyuni99.wordpress.com/2018/05/06/makalah-perbandingan-ideologi-
pancasila-liberalisme-dan-komunisme/ (Diakses pada tanggal 3 November 2018)

http://www.artikelsiana.com/2015/09/pancasila-sebagai-sistem-filsafat-pancasila.html
(Diakses pada tanggal 4 November 2018)

19
Foto Dokumentasi

20

Anda mungkin juga menyukai