Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

NILAM SARI UMMAYA RATRI 14.13.00


Pengertian Sistem dan Filsafat
Sistem dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari aneka bagian yang
bersama-sama mebentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian merupakan tata rakit
yang teratur, dan tata rakit itu sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan. Tiap-tiap bagian
mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun demikian tugas
dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat keseluruhan tersebut. Suatu sistem harus
memenuhi lima persyaratan seperti berikut ini :
a. Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya.
b. Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung kontradiktif.
c. Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain.
d. Semuanya mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tjuan bersama.
Sedangkan filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philen berarti cinta,
sedangkanSophia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian secara etimologis filsafat berarti
cinta akan kebijaksanaan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
Pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka mencakup
banyak bidang bahasan antara lain tentanng manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dsb.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul filsafat yang berkaitan
dengan bidang-bidang ilmu tertentu, antara lain filsafat politik, sosial, hukum, bahasa, ilmu
pengetahuan, agama dll.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sbb :
1. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksitensi dibalik fisis, yang
meliputi bidang-bidang, ontology, kosmologi dan antropologi.
2. Epistemology, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus
dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah
mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai
pendapatmengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing,
antara lain :
a. Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal.
b. Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi.
c. Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas.
d. Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan.

Arti pancasila sebagai filsafat


Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman majapahit dalam kesatuan. Namun denga
datangnya bangsa barat persatuan dan kesatuan itu dipecah mereka dalam rangka
menguasai daerah Indonesia yang kaya raya ini. Arti pancasila sebagai dasar filsafat
Negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat panacasila perl;u ilmu-
ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi filsafat
sebagai berikut :
a. Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental atau
mendasar di kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat kaitannya dengan
kehidupan masyarakat bangsa tersebut yang berkaitan dengan kelangsungan
hidup dari Negara .
b. Filsafat pancasila mampu memberikan kebenaran yang substansi termasuk
hakikat Negara, ide Negara, dan tujuan Negara, tujuan Negara dapat kita
temukan setiap konstitusi Negara yang bersangkutan. Karenanya tidak selalu
sama dan bahkan ada kecenderungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan
suatu Negara dengan Negara lain.
c. Pancasila sebagai filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan
pemersatuan berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat
akan terlihat jelas kalau Negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan
bernegara.
2. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Sebagai sistem filsafat, pancasila yang terdiri dari bagian sila-silanya yang bersama-sama
membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian sila-silanya merupakan tata rakit yang
teratur, dan tata rakit itu sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan pancasila.
Pancasila sebagai sistem filsafat berarti bahwa pancasila merupakan kesatuan pemikiran
yang mendasar yang membawakan kebenaran yang substansial atau hakiki. Jadi, pancasila
bukanlah hasi pemikiran yang secara spontan timbul dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni
1945. Apa yang dipikirkan oleg Bug Karno telah memenuhi syarat-syarat kefilsafatan antara
lain melalui deskripsi, berfikir yang kritik, evaluative, dan abstraksi.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem yang
dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan.
4. Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:122)
a.Filsafat Pancasila
Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir
sebagai collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan
sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem”
yang tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.
b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh
(sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau
satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
2. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer
Pancasilasebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya
sendiri.
3. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia
dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri.
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran
formal).
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
4) Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian
bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga membentuk
suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari
pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia, dengan masyarakat bangsa dan Negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa
kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari
pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan
berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme, materialisme,
komunisme, dan aliran filsafat yang lain.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta
menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu. Fungsi Filsafat Pancasila :
a. Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental / mendasar dalam
kehidupan bernegara, Misalnya : susunan politik, sistem politik, bentuk negara, susunan
perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini harus dapat
dikembangkan oleh filsafat.
b. Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide, negara atau
tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan).
c. Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi filsafat akan
terlihat jelas kalau negara itu sudah terbentuk keteraturan kehidupan bernegara).

3. Bukti Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sisem filsafat.
Pengertian system adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh. System lazimnya memiliki ciri-ciri sbb :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan salaing ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri. Fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang bersifat Organis.
2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
saling mengkualifikasi.
4. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat.

Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila Bersifat Organis.


Secara filosofis inti dan isi sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia yaitu sebagai monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat yaitu
jasmani dan rohani, sifat kodrat sebagai mahluk individu sosial serta memiliki kedudukan
kodrat sebagai pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME. Hal ini
terjadi karena manusia (Rakyat Indonesia) sebagai pendukung utama inti dari isi
pancasila.Unsur hakikat manusia merupakan kesatuan yang bersifat organis dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan penjelasan dari hakikat manusia monopluralis yang
merupakan kesatuan organis maka memiliki kesatuan yang organis pula.
Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkis sila-
sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi
sifatnya (kualitas). Sedangkan makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila memiliki susunan hierarkhis piramidal maka sila Ketuhanan
yang Maha Esa adalah ketuhan yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan serta
berkeadilan sosial sehingga di dalam setiap sila senantiasa terkandung sila-sila
lainnya.Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
a. Sila pertama : meliputi dan menjiwai sila-sila kedua, ketiga, keempat dan
kelima.
b. Sila kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai sila ketiga,
keempat dan kelima.
c. Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan kedua, meliputi dan menjiwai
sila keempat dan kelima.
d. Sila keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, meliputi dan
menjiwai sila kelima.
e. Sila kelima : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Susunan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi


Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada setiap sila
terkandung keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh
keempat sila lainnya.Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan

Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat


Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar
ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis.
1. Dasar Antropologis sila-sila Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas yang
berdiri sendiri-seindiri, melaikan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Subjek
pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia itu sendiri. Pancasila bahwa
hakikat dasar “Antropologis” sila-sila Pancasila adalah manusia.
2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancaila
Dasar Epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar Ontologisnya. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam Epistemologi
yaitu, pertama tentang sumber pengetahuan manusi, kedua tentang teori
kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia.
Sebagai suatu paham Epistemologi maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
harus diletakan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius
dalam upaya untuk mandapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak
dalam hidup manusia.
3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologinya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang
nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-
masing dalam menentukan tetang menentukan tentang pengertian nilai dan
hierarkhinya. Pada hakikatnya sagala sesuatu itu bernilai, hanya nilai apa saja
yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai silsafat hidup Bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
findamental dan menyeluruh. Dasar pemikiran filosofis itu terkandung dalam setiap sila
Pancasila, selain itu secara kasualitas bahwa nilai-ni lai Pancasila bersifat objektif dan
subjektif. Artinya essensi nilai-nilai Pancasila bersifat universal.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam
pelaksanaan dan penyelengaraan negara. Selain itu bahwa nilai-nilai Pancasila juga
merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan. Hal tersebut juga
meliputi moralitas para penyelengara negara dan seluruh warga negara. Oleh karena itu
bagi Bangsa Indonesia dalam era reformasi ini seharusnya bersifat rendah hati untuk
mawas diri, agar kesengsaran rakyat tidak semakin bertambah.
Kedudukan dan pandangan integralistik sebagai sistem filsafat
Pancasila merupak suatu sistem filsafat . dalam sistem itu masing-masing sifat yang
saling terkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Didalam pancasila terdapat
filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubungan manusia dan tuhan,
hubungan dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan lingkungan. Pancasila
memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia dalam pancasila tersimpul hal-hal asasi
tentang manusia. Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk itu menjadi dasar
Negara Indonesia yang bersifat majemuk tunggal. Dapat diungkapkan bahwa bangsa
Indonesia yang memiliki perbedaan juga memiliki kesamaan nasib dan juga memiliki
sejarah kehidupan. Jadi Negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat dimana segala
golongan bagian dan seluruh anggotanya berhubungan dengan erat satu dengan yang
lainnya.
Dasar Negara sebagai sistem filsafat

Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan kedhidupan bernegara


dilandasi oleh ideology atau filsafat pancasila. Fundamen Negara itu harus kokoh serta
tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen, dasar, atau ideologi bangsa mengubah
eksistensi dAn sifat Negara. Keutuhan Negara dan bangsabertolak dari sudut pandang
atau lemahnya bangsa itu berpegang pada dasar negaranya.
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia dalah sebagai berikut :
a. Secara praktis fungsional, dalam tata budaya bangsa Indonesia
prakemerdekaan pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandanga hidup
yang dipratekkan. Secara konstitusional, bangsa Indonesia mengakui pancasila
adalah dasar Negara (sifat Negara) RI.
b. Secara psikologis dan cultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat
dengan bangsa lain dan budaya manapun. Karena, wajar bangsa Indonesia
sebagai bangsa-bangsa yang lain (cina, india, arab, eropa) mewarisi sistem
filsafat dalam budayanya. Jadi pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam
budaya Indonesia.
c. Secara potensional, filsafat pancasila akan berkembang bersama dinamika
budaya filsafat pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya
konsepsional secara kuantitas dan kualitas. Filsafat pancasila merupakan bagian
dari khasanah filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
A. Penutup
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa berfilsafat berarti berfikir sedalam-dalamnya
terhadap sesuatu secra metodik, sistematik, menyeluruh atau universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari
kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari
lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan
filsafat dala arti praktis. Hal ini berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Pancasila sebagai sistem filsafat di Indonesia juga dapat dibuktikan dengan sila-sila pancasila
yang bersifat organis, hierarkis, pyramidal, serta saling mengisi dan melengkapi.

Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lain

Pengertian Ideologi
Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu (idea) berarti perawakan, gagasan, dan buah pikiran dan (logia) yang berarti ajaran.
Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
(science des ideas).

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam
berbagai bidang kehidupan seperti:
1. Bidang politik, termasuk bidang hokum, pertahanan, dan keamanan.
2. Bidang sosial.
3. Bidang kebudayaan.
4. Bidang keagamaan.

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi
suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
pada hakekatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:
1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan hidup, pandangan
dunia, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena filsafat merupakn dasar dari
gagasan yang berupa ideology. Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu
sehingga dapat dijelmakan menjadi suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Dari sudut
etimologinya, filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu
(filos) berarti cinta dan (Sophia) berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Jadifilsafat berarti
cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan. Arti kata inilah yang kemudian dirangkumkan
menjadi suatu makna bahwa filsafat adalah suatu renungan atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya untuk mencari kebenaran.

Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan, kebulatan, dan sistematis maka
pemikiran filsafat harus berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu obyek
yang menjadi titik sentral pemikiran.

Di sini jelas bahwa hubungan ideologi dan filsafat itu sukar dipisahkan. Ideologi berdiri
berdasarkan landasan tertentu yaitu filsafat. Dan masalah ideologi adalah masalah pilihan.
Ketepatannya tergantung kepada jiwa bangsa itu sendiri. Ideologi yang dianngapnya benar
dan sesuai dengan jiwa bangsa, apa lagi yang telah terbukti tetap dapat bertahan dari
segala godaan dan cobaan ideologi lain melalui gerakan-gerakan atau pemberontakan akan
memperkuat keyakinan pentingnya mempertahankan ideology.

Ideologi Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, menurut Muhammad Yamin dalam dalam bahasa
sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu:
· Panca artinya lima
· Syila artinya batu sendi, alas, dasar
· Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki arti secara
harfiah harfiah yaitu dasar yang memiliki lima unsur.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-
hak masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila memiliki kodrat sebagai
makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga nilai-nilai Ketuhanan
senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup negara dan masyarakat. Kebebasan
manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan
nilai Ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.

Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain


Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain dalam beberapa
aspek, yaitu:
• Politik Hukum
Pancasila > Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan
dan keberadaan individu dan masyarakat.

Sosialisme > Demokrasi untuk kolektivitas, Diutamakan kebersamaan, Masyarakat sama


dengan negara.

Komunisme > Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum untuk
melanggengkan komunis.

Liberalisme > Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu, Dalam politik
mementingkan individu.

• Ekonomi
Pancasila > Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat.

Sosialisme > Peran negara kecil, Kapitalisme, Monopolisme.

Komunisme > Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi Negara, Monopoli
Negara.

Liberalisme > Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme, Monopolisme,


Persaingan bebas.

• Agama
Pancasila > Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sosialisme > Agama harus mendorong berkembangnya kebersamaan, Diutamakan


kebersamaan.

Komunisme > Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.

Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih agama/atheis).

• Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat


Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan masyarakat dilandasi
3S (selaras, serasi, dan seimbang).
Sosialisme > Masyarakat lebih penting daripada individu.

Komunisme > Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting, Kolektivitas yang
dibentuk negara lebih penting.

Liberalisme > Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat diabdikan bagi
individu.

• Ciri Khas
Pancasila > Demokrasi Pancasila, Bebas memilih agama.

Sosialisme > Kebersamaan, Akomodasi.

Komunisme > Atheisme, Dogmatis, Otoriter, Ingkar HAM.

Liberalisme > Penghargaan atas HAM, Demokrasi, Negara hokum, Menolak dogmatis.

Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti senantiasa


mengantisipasi perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung ideologi serta
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan
wahana bagi tercapainya tujuan bangsa.

Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukandan fungsi
Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokkan maka
akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat Negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-
unsur kebudayaanluar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bias dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu
melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila
sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu
menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari
pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan
kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara
Republik Indonesia adalah “ atas dasar apakah negara Indonesia didirikan?” ketika mereka
bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup
bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia
sendiri yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dimiliki, diyakini, dan dihayati
kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan
pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang dianggap baik. Merela menciptakn tata nilai yang mendukung tata
kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak, dan cirri masyarakat dan bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang
demikian itu merupakan suatu kenyatan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
A. PENGERTIAN IDEOLOGI
1. Ideologi Liberalisme
2. Ideologi Komunis
3. Ideologi Pancasila

B. MACAM-MACAM IDEOLOGI
Ideologi Pancasila mempunyai perbedaan-perbedaan dengan ideologi lainnya. Berikut ini
akan disampaikan perbedaan-perbedaanya dari berbagai aspek antara lain sebagai berikut :

C. PERBEDAAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN YANG LAIN


Dalam menyikapi perbedaan-perbedaan mengenai konsep ideologi kita harus memahami
unsur-unsur ideologi diantaranya :

1. Unsur keyakinan.
2. Unsur mitos.
3. Unsur loyalitas.

D. CARA MENYIKAPI PERBEDAAN IDEOLOGI


1. Ideologi Liberalisme
Liberlisme atau liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.

Negara penganut yaitu: Amerika serikat, Argentina, Yunani, Rusia, Zimbawe, Australia,
Jerman , Spanyol, Swedia dll.

2. Ideologi Komunis
Ideologi komunis adalah suatu paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi dan golongan, paham komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu
yang ada disuatu Negara dikuasai secara mutlak oleh Negara tersebut.

Negara yang masih menganut adalah Tiongkok, Vietnam, Korea utara, Kuba dan Laos.
3. Ideologi Pancasila
Berdasarkan proses kausalitas sebagai Ideologi pancasila adalah suatu ajaran yang tersusun
sistematis dan diyakini kebenarannya, karena didasarkan atas nilai-nilai pancasila.
Proses terjadinya pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi besar lainya seperti
liberalisme, komunisme, sosialisme dan lain sebagainya. Pancasila digali dan di
kembangakan oleh para pendiri Negara dengan melalui pengamatan, pembahasan dan
konsensus yang cermat nilai-nlai pancasila yang bersumber dari budaya yang memiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri disublimasikan menjadi suatu prinsip hidup kebangsaan dan
kenegaraan bagi bangsa Indonesia.
1. Politik Hukum

Pancasila : Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan
individu dan masyarakat.
Sosialisme : Demokrasi untuk kolektivitas, diutamakan kebersamaan, masyarakat sama
dengan Negara.
Komunisme : Demokrasi rakyat, berkuasa mutlak satu parpol, hukum untuk melanggengkan
komunis.
Liberalisme : Demokrasi Liberal, Hukum untuk melindungi individu,dalam politik
mementingkan individu.

2. Ekonomi

Pancasila : Peran Negara ada untuk tidak terjadi monopoli dan lain-lain yang merugikan
rakyat.
Sosialisme : Peran Negara kecil, kapitalisme, monopolisme.
Komunisme : Peran Negara dominan, demi kolektivitas berarti demi Negara, monopoli
Negara.
Liberalisme : Peran Negara kecil, swasta mendominasi, kapitalisme, monopolisme,
persaingan bebas.

3. Agama

Pancasila : Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Sosialisme : Agama harus mendorong berkembangnya kebersamaan, diutamakan
kebersamaan.
Komunisme : Agama harus dijauhkan dari masyarakat, atheis.
Liberalisme : Agama urusan pribadi, bebas beragama ( memilih agama/atheis).

4. Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat

Pancasila : Individu diakui keberadaanya, hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3s (


selaras, serasi, dan seimbang).
Sosialisme : Masyarakat lebih penting daripada individu.
Komunisme : Individu tidak penting- masyarakat tidak penting, kolektivitas yang dibentuk
Negara lebih penting.
Liberalisme : Individu lebih enting dariada masyarakat, masyarakat diabdikan bagi individu

Ciri Khas

Pancasila : Demokrasi Pancasila, bebas memilih agama.


Sosilisme: Kebersamaan, Akomodasi.
Komunisme : Atheisme, dogmatis, otoriter, ingkar HAM.
Liberalisme : Penghargaan atas HAM, demokrasi, Negara hokum, menolak dogmatis.

Anda mungkin juga menyukai