Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI

PERKEMBANGAN SDGS KE - 5 DAN


HUBUNGANNYA DENGAN PANCASILA

Disusun oleh :
1. Asry Hafifah Hildanurizka br Pinem / 1101220402
2. Hapsari Setyaningsih / 1101223325
3. Husna Firyal Az – Zahra / 1101223038
4. Muhammad Agus Athariq / 1101220267
5. Muhammad Fadli Sugianto / 1101223144
6. Munawir Rifa’i / 1101223385

MATA KULIAH PANCASILA


TELKOM UNIVERSITY
2022
Abstract
Kesetaraan Gender telah menjadi analisis sosial di masyarakat. Pada Masa Era Society 5.0 ini
erat kaitannya dengan isu kesetaraan gender yang ada di Indonesia. Permasalahan yang
dihadapi saat ini yaitu masih tingginya budaya patriarki dibeberapa daerah di Indonesia, hal
itu dapat terlihat dari ketimpangan gender dimana terdapat ketidaksetaraan antara Laki-laki
dan perempuan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Banyak
feminis yang memperjuangkan kesetaraan Perempuan dan Laki-laki di Indonesia, tetapi
perjuangan ini terkadang tidak sesuai dengan Ideologi Pancasila atau malah berbenturan
dengan Ideologi Pancasila yang dikenal dengan istilah Feminazi, Feminazi adalah sebuah
istilah sindiran yang digunakan untuk menyebut kaum feminis yang dipandang ekstrim dan
radikal. Dalam Ideologi Pancasila terdapat nilai ketuhanan yang berarti manusia baik
perempuan ataupun laki-laki sama dimata Tuhan begitu juga dengan nilai Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yang berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan
untuk memperoleh kesempatan dan hak-hak sebagai manusia agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, sosial, ekonomi, budaya, nasional, dan kesamaan dalam
menikmati pembangunan nasional. Penelitian ini bertujuan agar kesetaraan gender dapat
tercapai, Kesetaraan Gender menandakan masyarakat yang dimana perempuan dan laki-laki
mempunyai kesempatan, kewajiban, dan hak yang sama dalam setiap bidang kehidupan.
Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki terwujud Ketika kedua gender mampu saling
berbagi dalam distribusi pengaruh dan kekuasaan, memiliki kesempatan yang sama untuk
kebebasan menikmati akses Pendidikan dan prospek untuk mengembangkan tujuan diri.
‘Kata kunci : Pancasila, Kesetaraan Gender, Ketimpangan Gender, Patriaki, SDGs5
Latar Belakang
Gender adalah perbedaan jenis kelamin yang bukan hasil dari perbedaan biologis dan bukan
merupakan kodrat Tuhan, suatu proses sosial budaya yang panjang. Selain perbedaan yang
ditentukan secara biologis, perbedaan perilaku antara pria dan wanita sebagian besar
merupakan hasil dari proses sosial dan budaya. Gender dapat diklasifikasikan sebagai alat
fungsional untuk mengukur masalah yang dihadapi oleh pria dan wanita, terutama terkait
dengan peran yang dibangun komunitas dalam masyarakat. Istilah gender telah menjadi topik
penting dan sering dibicarakan akhir-akhir ini. Banyak orang beranggapan bahwa gender
selalu berkaitan dengan perempuan sehingga semua kegiatan yang memperjuangkan
kesetaraan dan keadilan gender dilakukan dan diikuti hanya oleh perempuan, tanpa harus
melibatkan laki-laki.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang
disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonessia, guna mengakhiri kemiskinan,
mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs mencakup berbagai isu
pembangunan sosial dan ekonomi. Termasuk didalamnya kemiskinan, kelaparan, kesehatan,
Pendidikan, perubahan iklim, air, sanitasi, energi, lingkungan dan keadilan sosial. Dalam
SDGs 5 – Kesetaraan Gender dimana targetnya tertuju pada berakhirnya segala bentuk
diskriminasi dan kekerasan terhadap semua perempuan.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan
SDGs dalam masyarakat, khususnya SDGs ke-5 tentang kesetaraan gender. Di Indonesia
sendiri, fenomena ketimpangan gender merupakan suatu hal yang masih sering terjadi,
karena kultur atau budaya yang sudah lama ada.
Alasan kami mengambil judul tersebut ialah karena di Indonesia ini masih banyak kurang nya
kesadaran masyarakat mengenai kesetaraan gender, oleh karena itu alasan kami membuatkan
jurnal ini agar masyarakat dapat memahami mengenai kesetaraan gender, agar tidak ada
perbedaan perbedaan penilalian mengenai satu gender.
Dasar teori
Berikut ini beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dari landasan teori, yaitu :
1. Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadan dan bukan hanya diciptakan oleh seorang sebagaimana
yang terjadi pada ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya Pancasila melalui
proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi merupakan
sebuah istilah yang sangat kental dengan kehidupan bernegara, berbangsa sehingga
warna dari suatu bangsa sangat ditentukan oleh ideologi yang dianutnya. Secara
Bahasa Pancasila berasal dari Bahasa Sanskerta yaitu panca yang artinya lima
sedangkan sila artinya dasar. Jadi, Pancasila adalah lima dasar. Istilah ideologi terdiri
dari dua akar kata yang diambil dari Bahasa Yunani yakni logos dan idea. Logos
adalah sebuah konsep pemikiran, adapun idea adalah sebuah konsep atau ide. Dengan
demikian, ideologi adalah konsep buah pemikiran yang berlandaskan pada nilai
Pancasila. Pancasila bukan hanya dijadikan ideologi bagi setiap bangsa Indonesia.
Bahkan dijadikan ideologi negara. Setiap perilaku pejabat dan jajaran pemerintahan
harus mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila
merupakan jati diri dan identitas bangsa.

Pancasila
Dalam Pancasila setiap gerak dan langkah bersosialisasi mencerminkan nilai-nilai
Pancasila. Bunyi Pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2. Makna Pancasila sila ke-2 (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)


Bagi masyarakat Indonesia, adil mungkin artinya sangat krusial. Makna sila ke-2
pancasila merupakan keadilan yang berlaku dalam segala aspek kehidupan, yaitu baik
materil maupun spiritual. Makna sila ke-2 dalam Pancasila merupakan kalimat yang
menegaskan bahwasannya Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah berlaku adil
terhadap siapapun dan juga menghargai satu sama lain. Kemanusiaan yang adil dan
beradab juga mengandung arti tercapainya keadilan pada banyak bidang seperti
bidang ekonomi, politik, Pendidikan, kebudayaan dan sosial.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung arti yakni tercapainya


keseimbangan antara laki-laki dan perempuan dan menurunkan ketimpangan yang
masih banyak berlaku antara laki-laki dan perempuan. Keseimbangan yang dimaksud
adalah keseimbangan antara kehidupan dalam lingkungan kerja ataupu lingkungan
yang lain.
3. Makna Pancasila sila ke-5 (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Serupa dengan sila ke-2, keadilan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
orang. Makna sila ke-5 dalam Pancasila menegaskan bahwasaannya keadilan sosial
merupakan keadilan yang berlaku bagi siapapun yang ada di dunia ini dalam segala
aspek kehidupan. Rakyat Indonesia banyak mendapat perlakuan adil, seperti dalam
bidang ekonomi, aturan, politik, Pendidikan, kebudayaan dan sosial. Keadilan sosial
mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan eksklusif dan rakyat.
Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan jasmani dan rohani, maka keadilan itu
pun mencakup keadilan dan memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang,
Metode kerja
Metode kerja pada jurnal ini adalah metode pendekatan kualitati dengan sumber data yaitu
sumber dan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan yang
telah disiapkan sebagai variabel observasi pada analisis ini. Wawancara penelitian bersifat
terbuka dan tidak terpaku pada formalitas. Tahap dilakukannnya metode kerja wawancara
adalah sebagai berikut
1. Menyusun daftar pertanyaan.
2. Mempersiapkan alat yang akan dibawa ketika wawancara seperti hp untuk merekam
dan untuk dokumentasi.
3. Menanyakan kesediaan narasumber yang akan diwawancarai.
4. Melakukan wawancara dan bertanya sesuai daftar pertanyaan.
5. Merekam dan mencatat poin penting yang disampaikan oleh sumber.
6. Melakukan dokumentasi akhir dengan narasumber

Pengambilan Data dan Analisis


Pengambilan data ini dilakukan dengan cara melakukan kegiatan survei terhadap Dosen dan
Mahasiswa Telkom Univerosty untuk mendapat jawaban dari pertanyaan yang telah
disiapkan berikut :
1. Apa makna kesetaraan gender menurut anda?
2. Pernahkan menemukan isu kesetaraan gender selama menjadi dosen/mahasiswa?
3. Apakah anda pernah mengalami diskriminasi gender?
4. Apakah menurut anda isu kesetaraan gender masih tabu dibahas di kalangan
masyarakat Indonesia?
5. Bagaimana pandangan anda mengenai budaya patriarki yang masih tinggi di
Indonesia?

Hasil Pengambilan Data dan Analisis


Para narasumber memiliki berbagai macam pandangan mengenai makna kesetaraan gender.
Salah satu diantaranya berpendapat bahwa, “Makna kesetaraan gender adalah adanya pilihan
jalan untuk memperoleh pendidikan yang sama, untuk dapat bekerja dan memimpin, serta
mendapatkan kesetaraan dalam berbagai aspek lainnya seperti kesehatan dan hukum.” (Ibu
Fetty Poerwita Sary, dosen Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika Telkom
University). Narasumber lain juga memiliki pendapat serupa, yaitu, “Kesetaraan gender itu
bukan tentang outputnya, seperti dalam sebuah kantor harus ada 50% perempuan dan 50%
laki-laki. Tetapi makna kesetaraan disini berkonteks pada kesetaraan dalam kesempatan.
Misalnya dalam suatu pekerjaan perempuan dan laki-laki sama-sama dapat mendaftar dan
berkompentensi.” (Bapak Dhoni Putra Setiawan, dosen Teknik Telekomunikasi Telkom
University). Pendapat 3 narasumber lainnya juga bertitik berat pada adanya kesetaraan hak
pada semua bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, bahkan kepemimpinan
(Natasya, Mahasiswi Telkom University. Alfina, Mahasiswi Telkom University. Ibu Hasna
Ahmadi, Ibu Rumah Tangga).
Selanjutnya, para narasumber diberi pertanyaan mengenai keberadaan isu kesetaraan gender
di lingkungan sekitar. Namun bila ditinjau dari lingkungan kampus khususnya Telkom
University sendiri, kesetaraan gender bukanlah suatu masalah. Menurut Ibu Fetty, dimana
beliau adalah salah satu tokoh yang terlibat dalam pengembangan instrument untuk sekolah
inklusif, yaitu sekolah yang berdiri dengan kesetaraan sebagai pilar utamanya dan tidak
terbatas dengan kesetaraan gender saja. Tetapi kesetaraan atas kalangan yang memiliki
disabilitas juga. Atas hal tersebut, setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan,
pelayanan, dan pekerjaan. Seperti yang dikutip dari jawaban Kak Alfina, “Sekarang sudah
banyak yang aware tentang kesetaraan gender.” Sehingga, dalam konteks lingkungan
kampus, kesetaraan sudah bukan menjadi masalah yang mendasar.
Lalu, para narasumber diberi pertanyaan tentang diskriminasi gender, tetapi apabila dibahas
diskriminasi gender di tempat kerja dan kuliah, jarang terjadi, “Tidak pernah mendapat yang
namanya disikriminasi yang membuat kehilangan kesempatan bekerja atau mendapat
fasilitas” (Bapak Dhoni Putra Setiawan, Dosen Teknik Telekomunikasi Telkom University),
“Yang jadi pemimpin biasanya laki-laki, dan perempuan lebih sering dibelakangi ketika ada
laki-laki” (Natasya dan Alfina, Mahasiswa Telkom University), “Yang paling penting adalah
kita menunjukkan bahwa kita kompeten bahwa kita memiliki pengetahuan memiliki
keterampilan dan memiliki”( Ibu Fetty Poerwita Sary, Dosen Manajemen Bisnis
Telekomunikasi dan Informatika Telkom University).
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang isu kesetaraan gender yang masih tabu dibahas di
kalangan masyarakat Indonesia. Hasil wawancara menunjukkan pendapat yang berbeda-beda
dari tiap narasumber. Dikutip dari jawaban Ibu Fetty, “Masyarakat saat ini sudah menyadari
pentingnya pola pengasuhan dan pola pendidikan, sehingga tiap individu mulai menyadari
peran mereka dalam masyarakat.” Fakta bahwa istilah “Wanita Karier” yang sudah mulai
berkembang juga dapat menjadi penanda bahwa kesetaraan gender sudah bukan sebuah isu di
Indonesia. Seperti kata Ibu Hasna bahwa zaman sekarang sudah banyak perempuan
terpelajar, bahkan di bidang pekerjaan yang di dominasi oleh laki-laki seperti kepolisian dan
militer pun didapati perempuan yang menduduki profesi tersebut. Tetapi menurut Pak Dhoni,
“Jika berbicara isu kepemimpinan, dominan orang-orang akan berpikir bahwa yang cocok
adalah laki-laki.” Pendapat Kak Natasya juga serupa, “Sampai sekarang masih tidak jarang
didapati pemikiran zaman dulu yang menganggap sudah menjadi kodrat perempuan untuk
mengerjakan urusan rumah tangga dan laki-laki yang bekerja.”
Para narasumber memiliki berbagai macam pendapat tentang budaya partiaki yang masih
tinggi di Indonesia. Salah satunya pendapat dari Pak dhony bahwa partiaki di Indonesia
masih tinggi, Dia berpendapat bahwa hak laki-laki dan perempuan belum terlalu bisa
menyerahkan kepada masyarakat. Pendapat narasumber lain bahwa budaya patriaki juga
tidak hanya tinggi di Indonesia namun dinegara negara seperti India, Srilanka, Bangladesh.
Intinya patriaki di Indonesia masih sangat tinggi karena sudah melekat ke culture budaya
masyarakat Indonesia. Rosul juga mengajari bahwa seorang suami pun harus membantu
istrinya dirumah. Dalam kisah juga pernah diceritakan bahwa perempuan tercipta dari tulang
rusuk laki-laki, jadi bahwa sejatinya hak laki-laki dan perempuan setara dan sesuai kodratnya,
tapi kembali lagi ke pola pikir masyarakat Indonesia yang masih mengikuti pemikiran nenek
moyang dan kurangnya Pendidikan itu sendiri .
Kesimpulan
Meningkatnya perhatian masyarakat Indonesia tentang kesetaraan gender. Membawa
pengaruh yang sangat baik, hal itu dapat terlihat dari wanita yang memiliki akses ke jenjang
Pendidikan yang lebih tinggi, akses dalam kesempatan bekerja yang sama dengan pria, begitu
juga di dunia politik, wanita sudah dapat menyuarakan aspirasinya dengan bebas mengenai
pemerintahan. Hal ini menjadi pertanda yang baik bahwa tujuan SDGs ke-5 mulai terwujud.
Sesuai dengan Pancasila sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”, bahwasannya keadilan sosial merupakan keadilan yang berlaku dalam rakyat
pada segala bidang kehidupan, baik material maupun spiritual. Rakyat Indonesia
mendapatkan perlakuan yang adil pada banyak sekali bidang antara lain bidang ekonomi,
aturan, politik, pendidikan, kebudayaan dan sosial.
Daftar Pustaka
Ums (2015).Jurnal Kesetaraan Gender.Jawa Tengah.
BPIP.go.id (2022).Ideologi Pancasila di Era Milenial.
Department of Economic and Social Affairs .Sustainable Development.

Anda mungkin juga menyukai