Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang
menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara
tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa.
Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu
konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau
masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau
standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk mengorganisasikan
sistem tingkah laku suatu masyarakat (Prayitno, 1989:1).
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat
budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi
dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah,
hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama
pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya
(Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa
lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima
sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah


Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1   Apakah pengertian panacasila ?
1.2.2   Apa yang dimaksud dengan filsafat pancasila ?
1.2.3 Apakah pengertian hakikat ?
1.2.4   Apa hakikat sila-sila pancasila ?

1
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.    Untuk mengetahui  arti Pancasila dalam kedudukannya  sebagai filsafat bangsa Indonesia.
2.    Untuk mengetahui  kedudukan  dan pandangan integralistik Pancasila sebagai  sistem
filsafat.
3.    Untuk mengetahui dasar sehingga Pancasila di jadikan Sebagai Sistem Filsafat bangsa
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat pancasila adalah pancasila merupakan sebagai filosofi bagi bangsa Indonesia.
Pada kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda
oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila telah dijadikan sebagai wacana sejak pada tahun 1945.
Filsafat pancasila senantiasa selalu diperbarui sesuai dengan ( permintaan ) rezim yang berkuasa
sehingga pada pancasila ini selalu berbeda dari waktu ke waktu.

Pengertian Filsafat Pancasila Sebagai Filosofi Menurut Para Ahli

Pengertian filsafah pancasila secara umum adalah hasil dari pemikiran yang paling dalam yang
dianggap, dipercaya dan sangat diyakini sebagai sesuatu ( norma-norma dan nilai-nilai ) yang paling
dianggap benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai untuk bangsa Indonesia.

Filsafat pancasila menurut Abdulgani

Menurut Abdulgani pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir sebagai collective ideologie
( cita-cita bersama ) dari seluruh bangsa Indonesia.

Filsafat pancasila menurut Soekarno

Filsafat pancasila oleh Soekarno dikembangkan lagi sejak tahun 1955 hingga berakhirnya
kekuasaannya tahun 1965. Pada saat itu Soekarno selalu manyatakan bahwa pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya india
( hindu-budha ), Barat ( Kristen ) dan Arab ( Islam ).

Menurut Soekarno ( ketuhanan ) ialah asli berasal dari Indonesia ( keadilan sosial ) terinpirasi
dari konsep ratu adil, Soekarno tidak pernah menyinggung atau memprogandakan ( persatuan ).

Filsafat pancasila menurut Soeharto

Oleh Soeharto filsafat pancasila mengalami Indonesia, melalui filsuf-filsuf yang disponsori
Depdikbud semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia
sehingga menghasilkan ( pancasila truly Indonesia ). Semua sila dalam pancasila ialah asli Indonesia
dan pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci ( butir-butir pancasila ). Filsuf Indonesia yang bekerja
dan mempromosikan bahwa filsafat pancasila ialah truly Indonesia antara lain : sunoto, R. Parmono,
Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus
Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo dan Moerdiono.

Pancasila merupakan sebagai sistem filsafat yang memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan
dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.

Secara ontologis, dari kajian pancasila merupakan sebagai filsafata yang dimaksudkan sebagai
upaya untuk dapat mengetahui pada hakekat dasar dari sila-sila panacasila. Bahwa pada hakekatnya
dasar ontologism pancasila ialah manusia, sebab pancasila merupakan subjek hukum pokok dari

3
pancasila itu sendiri. Kemudian pada hakekatnya manusia itu ialah semua kompleksitas makhluk
hidup baik sebagai makhluk indivindu sekaligus juga sebagai makhluk sosial.

Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan bahwa yang berketuhanan yang maha esa, yang
berkemanusian yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serat yang berkeadilan
sosial adalah manusia.

Dari bidang ilmu epistemologis filsafat pancasila dalam arti sebagai upaya untuk mencari
kebenaran pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Dalam persoalan mendasar epistemologis
dibagi menjadi 3 yaitu :

1.Tentang sumber pengetahuan manusia

2.Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia

3. tentang watak pengetahuan manusia

Bahwa tentang sumber pengetahuan pancasila, sebagaimana telah diketahui bahwa pancasila
digali dari nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia itu sendiri, serta dirumuskan secara bersama-
sama. Pancasila juga sebagai suatu sistem pengetahuan yang memiliki susunan yang bersifat formal
logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti dari sila-silanya. Selanjutnya sila-sisla
pancasila merupakan sebagai suatu sistem filsafat yang juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologinya yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga merupakan
suatu kesatuan.

2.2 Filsafat Pancasila


Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila  merupakan filsafat negara yang lahir
sebagai collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan
menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakekat dari Pancasila.

Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pengertian


ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. 

Secara ontologi, kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat dasar antologi
pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum pokok sila-sila
pancasila.

4
a. Pengertian filsafat Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif.
a.       Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya
secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
b.      Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, ciri-ciri sistem yaitu
sebagai berikut :
1.      Suatu kestuan bagian-bagian
2.      Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3.      Saling berhubungan, saling ketergantungan
4.      Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan system)
5.      Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:22)

Sila-sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Antara sila-sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan
saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila lainnya. Pancasila
pada hakikatnya merupakan sutu system, dalam pengertian bahwa bagian-bagian, sila-silanya
saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila
sebagai suatu system juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila,
yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan
dirinya sendiri, dengan sesam manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilainya telah
dimiiki oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan suatu system dalam
pengertian kefilsafatan sebagaimana system filsafat lainnya antara lain materlialisme, idealism,
rasionalisme liberalism, sosialisme dan sebagainya. Pancasila sebagai suatu system filsafat
bersifat khas dan berbeda dengan system-sistem filsafat lainnya misalnya lieralisme,
materialisme, komunisme dan aliran filsafat yang lainnya.

b. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila

5
      Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
- Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas).
Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-
pisah, maka itu bukan Pancasila.
-  Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
 Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5
 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4, 5
 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5
 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan menjiwai sila 5
 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4
     
-     Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila
sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
-     Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya,
sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan
sehari-hari.

c.   Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila


Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini
Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada
dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal)
3)      Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan
Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
4)      Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :


1.      Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
2.      Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

6
3.      Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4.      Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
5.      Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

2.3.1. Pengertian Hakikat

Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan
inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-ubah, namun inti
tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama Thales, yang memiliki pokok
pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti
segalanya. Semua hal meskipun mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun
intinya adalah satu yaitu air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air. 

2.3.2. Hakikat Sila-sila dalam Pancasila

A. Sila Pancasila: Ke-Tuhanan yang Maha Esa.

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan semua
mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam
sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang
banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak
dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan
keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan
adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada
pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Jadi,
dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa
(ethisme).

B. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai potensi piker,
rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal
budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai
dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata
adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu

7
berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian
tata kesopanan kesusilaan atau moral. Jadi, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran
sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia maupun terhadap alam dan hewan.

C. Sila ketiga : Persatuan Indonesia 

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah persatuan bermacam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu
makna geograpis dan makna bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu
karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan
berdaulat, persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

D. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu wilayah
tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada
ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan
selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura) mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan. Jadi,
rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya
diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung
jawab. 

E. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang
hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan. Jadi, setiap warga Indonesia mendapat

8
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan sesuai dengan
UUD 1945 makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur. Sila Keadilan
sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia
dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat sdil-makmur berdasarkan Pancasila.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta akan
kebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerja sama antara sila yang satu dengan sila yang lain
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

10

Anda mungkin juga menyukai