Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nanda prayoga

NIM : C1B022014

Kelas :A

Prodi : Ilmu Tanah

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila sebagai sistem filsafat dimaknai sebagai hasil pemikiran manusia Indonesia
secara mendalam, sistematis, menyeluruh tentang kenyataan. Pancasila yang terdiri dari lima
sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem kefilsafatan berarti ajaran-ajaran
tentang kenyataan yang saling berhubungan. Sehingga, sistem filsafat merupakan kesatuan
bersifat organis dan komprehensif yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada
dasarnya, setiap sistem kefilsafatan mencerminkan pandangan suatu kelompok atau suatu
bangsa. Pengertian filsafat secara harfiah yaitu cinta kebijaksanaan.

Terbentuknya sistem kefilsafatan ini juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial,
dan spiritual yang ada di tempat suatu kelompok atau suatu bangsa hidup. Maka, sebagai
sistem filsafat, Pancasila berarti refleksi kritis dan rasional sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa dengan tujuan mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh. Adapun pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat
ini dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.

 Cara deduktif berarti dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
 Cara induktif berarti dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti serta makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

Melalui cara-cara tersebut, filsafat Pancasila sebagai hasil perenungan memberi pengetahuan
dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Dengan kata lain, Pancasila
sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi
dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Pada dasarnya, yang menjadi subjek atau pendukung
dari isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai manusia. Ali Mudhofir dalam
jurnal berjudul Pancasila sebagai Sistem Kefilsafatan (1996) menjelaskan bahwa manusia di
sini merujuk pada manusia yang terdiri dari sejumlah unsur mutlak. Yang mana, semua unsur
tersebut menduduki dan menjalankan fungsinya secara mutlak. Artinya, fungsinya tidak dapat
digantikan oleh unsur yang lain. Inti isi masing-masing sila Pancasila sendiri merupakan
penjelmaan atau realisasi yang sesuai dengan unsur-unsur hakikat manusia, sehingga setiap
sila menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan
kesatuan Pancasila. Filsafat pancasila sebagai hasil pemikiran juga dapat dimaknai sebagai
pedoman hidup sehari-hari (way of life). Pancasila merupakan pencerminan pandangan
bangsa Indonesia dalam menghadapi realitas. Melalui kelima silanya, yaitu:

1) Ketuhanan yang Maha Esa.

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Persatuan Indonesia.

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila sebagai sistem filsafat mencerminkan pandangan bangsa, dengan inti ajaran
pada masing-masing sila sebagai berikut:

 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima merupakan penyebab pertama dan utama diatas
segala sebab-sebab lainnya. Segenap bangsa Indonesia meyakini bahwa segala
sesuatu, semesta dan isinya berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadanya.
Keyakinan ini yang menjadikan sila ketuhanan berada pada urutan pertama karena
pancasila memang disusun secara logis berdasarkan keberadaan unsur-unsurnya.
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.
 Satu, yaitu kesatuan yang memiliki kepribadian sendiri.
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara yang menjunjung nilai kerja sama dan gotong
royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain sesuai haknya.

Berdasarkan hal tersebut, ajaran dalam Pancasila mencakup wawasan filsafat yang meliputi
bidang atau aspek ontologi (keberadaan), epistemologi (pengetahuan), dan aksiologi (nilai-
nilai).

Anda mungkin juga menyukai