Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI SISTEM

FILSAFAT
Kelompok 6 :

 DWI AVIDA ZULVA


 DENNY
KAHARUDDIN
 KHOFIFAH
 RANGGA DELPHI
KURNIAWAN
 FAHMI FIRDAUS
Pengertian Sistem dan Sistem
Filsafat
“Sistem” dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari
aneka bagian yang bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-
tiap bagian mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang
lain, namun demikian tugas dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat
keseluruhan tersebut. Suatu sistem harus memenuhi lima persyaratan seperti
berikut ini:
• Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya
• Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung kontradiktif
• Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain
• Ada keseimbangan dalam kerja sama
• Semua mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan bersama
Sedangkan “filsafat” berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philo berarti
cinta, sedangkan shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian secara
etimologis filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat mempertanyakan apa
hakekat atau esensi dari sesuatu. Dengan cara itu jawaban yang akan
diberikan berupa kebenaran yang hakiki.
Pancasila sebagai sistem
filsafat
Berarti bahwa Pancasila merupakan kesatuan pemikiran yang mendasar yang
membawakan kebenaran yang substansial atau hakiki.
Pancasila yang disahkan secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945 itu
telah memenuhi syarat sebagai sistem filsafat. Sebagai sistem filsafat,
Pancasila yang terdiri dari lima sila itu merupakan satu keseluruhan yang
terdiri dari bagian sila-silanya merupakan tata rakit yang teratur, dan tata rakit
itu sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan Pancasila.
Pancasila sebagai sistem
filsafat
Dalam konteks aksiologi
yang membahas tentang manfaat dari nilai. Pancasila sebagai sistem filsafat secara
keseluruhan bulat utuh mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan bangsa
Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, mengandung manfaat sebagai acuan moral
bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, mengandung
manfaat untuk dijadika cita-cita bersama sebagai ideologi bangsa dan negara.
Dalam konteks ontologis
yang membahas tentang “ada sebagai yang ada”, yang adanya tidak dapat tidak, dan hakiki.
Artinya keberadaan mutlak nilai-nilai Pancasila itu ada dalam adat istiadat budaya dan religi
bangsa Indonesia sejak dulu kala. Keberadaan mutlak dari sistem filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan yang benar-benar kuat tak mudah digoyahkan. Oleh karena itu
menolak Pancasila sebagai sistem filsafat berarti mengingkari nilai-nilai substansial hakiki
yang telah membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak dulu kala.
Pancasila sebagai sistem
filsafat
Dalam konteks antropologis
yang membahas tentang kajian “manusia” itu sendiri. Pancasila sebagai sistem filsafat
bertitik tolak pada hakekat kodrat manusia yang “monopluralis” yaitu terdiri dari: susunan
kodrat monodualis jiwa-raga; kedudukan kodrat monodualis makhluk berdiri sendiri-
makhluk Tuhan; sifat kodrat monodualis makhluk individusosial. Hakekat kodrat manusia
yang demikian itu menjadi landasan kehidupan manusia yang baik secara individu maupun
kelompok kebangsaan, yang selalu diarahkan dalam keseimbangan dan keselarasan.
Dalam konteks epistemologis.
Pancasila sebagai sistem filsafat dimaksudkan bahwa keberadaannya diproses dengan
menggunakan metode tertentu oleh Notonegoro, metode yang dipergunakan untuk
memprose Pancasila itu disebut analitiko sintesa atau induksi. Dimulai dari pengamatan hal-
hal khusus terhadap nilai-nilai adat istiadat-budaya dan religi bangsa Indonesia. Dari
pengamatan khusus itu diperoleh nilai yang sama, dan nilai yang sama itu dipadatkan
menjadi lima (5) sila seperti termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
Fungsi Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita,
yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila
memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan
kelima sila-silanya tersebut.

Filsafat pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan


pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bermasyarakat dan
bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Mengapa Pancasila dikatakan
Pertama : sebagai sistem filsafat?
dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun Kutipan Pidatonya sebagai
berikut :
”Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan
Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan
yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas
mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno, 1985: 7)

Kedua :
Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu
yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati
sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag).
KESIMPULAN

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran
para pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische Grondslag.
Perenungan ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang
menjadi identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi
sejak sidang BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu
momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat. Mengapa mahasiswa
perlu memahami Pancasila secara filosofis? Alasannya karena mata kuliah Pancasila pada
tingkat perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk berpikir secara terbuka, kritis,
sistematis, komprehensif, dan mendasar sebagaimana ciri-ciri pemikiran filsafat.
Sekian Dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai