Anda di halaman 1dari 9

“Pancasila Sebagai

Sistem Filsafat”
Kelompok 1:

1. Afrilia Maulida (2206104040017)


2. Putri Fajar Nabila (2206104040099)
3. Putri Natasya (2206104040031 )
4. Rifki Aufal (2206104040104)
Pengertian Sistem dan Sistem Filsafat
“Sistem” dapat didefinisikan sebagai satu keseluruhan yang
terdiri dari aneka bagian yang bersama-sama membentuk satu
kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian mempunyai tugas dan
fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain, namun
demikian tugas dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat
keseluruhan tersebut. Suatu sistem harus memenuhi lima
persyaratan seperti berikut ini:
• Merupakan satu kesatuan utuh dari unsur-unsurnya
• Bersifat konsisten dan koheren, tidak mengandung
kontradiktif
• Ada hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain
• Ada keseimbangan dalam kerja sama
• Semua mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan
bersama
Sedangkan “filsafat” berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Philo berarti cinta, sedangkan shopia berarti kebijaksanaan.
Dengan demikian secara etimologis filsafat berarti cinta akan
kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat dari
segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat
mempertanyakan apa hakekat atau esensi dari sesuatu. Dengan
cara itu jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang
hakiki.
Adapun ciri-ciri berfikir filsafat :
1. Radikal; sampai ke akar persoalan
2. Kritis; tanggap terhadap persoalan yang berkembang
3. Rasional; sejauh dapat dijangkau akal manusia
4. Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi
5. Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
6. Koheren; runtut, berurutan
7. Konsisten; berpikir lurus/ tidak berlawanan
8. Sistematis; saling berkaitan
9. Matodis; ada cara untuk memperoleh kebenaran
10. Komprehensif; menyeluruh, dan
11. Bebas dan bertanggungjawab.
Pancasila sebagai sistem filsafat
Berarti bahwa Pancasila merupakan kesatuan
pemikiran yang mendasar yang membawakan
kebenaran yang substansial atau hakiki.
Pancasila yang disahkan secara formal di dalam
Pembukaan UUD 1945 itu telah memenuhi syarat
sebagai sistem filsafat. Sebagai sistem filsafat,
Pancasila yang terdiri dari lima sila itu merupakan satu
keseluruhan yang terdiri dari bagian sila-silanya
merupakan tata rakit yang teratur, dan tata rakit itu
sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan
Pancasila.
Dalam konteks aksiologi Dalam konteks ontologis
yang membahas tentang yang membahas tentang “ada
manfaat dari nilai. Pancasila sebagai yang ada”, yang
sebagai sistem filsafat adanya tidak dapat tidak, dan
secara keseluruhan bulat hakiki. Artinya keberadaan
utuh mengandung nilai mutlak nilai-nilai Pancasila itu
manfaat yaitu untuk ada dalam adat istiadat budaya
mempersatukan bangsa dan religi bangsa Indonesia
Indonesia yang beraneka sejak dulu kala. Keberadaan
ragam suku bangsa ini, mutlak dari sistem filsafat
mengandung manfaat Pancasila mempunyai
sebagai acuan moral bangsa kedudukan yang benar-benar
Indonesia dalam kehidupan kuat tak mudah digoyahkan.
bermasyarakat, berbangsa, Oleh karena itu menolak
dan bernegara, mengandung Pancasila sebagai sistem
manfaat untuk dijadika cita- filsafat berarti mengingkari nilai-
cita bersama sebagai nilai substansial hakiki yang
ideologi bangsa dan negara. telah membudaya dalam
kehidupan bangsa Indonesia
sejak dulu kala.
Dalam konteks antropologis
Dalam konteks epistemologis.
yang membahas tentang kajian
Pancasila sebagai sistem filsafat
“manusia” itu sendiri. Pancasila
dimaksudkan bahwa
sebagai sistem filsafat bertitik
keberadaannya diproses dengan
tolak pada hakekat kodrat
menggunakan metode tertentu
manusia yang “monopluralis”
oleh Notonegoro, metode yang
yaitu terdiri dari: susunan kodrat
dipergunakan untuk memprose
monodualis jiwa-raga;
Pancasila itu disebut analitiko
kedudukan kodrat monodualis
sintesa atau induksi. Dimulai dari
makhluk berdiri sendiri-makhluk
pengamatan hal-hal khusus
Tuhan; sifat kodrat monodualis
terhadap nilai-nilai adat istiadat-
makhluk individusosial. Hakekat
budaya dan religi bangsa
kodrat manusia yang demikian
Indonesia. Dari pengamatan
itu menjadi landasan kehidupan
khusus itu diperoleh nilai yang
manusia yang baik secara
sama, dan nilai yang sama itu
individu maupun kelompok
dipadatkan menjadi lima (5) sila
kebangsaan, yang selalu
seperti termuat dalam
diarahkan dalam keseimbangan
Pembukaan UUD 1945.
dan keselarasan.
Bentuk susunan hierarkhis piramida ini mengacu pada hukum logika
perbandingan linear, yaitu: isi pengertian kecil tetapi luas cakupan juga
kecil dan sebaliknya, isi pengertian besar tetapi luas cakupan juga besar.

Keterangan :
Meskipun beda gambarnya, tetapi keduanya substansinya sama. Gambar
piramida “normal” itu menunjukan pada suatu perbandingan terbalik, artinya isi
kecil, luas cakupannya besar. Sebaliknya isi besar, luas cakupannya kecil.
Sedangkan gambar piramida terbalik menunjukan pada suatu perbandingan linier,
artinya: isi kecil, lus cakupannya juga kecil. Sebaliknya isi besar, luas cakupannya
juga besar.
Pada gambar piramida “normal”, Sila I terletak pada puncak piramida yang
artinya, isinya keci tetapi meliputi dan menjiwai sila-sila lainnya. Pada gambar
piramida terbalik, Sila I terletak pada bagian atas piramida terbalik, sehingga Sila I
memiliki isi yang besar dan luas cakupannya juga besar.
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai