Anda di halaman 1dari 4

Semusim Berlalu

Oleh : Ainiati Sakinah (2206104040090)

Ada banyak cerita yang terkadang tak pernah bisa kita ceritakan pada manusia. Sang
Khaliq adalah tempat bercurah kata ataupun frasa cinta tanpa terasa tabu. Begitu pula
dengan Mira. Banyak cerita dan asa yang Mira lalui dalam hidup yang memberikan banyak
pelajaran cinta, sehingga membuatnya sadar ternyata tak semua cinta akan bertemu pada
pertemuan.
Kala itu bermula pada musim hujan, Rima bertemu dengan Kevin Si Cinta Monyetnya
dulu saat berhenti di serambi Gedung putih itu. Rima menyapa duluan tanpa ada rona di
pipi “Vin” , dengan sapaan singkat versi Rima yang terkenal cuek. Kevin dengan suara samar
seperti malu menjawab sapaan Rima menyambut “Iya Ma’, gimana kabarnya?”. Rima
merasakan gelombang alfa seperti muncul ditatapan matanya, dalam hati Rima
menggumam “Gila, sudah beberapa tahun berlalu kok masih ada rasa malu kaya perasaan
cinta monyet dulu”. Rima yang notabene gadis yang terkenal friendly menyambung
pembicaraan mereka “I’m good, kamu kuliah sekarang?”. Kevin langsung menjawab “Iya
ma, dengar-dengar kamu juga kuliah di Kota yang sama denganku”. Rima langsung
menjawab spontan “Iya Vin, musim depan aku sudah mulai kuliah”. Kevin tersenyum
“Baguslah, mana tau nanti bisa aku bantuin kalau mau”. “Tentu saja Vin” Jawab Rima.
Perbincangan itu bermuara pada pertukaran Kontak yang terjadi pada perkenalan
pada umumnya. Hari-hari berlalu pada suatu Kevin melempar sepatah kata perkenalan
lewat telpon genggam yang membuat Rima tergila-gila seperti anak monyet yang
kegirangan mendapatkan segudang makanan. Bagaimana tidak girang, ternyata Rima masih
menyimpan rasa dan asa pada Kevin Si Cinta Monyetnya dulu. “Gak perlu nyebut nama Vin
aku kenal kok foto profil mu”, kata Rima. “O iya Rima, kalau sempat kamu mau ikut acara
pertemuan alumni SMA kita” tanya Kevin. Rima langsung menjawab dengan cepat tanpa
berfikir Panjang “Iya Vin, kamu juga ke sana?”. “Iya Ma, kamu mau aku jemput?” tawar
Kevin. Rima seperti anak gadis pada umumnya yang sengaja mengulur menjawab
pertanyaan agar dikira cewek berkelas, dan beberapa Jam Rima menjawab “Oke Vin”.
Pertemuan Alumni di hari Minggu itu mempertemukan Kevin dan Rima sehingga
mereka seperti bertemu Kembali setelah beberapa tahun. Banyak cerita yang terpapar
dengan mesra dan indah dari keduanya. Tidak begitu lama pertemuan Alumni berakhir Rima
diantar Kevin Kembali ke kosnya. Mereka saling melempar senyum sebelum berpisah
dengan senyuman yang manis seperti madu. Malam itu jam 21.00 Kevin Kembali
mengingatkan Rima kenangan cinta monyet mereka dulu, sepertinya Kevin dan Rima intens
saling berkirim pesan, sehingga pasa suatu waktu Kevin mengutarakan perasaannya pada
Rima. “Kamu mau jadi teman dekatku?” tanya kevin. Rima yang terkejut tapi senang
mendengar pertanyaan Kevin melompat-lompat di Kasur yang tipis itu sehingga membuat
kepalanya terbentur ke tembok. “Bagaimana aku menolaknya” gumam Rima dalam hati.
Rima sengaja lambat membalas pesan Kevin agar terlihat tidak terlalu ada rasa. Besoknya
Rima baru menjawab pesan itu “oke” jawaban Rima meragukan dan membuat Kevin
bingung dan berfikir “Kok mudah sekali menjawab oke, apa dia sebenarnya suka aku
duluan? Entahlah”.
Hari-hari berlalu mereka selalu berkirim kabar dan melepas keinginan untuk
bertemu. Pada bulan Desember itu Rima masih semester awal, ternyata pendaftaran
beasiswa di London dulu mendapatkan jawaban. “Kamu diterima di Universitas yang dulu
kamu idamkan” kata Ayah Rima. Perasaan campur aduk Rima rasakan, disuatu sisi Rima
sangat senang diterima kuliah di Universitas impian dan Kota impiannya selama ini, disisi
lain dia tidak mau meninggalkan cintanya di Kota ini. Rima menceritakan dilema yang ia
alami pada Kevin, Kevin dengan berbesar hati menyetujui impian Rima kuliah di London.
Tiba hari perpisahan Rima dengan Kevin di Kota yang selama ini menjadi kenangan
mereka menghabiskan waktu Bersama. Mobil travel menjemput Rima di kos itu, dengan
sesenggukan Kevin melepas Rima. Tanpa Rima sadari ternyata Kevin mengikuti mobil yang
ditumpangi Rima hingga ke Loket yang berjarak 1 jam perjalanan dari kos Rima. Melihat
Kevin yang mengikuti Rima hingga ke Loket, membuat Rima meneteskan air mata. Ternyata
Kevin masih berat melepas Rima untuk kuliah di London. Di saat bersamaan mereka baru
melambaikan tangan tanda mobil travel itu melangsungkan perjalanan terbatas pula
pertemuan Rima dan Kevin.
Penerbangan Rima dini hari ditempuh pada malam itu juga. Rima sampai di London
ditempat yang impikan selama ini, bertemu dengan beberapa mahasiswa dari berbagai
Negara. Rima mulai beradaptasi membiasakan diri dengan musim di Kota itu. Satu pekan
berlalu Rima sepertinya sudah terbiasa dengan budaya, makanan, dan musim dingin di
London. Rima yang selalu berkirim pesan singkat dengan Kevin dan melakukan panggilan
video membuat Rima semangat melalui hari di kota itu.
Tengah malam Ketika badai menerpa distrik asrama Rima, Kevin menelpon
mengabarkan kalau dia mengeluhkan sakit di dada. Rima yang berfikir mungkin itu karena
Kevin kecapean kuliah membalas perkataan Kevin “Istirahat dulu Vin, mungkin kamu butuh
waktu break beberapa hari”. Minggu berlalu di sela percakapan mereka lewat chat Kevin
selalu mengeluhkan sakit di dadanya. Kevin yang selalu memberi perhatian, bantuan pada
Rima membuat Rima ingin melepas rindu dengan Kevin. Rima membuat panggilan video
“Keadaan kamu gimana Vin?”. “Ya, begini lah sakitnya kadang hilang timbul” jawab Kevin.
Sepertinya mereka larut dalam pembicaraan malam itu.
Satu musim berlalu, tibalah musim panas di London. Rima memiliki jadwal kuliah
yang padat, membuatnya sulit menguhubungi Kevin. Kevin setiap hari mengirim pesan
singkat pada Rima, tapi karena begitu banyak tugas kuliah membuat Rima tidak sempat
menjawab pesan itu. Pada suatu hari Kevin menelpon dan bertanya mengapa Rima tak
pernah membalas pesannya. “Maaf ya Vin, aku sibuk dari pekan kemaren” jawab Rima. “Aku
hanya perlu kabar dari kamu” tukas Kevin. Kevin adalah sosok lelaki yang perhatian, penuh
cinta dan sayang. Kekecewaan tergambar di wajah Kevin, Kevin kemudian mematikan telpon
video itu. Rima mengabaikan gestur Kevin itu begitu saja, menganggap Kevin akan baik-baik
saja.
Kevin dan Rima tak saling memberi kabar selama lebih dua pekan. Rima
beranggapan mungkin Kevin masih kesal dengan perlakuaannya. Hari itu saat Rima
berkumpul dengan teman-temannya duduk di Kafe sembari berjemur, menerima panggilan
dari Kevin. Tapi karena masih asyik berbincang dengan teman-temannya Rima lagi-lagi
mengabaikan Kevin.
Ketika waktu pulang di kos Rima teringat untuk menelpon Kevin, akan tetapi nomor
kontak Kevin tidak dapat dihubungi. Rima berfikir mungkin Kevin mematikan telponnya.
Keesokan harinya Rima Kembali menelpon, tetapi nomor kontak Kevin tidak dapat
tersambung. Begitu sampai hari ke lima panggilan dari nomor Kevin. Dengan sigap Rima
langsung mengangkat telpon suara itu, suara menangis didengar Rima pertama kali. “Nak,
Kevin sudah tiada” kata ibu Kevin. Rima berfikir ibu Kevin pasti bercanda dan mengalihkan
telpon video, Rima melihat jasad Kevin membuat jantungnya berdetak tak beraturan. Waktu
terasa berhenti berputar, serasa campur aduk. Tak lagi tertahan air mata Rima, ternyata
Kevin selama ini mengeluhkan sakit yang serius akan tetapi Rima tak menyadari itu. Ibu
Kevin menguatkan Rima “Ibu tau Kevin sangat sayang padamu, hingga akhir hayatnya ia
masih menyimpan pesan untuk mu, akan ibu kirim minggu depan.”
Rima melalui waktu yang tak mudah setelah kepergian Kevin, hari-hari dimusim
panas itu seperti bertambah terik selepas kepergian Kevin yang tanpa berpamitan. Selama
beberapa pekan Rima masih menyimpan air mata yang tak berhenti mengalir saat
mengenang ketulusan Kevin. Paket yang dikirim ibu Kevin telah sampai, betapa bertambah
kepiluan Rima menerima surat itu. “Mungkin surat ini kamu baca aku sudah tidak ada lagi di
dunia ini, aku menderita kelainan pada paru-paru yang membuat waktuku hanya tinggal
beberapa minggu lagi. Aku harap kamu bisa memanggil ibuku dengan panggilan “Ibu”,
karena banyak cerita tentangmu yang ku ceritakan pada ibuku. Rima, jika suatu hari nanti
kamu bertemu lelaki yang menjadi teman hidupmu, aku harap kamu memperlakukannya
dengan elok. Cinta kadang tak bisa dipertemukan, tetapi aku yakin akan ada yang
mencintaimu lebih dari aku”, menetes air mata Rima membaca surat Kevin itu. Begitu sakit
hati Rima membaca surat dari Kevin yang membuat air matanya terus mengalir sepanjang
malam.
Hanya semusim berlalu Rima akhirnya memutuskan untuk pulang ke Kotanya untuk
mengunjungi pusara Kevin. Sesampainya di sana Rima melihat pusara Kevin tanahnya masih
basah dan ditimpali dengan air mata Rima yang turut membasahi pusara kekasihnya itu.

Anda mungkin juga menyukai