Anda di halaman 1dari 5

Hanya Salah Paham

Cerpen Karangan: Aditya Novitasari

Malam ini Dimas serius mempelajari rumus-rumus fisika di ruang belajarnya,


bukan tanpa sebab karena besok di kelasnya akan diadakan ulangan dan
Dimas berharap dengan usaha belajarnya malam ini dia akan mendapatkan
nilai sempurna di ulangan fisika esok hari.

Pagi harinya, sebelum ulangan fisika dimulai, Bu Jelsi selaku guru fisika di
kelas XI Ipa 2 menjelaskan alur pengerjaannya dengan ketentuan jika ketahuan
mencontek tidak akan diberi nilai. Siswa di kelas seakan mengerti tentang
penjelasan Bu. Jelsi yang terkenal killer (galak) itu dengan ulangan di kerjakan
secara mandiri dan tanpa suara.

Seusai ulangan fisika berakhir, Dimas menemui sahabatnya Irfan yang berbeda
kelas. Mereka bersahabat sejak SMP, jadi mereka sudah seperti saudara. Irfan
memiliki hobi berbeda dengan Dimas, jika Dimas mengikuti ekstrakulikuler
melukis di sekolahnya, sedangkan Irfan mengikuti ekstrakulikuler karate di
sekolahnya. Walau begitu mereka berdua sama-sama single -jomblo.

Nanti sore lo ikut maen futsal jadi tim gue ya bro? Ajak Irfan saat mereka
berdua di kantin.

Tetapi Dimas malah senyum-senyum sendiri dan matanya tertuju pada cewek
yang duduk di pojokan menyatap makanan bersama teman ceweknya.

Sotonya di makan dulu bro, keburu dingin Ucap Irfan sambil menuang kecap
ke dalam mangkok sotonya.
oke Jawab Dimas singkat tanpa matanya menoleh ke arah cewek itu. Karena
jengkelnya Irfan, di tuangkannya satu sedok sambal ke dalam mangkok Dimas.
lihatin siapa sih lo bro, sampai sebegitunya? Kata Irfan penasaran dan ikut
mencari cewek yang sedari tadi Dimas lihat.
itu loh yang duduk di pojokan, cantik kan bro? Sahut Dimas cepat.
yaelah, si Orla cewek gendut itu? Kata Irfan sesuai dengan apa yang
dilihatnya.
ngaco, belakangnya si Orla bro Kata Dimas seakan tak terima.

Ternyata cewek yang membuat Dimas jadi senyum-senyum sendiri sejak tadi
adalah Vika. Dia cantik dan pinter, dari kelas satu SMA Dimas belum bisa
mengalahkan kepandaian Vika sebagai juara bertahan di kelasnya. Selain itu
Vika cewek yang anggun dan calm -lembut- itu yang membuat Dimas semakin
jatuh cinta terhadap Vika.

Lo tadi ngajakin gue futsal? Kata Dimas akhirnya menjawab ajakan Irfan
setelah Vika meninggalkan kantin itu.
iya, bareng Rio dan temen di kelas gue, gimana? Jawab Irfan sambil
menahan tawa ketika melihat Dimas mulai menyantap soto di mangkoknya.
Satu, duaa, tigaaa Seketika Dimas kepedesan dan keringat bercucuran di
wajahnya.
Wah, ini pasti lo kan yang iseng ngasih sambal di mangkok gue? Kata Dimas
menuduh seakan tak terima.
Makanya kalau pesen makanan itu dimakan dulu bukan untuk lo cuekin dan
ngelihatin si Vika Jawab Irfan sok menasehati.

Sore harinya, Dimas tak ikut maen futsal dengan Irfan karena perutnya sakit
gara-gara sambal tadi siang di mangkok sotonya. Irfan juga sudah meminta
maaf atas keisengannya itu.

Hari ini hasil ulangan fisika dibagikan dan lagi-lagi Vika yang mendapatkan
nilai tertinggi di kelas. Sedangkan Dimas hanya mendapat nilai tujuh di
ulangan fisika kali ini.

Dim, apa kemarin kamu gak belajar? Tanya Bu Jelsi.


Belajar Bu Jawab Dimas mantap.
Kenapa kamu hanya dapat nilai tujuh? Kata Bu Jelsi heran.
Mungkin Dimas kurang teliti menjawab soal fisika kemarin Bu Kata Dimas
sok bijak.
Gimana nilai lo mau dapet bagus, kalau ngerjainnya aja sambil melamun
Bisik Revan teman sebangku Dimas.

Lalu sebelum Bu Jelsi meninggalkan kelas dia menceritakan tentang perilaku


Dimas yang sekarang berubah gak seperti kelas X SMA dulu. Di saat kelas X
dulu Vika dan Dimas bisa dikatakan murid yang pintar walau Vika selalu
peringkat pertama dan Dimas peringkat kedua. Tapi sekarang seolah semangat
belajar Dimas menurun. Memang semua dugaan Bu Jelsi itu benar.

Sejak Dimas ditinggalkan Mamanya ke Paris untuk menjadi seorang Designer,


delapan bulan lalu, Dimas jadi merasa kesepian dan kehilangan sosok ibu di
kehidupannya. Apalagi sekarang Papanya jarang pulang ke rumah. Cara
belajar Dimas sekarang hanya dilakukan jika ada ulangan saja. Dimas menjadi
pemalas, sering melamun dan kadang pelupa. Tiba-tiba tak ada angin tak ada
hujan, Vika menghampiri Dimas untuk diajak belajar bareng.

Kamu ngajak aku belajar bareng? Kata Dimas tak yakin dan mencubit tangan
kirinya.
Iya serius ini, mau gak? Jawab Vika dengan senyumnya yang manis.
Sebelum Dimas menjawab dia mencari kaca untuk bercermin.
Gue ganteng juga enggak, jelek juga enggak, tapi kok Vika mau ngajak gue
belajar bareng ya, ini serasa kayak mimpi Ucapnya dalam hati sambil terus
bercermin.

Dua bulan sudah Dimas belajar bareng Vika dan nilai-nilai Dimas membaik.
Vika selalu mengajak Dimas ke perpustakaan untuk meminjamkan buku agar
dipelajari Dimas di rumah. Selain itu mereka juga membuat lirik lagu sendiri
untuk menghafal materi pelajaran agar mudah di ingat. Dimas menjadi
semangat belajar lagi, dia tidak malas lagi untuk mencatat materi yang sedang
disampaikan oleh guru.

Makasih Vika, kamu sudah mau membantu dimas, seperti yang ibu suruh
Ucap Bu Jelsi di kantor, ikut senang.
Sama-sama Bu, sekarang tugas saya sudah selesai Jawab Vika.

Sore ini, Dimas mengikuti ekstrakulikuler melukis, dia melukiskan wajah Vika
di kanvas. Dimas berniat ingin memberikan lukisan ini kepada Vika karena dia
sudah mau mengajak Dimas belajar bareng. Tentu itu membuat hati Dimas
senang. Sekaligus dia hendak mengungkapkan perasaannya selama ini pada
Vika.
Tanpa berpikir lama, Dimas langsung menghampiri Vika yang sedang
membaca buku di kelas. Saat itu suasana kelas mendukung Dimas untuk
segera berbicara padanya.

Ada apa dim? Kata Vika dan menutup bukunya.


Maaf jika aku menganggu, tapi aku cuman mau ngajak kamu buat dateng ke
Choco Cafe nanti sore, jam 5 gimana? Ucap Dimas penuh harap.
Bisa, nanti sore aku akan ke sana Jawab Vika membuat hati Dimas senang.
Thanks, sampai ketemu nanti sore di Cafe Jawab Dimas lalu beranjak pergi
setelah dilihatnya ada beberapa mata-mata yang sedari tadi mendengarkan
pembicaraan Dimas dan Vika, tapi Dimas anggap wajar saja karena Vika di
Sekolah menjadi incaran banyak Cowok. Walau Dimas tak takut jika dia kalah
saing.

Siang ini adalah jadwal ekstrakulikuler karate, dan Irfan mengikuti karate itu di
Sekolah. Sejak Dimas belajar bareng Vika, dia tak pernah bisa datang jika
diajak Irfan kumpul untuk futsal, main billyard atau sebagainya. Dia lebih
sering telepon Irfan tapi yang dia bicarakan selalu tentang Vika. Walau
bagaimanapun Irfan tetap mendukung Dimas untuk mendapatkan cintanya
Vika.

Setelah latihan karate berakhir, Irfan bergegas untuk pulang karena jam sudah
menunjukkan pukul 5 sore. Dengan motor bebeknya dia mulai melaju ke jalan-
jalan yang mulai dipadati orang-orang yang pulang dari kantor. Motor Irfan
berhenti mendadak di halte bus ketika melihat segerombol orang menyekap
satu cewek seperti motif penculikan atau penodongan paksa. Dengan keahlian
karatenya Irfan mulai menghajar para Preman itu.

Jalan menjadi macet. Karena banyak orang ikut turun dari kendaraannya dan
ikut memukul Preman atau sekedar menoton aksi Irfan itu. Tiba-tiba Dimas
yang lewat jalan itu ikut turun dan melihat dari kejauhan. Betapa kagetnya
Dimas karena cewek yang ditolongnya adalah Vika. Dengan wajah Vika yang
ketakutan dan langsung memeluk Irfan.

Makasih Fan, aku gak tahu bakal jadi apa kalau gak ada kamu yang nolong
aku Kata Vika dengan air mata yang mengalir ke pipinya.
Udah jangan takut, premannya sudah dibawa ke kantor polisi kok Kata Irfan
menenangkan hati Vika.
Dimas melihatnya menjadi cemburu dan seolah hujan sore ini benar-benar
mewakili suasana hatinya. Dibuangnya lukisan bergambar Vika ke jalanan dan
terkikis oleh derasnya hujan. Rencana Dimas pun GAGAL.

Keesokan harinya Dimas mengajak Irfan ke belakang sekolah.


Kalau lo suka sama Vika bilang dong, gak usah nusuk gue dari belakang
kayak kemarin Kata Dimas penuh emosi.
Siapa sih yang suka sama Vika, gue tuh nolong dia Pembelaan Irfan.
Emangnya gue bisa lo bohongin, jelas-jelas lo pelukan sama Vika Ucap
Dimas dengan nada keras.
Kalau kemarin Vika gak gue tolongin, dan gue gak ada di situ mungkin Vika
udah habis ditodong preman bro, lagian kalau lo di situ ngapain gak ikut
nolongin Vika? Tanya Irfan pada Dimas.
Gue itu baik ke semua orang. Gue nolong jika ada yang butuh pertolongan.
Bukan berati gue suka bro! Ucap Irfan lagi.

Tanpa ada jawaban. Dimas langsung memukul wajah Irfan. Tapi berhasil Irfan
tahan.

Lo boleh cemburu, tapi gak usah pake kekerasan bro. Gue emang single, tapi
gue masih punya prinsip, gue gak akan suka sama orang yang udah lo suka.
inget itu! Kata Irfan dan beranjak pergi dari tempat itu menuju kelas Vika
untuk diajaknya ke belakang sekolah menemui Dimas. Biar masalah ini cepat
beres.

Di belakang sekolah, Vika menemui Dimas di temani Irfan yang berdiri di balik
pohon.

Irfan udah cerita semuanya sama aku, terus kamu mau bilang apa? Kata
Vika dengan suara lembutnya.
Aku minta maaf kalau acara kemarin gagal, aku cuman mau ngucapin terima
kasih karena kamu udah mau ngajakin aku belajar bareng dan aku senang
udah kenal kamu, kalau boleh bilang aku ada perasaan yang lebih dari sekedar
teman sama kamu, maukah jika kamu aku miliki? Kata Dimas dengan
keberaniannya menyatakan secara langsung pada Vika yang ada di depannya.
Maaf dim sebelumnya, aku ngajak kamu belajar bareng karena Bu Jelsi yang
suruh. Dan kita tetap jadi temen aja, karena aku lebih suka sama temanmu,
Irfan Kata Vika jujur. Kemudian Vika memanggil Irfan agar tidak bersembunyi
di belakang pohon.
Fan, aku ada perasaan sama kamu Kata Vika langsung tertuju pada Irfan.
Maaf Vika, kita berteman aja. Aku baik sama kamu, bukan berarti aku suka
denganmu Kata Irfan dengan sikap dewasa.

Mereka bertiga saling berpelukan, dan mereka tetap menjadi seorang single
sampai Dimas bisa move on dari Vika dan Vika bisa move on dari Irfan.

SELESAI
Cerpen Karangan: Aditya Novitasari
Facebook: www.facebook.com/aditya novitasari
twitter: aditya_vitha

Anda mungkin juga menyukai