Anda di halaman 1dari 23

NASKAH DRAMA TEATER

Kelas : XII MM A

TEMA : persahabatan

JUDUL : ketika persahabatan di uji

PEMAIN :

1. Febriyan Ardianto sebagai Ardian.

2. Dwi Rahayu sebagai Dira

3. Astriyaningsih sebagai Ayasi

4. Dimas Khamdan M sebagai Dimas

5. Dian Fitrianingrum sebagai Riani

6. Eko Mualifin sebagai Alif

7. Dela Puspita sebagai Delita

KETIKA PERSAHABATAN DIUJI

#scene 1

Suatu ketika 2 cowok dan 4 cewek SMK menjalin persahabatan. Di kelas mereka

terdapat anak baru pindahan dari Jakarta yang akan mulai sekolah pada hari ini. Dira

sebagai cewek yang paling tahu kabar terbarunya langsung duduk menghampiri teman-

teman yang lainnya di tangga setelah menaruh tas di dalam kelas.

Dira : “guys.. gue mau cerita” (bicaranya dengan nada yang semangat)

Ayasi :” kayak nggak biasa aja “ (jawab Ayasi sambil memainkan ponselnya)

Riani : “cerita aja biasanya juga kagak ada remnya”

Dira : “ iya- iya tahu, ehh katanya di kelas kita bakalan ada anak baru loh”

Ayasi, Riani, dan Delita :” udah tahu mbak” (jawabnya kompak sambil memutar bola

matanya malas”

Dira :” ihh kalian mah, terus udah tahu cowok apa cewek ??”

Riani : “ belom, mau cewek apa cowok nggak peduli lah “

Delita : “kenapa sih emangnya ?”


Ayasi : “paling juga cowok, biasanya juga kalo pindahan anaknya bandel. Lagian gue

udah tertarik sama cowok yang bareng kita”

Dira : “ ya, kan nggak semuanya, Yas. Gue denger-denger sih, cowok, terus tuh

anaknya... eh , tunggu deh, cowok yang bareng sama kita, siapa ? Dimas ?”

Ayasi :”ya nggak lah, Dimas itu kalo sama lo pasti cocok deh, Ra.”

Dira : “enak aja !, berarti siapa ? Ardian ?” ( ayasi hanya mengangguk sambil

tersenyum bahagia hanya mendengar nama Ardian, sedangkan Dira langsung terdiam)

Delita :” udah jangan cerita mulu, udah bel masuk..” (berdiri dan diikuti Ayasi juga

Riani meninggalkan Dira)

#scene 2

Di area parkir sekolah, Dimas sedang menunggu Ardian sambil mendengarkan musik

menggunakan headset. Padahal bel masuk sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.

Tiba-tiba ada anak cowok yang memegang bahu Dimas. Dan Dimas menyingkirkan

tangan itu di bahunya, kemudian turun dari motornya sambil terus menatap layar

ponselnya meninggalkan cowok tadi.

Dimas : “ udah masuk dari tadi juga, gara-gara kamu sih telat mulu, minta di

tungguin segala lagi, kalo aku di hukum kamu yang harus tanggung jawab !” (omel

Dimas tetap berjalan menuju kelasnya )

Alif : “ itu cowok kenapa ya ? ngomel-ngomel sambil natap hp “

Dimas selesai memainkan game di hp miliknya, kemudian memasukkan hp ke dalam

saku dan melepaskan headset di telinganya. Menyadari berjalan sendirian di tangga. Dia

langsung menengok kanan dan kirinya yang ternyata tidak ada Ardian, kemudian

turun dan mencari Ardian menuju ke parkiran kembali.

Alif : “kakak ! tunggu !” (teriak Alif sambil mengejar Dimas yang berlari melewatinya)

Dimas : (merasa di panggil, dia berhenti dan menengok kebelakang yang sudah ada Alif)

Alif : “maaf ganggu kak, saya murid baru di sini, dan saya mau tanya kelas XII

Multimedia A di mana ya?”


Dimas : “ada urusan apa ya ?” (tanya Dimas sambil melihat Alif dari bawah sampai

atas, dan merasa baru pernah melihat cowok itu di sekolahnya)

Alif : “ saya masuk di kelas itu” Ardian berjalan dengan santainya menghampiri Dimas

sambil menata rambutnya, dengan pakaian yang tidak rapi, dan juga mengahmpiri

anak baru yang bernama Alif, menatap dari ujung rambutnya sampai ke ujung kakinya.

Merasa asing dengan Alif, kemudian dia bertanya kepada Dimas.

Ardian : “ siapa dia , Dim?”

Alif : “ nama saya Alif , kak. Saya boleh minta tolong untuk mengantarkan saya ke

kelas XII Multimedia A?”

Ardian : “oh, gue Ardian, dan ini Dimas. lo anak baru ? kebetulan dong lo satu kelas

sama kita, lo ikut kita aja” (jawab Ardian sambil merangkul Alif)

Dimas : “yahhh dapet temen baru aja gue di tinggalin, woyy Ardian tungguin !”

Ardian berhenti dengan sengaja, kemudian Dimas yang berjalan cepat sambil

memainkan game di hp nya tidak menyadari keberadaan Ardian, Dimas menabrak

punggung Ardian.

Ardian : “ kalo jalan yang bener dong, nggak Cuma di jalan raya doang yang di larang

memainkan hp saat berkendara, tapi di sini juga. Biar lo nggak seenak jidat nabrak

orang”

Dimas : “iya maaf deh, pagi-pagi jangan ceramahin gue”

Ardian : “kalo nggak di ceramahin takutnya lo malah jadi nabrak tembok, gue takut

kalo lo nggak ketolong” (sambil meneruskan jalan ke kantin dengan Alif)

Sedangkan Dimas, diam sambil mencerna kata- kata Ardian barusan.

Dimas : “nabrak tembok, nggak ke tolong ? jadi maksudnya, Ardian takut kalo aku

nabrak tembok terus nyawanya nggak ke tolong, dan Ardian kehilangan ? wahhh dia

perhatian juga” ( sambil tersenyum dan menyusul Ardian ke kantin)

#scene 3

Di kelas XII MM A baru ada anak beberapa, diantaranya adalah 3 cewek yang sedang

duduk berhadapan. Dira masih dengan muka betenya, Ayasi sedang membaca wattpad
dan Riani membaca Komik di hp masing-masing. Sedangkan Delita sudah pergi ke

perpus setelah ingat bahwa hari ini tidak ada KBM, karena ada acara lomba untuk

memperingati hari kemerdekaan Indonesia.

Dira : “ tahu gini di kelas gue Cuma di cuekin kalian , mending juga ikut Delita ke

perpustakaan aja”

Ayasi : “ kayak lo suka baca buku aja “ ( sambil melempar buku ke arah Dira)

Riani : “suruh baca buku satu lembar aja ngeluhnya kayak nggak di kasih makan 5

hari“

Dira : “ iya serah kalian aja lah, ayoo sih keluar kelas, semangatin anak yang lomba

kek, atau ke kantin kek, kalian nggak laper emang ?”

Riani : “ayok ngantin aja” (berdiri dan memasukkan hp ke dalam sakunya”

Ayasi : “ aku mau nyusul Delita aja lah, hemat uang saku guys “

Dira : “jangan hemat-hemat, ntar kagak gemuk dan tinggi” ( ledek Dira sambil berlari

menghindari amukan dari Ayasi, sedangkan Riani sudah berjalan lebih dulu)

Ayasi yang tidak terima dengan ejekan Dira, memutuskan untuk ikut ke kantin dan

tetap mengejar Dira.

#scene 4

Ardian, Dimas, dan Alif sedang berada di kantin. Alif masih merasa kesal kepada

Ardian dan Dimas yang di percaya akan mengantarkan dirinya menuju kelas barunya

ternyata di antarkan ke kantin. Dimas, masih asyik dengan game di ponselnya.

Sedangkan Ardian justru menikmati minuman yang tadi di pesannya.

Ardian : “ nggak pesen makan , Lif?”

Alif : “ aku kan mintanya di antar ke kelas bukan malah ke kantin.”

Dimas : “ biasa mah kalo Ardian. Sukanya ngajak yang nggak bener”

Ardian : “kayak lo bener aja” (sambil menoyor kepala Dimas)

Alif : “ kapan ke kelas?”


Ardian : “ sekarang”

Ardian berdiri lebih dulu dan meninggalkan Dimas dan juga Alif. Saat Alif hendak

berdiri dan mengikuti Ardian, Dimas mencegahnya.

Dimas : “ lo boleh ngikut, tapi bayarin pesenan kita dulu tadi”

Alif : “ kan kalian yang pesen, ngapain aku yang bayar?”

Dimas : “ terserah lo aja, kalo mau aman ya bayarin dong, anak baru aja pelit”

( sambil meninggalkan Alif dan mengejar Ardian)

Alif : “( mengelus dada, menyabarkan dirinya dengan sikap 2 cowok menyebalkan di

hari pertama ia sekolah) berapa bu semuanya?”

Pedagang : “hanya 5000,- saja, mas”

Alif membayarkan pesanan teman barunya dan berlari mengejar Ardian dan Dimas.

Tetapi sayangnya justru menabrak cewek yang sedang berlari menuju ke kantin.

Dira :” adawww... sakit nih ! kalo lari tuh yang bener dong mas ! kalo nggak bisa lari ya

jalan aja “ ( omel Dira )

Alif : “eh, maaf kak. Saya mau ngejar Ardian sama Dimas, soalnya saya udah di tinggal.

Permisi” (kata Alif melanjutkan mengejar Ardian dan Dimas yang sudah sampai di

dekat loket. Dan mengabaikan kicauan Dira)

Dira : “dasar tuh cowok, nggak tahu apa sakit di tabrak gini. Ardian pasti abis jahilin

cowok tadi, dasar tuh cowok nakalnya nggak sembuh-sembuh”

Riani : “ udah jangan ngomel terus, nanti makanan di kantin abis”

Ayasi : “ makanya jangan ngejek gue. Tuh akibatnya”

#scene 5

Semenjak kehadiran Alif, Ardian dan Dimas dapat berteman baik dan juga dengan

Ayasi, Riani, Delita. Berbeda dengan Dira, karena kejadian waktu itu, dia masih kesal

dengan Alif. Di tangga dekat kelasnya, Alif mendekati Dira yang sedang selfie.

Dira : “ ngapain lo ke sini ? mau nabrak gue lagi ?” (tanya Dira dengan nada ketus)
Alif : “ aku Cuma mau minta maaf soal waktu itu. Aku beneran nggak sengaja. Kita

berteman ya?”

Ardian yang sedang berada di pintu kelasnya, melihat Dira sedang bedua dengan Alif,

langsung saja menghampiri Dira, dan mengambil hp di tangan Dira, kemudian

membawanya ke kelas . Karena kesal dengan Ardian, Dira langsung mengejarnya ke

kelas.

Dira : “balikin woyy ! capek nih lari-lari. Bodo kalo aku haus harus beliin minuman”

( teriak Dira sambil terus mengejar Ardian. Sedangkan yang lainnya hanya acuh

dengan tingkah kedua temannya itu”

Ardian : “makanya jadi cewek nggak usah manja. Di tabrak, lecet nggak kok pake

nggak mau maafin Alif” (jawabnya sambil berhenti dan duduk di meja Riani)

Riani : “lagian kamu juga ngapain main kejar-kejaran kayak anak kecil tahu nggak !”

Dan Dira berhasil mengambil hp di tangan Ardian. Kemudian menarik dasi Ardian.

Ardian : “bisa nggak sih nggak usah narik dasi !”

Dira : “makanya jadi cowok nggak usah nakal. Udah kelas 3 aja nggak tobat lo !”

Ardian : “siapa lo ngatur? Punya hak apa lo nyuruh ? lo nggak punya cermin ? mau

Dimas beliin buat lo ? udah kelas 3 jangan manja, kayak anak kecil aja, di tabrak doang

sampe nggak mau maafin orangnya” (karena merasa cemburu, makanya Ardian tidak

bisa mengontrol emosinya)

Dira : “gue pacar lo, gue punya hak atas lo, dan kenapa lo marah-marah nggak jelas

gini sih, kalo aja nggak inget mereka, gue bakalan tanya kenapa lo bersikap gini ke gue,

Ardian. Sakit lo bilang gitu” (batin Dira)

Ayasi : “ udah nggak usah di lanjutin !” (berdiri dari duduknya untuk mencoba melerai

Adrian dan Dira,)

(gue cemburu liat kamu sama Dira, Ad. Aku nggak kuat.) “batin Ayasi”

Riani : “iya ngapain sih di perpanjang, di bicarain baik-baik juga bisa kan?”

Adrian : “urusin tuh cewek satu !”


(Bentak Adrian dan kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga dan menuju ke

Dimas dan Alif di tangga. sebelum benar-benar sampai di luar kelas, dia menatap Dira

sebentar. “maaf gue kasar sama lo, Ra. Gue nggak suka lo deket sama Alif, gue sayang

sama lo “ (batin Ardian)

Delita yang baru mau memasuki kelasnya, di cegah oleh Alif yang tadinya sedang

bercengkerama dengan Dimas dan juga Ardian di tangga.

Alif : “Del , tunggu sebentar”

Delita : “iya, kenapaa ya, Lif?”

Alif : “ sampaikan maaf aku ke Dira ya, maaf karna aku, Dira sama Ardian jadi

berantem juga, bilangin kalo gue nggak sengaja nabrak dia”

Delita :” oh ya ? hm okay aku sampaikan. Aku duluan ya”

#scene 6

Keeseokan harinya, saat jam istirahat, Ardian dan Dimas juga Alif menghampiri cewek-

cewek di depan kelas terkecuali Delita yang memang tidak masuk sekolah karena sakit.

Sedangkan Dira yang menyadari kehadiran mereka, langsung menarik Ayasi

menghindari Ardian, dan memalukannya Ayasi harus menabrak tiang di hadapannya

yang entah kapan bediri di sana. Dira masih kesal dengan Ardian kala hari itu.

Ayasi : “adawww ! sakit, ini kenapa tiang berdiri di sini sih, siapa suruh coba” (bisik

Ayasi kepada Dira yang hanya di tanggapin raut dingin Dira)

Dimas : “ lah, kenapa pada pergi mereka?” (tanya Dimas kepada yang lainnya)

Ardian : “males ngeliat muka lo, Dim.” (jawab Adrian sambil duduk di samping Alif,

dan memainkan hp)

Dimas : “sembarangan lo ,Yan. Eh, Riani, emang mereka kenapa si malah pergi pas kita

bertiga nyamperin?”

Riani : “paling juga Dira masih bete sama Ardian juga Alif. Nanti juga sembuh sendiri

lah.” ( jawabnya smabil tetap membaca komik di hp nya)

Alif hanya mendengarkan obrolan mereka.


( “kenapa Dira ngejauhin aku , dia juga ngejauhin Ardian ? apa karena kejadian waktu

itu yang nggak di sengaja, aku bakal nyamperin Dira saat pulang sekolah nanti. Nggak

seharusnya pertemanan kayak gini, tapi gimana ya?” (batin Alif)

Riani : “eh, gue masuk kelas dulu ya”

“oke “ (jawab 3 cowok serempak)

Ardian menyadari Alif yang tiba-tiba diam. Dimas juga sedang memperhatikan Alif

yang hanya diam sedari tadi. Ardian dan Dimas saling berpandangan dan tersenyum

jahil. Alif yang masih belum menyadari mereka berduapun masih tenggelam dengan

pikirannya tentang kehadiran dirinya di persahabatan mereka ber-6. Ardian pergi

diam-diam meninggalkan Alif begitupun Dimas. Dan bel masuk pun berbunyi. Alif

langsung tersadar dari lamunannya.

Alif : “ ayo ke kelas udah bel mas... ( menengok kanan dan kiri, sadar dia hanya duduk

sendirian dan kemudian berdiri hendak memasuki kelas sambil berkata) temen kalo

nggak jahil nggak tenang kali hidupnya”

#scene 7

Jam pelajaranpun telah usai setelah bel berbunyi. Di kelas hanya tinggal 6 anak, yaitu

Ardian, Dimas, Alif, Ayasi, Riani dan Dira. Alif sudah menyiapkan kata-kata untuk

meminta maaf kepada Dira. Tetapi sayangnya saat Alif memasukkan buku ke dalam

tasnya, Dira sudah berpamitan kepada teman-temannya untuk pulang duluan.

Dira : “aku duluan guys..”

Riani : “hati-hati ya, Ra. Jangan lupa nanti sore ke rumahku”

Ayasi : “jemput aku ya ,Dir”

Dira : “siap bos”

Dan Dira langsung berlari keluar kelas. Sedangkan Alif hanya memandang kepergian

Dira. Ardian dan Dimas menatap Alif iba. Dan Riani mendekati Alif, melempar

gulungan kertas pada Alif.

Riani : “besok masih ada waktu buat memperbaiki kok, Lif. Dan Ardian, lo juga

harusnya minta maaf kek sama Dira. Lo juga waktu itu ngebentak dia.”
Ardian : “bodo lah, siapa juga yang suruh jadi cewek manja banget. Biarin, kalo dia

ngehindar dari gue, liat aja besok dan seterusnya. Bukannya jadi sadar sama

kesalahannya malah bikin kesel lagi. Lagian nilai nya turun malah ngomelin gue lagi tadi

malem.”

Ayasi : “kan bisa di bicarain baik-baik. Ya kamu harusnya bantuin dia dong biar

nilainya bagus lagi.”

Dimas : “iya tuh baik-baik. Bener juga” (tetap sambil ngegame di hp nya)

Alif : “apanya yang baik-baik, mas ?”

Dimas : “kalian lah baik-baik, jaga kesehatan biar nggak sakit kan? emang siapa yang

sakit sih ? sakit apaan ? aku kan PMR nih, siapa tahu bisa ngobatin?”

Adrian : “ lo nggak tahu siapa yang sakit?”

Dimas : “kagak lah. Siapa sih emangnya ? kalo Delita sih katanya anemia kan. udah gue

bilangin minum obat penambah darah”

Riani : “PMR gadungan aja lo, gaya”

Ayasi : “nggak usah minum obat penambah darah , suruh berhadapan sama lo aja dia

bakalan sembuh, tahu nggak kenapa?”

Teman-teman hanya menaikkan alis mereka seakan bertanya “ kenapa”

Ayasi : “ ya soalnya ngomong sama Dimas itu bikin emosi, kalo udah emosi pasti

darahnya naik kan. nggak perlu repot beli obat”

Dimas : “jahat lo, Yas. Oh iya, emang siapa yang sakit selain Delita ?”

Adrian : “ Dimas PMR yang sakit”

Dimas : “ lah kok aku, aku sakit apa?”

Riani : “ iya sakit jiwa”

Kemudian mereka meninggalkan Dimas sendirian di kelas yang masih bingung dengan

kata-kata teman-temannya tadi. Dan setelah menyadari dia sendirian di kelas, dia

berlari
Dimas : “ tungguin Dimas PMR woyy”

#scene 8

Saat jam istirahat, cewek-cewek sedang berkumpul di tangga seperti biasa. Dan Alif

langsung duduk di samping Dira. Dan Dira yang menyadari Alif, langsung berdiri dan

akan pergi tapi di cegah oleh Riani.

Riani : (berdiri dan berbisik pada Dira) “nggak baik marahan lama-lama. Apalagi Cuma

hal sepele, Ra. Jangan diperpanjang”

Dira hanya diam membisu mendengarkan perkataan Riani. “iya juga ya, Cuma gara-

gara ditabrak sama Alif, ngambeknya sampe sekarang. Aku berlebihan kayaknya. Dan

sekarang mungkin saatnya buat perbaiki semuanya. Gegara aku juga persahabatan ini

jadi agak berantakan” batin Dira

Dira : “okay” (dengan tersenyum tulus)

Riani memberikan kode kepada Ayasi dengan menepuk bahunya untuk meninggalkan

Alif dan Dira di tangga.

Saat Ayasi dan Riani hendak masuk ke kelas, mereka melihat Ardian yang sedang

melamun, entah memikirkan apa. Sedangkan Dimas sedang pergi ke UKS. Dan Delita

berada di dalam kelas, sedang membaca novel seperti biasanya. Ardian merasa di

perhatikan langsung menoleh ke arah Ayasi dan Riani.

Ardian : “ngapain ngeliatin gue kayak gitu?”

Ayasi : “lah, nggak boleh? Lagi mikirin apaan sih ? jangan ngelamun ntar kesambet

baru tahu rasa”

Riani : “iya kesambet tante-tante”

Ardian : “kesambet tante-tante? (memasang muka bingung dan kemudian tersenyum

kearah mereka berdua) boleh juga tuh tante-tante”

Riani dan Ayasi : “ehh dasar bocah, sadar woy sadar ! “ (sambil menoyor Ardian)

Mereka tertawa bersama dan masuk ke kelas, menghampiri Delita. Sedangkan Alif

sedang bingung harus bagaimana membuka pembicaraan kepada Dira. Begitupun Dira

yang masih menunggu Alif sambil memainkan pulpen.


Alif : “Dira?”

Dira : “iya, kenapa, Lif?” (menengok kearah Alif)

Alif : “maaf soal waktu itu, aku beneran nggak sengaja. Maaf juga gegara Ardian

bantuin aku malah jadinya kalian yang berantem. Aku nggak ada niatan buat....” (belum

selesai bicara, Dira langsung mengisyaratkan kepada Alif untuk diam dengan jari

telunjuknya, Alif hanya mengikutinya. Padahal ia ingin meluruskan masalah ini)

Dira : “ nggak usah minta maaf, Lif. Lagian akunya berlebihan. Maafin gue juga. Dan

sekarang gue mau, kita berteman. Bahkan lebih dari teman, gimana?”

Alif : (diam karena terkejut dengan penuturan Dira yang tak disangka olehnya)

“maksudnya lebih dari teman itu apa ya ? Dira ngajak gue pacaran?” ( batin Alif)

Dira : “woyy Lif, (sambil melambaikan tangan di depan mukanya Alif) haii.. malah

bengong sihh, mau ?”

Alif : “ eh iya iya, gimana ? mau kok” (jawbanya sambil meenggaruk tengkuknya yang

tidak gatal)

Dira : “wahh okayy deh. Udah maafin gue kan ?”

Alif : “ udah kok. Jadi se- sekarang kita, hmm kitaa, “

Dira : “ iyaa kita berteman, lebih tepatnya aku dan kamu jadi...” ( jawabnya dengan

antusias, dan Alif mulai deg-degan menunggu jawaban Dira)

Alif : “jadi apaan sih, Ra. Jangan bikin gue deg – degan gini, lo suka sama gue , Ra?

Kita bakalan jadian ?” (batin Alif)

Dira : “ aku dan kamu jadi... Sa-ha-bat. Yeyyyy” (teriak Dira kesenangan)

Alif hanya menatap Dira yang sedang tertawa bahagia. Dira masih belum menyadari

ekspresi kecewa dari Alif. Bagaimanapun juga mungkin memang seharusnya mereka

berdua hanya berteman.

Dira : “eh , Lif ? kenapa kok mukamu di tekuk kayak baju belom di setrika sih? Lo

nggak mau baikan sama gue ?” (tanya Dira serius sambil menatap lekat Alif)
Alif : “gue seneng kok. Makasih. Gue ke kelas duluan” (beranjak dari duduknya dan

kemudian meninggalkan Dira yang masih bingung dengan sikap Alif)

Dira : “ishh.. gaje deh si Alif.. di ajak baikan udah, di maafin udah, kok malah jadi beda

sih, apa gue salah bilang ya? Ahh dasar cowok, bodo amat deh. Mending juga

nyamperin yang lainnya di kelas”( beranjak dan pergi ke kelas)

#scene 9

Setelah kemarin Dira dan Alif baikan. Sekarang justru Dira yang menjauhi Ardian. Saat

di depan kelas, Delita yang bingung dengan sikap keduanya saat saling diam dan

mengalihkan pandangan mereka, langsung menarik Dira dan Ardian ke kelasnya ,

karena di kelas sedang sepi.

Delita : “ kalian kenapa sih ? kok aneh gini ?”

Ardian : “ gue ? aneh ? temen lo kali yang aneh tuh “ ( sambil menunjuk Dira dengan

dagunya, kedua tangannya di masukkan di ke saku celananya)

Dira : “ maksud lo gue ? eh ngaca dong ! kayak lo nggak aneh aja, baju di keluarin

kayak berandalan di pinggir jalan deket lampu merah tahu nggak !”

Ardian : “urusin dulu diri lo, baru urusin hidup gue !”

Delita : “iya saling aneh-anehan aja gitu terus, padahal saling sayang. Kalo kalian

berantem terus. Gimana mau nilai kalian nggak turun, bukannya bisa saling

nyemangatin sekolah malah gini. apa aku aduin sama temen yang lainnya nih, kalian

sebenernya udah pacaran, gimana ? mau ?”

Ardian : “ gue sih bodo amat , mau lo sebarin sampai mancanegara juga nggakk

masalah, yang ketakutan juga dia tuh !” (meninggalkan Dira dan Delita)

Dira : “ Iya gue takut, takut nyakitin perasaan sahabat kita, dia sayang sama lo, tanpa

lo tahu. (batin Dira)”

Delita : “ Ra? Ada masalah apa sih? Bukannya udah baikan sama Alif ? kenapa malah

sama Ardian jadi berantem gitu?”


Dira : “nggak tahu tuh cowok, nggak jelas banget sih. Gue juga masih kesel sama dia,

ngapain bentak-bentak coba, dibilangin juga pake ngomong kayak gitu. Kan gue bete

lah , Del . lo juga jangan sebarin dong, lo udah gue percaya bisa jaga rahasia“

Delita : “Mungkin aja Ardian lagi ada masalah, atau cemburu kali sama kamu. iya aku

jaga rahasia kalian. Lagian jangan gitu juga kali, Ra. Sampe kapan lo mau nutupin

hubungan kalian dari yang lainnya terutama Ayasi. Sedangkan lo tahu, kalo dia suka

sama Ardian. Lo nggak takut kalo persahabatan kita hancur gegara lo nutupin semua

ini. Kasihan Ayasi juga kalo sampe terlalu dalam suka sama Ardian.”

Dira : “kok jadi belain Ardian sama Ayasi, sih? Cemburu ? cemburuin apaan sih Del?

Harusnya juga gue yang cemburu ke Ayasi lah. Lo tahu kan kalo gue nutupin ini semua

juga demi ngejaga persahabatan kita.”

Delita : “ya nggak gitu, Ra. Orang aku kan Cuma berfikiran kayak gitu doang, ya udah

maaf kalo...”

Belum selesai Delita bicara, Dira langsung pergi meninggalkan Delita, dan saat sampai

di pintu kelas, Dimas menabrak Dira.

Dimas : “ kalo jalan pake mata kali, Ra”

Dira : “ jalan ya pake kaki ! “

Dimas : “ ya kan maksudnya matanya juga di pake lah buat ngeliat, jadinya nggak

nabrak.”

Dira : “ lo kira, mata gue kalo bukan buat ngeliat buat apa ? buat makan ? udahlah

sana minggir !” ( sambil mendorong Dimas ke samping, kemudian pergi)

Dimas hanya diam dan bingung menatap kepergian Dira.

Dimas : “ mungkin lagi PMS kali ya”

Di tangga, Ardian , Alif, Ayasi, dan Riani sedang bercanda, kemudian menatap Dira

yang berjalan melewati mereka semua tanpa menyapa. Dan Alif langsung mengejar

Dira.

Alif : “ Ra? Lo kenapa sih?” (sambil menarik kerudung Dira)

Dira : “ lepasin kerudung gue, gue mau ke kantin !”


Alif : “ gue temenin”

Dan mereka berdua langsung menuju ke kantin, tanpa mengajak 3 temannya di

tangga.

(kenapa rasanya gini banget ya ngeliat mereka berdua udah akrab gitu, tahu bakalan

seakrab gitu gue nggak mau bantuin lo , Lif. Lo udah baikan sama dia, sekarang

hubungan gue sama Dira yang harus kayak gini) batin Ardian.

Riani : (menepuk bahu Ardian dengan gulungan kertas di tangannya) “ngapain ngeliatin

mereka berdua gitu sih, Ar?”

Ardian : “biasa aja” (berdiri dan meninggalkan mereka berdua)

Ayasi : “cemburu lo, Ar ?” (teriak Ayasi)

#Scene 10

Di kantin Alif dan Dira sedang meminum Ice yang telah di pesannya.

Alif : “ada masalah apa , Ra ? kalo boleh tahu”

Dira : “ gue kesel sama Ardian, gue juga bete sama Delita. Ngapain Delita belain Ardian

yang udah jelas-jelas bentak aku gitu sih”

Alif : “jangan salah faham , Ra. Ardian kemarin ngebentak kamu, pasti karna nggak

sengaja, jadi jangan diambil hati. Lagian Ardian emang suka gitu kan ? kalo Delita,

mungkin nggak bermaksud ngebelain Ardian”

Dira : “ ya tapi kan nggak gitu jugalah. Seenggaknya Ardian juga jangan cuek gitu ke

aku, udah di bentak, di cuekin juga, niatan gue bilang gitu juga ke Ardian tuh, biar dia

berubah, nggak kayak berandalan. Udah sering di tegur sama guru-guru juga masih aja

gitu. Aku nggak mau Ardian sampe dapet banyak poin, gimana coba kalo sampe di SP?

Aku nggak mau, Lif. Ya, walaupun dia pinter juga sih.. ” (sambil menggeleng-gelengkan

kepalanya, tidak ingin berfikiran yang buruk tentang Ardian)

Alif : (lo ada rasa ya , Ra , sama Ardian ? lo peduli banget keliatannya sama Ardian,

andai lo tahu gue ada rasa sama lo. Mungkin tetep aja lo nggak bisa nerima gue.

rasanya sakit juga ya suka sama orang tapi nggak bisa ungkapin.) batin Alif
Dira : “ yuk ke kelas, udah lama kita di kantin. Gue bayar minumnya dulu ya “ ( sambil

berdiri dan hendak mengambil uang di saku )

Alif : “ udah gue bayar sekalian tadi”

Dira : “ ishh.. baik hati juga ya lo, sering-sering lah ngajakin lo ke kantin. Makasih

Alipp” ( sambil tersenyum tulus kepada Alif)

Alif : “ (asal gue liat lo seneng aja, Ra) batin Alif.

Mereka berdua pergi menuju ke kelas. Namun pada saat di kelas, Dira tidak menyapa

Ardian dan Delita. Bahkan Dira asyik bercanda dengan teman yang lainnya. Mencoba

mengganggu Dimas yang sedang nge game, mengacau Ayasi dan Riani yang sedang

mengerjakan tugas. Ardian langsung meninggalkan mereka semua.

Sesekali Dira juga mengusik Alif yang sedang menulis. Setelah mereka baikan, mereka

lebih dekat. Ardian hanya bisa memandang dari balik jendela.

Ardian : “ gue minta maaf, Ra. Gue harap lo mau maafin gue. Apa lo nggak ngerasa

kalo gue cemburu ngeliat lo sama yang lainnya asyik bercanda. Sedangkan lo malah

ngejauhin gue” ( bisiknya pada diri sendiri).

# scene 11 (tanpa dialog)

Dira benar-benar menjauhi Ardian, tetapi sudah baikan dengan Delita. Sudah beberapa

hari ini, setiap kali kumpul entah di manapun, jika Ardian ikut berkumpul, Dira

langsung pergi mengajak yang lainnya. Ardian merasakan itu.

Suatu hari, ketika Dira sedang sakit, Ardian mencoba mendekati Dira, tetapi Dira

memilih menjauh. Ardian mencoba mencari tahu dia kenapa, saat tahu sakit. Mencoba

membelikan minuman dan menyuruh untuk meminum obat. Tetapi seperti biasa

diabaikan. Saat Alif yang memberikannya, langsung di terima oleh Dira.

Pulang sekolah pun Dira tidak berpamitan dengan Ardian. Saat Ardian ingin

mencegahnya, Riani dan Ayasi melarangnya. Sedangkan Alif, Dira, Dimas, dan Delita

sudah keluar kelas. Ardian mengacak rambutnya frustasi. Tidak habis pikir, sikapnya

waktu itu berimbas sampai saat ini.

Alif selalu memberikan perhatian lebih kepada Dira, tanpa Dira tahu bahwa Alif

menaruh perasaa padanya. Yang lainnya hanya menatap sendu ke arah Ardian. Seakan
semua sikap dan perjuangan agar di maafkan oleh Dira sia-sia. Selama 3 hari berturut-

turut padahal Ardian sudah merubah penampilannya menjadi sangat rapi, dengan

harapan Dira bisa menyapa dan memujinya. Tetapi ketika berpapasan hanya melihat

sekilas dan berlalu bersama dengan Alif. Ardian sudah tidak sanggup menahan

lagi.Tetapi Delita selalu menahan Ardian yang di takutkannya adalah jika semuanya

akan terbongkar, jika Ardian tidak dapat mengontrol emosinya. Selalu begitu, hingga

pada akhirnya..

#Scene 12

Suatu pagi. Hanya Ardian dan Delita yang belum sampai di sekolah. Sedangkan Dira

sedang duduk dengan Alif sambil bercanda. Ayasi , Riani, Dimas sedang duduk bersama

dan sibuk dengan ponsel masing-masing. Ardian datang dengan penampilan yang

acak-acakan, tas hanya di jinjing. Seketika sampai di pintu, Ardian sudah muak

melihat pemandangan yang menyakiti hatinya akhir-akhir ini, Dira sedang bercanda

dengan Alif. Seolah yang menjadi kekasihnya adalah Alif bukan dirinya. Emosinya

sudah memuncak, hingga dia berjalan cepat menuju mereka berdua yang tak

menyadari kedatangan Ardian. Ardian langsung menggebrak meja tempat Alif, dan

menarik kerah Alif, mendorongnya hingga jatuh di lantai dan menarik kerah Alif lagi .

yang lain hanya diam dan terkejut dengan pemandangan yang tidak enak di pagi hari,

apalagi ini adalah Ardian dan Alif , sahabat mereka sendiri.

Ardian : “maksud lo apa ? kurang sabar apalagi gue hadepin kalian berdua? Lo mau

ngerebut pacar gue hah !” (teriak Ardian tanpa sadar telah membongkar rahasia yang

di jaga sebaik mungkin. Teman-teman semakin terkejut dengan penuturan Ardian. Dira

langsung ketakutan, Delitapun sama yang baru berangkat, dan memasuki kelasnya.

Ayasi masih terdiam membisu, mencoba mencerna perkataan Ardian. Hatinya

mencelos.)

Alif : “ma-maksud lo apa, Ar? Siapa yang lo maksud pacar?”

Dira : “ i-itu , anu, anu maksud gue, eh elo, eh Ardian itu bukan pacar, paling dia

Cuma bercanda, ya kan, Ar?” (Dira mencoba menutupinya, yang lain makin curiga,

dan Ardian tetap diam , menyesali emosinya yang tidak bisa untuk di tahan lagi, tetapi
jika tetap di biarkan saja semuanya takkan berubah. Riani yang merasa curiga langsung

mendekati Dira, )

Riani :’ gue nggak maksud sama apa yang gue denger dan gue lihat barusan. Ada yang

di sembunyiin kalian dari kita ?”

Dira :”ya, ya nggak lah. Sembunyiin apa sih”

Riani :” Udah deh, nggak usah di sembunyiin gitu. Lo masih anggap kita sahabat lo kan,

Ar? Ra?”

Delita :”udah deh ka...” (belum sempat menyelesaikannya, Ayasi langsung angkat bicara)

Ayasi : “ gue sama Riani, butuh penjelasan dari Dira sama Ardian, bukan sama lo, Del.

Apa jangan-jangan lo juga nyembunyiin sesuatu dari kita ya?”

Ardian langsung membalikkan badan dan akan keluar kelas tetapi di cekal oleh

Dimas. Awalnya Ardian akan memarahinya tetapi.. “kalo gue ngehindar dari masalah

ini, yang ada pacar gue yang bakalan di introgasi sama mereka. udah nggak seharusnya

gue nyembunyiin semuanya lagi. Ini adalah waktu yang tepat buat jelasin ke mereka

(batin Ardian)”. Sedangkan Dira dan Delita menatap cemas ke arah Ardian, seakan

mengerti apa yang akan Ardian jelaskan sama mereka semua dan resikonya.

Ardian : “ehm.. gue, gue sama pacar gue.. ehm, maksud gue Dira, minta maaf. Bukan

maksudnya mau nyembunyiin dari kalian semua soal hubungan kita berdua, tetapi kita

punya alasan tersendiri kenapa harus menutupi status kita dari kalian. Dan gue harap

kalian nggak usah memperpanjang hal sepele kayak gini”

Ayasi :”(tersenyum sinis) iya, udah nggak usah di bahas. Ini masalah sangat sepele kok.

Bener kata dia, nggak usah di perpanjang lagi. Ini ma-sa-lah se-pe-le.”

Dira dan Delita menunduk , cemas dengan keadaan yang akan terjadi

selanjutnya. Entah bagaimana caranya mereka menjelaskan yang sebenernya. Ayasi

yang kaget dengan penjelasan dari Ardian, sudah tidak dapat menahan air matanya

lagi, dan kemudian beranjak untuk keluar kelas. Dengan cepat Riani mencegah

kepergian Ayasi.

Riani :”gue tahu lo kecewa sama mereka, tapi kita coba dengerin semuanya dulu”
Ayasi hanya diam, menatap nanar kedepan, hati dan pikirannya sedang kacau

sekarang. “kenapa? Kenapa gue harus suka sama cowok dari sahabat gue sendiri,

kenapa gue harus sesayang ini sama lo, Ar. Gue sebel sama diri gue sendiri. Kenapa

harus gue yang nyakitin perasaan sahabat gue, kenapa lo sih Ar , kenapa bukan cowok

lain aja yang gue sayangi.” Dira dan Delita khawatir dengan Ayasi. Mereka tidak

berencana untuk menyakiti hatinya, tetapi keadaan juga tidak memungkinkan jika

harus jujur perihal hubungan Ardian dan Dira. Ardian menatap bingung Ayasi yang

melamun dan menitikkan air matanya. Siapa yang telah menyakitinya. Ardian langsung

mendekati Ayasi.

Ardian : “loh , Yas? Lo kenapa nangis ? siapa yang udah nyakitin lo? Apa lo sakit ya?

(saat Ardian ingin mengecek suhu tubuh di dahinya langsung di tepis kasar oleh Ayasi.

Dia hanya menatap Ardian dengan rasa bersalahnya) loh kenapa? Gue salah?” tanya

Ardian bingung dengan sikap Ayasi terhadapnya. Alif, yang tadinya hanya diam,

langsung pergi meninggalkan kelas , dan di susul oleh Ayasi.

Ardian :”ini sebenernya ada apa sih ?”

Riani : “lo mau tahu kenapa semuanya sekarang kayak gini ?”

Dimas : “jelasin aja kalo ada yang penting , Ri. Soalnya gue bentar lagi mau kumpul

PMR nih, maklum gue kan anak sibuk”

Riani : “oh kumpul ya ,Dim? Lagian juga lo nggak maksud sama apa yang lagi terjadi

kan? ya udah sana pergi aja lo !”

Dimas : “iya juga sih. Drama banget gaes...” kemudian Dimas keluar kelas. Di dalam

kelas hanya tinggal Ardian, Dira, Riani, dan Delita. Hening, hal yang sangat cocok

untuk keadaan saat ini.

Delita bosan dengan keheningan ini, yang takkan pernah sampai menyelesaikan

masalahnya. “apapun resikonya, harus gue ambil. Dan ini nggak boleh di tutup-tutupin

lagi” (batin Delita)

Delita : “ eehm.. sebelumnya aku minta maaf. Terutama sama kamu , Ri. Dira nggak

bermaksud buat bikin kalian semua kecewa, tapi Dira juga bimbang buat ngasih tahu

kalian apa nggak. Kalo ngasih tahu kalian, pasti bakalan nyakitin perasaan Ayasi”

Ardian : “maksudnya nyaktiin Ayasi apaan, Del?”


Dira : “Ayasi suka sama kamu, Ar. Makanya aku selalu minta buat jaga sikap dan status

kita. Aku minta maaf juga sama kalian. Aku beneran nggak tahu harus gimana lagi.”

Riani tersenyum sinis, dan Ardian hanya diam karena terkejut dan sebisa

mungkin menetralkan wajahnya. Delita hanya menunduk.

Riani : “apapun resikonnya, harusnya lo berdua bisa hadepin. Nggak harus sembunyiin

dari kita-kita. Gue terutama Ayasi dan juga Alif udah kecewa sama lo bertiga. Delita ?

lo juga kenapa ikutan ? lo tahu tapi diem aja ? seakan lo nggak bisa ngasih solusi buat

hal kayak gini. Persahabatan kita udah jadi kayak gini sekarang. Apa yang lo semua

mau lakuin ?”

Delita : “ maaf, Ri. Aku minta maaf. Plis maafin Ardian juga Dira. Mereka Cuma

bimbang”

Riani : “bilang maaf gampang kok Del, gue teriak sambil bilang maaf juga bisa”

Ardian : “gue nggak tahu kalo alasan Dira ngajak backstreet itu apa, ternyata Cuma

mau ngejagain persahabatan ini, terutama perasaan Ayasi. Maaf gue egois udah suka

sama Dira, maaf gue udah ngajak jadian Dira. Selain Ayasi juga Alif terluka karna fakta

hubungan ini. Gue minta maaf”

Riani : “gue udah maafin, tapi gue masih kecewa sama lo semua” (keluar kelas ,

menutup pintu kelas dengan keras. Dira dan Delita kaget)

#Scene 13

Alif memilih untuk duduk di tangga, sedangkan Ayasi sudah berlari ke kamar mandi.

(soal perhatian kamu waktu itu ke Ardian tenyata bukan Cuma perasaan aku aja yang

ternyata kamu suka sama Ardian, bahkan kalian udah jadian. Sorry, Ar. Gue nggak

tahu kalo sikap diam lo, dan kepergian lo yang tiba-tiba saat gue sama Dira, itu rasa

cemburu yang lo pendam.) “batin Alif.

Sedangkan Ayasi sedang menangis sambil bersandar di tembok. Mencoba memahami

keadaan yang tengah terjadi. Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu,

bukannya kembali ke kelas, Ayasi memilih untuk pergi ke perpus, mencoba mencari

kesibukan dengan membaca buku, untuk menenangkan perasaannya sejenak.

Riani berdiri di depan Alif yang tenagh melamun.


Riani :”nggak Cuma lo kok, Lif. Gue sebenernya udah bisa nebak perasaan lo ke Dira itu

gimana, walaupun belum tahu kepastiannya. Gue juga kecewa sama mereka bertiga.”

Alif :”gue nggak pengin bahas hal gitu lagi” (berdiri dan hendak pergi tetapi tak sengaja

menabrak Ardian yang akan turun)

Mereka berdua hanya saling tatap, tidak ada satu katapun yang keluar dari

mulut masing-masing.

Alif :’gue minta maaf sama lo. Sorry gue nggak tahu Dira itu pacar lo, lain kali jangan

sembunyiin hubungan kalo nggak mau mendam rasa cemburu. Maaf juga gue punya

perasaan sama pacar lo, Dira.. thx udah nerima gue di persahabatan kalian.”

Ardian hanya diam, memandang ke lain arah. Rasanya sulit untuk berbicara, dia juga

telah menyakiti perasaan sahabat barunya, Alif. “maafin gue, Lif. Maaf semuanya harus

kayak gini, gue juga sakit, dan lo juga ngerasain hal yang sama. Kita jatuh cinta sama

satu wanita yang sama, dan dia adalah sahabat kita. “ (batin Ardian) . sedangkan Alif

tersenyum sinis, kemudian meninggalkan Ardian yang masih membisu.

Riani yang melihat hanya tertunduk lemas. Tak menyangka semuanya harus menjadi

hancur seperti ini. Dia meninggalkan Ardian yang tengah menatapnya, dan mencoba

mencari keberadaan Ayasi. Riani menuruni anak tangga menuju ke wc, saat di dalam

tidak ada siapapun terkecuali beberapa adik kelas. Dan dia menaiki anak tangga lagi,

Riani :’Ayasi ke mana sih, di cari di kamar mandi, nggak ada. Apa dia ke perpus ya?”

Berjalan lagi menuju ke perpustakaan. Sedangkan Ayasi sedang berada di pojok

perpustakaan sambil membaca wattpad di ponselnya. Sesekali tersenyum. Riani tiba di

perpus dan menghampiri Ayasi.

Riani :”gue cariin kemana aja malah di sini.”

Ayasi :”enakan juga di sini. Lo ngapain nyusulin gue? Nggak ada guru di kelas emang?”

Riani :”gue nggak tahu, makanya ayo balik ke kelas. Udah kelas 3 jangan bolos jam

pelajaran deh, Yas.”

Ayasi :”bodo deh”


Riani gemas dengan Ayasi kemudian merebut hp di genggaman Ayasi dan

membawanya pergi. Dengan ogah-ogahan, Ayasi bediri dan mengejar Riani untuk

mengembalikan ponselnya.

Ayasi :”gue males kayak gini, balikin hp gue Riani !’

Riani :”kalo lo mau hp ini balik ambil sendiri di tangan gue, dan nggak boleh bolos

pelajaran.”

Ayasi :”ngebetein aja lo”

Riani :”bodo”

#scene 14

Pagi harinya, semuanya masih bungkam dengan masalah yang terjadi kemarin, ingin

rasanya tegur sapa seperti biasa. Di jam istirahat , Dimas yang menyadari keanehan

semuanya, langsung berpura-pura sakit, dan meminta tolong.

Dimas :”aww.... kepalakuu.... sa... kiitt.....”

Riani dan Ayasi yang sedang berdiri di depan kelas langsung mendekat. Ardian , Dira

sedang berada di pintu langsung berlari menghampiri Dimas. Alif yang berada di

samping Dimas langsung menyikut lengannya.

Alif :”nggak usah drama deh. Mentang-mentang jadi PMR, sukanya nolongin orang,

jadi pengin di tolongin segala”

Dimas :”hehehe... sorry-sorry.. gue kayak gini Cuma aneh aja sama kalian semua,

kenapa pake misah-misah gitu sih, biasanya juga bareng-bareng. Ada masalah apaan?”

Semuanya diam. Seakan enggan untuk menceritakannya, tidak ingin mengungkit

kejadian yang lalu. Dira langsung angkat bicara.

Dira : “gue minta maaf sama kalian semua, maaf gue udah jahat sama kalian. Niat gue

Cuma ngejagain perasaan Ayasi. Dan soal perasaan Alif, gue nggak tahu. maaf gue

nggaka da maksud buat ngasih harapan. Gue sama Ardian udah putus. Kita sama-sama

salah. Maaf kalo..” (Dira belum selesai berbicara langsung di lanjutkan oleh Ardian)

Ardian : “maaf kalo.. gue sama Dira seakan kayak nggak anggap kalian. Kita udah

mutusin buat berteman aja, soalnya kalo udah jodoh kan ya pasti balik lah.. gue juga
mikir, selama gue sama Dira berantem bukannya naikin nilai sekolah justru malah

turun drastis. Sebentar lagi kita ujian. Gue harap masalah ini bakalan selesai hari ini.. ya

kan Dir?”

Dira : “iya gue setuju sama apa yang dibilang Ardian. Gue minta maaf banget. Kalian

mau maafin kan?”

Riani : “kita mau maafin kalian . dengan syarat...”

Ayasi : “kita harus dapet nilai baikk di ujian tengah semester ini. Gimana ?”

Dimas : “nahhh gue setujuu tuh.. gini kan enak, ngumpul lagi..”

Ayasi yang tadinya berada di samping Riani menghampiri Dira dan menggenggam dua

tangannya.. sedangkan Dira langsung memeluk Ayasi dan meminta maaf..

Ayasi :”gue juga minta maaf udah punya perasaan sama pacar lo.. ehn, ralat deh

mantan..”

Dira :”okay.. maaf juga ya Ayasi...”

Sedangkan Ardian menepuk bahu Alif.. dia hanya menengok dan tersenyum

Ardian :”gue minta maaf..”

Alif :”dengan senang hati gue maafin. Begitupun gue juga minta maaf sama lo, udah

punya perasaan sama pacar lo... ehh, kata Ayasi, (menengok ke arahAyasi) ralat

mantan maksudnya”

Mereka semua tersenyum bahagia.. dan akhirnya bisa selesai semua . dan sudah saatnya

mereka fokus dengan ujian yang akan dihadapinya.

Dimas : “gaess... boleh lahh kalo kita dapet nilai bagus semua buat refreshing main ke

mana gitu, itung-itung ngerayain persahabatan kita yang abis di landa badai ala-ala...”

Belum selesai bicaranya, langsung di serobot sama yang lainnya

“ala-ala Dimas PMR...”

Ayasi : “gue rasa itu berlebihan.. tapi ide nya cukup cemerlang..”

Dira :”jadi..?”
Riani : habis tempur refresh otak.. setuju?

Kompak : “setuju.....”

TINGGAL DI KOMEN DAN BISA

SEGERA MULAI PENGAMBILAN

GAMBARNYA YA GAES...

Anda mungkin juga menyukai