Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan Fira dan Dila berawal saat mereka sekolah di SMA yang sana namun dikelas yang berbeda,

kelas Fira yang berdekatan dengan lapangan olahraga membuatnya sering melihat Dila tengah dihukum
berjemur dilapangan sekolah karena selalu datang kesiangan, saat jam istirahat mereka bertemu lagi di
kantin, setelah berkenalan merekapun berbincang, alasan Dila yang sering kesiangan ternyata
disebabkan angkot yang ditumpanginya sering ngetem sementara Dila belum diperbolehkan
mengendarai sepeda motor dan belum bisa menyetir mobil, karena rumah Fira searah dengan Dila
akhirnya Fira menawarkan diri untuk berangkat bersama menggunakan sepeda motor milik Fira, mereka
sering menghabiskan waktu bersama, Fira sangat perhatian pada Dila, apabila turun hujan ia rela basah
kuyup dan memberikan jaketnya untuk dipakai oleh Dila agar Dila tidak kedinginan, iapun rela
menunggu Dila selama berjam-jam jika Dila ada pelajaran tambahan, perhatian Fira menimbulkan benih
cinta dihati Dila, Dila berusaha manafikan perasaannya, ia tak mengerti denfan apa yang tengah
dirasakannya yang jelas hatinya selalu berbunga-bunga saat berada didekat Fira dan ia merasakan
kerinduan saat jauh dari Fira, semakin ia ingkari semakin kuat pula perasaan cintanya

Suatu hari seperti biasa saat pulang sekolah Fira membonceng Dila, Dila mendekap tubuh Fira dengan
erat, Fira pun mengurangi laju sepeda motornya

Fira: "kenapa?" tanyanya khawatir

Dila: "engga... ga apa-apa" jawabnya sambil menempelkan dagunta dibahu Fira

Sesampainya dirumah Dila, ia mengajak Fira mampir dan merekapun langsung menuju ke kamar, canda
tawa menghiasi obrolan merekabdengan sesekali Dila menyentuh tangan Fira atau merebahkan
kepalanya dibahu Fira hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Fira pamit untuk pulang

Fira: "aku pulang dulu ya Dil, udah sore"

Dila: "hati-hati ya"

Fira: "iya"

Dila: "Fir..." ia menghampiri Fira dan mengalungkan kedua tangannya dibahu Fira "aku...aku..." Fira
menatap wajah Dila menanti apa yang hendak dikatakannya "aku suka sana kamu" Fira terkejut dan
hanya diam bahkan ia tak sadar jika bibir Dila sudah berada tepat dibibirnya "aku sayamg sama kamu"
Dila mengecupnya tapi Fira hanya terpaku

Fira: "bye Dil"

Dila: "emm iya, bye"

Dila marasa takut persahabatannya hancur karena ia punya perasaan tak wajar pad Fira, pagi harinya
Dila menati Fira dengan cemas, ia takut Fira tak mau lagi menjemputnya tapi ternyata gadis tomboy itu
tetap datang menjemputnya "sorry Dil telat, macet...yuk!" Kedatangan Fira seketika menghilangkan
kecemasannya dan berganti dengan senyum yang lebar
Persahabatan mereka malah semakin akrab bahkan Fira tak segan lagi untuk membalas ciuman mesra
yang dilayangkan Dila dibibirnya

Setelah lulus sekolah mereka melanjutkan kuliah di kampus yang berbeda, Fira di fakultas tekhnik
sementara Dila di fakultas kedokteran, walaupun berbeda kampus mereka memutuskan untuk tinggal di
kosan yang sama hingga mereka semakin tak terpisahkan

Pagi hari Fira menyalakan mesin kendaraannya hendak berangkat ke kampus

Fira: "ayo Sayang"

Dila: "bentar-bentar, belum selesai...sebentar lagi"

Fira: "haih...berangkat nungguin kamu dandan, ngejemput nungguin kamu selesai kelas, keejaan aku tuh
cuma nunggu dan nunggu"

Dila: "heee..."

Sambil menunggu kekasihnya yang tengah bersolek, Fira memperhatikan wajah Dila yang terpampang
dicermin, Dila yang memiliki wahah cantik semakin terlihat cantik dengan riasan make up diwajahnya,
Fira mendekapnya dan menempelkan pipinya dipipi Dila

Fira: "Sayang...gimana kalau ada cowo yang naksir kamu?"

Dila: "ga ada ruang dihatiku buat orang lain" jawabnya sambil menatap mata dan menyentuh wajah Fira
"hati aku sepenuhnya cuma buat kamu, aku sayang banget sama kamu" tambahnya sambil kemudian
mencium bibir Fira dengan mesra, saat Dila mengecup leher Fira, Fira menghindar

Fira: "eh lipstiknya nempel ga nih?" tanyanya sambil melihat wajahnya dicermin

Dila: "engga dongs"

Fira: "oh, kirain"

Dila: "hemm mentang-mentang fa pernah dandan, entar aku dandanin ta"

Fira: "jangan dong entar cowo-cowo pada ngejar-ngejar aku"

Dila: "hahaha buarin aja asal jangan dikejar cewe-cewe aja"

Fira: "kalau aku dikejar cewe-cewe gimana?"

Dila: "awas ya kalau berani ngeladenin merek, hemh!!" mengepalkan yangannya kearah Fira

Fira: "hahaha"

Dila: "Yang...kamu ga akan selingkuh kan?"

Fira: "yaaa kalau ada kesempatan kenapa engga"


Dila' "apa!!??"

Fira: "haha becanda...aku udah punya pasangan secantik kanu mana mungkin aku selingkuh" ujarnya
sambil mengelus wajah Dila tapi Dila menepisnya

Dila; "aku ga suka kamu ngomong kayak tadi walaupyn cuma becanda"

Fira: "iya maaf, aku ga akan ngomong...kalau selingkuh"

Dila: "hah!! kamu, iiihh nyevelin banget sih!"

Fira tersenyum sambil menyusul Dila yang sudah dibuat kesal olehnya

Setelah lulus kuliah Fira langsung bekerja disebuah perusahaan besar sementara Dila melanjutkan kuliah
profesinya dengan sokongan biaya dari Fira yang sudah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang
melimpah

Suatu hari setelah Fira pulang kerja ia mengeluh tidak enak badan

Fira: "Sayang...belakangan ini aku kok sering mual ya?"

Dila: "hah! kamu hamil Yang?"

Fira: "serius Bu Dokteeer"

Dila: "hahaha itu paling juga kurang vitamin C"

Fira: "kurang vitamin C?"

Dila: "vitamin cun, kayaknya itu cuma pengen dicium""

Fira: "bener banget...obatin dong Dok"

Dila: "sini duduk"

Fira: "hah sekarang! siaaap"

Dila: "siap apanya? Yang, aku kan udah sering bilang...jangan suka nunda-nunda makan, kamu kalau
kerja suka lupa waktu deh, apa aku harus nelpon tiap siang cuma sekedar ngingetin makan?"

Fira: "haduh repot punya dokter pribadi kayak gini, bukannya ngobatin malah ngomelin"

Dila: "apa!!?"

Fira: "engga...bukan aku yang ngomong"

Dila: "heuhh!"
Fira: "hahaha ngambek, eh Sayang...katanya kalau ga enak badan obatnya badan juga, obatin aku dong
Sayang...aku kan lagi ga enak badan, yuk!"

Dila: "iiihh...dasar genit!" ia mencubit perut Fira kemudian memeluknya

Keharminisan hubungan mereka terusik oleh ibunda Fira yang memintanya untuk segera menikah,
cintanya yang begitu dalam pada Dila memberinya keberanian untuk mengatakan bahwa dirinya
memiliki orientasi seksual yang menyimpang, tentu saja hal itu sangat melukai perasaan sang ibu tapi ia
tak mampu melawan perasaannya sendiri, walaupun sang ibu menentang tapi ia memutuskan untuk
memperjuangkan cintanya walaupun ia harus kehilangan keluarganya karena diusir dari rumah, Dila
selalu berada disamping Fira dan selalu berusaha menguatkannya

Fira merancang sebuah rumah dan dibuat senyaman mungkin untuk mereka tinggali, selain
menghabiskan waktu dirumah setiap akhir pekan mereka juga kadang pergi jalan-jalan, saat Fira
mengemudikan mobilnya ia dikejutkan oleh anak kecil yang tiba-tiba menyeberang, tanpa perasaan apa-
apa sang bocah langsung bermain dengan teman-temannya disebuah taman, lain halnya dengan Dila
yang masih terjekut, ia keluar dari mobil untuk menghirup udara segar disusul oleh Fira, ternyata anak-
anak yang tengah bermain itu adalah anak-anak penghuni panti asuhan yang terletak diseberang taman
tersebut

Fira dan Dila duduk dibangku taman, Fira memperhatikan wajah Dila yang terlihat senyum-senyum
sendiri melihat tingkah polah anak-anak yang sedang bermain

Fira: "kamu suka sama anak kecil ya?"

Dila: "hee seneng aja liat kelakuan mereka, lucu"

Fira: "kamu mau ga punya anak?"

Dila: "apa?"

Fira: "kalau mau kita adopsi aja salah satu dari mereka..."

Ditengah obrolan terdengar suara anak perempuan menangis kemudian Dila menghampirinya "Sayang kamu
kenapa nangis?" tanya Dila sambil mengusap kepala anak itu

Ira: "hilang..." jawabnya sambil terus menangis

Dila: "kok bisa hilang? emang uangnya disimpan dimana?"

Ira: "di tas"

Dila' *coba liat tasnya biar Kakak cariin" anak itupun menyerahkan tasnya "ooh pantesan uangnya hilang,
tasnya bolong" anak itupun menangis senakin kencang "sssttt..." Dila mengusap airmatanya "udah-udah
jangan nangis lagi yaa, besok Kakak kesini bawa tas baru buat kamu"

Ira: "yang bener Kak?"


Dila: "iyaa, Kakak janji"

Ira: "tapi...uangnya..."

Fira: "nih...saya gantiin, tos dulu dongnama kita hampir samaan nama saya Fira dan ini Kak Dila""

Setelah itu mereka membeli sebuah tas kenudian pulang ke rumah

Dila: "Sayang, besok jemput aku di taman yang tadi ya"

Fira: "oke, Sayang...kamu mau mengadopsi anak?"

Dila: "kalau sekarang aku belum siap, kuliahku kan belum selesai, kecuali..." ia menghampiri Fira

Fira: "kecuali apa?" tanyanya sambil merangkul pinggang Dila

Dila: "kecuali kalau aku punya anak dari kamu"

Fira: "apa? hahaha...ayo kita coba, siapa tau berhasil"

Dila: "hehe, aku sayang banget sama kamu"

Fira: "aku juga sayang banget...banget!, Sayang...kamu mau sampai kapan tinggal sama aku?"

Dila: "sampai kamu ga cinta lagi sama aku"

Fira: "kalau gitu kamu ga akan pernah pergi dariku, karena aku akan mencintaimu selamanya* ujarnya sambil
mengusap rambut Dila kemudian mencium bibirnya dengan nesra

Keesokan harinya setelah dari kampus Dila langsung menenuu Ira dan memberukan tas baru untuknya

Dila: "ini namanya tas beranak, didalamnya ada tas kecil dan didalam tas kecilnya ada dompet buat nyimpen
uang"

Ira: "waah makasih ya Kak, Ira jadi punya tas baru, banyak lagi"

Dila: "sama-sama Sayang, peluk dong Kakaknya"

Sejak saat itu Fira dan Dila sering mengunjungi panti asuhan tersebut sebagai donatur atau hanya menemani
bermain di taman yang ada diseberang panti tersebut hingga suatu hari Dila mendapat telpon dari
orangtuanya yang mengatakan bahwa ia akan dijodohkan dengan anak dari teman ayahnya

Fira: "aku ga mau kehilangan kamu, aku rela kehilangan keluargu demi memperjuangkan cinta kita"

Dila: "aku juga ga mau kehilangan kamu, tapi aku ga mampu berjuang seperti kamu"

Fira: "apa kamu mau menyerah dan ninggalin aku?"

Dila: "seandainya aku punya pilihan lain"

Fira: "jangan pergi Dil, aku masih sayang sama kamu jadi kamu ga punya alasan buat ninggalin aku"
Dila: "Fir..." ia memeluk Fira dengan erat "bawa aku pergi Fir...bawa aku pergi jauh"

Keesikan harinya setelah pulang kerja Fira tidak mendapati Dila di rumah, iapun tak dapat menghubunginya
kemudian ia mencarinya ke taman panti asuhan hingga ke kampus tapi Dila tak ada disana akhirnya Fira
mendatangi rumah Dila yang ternyata Dila dijemput paksa oleh ayahnya

Dila: "Fir...lupakan aku karena aku ga bisa lagi meneruskan hubungan sama kamu"

Fira: "Dil, apa yang bikin kamu berubah pikiran, ayo kita pergi, aku akan bawa kamu pergi dari iauh sini"

Dila: "engga Fir, kalaupun aku pergi aku akan pergi dengan calon suamiku"

Fira: "tapi Dil...kenapa?"

Dila: "aku harus menjaga nama baik keluargaku, aku harus memberikan keturan buat mereka, mereka ingin
aku menjalani kehidupan rumahtangga yang normal"

Fira: "lalu aku? setelah aku kehilangan keluargaku sekarang kamu juga mau ninggalin aku?"

Dila: "Fira maafkan aku"

Fira: "aku tau ini bukan keinginan kamu, kalau kamu ga bahagia...kembalilah padaku, aku akan nunggu kanu,
datanglah ke taman panti kapanpun kamu mau, aky tunggu kamu disana"

Dila: "engga Fir jangan tunggu aku, mulailah hidup kamu dengan orang lain, kamu harys bahagia"

Fira: "kebahagiaanku adalah kamu, aku cinta sama kamu, kalau aku harus hidup tanpa kamu...aku juga akan
hidup tanpa cinta"

Dila: "Fir..." ia memeluk Fira dengan erat dan menangis pilu dipelukannya

Fira: "Sayang ayo ikut aku pergi"

Dila: "aku ga bisa Fir"

Ingin sekali Fira membawa Dila pergi tapi Dila tak mampu menolak keinginan orangtuanya, Fira merasa
langkahnya begitu berat jarena harus melepas wanita yang selama bertahun-tahun mendampinginya, tak
pernah terbayangkan olehnya jika wanuta yang sangat dicinrainya akan dimiliki oleh orang lain, ia berusaha
tegar walaupun terkadabg tak mampu menbendung airmatanya, setiap kali pulang ke rumah Fira merasakan
kesepian yang teramat sangat, hal itu coba ia usir dengan menyibujkan diri dengan pekerjaan atau
menghabiskan waktu dengan anak-anak panti asuhan, biasanya ia duduk berdua dengan Dila dibangku taman
tapi ia membiarkan bangku itu tetap kosong berharap suatu hari Dila akan kembali tapi tak terasa 10 tahun
sudah ia menanti tapi Dila tak pernah kembali

Fira ditemani oleh Ira yang kini sudah berusia 20 tahun, sudah lama ia ikut merasakan kesedihan yang
dirasakan oleh Fira, malam itu Fira tengah memandangi foto Dila, Ira memberanikan diri untuk bertanya

Ira: Kak, tiap kali aku dan anak-anak lain bertanya tentang Kak Dila, Kakak pasti bilang kalau Kak Dila kerja di
rumahsakit yang jauh, sebenarnya Kak Dila kemana?"
Fira: "entah...saya juga ga tau"

Ira: "apa Kakak merindukannya?"

Fira: "sangat"

Ira: "kenapa Kakak ga mencarinya?"

Fira: "dia sudah memutusjan untuk menikah, saya ga mau mengganggu kehudupannya, jika dia mau kembali
tanpa saya caripun dia akan kembali"

Ira: "Kakak mencintainya?"

Fira: "apa?"

Ira: "Ira udah dewasa Kak, Ira udah bisa memahami perasaan Kakak dan Ira juga bisa merasakan kesedihan
Kakak"

Fira: "ya...saya mencintainya, sangat mencintainya, Dila yang ngenalin saya sama apa yang namanya
walaupun tak seharusnya kami menjalin hubungan tapi saya jatuh cinta sama Dila, Dila itu cinta pertama saya
dan akan jadi cinta terakhir saya"

Ira: "kenapa Kakak ga menjalin hubungan yang baru aja sama orang"

Fira: "tidak ada ruang dihati saya untuk orang lain, lagipula saya ga mau terluka untuk kedua kalinya, ketiga
kali atau bahkan terluka berkali-kali, saya ga mau lagi kehilangan orang sangat saya cintai, hubungan seperti
ini kebanyakan berakhir dengan perpisahan alsannya harus menikahlah, hubungan yang dijalani tanpa
tujuanlah, ditentang keluargalah..."

Ira: "sampai kapan Kakak akan menantinya?"

Fira: "sampai dia kembali"

Ira: "kapan?"

Fira: "kalau dia ga bahagia sama suaminya dia akan kembali"

Ira: "kalau ternyaya selamanya dia bahagia, apa Kakak ga akan ngerasa kalau penantian Kakak itu sia-sia?"

Fira: "saya ga peduli, selama saya masih bernafas saya masih punya harapan"

Ira: "kenapa Kakak dan Kak Dila ga berhubungan baik sebagai teman aja?"

Fira: "sejak Dila menutup akses komunikasi, saya memutuskan untuk tidak mencarinya"

Ira: "kenapa Kakak tidak memperjuangkannya?"

Fira: "untuk apa berjuang demi orang yang sudah tidak mau lagi diperjuangkan, kalau dia ingin kembali dia
akan datang sendiri"
Tak hanya Fira 10 tahun Dila juga merasakan kerinduan yang mendalam pada Fira, pagi itu langkah kakinya
membawa Dila ke taman di seberang panti asuhan, dari jauh Dila melihat Fira tengah duduk seorang diri
diantara riuhnya suara anak kecil yang sedang bermain, ingin rasanya ia menghampiri dan memeluknya
melepas kerinduan yang sudah 10 tahun ia pendam, sebelum melangkah ia melihat seorang gadis mendekat
dan menutup mata Fira dengan kedua tangannya dari belakang kemudian mendekapnya, Dila berpikir jika
Fira sudah menemukan pengganti dirinya, iapun melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan Fira dan gadis
itu yang ternyata adalah Ira

Fira: "kamu mau nutupin mata saya pake apapun juga saya pasti tau itu kamu"

Ira: "kalau ternyata itu Kak Dila apa Kakak masih bisa mengenalinya?"

Fira: "hanya dengan mencium aroma tubuhnya saja saya pasti sudah bisa mengenalinya, saya ga akan pernah
lupa, aroma tubuhnya...suaminya..."

Ira: "apa yang Kakak kangenin darinya?"

Fira: "semuanya...senyumnya, omelannya, Dila itu cemburuan dan gampang ngambek tapi dirayunya juga
gampang, hanya dengan pelukan hangat hatinya akan langsung luluh lagi, saya kangen bikin dia ngambek,
saya kangen bikin dia ngomel, saya kangen kamu Dila...kapan kamu kembali? akhirilah penantian ini"
harapnya sambil meneteskan air mata

Melihat kesedihan Fira, Ira berinisiatif untuk mencari Dila, ia mencari di media sosial bahkan mencari nama-
nama dokter yang bertugas disejumlah rumahsakit, setiap menemukan dokter yang bernama Dila ia langsung
mencari profilnya hingga akhirnya ia menemukan dokter yang bernama Ardila Pattrinesia, ia langsung
mencari profilnya di akun media sosial milik sang dokter yang ternyata wajahnya sama persis dengan orang
yang ia temui 10 tahun lalu bahkan fotonyapun masih terpajang dirumah Fira

Ira sengaja mendatangi rumah sakit tempat Dila praktek, ia daftar di rumahsakit tersebut layaknya pasien
yang hendak berobat, setelah menunggu akhirnya ia dapat giliran masuk keruang pemeriksaan, saat bertemu
sang dokter Ira memperhatikan wajah sang dokter dengan seksama, ia dipersilakan duduk "silakan duduk"
merasa dirinya terus dipandangi, dokter itu langsung bertanya "ada keluhan apa?"

Ira: "Kak Dila?"

Dokter itu menatap Ira sambil bertanya "maaf, siapa ya?"

Ira: "aku Ira, anak panti yang 10 tahun lalu Kakak kasih tas beranak tang dudalamnya ada dimpetnta, Kakak
masih ingat dimpet ini? ini pemberian Kakak"

Dila: "oooh iya-iya, saya ingat"

Ira: "apa Kakak masih ingat sama Kak Fira?"

Dila: "Fira...ya, bulan lalu saya melihatnya di taman seberang panti"

Ira: "bulan lalu? kenapa Kakak tidak menemuinya?"

Dula: "dia bersama orang lain, saya tidak may mengganggunya"


Ira: "astaga... Kak, dari 10 tahun lalu ga ada orang lain yang nemenin Kak Fira selain Ira, 10 tahun Kak Fira
hidup sendiri hanya Ira yang menemaninya"

Dila; "apa?"

Ira: "Ira juga yang merawatnya"

Dila: "merawatnya? apa Fira sakit?"

Ira: "Kak Fira sering terjaga dimalam hari dan siangnya menyibukkan dirii dengan pekerjaan hingga Kak Fira
lupa makan akhirnya jadi sering sakit-sakitan"

Dila: "ya ampun, pasti lambunya sering sering kumat"

Ira' "tiap kali Ira membawanya berobat, mata Kak Fira seolah mencari-cari seseorang di rumahsakit, Kak Fira
sudah kehilangan semangat hidup, hanya satu hal yanf membuatnya bertahan...harapan, harapan Kak Dila
kembali padanya, Kak...cinta Kak Fira untuk Kakak sangat besar, Ira mohon temuilah Kak Fira walau hanya
sekali"

Dila: "Fira...Nafira'ku sayang..." airmatanya mengalir tak terbendung "ga hanya sekali, saya akan kembali
padanya"

Ira sangat gembira mendengar hal tersebut, ia menunggu Dila hingga selesai bertugas setelah itu mereka
bergegas menuju taman diseberang panti asuhan tempat dimana Fira menunggunya kembali, perasaan Dila
bercampur aduk, rak sabar ingin segera tiba ditempat tujuan dan memberikan kejutan manis pada Fira yang
sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya akan kembali

Sesampainya ditaman Dila melihat Fira yang tengah bermain dengan anak-anak panti, Dila taj sabar ingin
segera memeluk wanita yang sudah menghabiskan waktu selama 10 tahun menantinya, Dila berjalan
menghadekati Fira tapi ia dikejutkan oleh tangisan anak kecil yang terjatuh saat menyeberang, Fira yang
melihat anak itu terkapar ditengah dijalan segera berlari menyelamatkannya sebelum tertabrak mobil yang
tengah melaju kencang tapi nahas mobil tersebut keburu menabrak mereka hingga terpental, Dila langsung
berteriak histeris memanggil Fira, Fira mengalami luka parah dibagian kepala langsung direbahkan
dipangkuan Dila

Dila: "Fira bangun Fir...ini aku Dila, aku kembali, Fira..."

Mereka langsung dilarikan ke rumahsakit, sepanjang perjalan Dila tak henti menangis sambil terus mengusap
wajah dan menciuminya, sesampainya di rumahsakit dokter langsung melakukan tindakan operasi, setelah
itu Dila tak pernah beranjak dari samping wanita yang kondisinya tengah kritis itu, 10 tahun Fira menantinya,
Dila berharap penantian panjang Fira selama ini berakhir manis

Dila: "Sayang...aku mohon bertahanlah, berjuanglah untuk hidup...demi aku, bangun dan liat aku, aku sudah
kembali, aku ga akan ninggalin kamu lagi"

Selama tiga hari tak sedetikpun Dila beranjak dari samping Fira, ia tahu kondisinya sangat lemah, tak henti-
hentinya Dila menciuminya, ia meminta pada rekan-rekan sejawatnya agar mengupayakan yang terbaik
untuk Fira tapi kerja keras Dila dan para dokter tak mampu melawan takdir, Fira menghembuskan nafas
terakhirnya tanpa sempat menemui belahan jiwanya yang telah kembali

Banyak nyawa yang Dila selamatkan tapi kali ini ia tak mampu menyelamatkan nyawa kekasih hatinya,
kembalinya Dila seolah hanya untuk melihat kematian Fira, melihat akhir sebuah penantian.

Anda mungkin juga menyukai