Anda di halaman 1dari 4

4 PM

DANIEL DIRANDRA
@zziddaan

“Ngerjain PR sendiri sore-sore lagi…”


Keluh kesah itu keluar dari mulut seorang anak SMA bernama Rara Akasha. Dia memiliki
wajah yang cantik, putih, dan rambut yang lurus nan indah. Sayangnya, hidupnya tidak
berwarna, abu-abu, dan membosankan. “Gini amat ya hidup..” Batinnya.

Saat ia hendak mengerjakan PR di taman belakang sekolah pukul 4 sore, tiba-tiba..


“BRAKK”, suara apa itu? Ya, saat itu Rara bertabrakan dengan seseorang bertubuh tinggi,
berwajah tampan, dan berkulit putih. Di seragamnya tertulis nama “Rian Adhinatha”. Namun,
kenapa Rara sepertinya tidak pernah melihat lelaki itu? Disitu Rara hanya melamun dengan
pikirannya yang acak.

“Sorry, kamu gak papa? Maaf ya tadi aku gak fokus” Ucap seorang lelaki didepan Rara yang
membuat lamunannya menjadi buyar. “E-eh, gak papa kok kak, aku juga minta maaf” Jawab
Rara sambil ingin mengambil bukunya yang jatuh berserakan di tanah, namun Rian sudah
mengambilnya duluan, “Nih, buku kamu. Oh iya, kamu mau ngerjain PR disini ya?” Ucap
Rian sambil menyodorkan buku tugas itu kepada pemiliknya. “Iya kak, kakak sendiri disini
mau ngapain?” Tanya balik Rara. “Sama kok, ngerjain tugas juga, sambil nikmatin sunset”
Jawab Rian sambil melihat sunset indah yang ada di belakang kepala Rara. “Hmm gimana
kalau kita ngerjain PR bareng?” Tawar Rian kepada Rara dan diangguk oleh Rara sebagai
jawabannya.

Hari demi hari, hubungan Rara dan Rian semakin dekat dan akrab. Mereka sering
mengerjakan tugas bersama di taman sekolah setiap pukul 4 sore, dan sering berinteraksi di
sekolah bersama. Sampai secara tidak sadar, Rara dan Rian saling menyimpan rasa cinta yang
sama untuk keduanya, hanya saja perasaan itu belum terungkap.

“DUARR”
Gita, sahabat terbaik Rara yang secara tiba-tiba mengagetkannya ketika Rara sedang
melamun di bangkunya.
“Allahuakbar Gittt, untung jantungku gak loncat keluar” Jawab Rara dengan basa-basinya.
“Yaa lagian ngelamun mulu deh, ada apa? Cerita kek” Ucap Gita sambil nyengir.
“Hmm, kamu tau kan cowok yang lagi deket sama aku? Yang sering aku certain itu lohh. Nah
dia tuh sebenernya cuman friendly ke cewek aja atau ada maksud lain sih buat deketin aku?”
Ucap Rara dengan wajah yang kebingungan karena sikap dari lelaki itu. Bagaimana tidak dia
bisa berpikir seperti itu, lelaki itu mempunyai banyak kelebihan dan prestasi yang
memuaskan, sehingga banyak perempuan yang menyukai lelaki itu. Sedangkan Rara? Apa
yang spesial dari dirinya? Begitulah isi otak Rara saat itu.
“Kok kamu bisa mikir gitu? Emang kamu beneran suka sama dia?” tanya Gita yang membuat
pipi Rara berubah menjadi berwarna merah.
“Jujur iya, aku kagum sama dia, Git” bisik Rara dengan hati-hati, karena takut orang lain
mendengarnya.
“DEMI APA RA?” jawab Gita dengan suara yang keras, membuat seisi kelas melihat mereka
secara bersamaan. “Shhtt, kecilin dong Git suaranya!” ucap Rara dengan rasa malu yang
sangatt amat malu.
“Duh, hehehe maaf” jawab Gita dengan cengirannya . “Yaa semangat aja yaa Ra. Oh Iya!
Nanti kamu pergi ke taman sekolah jam 4 sore ya! Ada surprise tuh” Ucap Gita dengan muka
bahagianya, membuat Rara menjadi penasaran dengan surprise itu. Apa ya kira-kira
hadiah yang sedang menunggu Rara di jam 4 sore itu?

Trriinggg
Akhirnya, bel pulang sekolah berbunyi. Rara dengan rasa penasaran yang menghantui
otaknya selama jam pelajaran itu akhirnya akan terungkap. Rara segera membereskan buku-
bukunya kedalam tas dan pergi ke taman sekolah.
Setibanya di taman sekolah, terlihat seorang lelaki dengan perawakan yang pastinya Rara tau
betul itu siapa. Ya, itu adalah Rian Adhinatha, seorang lelaki yang Rara kagumi serta ia sukai.
Lelaki itu sudah membuat Rara menjadi termotivasi dalam hidupnya. Bahkan lelaki itu telah
menjadi support systemnya dikala ia sedih, bingung, dan stress.

“Halo, Ra. Gimana harimu? Gak ada hambatan kan? Ternyata kamu nurut juga sama adikku”
Sapa lelaki itu, dilanjut dengan kata-kata yang membuat Rara memasang muka bingungnya.
“Adik? Hah, jadi Gita itu adiknya kakak?” ucap Rara sambil menggaruk pinggir kepalanya
dengan telunjuk yang sebenarnya tidak gatal.
“Hahaha, iya. Gita itu adikku, Ra” Jawab Rian dengan senyuman manisnya. Perempuan mana
yang tidak akan meleleh melihat senyuman lelaki itu?
Rara terkejut, ternyata lelaki yang sering ia ceritakan kepada sahabatnya itu, adalah kakak
dari sahabatnya dia sendiri. Muka Rara pun memerah karena malu.
“Sebenarnya Gita itu pernah bilang, kalo kamu tuh sering certain aku ke dia, itu beneran?”
ucap Rian dengan senyum Pepsodent-nya. Seketika jantung Rara mulai berdegup dengan
kencang.
“Duhh, Gita kok gak bisa jaga rahasia sihh… maaf ya kak aku gak ada nyeritain kakak yang
aneh-aneh kok hehe” perkataan Rara itu membuat Rian semakin tersenyum menahan tawa.
“Hahaha gak papa kok, aku juga Ikhlas kok diomongin sama orang baik kayak kamu” Jawab
Rian membuat muka Rara memerah kembali. Mereka tiba-tiba duduk berbarengan di kursi
taman di dekat mereka.

Hening, tidak ada suara dari keduanya, hanya ada suara burung berkicau, daun yang jatuh
ditiup angin, suara pintu kelas yang sedang ditutup, dan semilir angin sepoi-sepoi yang
mendukung suasana kala itu.
“Wah, liat tuh! Sunset-nya indah ya” ucap Rian memecah keheningan diantara mereka.
“Iya kak, indah banget. Aku suka sunset, tapi sunset itu seakan-akan ngajarin kita bahwa
hidup itu gak selalu berjalan dengan cemerlang. Pasti aja ada lika-liku nya” jawab Rara
sambil memandang indahnya matahari terbenam didepannya.
Disitu Rian memandang muka Rara yang entah mengapa terasa berbeda dari sebelumnya.
Muka Rara saat itu sangatlah cantik, dengan kilauan berwarna coklat dari rambutnya yang
tertiup angin.
“Ra, sebenarnya udah dari awal aku ketemu kamu, aku mulai ada rasa ke kamu. Ntah gimana
caranya, dan tiap aku bantuin kamu ngerjain tugas atau apapun, rasa suka itu terus bertambah.
Hidup aku yang awalnya biasa aja, sekarang jadi tambah spesial ketika ada kamu” ungkap
Rian dengan hati yang berdegup kencang, begitupun dengan Rara. Hatinya terasa terombang-
ambing oleh perkataan lelaki di sampingnya. Rasanya seperti mimpi! Apa jangan-jangan ini
mimpi?
“Jadi, kamu mau jadi pacarku gak Ra?” ucap Rian tanpa basa-basi lagi. Tentu saja muka Rara
saat itu memerah, dan degup jantungnya terasa lebih cepat.
Rara ingin sekali mengiyakan ucapan Rian, tetapi…
“Kak, kalau boleh jujur, aku juga suka sama kakak. Kakak selalu ada kalau aku lagi butuh
seseorang. Kakak udah aku anggap sebagai support system aku selama ini” jawab Rara
dengan perasaan lega, karena ia berhasil mengungkapkan perasaannya kepada seorang lelaki
itu.
“Tapi, aku belum bisa mengiyakan ucapan kakak, karena posisinya kita itu sebagai pelajar,
yang sebentar lagi bakal menghadapi ujian kenaikan. Kakak juga sebentar lagi bakal daftar
masuk PTN favorit kakak, jadi aku gamau kalau pacaran bakal ngehancurin impian kita. Aku
juga belum siap kalau memulai hubungan sama orang se-istimewa kakak, karena aku sendiri
masih banyak kurangnya kak”. Penjelasan dari Rara itu membuat Rian terdiam mencerna
setiap kata demi kata yang diucapkan perempuan itu.
“Oke Ra. Aku paham kok. Aku juga mulai sadar sama kondisi kita sekarang. Kalau kamu
nunggu aku, gak papa kan, Ra? Kita fokus perbaikin diri sendiri dulu, dan kejar karir masing-
masing. Allah pasti punya rencana indah buat kita kalau udah waktunya” Jawab Rian yang
membuat mereka berdua terdiam kembali.

Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Akhirnya mereka berdua sudah lulus dari sekolah
mereka. Rara dengan semangat belajarnya, berhasil meraih peringkat siswa terbaik di
sekolahnya, mengikuti jejak kakak kelasnya yang ia kagumi.
.
Setelah sekian lama tidak bertemu, Rara dan Rian merencanakan bertemu di taman dekat
sekolah SMA mereka pukul 4 sore. Mereka sangat rindu dengan suasana sekolah pada saat
itu, karena masa-masa SMA adalah masa paling indah dalam dunia per-sekolahan. Rara dan
Rian saling bercerita tentang masa SMA mereka yang indah itu. Hingga secara tidak sadar,
topik pembicaraan mereka teralihkan.
“Ra, inget gak sih dulu aku sempet nembak kamu disini?” ucap Rian memutar kembali
memori otak mereka kepada kejadian itu.
“Iya kak, aku inget” jawab Rara sambil memperhatikan matahari terbenam kala itu.
“Jadi gimana, Ra? Kamu siap? Aku gak bakal ngajak kamu pacaran kok” ucap Rian membuat
Rara menoleh pada lelaki itu.
Rian pun mengeluarkan satu buah box kecil berwarna merah, serta buket bunga yang cantik
dan wangi semerbak dari bagasi motornya.
“Apakah kamu siap bersama denganku di sisa-sisa umur kita?” ucap Rian sambil membuka
box kecil berwarna merah berisi cincin itu, dan menyodorkan buket bunga itu kepada
Perempuan yang ia dambakan sejak SMA itu.
“Iya, aku siap” ucap Rara terharu dan menerima cincin serta buket bunga yang diberikan oleh
lelaki didepannya, Rian Adhinatha.
Tentang Penulis
Halo! Nama saya Azmi Zidanil Naufal, lahir di Garut tanggal 11 Maret
2009. Saya berstatus pelajar dan menempuh pendidikan di MTs Persis
Tarogong. Hobi saya menonton film, menulis, dan membaca. Membaca novel
adalah hal yang paling saya sukai. Karya ini adalah karya pertama saya dalam
kepenulisan.
Menulis adalah salah satu cara saya dalam menuangkan suatu gagasan,
imajinasi, ataupun emosi dari otak kedalam sebuah tulisan. Karena siapa tau,
suatu gagasan atau imajinasi yang dituangkan kedalam tulisan tersebut bisa
menghasilkan suatu karya yang bermanfaat bagi kita semua. Jika kalian ingin
mengenal saya lebih dekat, kalian bisa menyapa saya di e-mail
zidanilnaufalazmi@gmail.com atau laman Instagram @zziddaan

See you guys and keep up the spirit!!

Anda mungkin juga menyukai