Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR MOTTO

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha “Penyesalan selalu datang di akhir”
Esa karena atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
Cerpen yang berjudul “……………………….”.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan kary ini, untuk
memenuhi upaya penulis dalam mengembangkan dan meningkatkan
ilmu pengetahuan tentang materi menulis cerpen yang sedang penulis
pelajari. Pada kesempatan ini, tak lupa penulis sampaikan terimakasih
kepada :

1. Ibu Hj. Herawati, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 6 Tangerang,


yang telah memberikan dukungan secara penuh terhadap siswa-
siswi dalam rangka pengembangan metode pembelajaran.
2. Ibu Dian Pertiwi, S.Pd, selaku guru pembimbing yang telah
memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan karya ini.
3. Orang Tua penulis yang telah memberikan dorongan serta motivasi
dalam penyelesaian karya ini.
4. Siswa-siswi SMA Negeri 6 Tangerang yang telah mendukung
terselesaikannya karya ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan ini. Penulis berharap semoga karya dapat bermanfaat
pembaca pada umumnya.

Tangerang, 09 Desember 2019


“SUKA”
Berbeda dengan keadaan toko buku yang sejak
siang tadi sangat ramai jika dilihat dari luar tak heran toko
Matahari mulai tenggelam, awan kelabu mulai menutupi buku ini ramai karena ditoko buku ini juga dilengkapi
sebagian cahaya matahari. Keindahan matahari yang akan dengan cafe yang membuat nyaman pengunjung terlihat
tenggelam sirna terganti dengan butir-butir air yang mulai dari sebrang jalan seorang lelaki yang sedang membaca
berjatuhan mengenai genting rumah orang-orang yang berlalu buku dia duduk dekat jendela tampak dari raut wajahnya dia
lalang mulai mencari tempat berteduh terlihat guratan kekesalan sangat serius membaca dan tidak memperhatikan sekitarnya
karena hujan datang tak ayal, penggendara motor pun ikut sampai dia tidak menyadari seseorang perempuan menepuk
berteduh karena takut pakaian yang mereka pakai basah tak ada bahunya. Rupanya dia adalah teman SMP ku, namanya
rasa syukur yang terpancar yang ada hanya guratan rasa kesal Rara. Dia adalah murid pindahan sejak kelas 9 dari
karena hujan menghentikan perjalan pulang mereka berbeda Bandung ke Tangerang. Dulu aku sempat menaruh perasaan
dengan pengendara mobil hujan bukanlah halangan karena padanya. Dia sangat baik, cantik, asik, pintar. Gimana ga
mereka masih bisa menerobos hujan tanpa memperhatikan suka ya kan hehe. Rasa suka ini semakin menguasai hatiku.
jalanan yang banyak tergenang air hujan mereka melewat aku tidak ingin menceritakan ini kepada para sahabatku
dengan cepat dan tanpa sadar bahwa air yang tergenang karena ku tau mereka tidak bisa menyimpan suatu hal
dijalanan mengenai si pejalan kaki sumpah serapah diucapkan terlalu lama apalagi mereka adalah orang orang yang suka
untuk mengutuk si pengendara. Para pedagang yang comblangin orang tuk jadian. Lagipun aku orangnya
membereskan dagangannya karena hujan yang mengguyur pemalu untuk mengungkapkan perasaanku kepada
sendari tadi membuat dagangan mereka sepi. siapapun, jadi lebih baik ku pendam.
Ngobrol lah kita di malam yang dingin sembari meminum Dia adalah sahabat SMP ku yang bernama Rangga,
dia itu botak, konyol, jelek. Dia duduk disebelah ku dan
kopi yang dipesan oleh ku yang niatnya untuk temanku, karena
bertanya kepadaku siapa perempuan yang bersamaku, rangga
aku memang mengajak sahabat ku untuk ke cafe ini tetapi tak pun tidak mengetahuinya karena Rara pun murid pindahan.
Lalu kujawab ‘dia kan temen SMP kita, gimana sih lu pikun
apalah lagipun dia datangnya lama. Aku pun bertanya ‘Eh,
nih’. ‘Oh iya deng, lupa anjir hehehe, maklum botak kan’
gimana di SMA?asik ga?’. ‘Asik juga, tapi terlalu ambis banget jawab rangga sambil mengucap salam ke Rara. ‘Gapapa kok
hehe, lu SMA dimana sekarang?’ jawab Rara dengan
mereka’ jawab Rara. ‘Sama, lu juga ambis’ jawab ku. ‘Tapi dia
tersenyum. ‘Di SMK 6 tangerang, liat aja nih gue jadinya
tuh kayak ngerjainnya gamau bagi-bagi, ngeselin banget ga sih’ botak item gini haha’ jawab Rangga dengan tertawa. ‘Eh pesen
minum sono lu, kalo botak biasanya cepet haus loh hehe’
jawab Rara dengan nada kesal. ‘Ada juga temen sekelas gue
jawabku bercanda. ‘Oh gitu ya? Oke deh’ Rangga menjawab
begitu, tapi kalo kita minta dikasih sih sedikit, kata dia biar kesal. Setelah sekian lama berbincang, tanpa kita semua sadari
jam dinding pukul 10 malam.
sisanya kita yang mikir sendiri gitu, sue banget hahaha’ jawab
ku . ‘Masih mending ya itumah, kelas gue mah udah pendiem
semua orangnya, terus kalo dikasih tugas tuh dia bener-bener
cepet terus tibatiba udah ngumpulin aja’ jawab Rara dengan
serius. Tiba-tiba di penghujung pintu munculah lelaki bertumbuh
tinggi dengan topi sekolah penerbangannya itu menoleh ke
arahku dan melambaikan tangannya ke arahku.
Kami pun berencana pulang tetapi belum bayar, Rara pun Entah kenapa aku tidak bisa mengucapkan
ingin membayarnya tetapi Rangga maju duluan untuk membayar perasaanku ini, antara malu dan takut. Karena aku pun tidak
semuanya, ‘udah biar gue aja yang bayar semuanya, lagian cuman mau kehilangan sahabat ku, lebih baik menjadi sahabat saja
minum ini haha’ jawab Rangga. ‘Oke deh makasih ya’ jawab kami walupun kadang menyakitkan. Kalau aku mengungkapkan
berdua. Aku dan Rangga pulang dengan naik motor, tetapi Rara perasaanku ke Rara mungkin nanti akan canggung saat
pulang dengan dijemput oleh papahnya. Sesampainya dirumah, ngobrol dengan dia kembali, tapi ya sudah lah bagaimanapun
Rangga pun chat aku malam-malam. Kata dia ‘eh itu Rara tambah dia tetap ada di hatiku walaupun hanya sebagai sahabat.
cakep aja deh, dah punya pacar belom ya? Mau deketin ah kali aja Lagipun kalau seandainya aku berpacaran dengan Rara,
nyambung’. ‘Belom punya pacar tuh, dia tadi bilang gitu sama gue’ mungkin saat aku putus dengannya paling juga akan jauh-
jawabku. ‘Oke deh’ jawab Rangga dengan singkat. ‘Semangat jauhan juga. Berpacaran juga hanya menyenangkan masa
botak’ jawabku cuek. Rasa kesal, kecewa, patah hati pun mulai muda saja, kalau lanjut ke jenjang pernikahan alhamdulillah,
mengganggu malamku ini. Tetapi salahku sendiri yang sangat apalagi aku sama Rara dipertemukan kembali di pelaminan
penakut untuk mengungkapkan. hehe.
TENTANG PENULIS

Lelaki kelahiran Tangerang, 7 juli


2003 ini selalu merayakan
kebahagiannya dengan tertawa,
biarpun lucu atau tidak lucu
selalu jadi bahan tertawaan
baginya. Menghabiskan waktu
untuk bercengkrama, jail kadang
untuk belajar juga. Terkadang ia
lupa dengan tugas yang telah diberikan oleh gurunya, tetapi jika ia ingin
menyelesaikan sesuatu, ia sangat bersemangat dan bersikeras untuk
mengerjakannya.

Anda mungkin juga menyukai