Bagiku sahabat adalah seseorang yang istimewa dapat menghiburku,
seseorang yang sangat berarti dalam hidupku, karena dialah sahabat yang selalu ada untukku. Aku cukup beruntuk memiliki sahabat seperti Diana “yaa…….. itu namanya” Seperti biasa di hari sekolah aku selalu bangun pagi pukul 04:30 aku langsung membereskan tempat tidurku agar rapi, lalu aku bersiap siap mandi dan whudu untuk melaksanakan sholat shubuh dan setelah sholat aku langsung kemeja makan, lalu bersiap siap memakai seragam sekolah dan setelah itu aku mengabari sahabatku Diana untuk berangkat bersama. Setelah berangkat lalu sampailah ke sekolah dan berjalan ke kelas sambil mengobrol dengan Diana, banyak teman teman sekolah yang menyapa aku dan Diana. Samapainya di kelas aku dan Diana di sambut ke 2 sahabatku juga yaitu, dila dan rara “selamat pagi diana, putri” sambutan dari dila saat baru masuk kelas “pagi juga dil” membalas sapaan dila Aku duduk di bangku yang berdekatan dengan sahabatku seperti biasa kita mengobrol sambil menunggu bel masuk, entah itu membicarakan keseharian masing masing atau membicarakan tentang tugas sekolah. “dil kamu tadi berangkat sama rara ?” Tanya ku kepada rara dan dila “ya seperti biasa put “ jawab spontan rara dan dila “kriingggggg….kriingggggg……kriinggggg…” terdengar suara bel sudah menunjukkan pukul 07:30 artinya sudah masuk. kita kembali ke bangku masing masing dan waktunya belajar kali ini pelajarannya cukup sulit yaitu matematika, aku tau ini pelajaran kesukaan hasahabtku rara. Dia sangat pintar dalam pelajaran matematika karena favorite lesson. Pelajaran pun dimualai guru yang tampaknya menjelaskan dengan sungguh sungguh, dan guru pun memberi tugas tentunya aku, dila, dan diana yang tidak suka pelajaran matematika tentunya berfikir sangat sulit “pelajaran yang membosankan” ucap diana kepada dila “ ih apaan si diana padahal ini kan gampang banget” saut rara yang agak keliatan marah mereka pun saling adu mulut dan aku yang mendengarnya sangat risih “stop…udah ya,apasi kalian berdua ini ra kalau kamu emang suka pelajarannya yauda la kerjain sana.” Ucapku yang agak emosi mendengar ocehan mereka, bel pun sudah berbunyi untuk istirahat. Kita pun mengemasi buku dan berjalan ke kantin “ra kamu ga ikut ?” tanya diana “kayaknya si rara ngambek deh gais” ucapku kepada mereka berdua, rara yang keliatan murung sambil buang muka berjalan dengan mengajak teman sekelas menghindari kita ber 3 “yah….rara ngambek beneran tuh…” ucap dila yang merasa gak enak kepada rara, lalu kita pun berjalan ke kantin sambil membicarakan rara “gimana nanti pas pulang kita minta maaf ke rara?” tanya dila yang bersemangat agar bisa baikan dengan rara lalu diana menyaut “ga deh…!” “ko gitu si kamu din.” Ucapku membalas diana, kita pun saut menyaut dengan nada yang tinggi. Sampai di kantin kita bertemu rara lalu dila pun memanggil rara “ rara…..ra…..!” suara dila yang sangat keras , rara yang tidak peduli pun biasa aja dan buang muka pura pura tidak tahu “tu kan, ga peduli biarin aja lah.” saut diana yang tidak peduli ke rara dan rara pun kembali ke kelas kita yang masih makan di kantin lanjut membicarakan rara lagi lagi diana yang jengkel ke rara terlihat rai raut muka yang sangat emosi “ udah lah kalian ngapain si masi ngomongin si rara itu!” kata diana yang emosi “ diana kamu kenapasi ko gitu ke rara padahal kan kita juga uda sahabatan lama” ucap dila meyakinkan diana “nah...iya tuh , kasian juga rara “ kataku yang kasian kepada rara. Bel pun berbunyi lalu kita berjalan kembali ke kelas yang agak tergesa gesa, sudah sampai dikelas aku dan 2 sahabatku menghampiri rara “diana kamu ko ke situ si?” tanyaku kepada diana yang sengaja tidak mau ikut menghampiri rara. Aku dan dila pun menghampiri rara yang sedang mengobrol dengan teman sekelas “rara kamu kenapa ko tadi buang muka sama kita?kamu marah ya sama kita?” ucap dila yang gak mau rara marah, rara pun buang muka dan sengaja berpindah tempat menjauhi kita” tuh kan apa aku bilang si rara tu emang ngambekan, uda biarain aja lah” ucap diana yang menghampiri aku dan dila. Guru pun sudah datang untuk kembali mengajar aku dan dila kembali ke bangku masing masing, kali ini sudah pergantian jam pelajaran” maaf anak anak saya ada acara hari ini, lanjutkan materi sebelumnya dan mohon untuk tidak rame!” ucap pak guru yang terlihat terburu buru, “yeyyy jamkossss” ucap teman teman sekelas yang senang karna jamkos. Kembali lagi aku dan 2 sahabatku dila dan diana langsung berkumpul ke bangku yang paling belakang kita kembali membicaran rara, tampaknya rara kelihatan sangat kesal karena biasanya kita ber 4 selalu bersama sama dan sekarang tinggal rara saja yang tidak ikut berkumpul “aku panggil rara dulu ya biar lengkap, ra...rara...sini kumpul” ucap dila yang selalu ingin rara baikan, rara yang tampak biasa aja dan pura pura tidak mendengarnya “rara tu caper banget deh, hanya karena masalah sepele aja dia sampe segitunya ke kita” ucap diana yang begitu kesal dan tidak peduli ke rara, diana yang kesal akhirnya pergi dari kita “ada apasi mereka berdua kayanya ada masalah pribadi deh dil” ucapku yang curiga kepada rara dan diana. Lalu aku dan dila kembali ke bangku masing masing untuk mengerjakan tugas yang di berikan tadi, aku yang pura pura tanya ke rara karena bangku kita berdekatan “ ra kamu udah yang nomer 2?” tanyaku ke rara, lagi lagi rara tidak menjawab hanya diam saja. Aku yang mendengar putri lagi pura pura tanya ke rara yang tidak peduli “ tu kan emang rara uda keterlaluan banget ke kita!” ucapku bisik bisik ke putri “nanti kita pulang sekolah bicara sama rara dan minta maaf, yaa walaupun kita tidak salah juga sih” ucap putri yang gak mau ribut Saat itu aku dan rara keluar untuk main dan tanpa mengajak mereka berdua aku menjemput rara kerumahnya, berangatla kita ketempat tujuan aku dan rara berjalan menuju meja pesanan lalu pesan makanan dan sesudah memesan makanan berjalan lagi dan mencari tempat duduk yang kosong, saat itu suasana agak panas ya karena siang hari tapi kita mencari tempat yang tidak panas lalu kita duduk berdua sambil mengobrol tidak lama kemudian makanan datang dan kita yang kelaparan lalu memakan sampai habis tidak lama kita lanjut mengobrol “eh din aku mau ngomong penting tapi ini rahasia ya!” ucap rara yang agak serius “oh.. ya ngomong aja si ra gapapa kalo emang rahasia ya aku ga ngomong siapa siapa” ucap ku ke rara “ jadi aku aslinya tuh gak suka sama si dila dan putri” ucap rara dengan muka yang jengkel “emang kenapa ra? Kita juga kan udah sahabatan lama “ ucapku yang penasaran “aku iri pada dila dia selalu di turuti di sayang sama ortunya apalagi putri dia juga cantik banyak yang suka, kamu ingat gak pas kita main ber 4 itu? tuh pas putri diliatain sama cowok cowok terus juga ada yang minta username instagram” rara yang bercerita panjang dan aku yang hanya terdiam tidak bisa bicara apa apa ya karena rara membicaran sahabatku “ din kamu jangan ngomong sama mereka berdua ya ini rahasia” ucap rara yang ketakutan dan panik Bel pun berbunyi waktu untuk pulang aku berkemas membereskan buku buku dan memasukkan ke dalam tas diana dan dila pun membereskan juga “rara kamu pulang sama aku ya kaya biasanya” tanya dila ke rara “gak dil aku di jemput!” jawab rara yang cuek “ra... tunggu bentar kita mau ngomong” teriakku ke rara sambil memegang tangan rara “rara kita salah apa si ke kamu? Ya kalau emang kita salah minta maaf” ucapku ke rara, dan ya diana pun menyauti perkataanku tadi sambil marah aku juga berfikir mereka berdua ada rahasia yang di sembunyikan aku dan dila saling menatap dengan muka yang punya pikira yang sama. “ rara kamu sudah ngelewati batas dan juga seenaknya aja, aku tau ya rahasia kamu yang waktu kita main berdua itu! apa aku harus mengatakannya sekarang ke dila dan putri? Ya biar mereka tau kamu sebenarnya gimana!” ucap diana yang udah kesal ke rara yang banyak drama Dan diana pun menceritakan semuanya yang rara katakan waktu mereka berdua main bersama, aku yang hanya terdiam mendengar diana cerita dan dila pun juga sama hanya terdiam. “ hah?” ucapku dan dila yang spontan kaget setelah mendengar diana bercerita Rara yang kelihatan malu dan menundukkan kepala hanya terdiam tidak berkata kata , ternyata diana kesal bukan karena masalah pribadi ya karena rara membicaran aku dan dila rara juga tidak suka kepada aku dan dila. “ rara kamu itu sahabatku yang paling istimewa dan baik hati” ucap dila yang selalu baik dan tidak pernah benci pada sahabatnya sendiri Aku pun juga sebaliknya aku juga tidak membenci rara. Rara pun meminta maaf sambil menangis dengan rasa kecewa telah berbicara seperti itu, ya kita ber 3 juga memaafkan rara bagaimanapun rara juga sahabat kita juga dan saling memaafkan. Aku dan sahabatku pun sudah tidak bertengkar lagi dan kita saling terbuka yang di rasa tidak enak atau tidak suka di bicarakan saja. Kembali pasa esok hari ya seperti biasa aku kembali kesekolah dan seperti biasa juga aku selalu berangkat bersama diana, sesampainya di kelas bertemu dengan rara dan dila ya tentunya kita ber 4 sudah baikan dan tidak ada lagi yang di sembunyikan.