Anda di halaman 1dari 7

Mencari diri sendiri

“Aku masih belum tahu apa yang ingin aku capai dan kukuasai untuk kedepannya.Aku juga
tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan.”
Kata-kata yang terlintas di pikiran Rian seorang murid SMA biasa.Bisa dikatakan kehidupannya
hanya pergi ke sekolah lalu pulang.Tidak seperti kisah anak-anak SMA disebuah novel ataupun
film, dimana masa SMA adalah masa-masa yang penuh keromantisan dan kebahagiaan serta
canda tawa yang menemani saat pulang sekolah.Rian hanya berpikir kalau dia hanya tokoh
figuran didalam cerita kehidupannya.Keberadaan Rian dikelas pun sangat diacuhkan oleh teman
sekelasnya.Walau begitu Rian juga tidak terlalu peduli karena ia mempunyai dua teman dekat
yang menemaninya saat di sekolah.Hanya mereka berdua yang dianggap Rian berbuat baik
kepadanya yaitu Miko dan Lutfi.Yahh walau kadang Miko suka berbuat usil dan agak nakal pada
Rian,tetapi ia selalu ada dan cekatan dalam membantu Rian.Begitu pula dengan Lutfi, ia
merupakan pendengar yang baik dan suka mentraktir teman-temannya.Ya,bersama mereka
berdua, suka cita mereka lewati bersama menikmati dengan apa adanya di kehidupan SMA ini.
Hari demi hari berlalu,tanpa disadari bulan berganti silih berganti.Hari kenaikan kelas sebentar
lagi tiba.
“Akhirnya sudah bulan Mei dan 4 semester sudah hampir dilalui saatnya naik ke kelas 12.”
Ujar,Rian dalam hati
Banyak tugas akhir yang harus diselesaikan akhir-akhir ini.Cukup lelah katanya, tapi hal tersebut
tetap membuat Rian merasa biasa saja.Tidak ada rasa spesial ataupun senang dalam
dirinya.Benar-benar datar tak berekspresi.Berbeda dengan kedua teman dekatnya.Ada yang
sudah memikirkan saat lulus nanti sudah tau universitas mana yang ingin dituju, dan ada yang
kebingungan dan kaget karena sudah mau naik ke kelas 12.
Seiring waktu berjalan akhirnya hari esok akan tiba.Tepat besok pukul 4 sore adalah
pengumpulan terakhir tugas praktek Kimia.Tugasnya berupa tugas kelompok berisikan 3 orang
membuat sebuah alat uji coba listrik.Tentu saja Rian, Lutfi, dan Miko satu kelompok.Bersyukur
sekali karena hanya 3 orang dalam satu kelompok.Namun ada satu masalah terjadi,yaitu
beberapa kabel pada alat uji coba tersebut rusak dan alat tersebut jadi tidak bisa berfungsi dengan
baik padahal besok adalah hari terakhirnya pengumpulan.
“Gimana nih ,harus kita bongkar semua kabel-kabelnya?” Ujar Lutfi
“Aduhh,gimana ya…aku takut tidak sempat untuk dikumpulkan besok kalau dibongkar semua
sekarang.” Ujar Miko sembari panik
Pada awalnya Rian takut untuk memberikan solusi,karena ia tidak percaya diri dengan dirinya
sendiri.Namun melihat kedua temannya yang sama-sama sedang bingung,Rian pun berkata
dengan perasaan optimis.
“Tidak usah dibongkar,kita periksa dulu pada ujung-ujung kabelnya saja.Siapa tahu titik
masalahnya disitu.” Rian berusaha menenangkan teman-temannya.
Mereka memperbaiki alat uji itu sampai sore hari
“Untung saja sempat ya…Hei Rian kamu tadi hebat banget bisa tau titik masalahnya
dimana,jadinyakan tidak perlu kita bongkar semua.” Ujar Miko tersenyum senang
“Hahaha…Aku cuman nebak saja sih,namanya juga dicoba.” Rian tertawa kecil.
Didalam hati kecil Rian terdapat senyuman yang merekah lebar dan tak bisa ia sampaikan
langsung namun ia sangat senang dengan pujian yang didengarnya tadi.Tugas Kimia itu berhasil
mereka selesaikan tepat waktu kepanikan mereka seketika lenyap dan mereka merasa lega.
Teng…Teng…Teng…
Suara bel istirahat telah berbunyi,para siswa pun bergegas untuk pergi beristirahat.Ada yang
pergi bermain basket,lalu ada yang pergi ke kantin,ataupun pergi bermain bersama teman dari
kelas sebelah.Berbeda dengan 3 sekawan ini Rian, Miko,dan Lutfi ,mereka mencari kelas kosong
untuk menikmati waktu istirahat mereka.
“ Akhirnya tugas-tugas kita sudah selesai semua ya!” Teriak Miko menghentak meja dengan rasa
puas.
“Benerr banget ,rasanya lega gak ada tugas lagi…Kalau gini aku bisa bantu-bantu ibu
menjalankan usaha keluarga.” Ucap Lutfi
“Aduuh Lutfi kamu kalo membawakan aku roti dari tokomu,kamu baik banget deh.” Ucap Miko
becanda.
“Iya,roti yang keluargamu buat enak banget, masuk tata boga kamu cocok banget sih.” Ucap
Rian memuji
“Kalau ada lebihan roti,nanti kalian aku kasih kok.” Lutfi terseyum seraya menepuk pundak
Miko.
Percakapan-percakapan mereka berlanjut hingga Rian membahas tentang liburan sekolah.
“Kalian saat libur nanti ada yang pergi untuk pulang kampung kah?” Tanya Rian
“Enggak sih,kampungku sudah disini,harus kemana lagi aku hahaha.” Tawa Miko membalas
pertanyaan Rian “Apalagi Lutfi dia kan lagi sibuk-sibuknya tuh.Kamu nanya gitu,curiga kamu
yang pergi pulang kampung ya” Sambungnya.
“Iya palingan cuman ke rumah sahabat lama aja.” Jawabnya santai
“Widih..tumben banget mau keluar rumah kamu Ian” Ejek Miko
Rian hanya terdiam mendengar perkataan Miko,ia tahu itu hanya gurauan semata,tapi ia merasa
tersindir oleh itu.Memang itulah kebiasaannya, Rian lebih banyak menghabiskan waktu di rumah
ketimbang diluar.Tak lama suara bel berbunyi itu berarti waktu istirahat telah usai.
Keadaan kelas saat ini adalah jam kosong sehingga ruangan kelas dipenuhi suara bising dan
berbagai macam kata,berucap antar teman sebangku saja susah apabila tidak teriak.Dikebisingan
inilah Rian sangat terganggu dan keluar kelas menuju balkon sekolah.Disana udaranya segar dan
sangat menyejukkan pikiran.Rian hanya melamun menatap langit biru cerah yang tenang ini
melamunkan tentang kekurangan dirinya.
Tap..Tap…
Terdengar ada seseorang yang menuju ke balkon.Mendengar ada langkah kaki seseorang Rian
berniat untuk turun dan kembali ke kelas,namun seorang itu menyapa Rian.
“Hei”…sapanya pendek “lagi ngapain?”
Rian menoleh dan hanya melihat seorang perempuan muda yang menyapanya tadi,namun ia tak
mengenali seseorang tersebut.tanpa canggung perempuan muda itu pergi mendekati Rian.
“Apakah dia bolos kelas” Pikir anak laki laki tersebut.
Rian hanya termenung diam tak bisa berkata-kata,ia juga bingung sebenarnya apa yang
dilakukannya disini.Lalu perempuan muda itu ikut melihat ke atas dan menghela nafas lega
seperti ingin melepas sementara beban-beban yang di tanggungnya.Ketika perempuan itu berada
tepat disamping Rian,pandangannya langsung tertuju pada piagam emas yang dikalungi
perempuan muda itu.
“Anak ini pasti memenangkan sesuatu,aku jadi iri.” Didalam kepalanya, anak laki-laki itu terus
menebak-nebak asal muasal piagam itu.
Karena penasaran Rian memberanikan diri untuk bertanya
“Piagam dari lomba apa itu? Uhm,maaf aku gak sopan.”
“Tapi kamu sendiri ngapain disini,bolos ya…” Lanjutnya
“Iya,betul.” Perempuan itu menanggapi dengan senyuman “Habisnya capek tau jadi anak ambis
terus,aku juga ingin bebas.”perempuan itu membalas dengan keluhan.
Bukannya seru ya jadi anak ambis,nilai selalu bagus,mengerti pelajaran,apalagi kalau nilai raport
bagus.” Ucap Rian dengan enteng.
“Tapi untuk dapat piagam ini tidak mudah.” Perempuan muda itu melihat kedepan dan semilir
angin datang menyertai percakapan mereka berdua
“Banyak yang harus dikorbankan gak hanya waktu santai,tapi juga hobi dan apa yang aku
suka.Banyak tekanan yang aku dapatkan,kalau bukan karena orang tua,mungkin aku gak akan
berusaha untuk mendapatkan piagam ini.” Ujar perempuan muda itu. “Lagian siapa juga yang
bilang kalau ikut olimpiade itu gampang haha,mungkin yang bilang gampang mereka belum
pernah ngerasakan yang sama dengan ku.”
Mendengar itu,Rian merasa hati kecilnya tergerak,menggenggam tangannya sendiri.Rian
mendapat perasaan aneh yang belum pernah dirasakan sebelumnya”
“Ayunda...kamu ada disitu kah, Ayunda jawab dong pelajaran selanjutnya mau di mulai loh!”
Terdengar suara dari kejauhan memanggil seseorang.
“E-Eh..Iyaa aku disini,bentar aku nyusul” Perempuan muda itu menjawab panggilannya.
“Salam kenal ya,sampai nanti.” Ucap Ayunda meninggalkan Rian seraya melambaikan tangan,
pertanda perpisahan.
Rian tersenyum kecil dan membalas lambaian tangan perempuan muda tadi.
Hari berlalu dengan cepat hingga esok hari tiba,diawali munculnya mentari dari ufuk timur
merubah warna langit dari gelap menjadi biru keunguan dengan sedikit warna jingga.Hari ini
adalah hari paling seru yaitu hari libur pertama.Rian akan bersiap pergi untuk ke rumah sahabat
lamanya di sebuah desa dan akan diantar oleh pamannya menaiki motor saja.Jalan menuju ke
desa lumayan dekat tak terlalu jauh jadi hanya dengan menaiki motor saja itu sudah
cukup.Perjalanan dilewati melalui jalan perkampungan warga-warga desa ,dari jalan aspal
menuju ke jalan kecil dengan tanah berbatu.Didalam perjalanan, Rian disuguhi pemandangan
alam yang sejuk nan segar, berbeda dengan suasana perkotaan tempat ia tinggal.Setibanya disana
ia langsung disambut oleh sahabatnya yang bernama Rafi.
“Rian lama gak jumpa! Gimana kabarnya?” Sahut Rafi dari pintu rumahnya ,menuju keluar
mendatangi Rian
“Akhirnya aku bisa datang kesini menemuimu, kabarku baik-baik saja kamu kelihatan senang
banget ya aku dating.” Rian menjawab
“Sudah hampir dua tahun sejak lulus SMP kita tidak bertemu,sepi banget tau disini makanya aku
senang ada teman.” Ujar Afdal
Rafi sahabat Rian yang sudah berteman sejak mereka sekolah dasar.Setelah lulus SMP Rafi pergi
ke pedesaan dan tinggal bersama neneknya setelah ibunya pergi untuk selama-lamanya Hal ini
membuat Rafi terpukul dan susah untuk beradaptasi saat pindah ke desa.Tapi dia mempunyai
sahabat yang selalu mendukungnya yaitu Rian.Rian memang kurang bisa berbuat sesuatu tetapi
menurut Rafi pribadi Rian sendiri itu mempunyai keunikan tersendiri.
Rian bergegas masuk dan membereskan barang-barangnya didalam.Diawal saat masuk ke rumah
Rafi, Rian disuguhi banyak ornament-ornamen ukiran kayu ataupun hiasan ruangan yang
unik.Karya-karya ini merupakan hasil tangan Afdal,ia memang suka membuat barang
kerajinan.Dengan peluang itu Rafi bisa mendapatkan penghasilan dari kreativitas yang
dibuatnya,
“Maaf kalau aku membuat repot kamu dan nenekmu” Rian sungkan
“Santai aja , kan aku udah bilang kalo aku seneng banget ada temen disini” Rafi tersenyum
senang “Nanti sore aku ajak jalan-jalan deh,pemandangan sore disini bagus banget kamu pasti
suka.”
Rian penasaran tentang apa yang dibilang Rafi tadi apakah itu akan sesuai ekspetasinya,atau
tidak tetapi Rian tidak mau berharap lebih.
Ding…Ding…Ding
Jam berbunyi tepat dipukul 5,bergegas Rafi mengajak Rian berjalan-jalan di sekitar desa.Setelah
berjalan kesana-kemari mereka beristirahat di sebuah ladang rumput di sebrang sawah.Semilir
angin membawa keheningan yang nyaman,mereka berbincang bincang kecil tentang kehidupan
di sekolah,hal-hal yang membuat mereka kesal,dan nostalgia saat mereka masih bermain
bersama dulu.Ditengah percakapan Rian bercerita kepada Rafi tentang dirinya, dimana Rian
ingin mencari jati diri nya yang dia inginkan sebenarnya,namun ia masih tak tahu apa
kelebihannya.
“Rian…Rian… kamu masih aja sama seperti dulu,masih tidak tahu tujuan,arah,dan kemauan
dirimu sendiri.Berarti kamu lupa dengan saran kuberikan dahulu seperti ketika kamu suka
dengan sesuatu maka tekuni saja dan jangan dengarkan orang lain.” Rafi menjelaskan dengan
bijak namun perlahan.
“Tapi kamu beda Dal.” Panggilnya kepada Afdal.“Kamu rasanya sudah punya bakat dari
lahir,kamu bisa mengukir kayu dan membuat kerajinan tangan yang bagus dan juga kamu kreatif
sekali aku takjub dengan itu.Seperti apa yang ada di tanganmu itu selalu akan menjadi suatu
barang yang indah.” sekali lagi Rian berkata tanpa rasa tahu.
“Kalau selalu membanding-bandingkan orang terus, berarti kamu tidak percaya diri!Padahal
kamu sendiri punya kelebihan tersendiri.” Rafi berteriak sembari menahan ucapannya.
“Kalau punya bakat tidak diasah juga mana mungkin bakal bisa jadi bakat apalagi sampai ahli
dibidang itu,aku melakukan ini semua karena aku suka! Kamu harus liat dari sisi yang lain
Rian,jangan lihat depannya saja ya” Rafi melanjutkan dengan sabar
Rian termenung,mendengarkan ucapan Rafi tadi.Suasana sekitar terlihat sudah gelap,langit pun
berubah menjadi warna jingga keunguan dengan bintang-bintang yang mulai mengintip.Mereka
akhirnya memutuskan untuk pulang.Setelah kejadian itu mereka berdua agak canggung satu
sama lain.
Kring…Kring…Kring
Suara bel sepeda membangunkan Rian dari tidur lelapnya.Dilihat dari jendela suara itu berasal
dari bel sepeda orang yang menjual susu segar.Hal ini tidak pernah dilihat olehnya,ia berpikir
hal tersebut cukup umum terjadi di pedesaan.Rian menyadari Rafi sudah tidak ada di
dipannya .Kemudian Rian bertanya pada nenek Rafi yang sedang memanen sayuran di kebun
belakang rumah.
“Anu maaf,buk Rafi pergi kemana ya,saya cari di sekeliling rumah kok tidak ada?” Rian
bertanya kebingungan.
“Oh Rian,sekarang Rafi sedang pergi mengantar kue lapis ke kampung sebelah,itu ada kue
lebihan di meja ambil saja untuk sarapan.Kalau kamu mau minum ambil sendiri di kendi ya ”
Ujar nenek Rafi dengan senyuman lembutnya.
“Oh iya,terima kasih” Rian menjawab sembari menganggukkan kepala dan segera mengambil
sepotong kue lapis karena perutnya keroncongan.
Pergilah ia keluar berjalan-jalan sendiri, ditemani sinar matahari hangat yang perlahan menyinari
bentala.Rian melamunkan perkatan Rafi kemarin.Rian merasa perkataan Rafi ada benarnya
juga,Rian yang tak mau berusaha,dan hanya melihat segala sesuatu dari satu sisi.Hanya
kehampaan yang terus ia rasakan dan pada akhirnya ia tak mau kehampaan itu terus terjadi
padanya.Rian sadar, ia harus mengasah dirinya untuk menjadi lebih baik.Rian berharap
semangatnya yang muncul sekarang akan bertahan lama tertanam pada dirinya.Ia mengingat
kembali saran-saran yang diberikan oleh para teman-temannya yang ia lupakan.Kemudian ia
membuat janji pada dirinya sendiri,bahwa ia akan mulai mengikuti saran-saran tersebut
perlahan.Rian yakin kalau dirinya terus mnerus begini teman-temannya pasti akan muak
dengannya.
“Aku harus menemukan hal yang aku suka tapi apa itu” Rian bertanya-tanya sendiri didalam
kepalanya.
“Kring..Kring..” mendengar bunyi bel sepeda Rian reflek menoleh ke belakang “Lho, Rian kok
jalan sendiri apa gak takut nyasar” Panggil Rafi kepada Rian yang ada di depannya
“Guide nya pergi duluan sih” Candanya kepada Afdal.
Rafi menuntun sepedanya dengan Rian disampingnya, mereka berjalan pergi ke pinggiran
sawah. Rafi menyandarkan sepedanya di pinggiran sawah lalu mereka berdua duduk santai
dengan menyambi kue yang dibawa Afdal.Lalu Rian kembali bertanya tentang dirinya kepada
Rafi,Rian menanyakan bagaimana Rafi melihat kelebihan dari dirinya.
“Dari yang aku lihat,kamu itu mempunyai rasa keingin tahuan yang tinggi,pintar menganalisis
sesuatu,bahkan kamu berpikir dulu sebelum bertindak.Tapi dengan sifatmu yang tidak percaya
diri,kelebihan-kelebihan itu jadi tak nampak sama sekali.” Ujar Rafi dengan tenang
“Jikalau kamu bingung dengan apa yang kamu suka,kamu bisa coba berbagai hal baru, itu akan
membantu kamu menemukan suatu hal yang akan kamu sukai nanti.Contohnya kamu bisa
mendengar sebuah lagu,hal itu terkadang menginspirasiku sih.” Rafi melanjutkan perkataannya.
Rian berdiri kemudian menatap keatas dengan kedua tangan berada di pinggang dengan rasa
semangat yang sudah terkumpul,ia merasa menjadi seseorang dengan pribadi yang baru.Rian
berterima kasih kepada Rafi berkat perkataannya tadi Rian akan mencoba untuk mengubah
dirinya menjadi lebih baik lagi.Setelah itu mereka memutuskan untuk pulang ke rumah dengan
sepeda.Sepeda Rafi tidak mempunyai boncengan,sehingga Rian bertumpu pada gir roda
sepeda.Walau begitu itu merupakan hal yang asik dan menjadi kenangan bagi mereka berdua
sebagai sahabat.
“Ahh serunya,keliling desa dulu dong pak supir,kalau bisa bawa sampe gunung.” Candanya
kepada Rafi
“Siap laksanakan hahaha.” Rafi menanggapi candaan tersebut dengan canda tawa.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai