Anda di halaman 1dari 13

CRAZYFORM

Prologue

Semua orang pasti memiliki kisahnya masing-masing baik dalam pertemuan maupun dalam
perpisahan yang dapat membangun maupun merusak jiwa. Sekarang mari ikuti saya, kita
bersama-sama mendalami kisah seorang pria bernama Ryan dalam masa lalunya dimana ia
merasakan pertemuan dan perpisahan dengan orang yang berharga baginya.

Sebelum kita mulai mari kita berkenalan dengan tokoh utama dari cerita ini. Ryan adalah
seorang remaja yang terlihat memiliki kehidupan biasa saja seperti remaja lain pada
umumnya, tidak ada yang aneh dalam hidupnya. Ia memiliki keluarga yang sangat
menyayanginya, ia memiliki banyak teman. Tetapi ia merasa bahwa terdapat kekosongan
pada suatu tempat dalam hidupnya, sehingga akhirnya ia bertekat untuk mencari tahu hal
apa yang bisa mengisi kekosongan dalam hidupnya.

Tetapi walau telah lama mencari Ryan pun akhirnya tetap belum dapat menemukan
pelengkap dalam hidupnya yang ia rasa kosong. Sampai pada suatu titik ia pun hampir
menyerah. Tetapi hasratnya unruk melengkapi kekosongan dalam hidupnya masih membara
tak henti-henti, maka ia pun melanjutkan pencariannya.

CHAPTER 1: The Beginning of the End

Hari itu adalah hari yang sangat dihindari oleh semua manusia di muka bumi 'Hari Senin".
Selayaknya semua murid lain pada hari ini mata Yterasa sangat berat bagi Ryan, tetapi bunyi
alarm yang berdering sangat lantang membubarkan mimpi Ryan dan membuat Ryan
terpaksa bangun untuk mematikan alarm yang ia tauh sangat jauh dari tempat tidurnya.
Setengah sadar Ryan pun mencoba mengumpulkan kembali nyawanya yang tercecer
kemana-mana, setelah sadar ia pun akhirnya bersiap untuk berangkat sekolah.

"Waduh mampus dah gua, udah jam segini aja upacara lagi hari ini" ucap Ryan sambil
memakan sarapanya dengan tergesa-gesa. "Wah telat ini mah udah, mana Pak Joko lagi
yang jaga gerbang" ucap Ryan sambil memakai sepatu. Rambut yang belum tersisir rapih,
dasi yang belum terpasang di kerah bajunya merupakan penampilan Ryan setiap senin.
Dengan tergesa-gesa ia pun akhirnya berlari menuju halte bus, setelah naik bus ia pun baru
memasang dasinya. Jam menunjukan pukul 6.35 nampak Pak Joko tengah mendata para
siswa-siswi yang terlambat dengan senyum berbahaya nya yang sangat khas.

"WADUH BENERKAN TUH, Pak Joko udah cengar-cengir jaga pintu" Kata Ryan yang sedang
memikirkan cara untuk melewati rintangan hidup satu ini. Ryan pun mendapat cara untuk
melewati Pak Joko, ia mengeluarkan alat tulis dan buku yang masih baru lalu melempar
tasnya melewati pagar samping sekolah. Ia pun berjalan melewati Pak Joko dengan muka
yang mencoba santai, Pak Joko pun sepontan memanggil Ryan, "HEI MAU KEMANA KAMU,
SINI KAMU !" ucap Pak Joko, "Iya Pak, kenapa" jawab Ryan sambil berfikir mencari cara
menjawab pertanyaan Pak Joko.
"Habis dari mana kamu? Kamu telat yah." tanya Pak Joko, Ryan pun menjawab dengan
percaya diri sesuai alibi yang ia telah siapkan "Nggak kok Pak ,saya habis beli buku sama alat
tulis tadi di depan soalnya tadi saya baru ingat alat tulis saya sudah habis sama saya perlu
buku kosong, lagi pula kalau saya telat pasti saya bawa tas Pak, nah tas saya mana Pak?".
"Tapi saya nggak lihat kamu datang padahal saya sudah jaga gerbang dari pagi?" tanya Pak
Joko. " Saya sudah datang dari tadi Pak, sebelum Bapak jaga gerbang" jawab Ryan. "Terus
kalau kamu sudah datang dari tadi, kenapa kamu lama sekali keluar beli bukunya?" Tanya
Pak Joko, "Duh...... ini si Joko nanya gak berenti-berenti ini mah lebih kayak di introgasi" kata
Ryan dalam hatinya. "Tadi tookonya belum buka Pak jadi saya tunggu tokonya buka dulu
Pak, udah dulu yah pak nanti saya ketinggalan upacara, saya permisi ya Pak"ucap Ryan
sambil kabur ke dalam untuk menghindari introgasi lebih lanjut, Pak Joko dan para murid
yang terlambat pun terkejut melihat Ryan kabur begitu saja.

Upacara pun akhirnya selesai Ryan pun bergegas mengambil tas yang tadi ia lempar,
"Untung gak ada yang ngambil" ucap Ryan sambil bernafas lega, ia pun bergegas berlari ke
dalam kelasnya. Sesampainya ia di kelas ia pun langsung duduk di tempat duduknya yang
berada di pojok belekang kelas (biasa di sebut sarang penyamun oleh para murid
perempuan). Setelah ia duduk Rendy lnagsung bertanya kepada Ryan "Eh Yan kok lu kagak
kena sama si Joko? lu telat kan tadi gua liat lu lempar tas lu, orang tadi gua juga telat".
"Iyalah gua gitu loh..... makanya mikir supaya kagak kena" Jawab Ryan sambil tertawa.

Tak lama Richardson pun datang (sedikit pengenalan akan Richardson ia merupakan ketua
kelas). "Guys jadi gua pengen ngumumin sesuatu !" kata Richardson di depan kelas, "Apaan
tuh????" jawab Rendy. "Jadi sesuai dengan rencana sekolah, bulan ini tuh kita bakal ada field
trip untuk salah satu kelas aja dan kelas kita yang kebetulan akan pergi" papar Richradson.

Sontak seisi kelas kaget bukan kepalang mendengar berita tersebut, banyak yang senang
tetapi banyak juga yang bertanya-tanya mengenai bagaimana dengan nilai mereka. Maka
Richardson pun kembali memaparkan bahwa nilai mereka tidak akan terpengaruh, sebab
field trip akan di adakan pada saat liburan sekolah. Dan mengenai tujuan mereka akan pergi
kemana masih menyisakan tanda tanya, tetapi itu tidak menghentikan kegembiraan para
siswa-siswi karena mereka akan menghabiskan waktu liburan mereka bersama teman-teman
mereka.

Pada saat istirahat sontak para murid pun berhamburan keluar kelas kecuali beberapa
murid. Para murid laki-laki pun mulai berkumpul di meja Ryan untuk ngobrol (karena meja
Ryan berada di bawah AC maka mereka suka sekali berkumpul di meja Ryan). "Weh enak nih
kita nginep dua minggu, bisa bergadang buat login" kata Richardson sambil memakan
bekalnya, "Lu mah Cad kalo nggak cewe login mulu pikirannya" goda Rendy, "Tau lu Cad"
timpal Brothus.

"Apaan sih lu pada, gak jelas lu.." balas Richard, "Udah kalau mau ribut kedepan sana jangan
di meja gua, gua mau makan!" Ucap Ryan dengan matanya yang mendelik. Akhirnya mereka
pun melanjutkan pembicaraan mereka, mereka membicarakan banyak hal mulai dari cewe,
game, sampai guru yang menyebalkan. Akhirnya bel masuk pelajaran pun terdengar mereka
pun melanjutkan aktifitas mereka seperti biasa.
CHAPTER 2 : WAKE UP

Bel pulang sekolah pun akhirnya terdengar, Ryan akhirnya keluar kelas dan seperti biasa
sekolah mana yang tidak memiliki tugas jadi Ryan langsung berkumpul di rumah Rendy
bersama Richardson untuk mengerjakan tugas. "Padahal minggu terakhir sekolah sebelum
field trip, malah numpuk tugasnya" keluh Rendy dengan muka melasnya yang biasa, "Udah
Ren lu jangan ngeluh mulu mending lu bantuv supaya tugasnya cepet kelar, gua udh mau
balik nih!" timpal Ryan yang geregetan melihat tingkah Rendy.

" Omong-omong kita kan nanti field trip sekelas yah, enak dong lu Ren bisa ngeliat crush lu
seharian...." goda Richardson yang tengah bermain catur dengan Rendy. " Iyalah enak
dong...." timpal Rendy dengan muka nyebelinnya yang biasa, "Woy... bukannya bantu malah
ngobrol sambil main catur yah lu berdua, enak yah lu berdua lu pada emang gaji gua berapa
hah.. lu padabos gua???" timpal Ryan yang geram dengan kelakuan Richardson dan Rendy.
"Iyah kita nanti bantu kalo udah kelar" jawab Rendy dan Richardson secara bersama-sama.

"Oiyah Ray lu punya crush gak sih di sekolah????" tanya Rendy, "Nggak ada, emang harus
ada?" jawab Ryan dengan muka heran. "Ya nggak juga sih cuma masa lu gak punya crush
sama sekali semenjak masuk sekolah... Rendy aja yang kayak gini punya","Tau Ray masa lu
gak? punya gua aja ada" Tanya Rendy dan Richardson sambil mengoda Ryan dengan
menyebutkan siapa saja cewe yang mungkin cocok dengan Ryan, mulai dari dekel sampai
kakel. Ryan yang sudah tidak tahan mendengarkan omongkosong teman-temanya selama
tiga puluh menit terakhir, akhirnya meledakan amarahnya dengan melemparkan semua
bantal sofa yang berada di dekatnya.

Waktu pun berlalu akhirnya hari keberangkatan field trip pun tiba. Rombongan terdiri dari
dua orang guru dan tigapuluhlima murid, mereka pun dibagi dalam dua bis. Setelah tiga jam
pejalanan akhirnya mereka pun sampai di area peristirahatan, banyak murid yang mencari
makan karena jelas mereka lapar, tak terkecuali Ryan. Para murid pun akhirnya terbagi
kembali menjadi dua kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.

Saat waktu di tempat peristirahatan hampir habis Ryan pun merasakan panggilan yang
sangat mendesak yaitu panggilan untuk ke toilet, akhirnya dengan tergesa-gesa ia berlari
menuju toilet. Setelah selesai menggunakan toilet Ryan pun berjalan kembali menuju bis,
tetapi tiba-tiba ia melihat dari kejauhan beberapa perempuan yang tengah di ganggu oleh
beberapa pria, sontak Ryan menghampiri para perempuan yang tengah diganggu.

Ternyata mereka adalah Katrine dan Tasya yang merupakan teman sekelas Ryan walaupun
tidak teralu dekat, "EH.. LU MAU NGAPAIN GODAIN TEMEN GUA... GAK USAH SOK KE
GANTENGAN DEH MENDING LU PERGI" Bentak Ryan sambil mencengram kerah baju salah
satu laki-laki yang tengah menggoda Katrine dan Tasya. "Wow wow wow selow bro gua
cuma pengen ngajak temen lu yang cantik ini buat main sama kita-kita ini, lagi pula emang lu
siapa??" balas laki-laki yang tengah Ryan cengram, "Gua temennya, lagi pula harusnya gua
yang nanya elu, siapa emangnya elu???" balas Ryan. "Oiyah where is my manner, kenalin
gua Thomas anak gubernur kota ini, jadi gua bisa bebas mau ngapain aja di kota ini karena
Bapak gua yang megang kota ini, jadi mending elu minggir sebelum gua bikin lu minggir!",
ancam Thomas. "Gak peduli gua lu siapa mau bapak lu presiden juga gak peduli gua, udah
lah gak ada faedahnya juga gua ngomong sama orang kayak lu, udah ayo pergi Kat, Tas"
Ryan pun membukakan jalan bagi Katrine dan Tasya untuk pergi. "INGET YAH URUSAN KITA
BELUM KELAR KAT, HAI-HATI YAH PASTI KITA BAKAL KETEMU LAGI JAGOAN" teriak Thomas
sembari Ryan bersama Katrine dan Tasya pergi mengingalkan mereka.

Setelah pergi meninggalkan Thomas merekapun kembal ke bis dan mereka akhirnya
melanjutkan perjalanan mereka kembali. Mereka pun akhirnya sampai di tempat
penginapan mereka, para guru langsung mengumpulkan para murid di halaman untuk
melakukan pengarahan mengenai kegiatan mereka selama dua minggu ke depan, "Jadi nak
tema field trip kita tahun ini adalah WONDERLAND , jadi selama dua minggu kami akan
menugaskan kalian untuk mencari dan membuat laporan mengenai tempat wisata yang
berada di kota ini, maka daripada itu kalian akan kami bagi dalam tujuh kelompok".

Singkat cerita Ryan pun akhir satu kelompok dengan Katrine. Setelah kelompok dibagikan
akhirnya masing-masing kelompok pun berkumpul. Dalam kelompok beranggotakan lima
orang itu yang beranggotakan Ryan ,Katrine ,Richard ,Rendy ,dan juga Tasya itu sangat
terasa kecanggungan di udara sebab Tasya dan Katrine belum pernah berbicara kepada
Rendy dan Richard. Akhirnya Ryan pun memecah keheningan ketika ia mulai mencoba
memperkenalkan Katrine dan Tasya kepada teman-temannya, "Udah kan udah pada kenal
satu sama lain, sekarang ayo masuk kedalem panas nih disini, ayo-ayo buruan panas nanti
jadi ireng" kata Ryan sambil mendorong teman-temanya masuk kedalam vila.

Setelah masuk mereka langsung menuju kamar mereka untuk mengeluarkan barang-barang
mereka dari dalam koper. Waktu pun berlalu dengan cepat malam pun tiba, para murid di
panggil untuk berkumpul di halaman. "Oke anak-anak jadi kita bakal pergi ketempat acara
pembukaan field trip ini, jadi saya mau kalian semua siap-siap lalu dalam 10 menit ke depan
kalian harus sudah turun lagi karena kita sudah mau berangkat" kata Pak Joko. Sontak para
siswi pun berhamburan bergegas masuk ke kamar mereka untuk bersiap-siap, ada yang
makeup, ada yang sibuk memilih pakaian, dan ada yang mandi parfum sebelum berangkat.
Sontak para siswa pun bingung dengan kelakuan para siswi yang harus ribet melakukan ini
dan itu sebelum pergi, "Kayaknya kita cowo kagak ribet dah kalo mau pergi, yang penting
pake baju, pake celana, kasih parfum sedikit, sama paling pake jaket udah ready buat jalan"
kata Derichson, "Iya yah, emang aneh yah cewe kalo mau pergi" sahut Richardson, "Nanti
kalo lu punya pacar juga ngerasain nunggu cewe dandan kalo mau ngedate" kata Brothus
dan Julius sambil menepuk pundak Richardson. 'Nanti kalian juga bakal ngerasain tiap hari
kalo kalian sudah nikah nak" kata pak Joko yang sontak membuat seluruh siswa tertawa.

Sepuluh menit pun berlalu akhirnya mereka pun berangkat ke tempat acara pembukaan
menggunakan bis. Mereka pun sampai ditempat acara pembukaan, tempat itu luas ada api
unggun besar di tengah lapangan terbuka yang di kelilingi bangunan satu lantai yang
menyerupai bangunan sekolh tua. "IH..serem deh tempatnya, gak salah tempat nih kita"
keluh para siswi, "Tau, kita udah dandan yang cantik-cantik kayak begini dateng ke tempat
yang kayak begini, ih.... No banget gak sih" tambah siswi yang geram. "Udah jangan banyak
protes dah, emang elu yang biayain kita pergi kesini. Kagak kan ,udah jangan banyak protes
buruan keluar nikmatin aja apa yang ada. Buruan yang lain juga mau keluar" Teriak Ryan
sambil menunjukan mata tajamnya. Akhirnya semua orang pun turun dari bis dengan Ryan
sebagai orang yang terakhir kaluar. Pesta pun pada akhirnya dimulai, ada yang berkumpul di
dekat api unggun untuk bernyanyi, ada yang makan, ada yang hanya mengobrol dan
ngegosip disekitar. Tetapi Ryan menyadari ada satu orang yang menghilang yaitu Katrine,
sontak Ryan pun mulai mencari Katrine karena ia khawatir terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan. Ryan pun mendengar suara minta tolong yang terdengar samar-samar dari arah
toilet, Ryan pun dengan berhati-hati mendekati sumber suara. Ternyata itu adalah suara
orang yang sedang ia cari yaitu Katrine, "Tolong..... ada orang gak di luar, tolong..... masa gak
ada yang nyadar gua ilang" teriak Katrine untuk yang kesekian kalinya membuat Ryan
tertawa. "Ih.. suara siapa tuh, jangan-jangan Gendruwo lagi...tolong gua takut setan..."
Teriakan Katrine pun semakin menjadi-jadi, akhirnya setelah puas tertawa dan setelah Ryan
muak di sangka Gendruwo Ryan pun memanggil nama Katrine untuk menenangkannya.

Akhirnya Ryan pun memutuskan untuk membantu Katrine yang terjebak di dalam kamar
mandi. "Elu yah emang enggak pas berangkat enggak pas udah sampe, tetep aja ada
masalah dikamar mandi" teriak Ryan dari luar kamar mandi, "Oh... jadi elu yang ketawa
sedari tadi... oh... awas yah lu nanti pas gua keluar abis yah lu" teriak Katrine dengan nada
tingginya yang khas. "Ih.... takut gua, yaudah gak usah gua bantuin, buka sendiri yah
pintunya" jawab Ryan sambil berpura-pura pergi, 'IH... jangan, gua cuma bercanda kok
jangan marah... bantu gua lah gua takut" kata Ktrine dengan nada melas semelas-melasnya.
Akhirnya pintu pun terbuka dan Katrine pun keluar dari kamar mandi setelah terjebak lebih
dari tigapuluh menit (sebenarnya bisa saja Katrine terjebak hanya limabelas menit tetapi
karena Ryan menertawakan Katrine selama kurang lebih limabelas menit maka Katrine harus
terjebak lebih lama). "Akhirnya bebas" kata Katrine sambil melakukan perenggangan untuk
melemaskan otonya yang kaku, "Bilang apa dulu lu sama gua??" tanya Ryan sambil
membersihan bajunya yang terkena debu. "Oiyah yah... SINI LU..." Teriak Ktrine sambil
mencubit dan menjambak rambut Ryan.

Sedikit perkenalan terhadap Katrine. Katrine merupakan pemimpin geng para ciwi-ciwi yang
sangat rusuh, Katrine dijuluki Macan betina oleh satu sekolah. Tidak ada yang berani macam
macam dengan Katrine dan gengnya, sifat Katrine sendiri dimata para Guru-Guru sangat
baik. Ia rajin belajar, nilainya baik, ia salah stu murid terpintar dikelasnya. Tetapi dimata
teman-temanya ia adalah cewe sangar tukang labrak, tukang tidur, dan tukang gosip.

Kembali ke cerita, "Aduh duh... sakit Kat" rintih Ryan sambil mencoba melepaskan tangan
Katrine yang mencubit tubuhnya. "OH... SAKIT YAH, BAGUS LAH BIAR LU TAU RASA"
sepertinya rintihan Ryan malah semakin menambah semangat Katrine untuk mencubitnya
lebih keras. Singkat cerita duapuluh menit kemudian Ryan berkumpul kembali dengan
teman-temannya dengan dipenuhi luka memar di tangan. "Yan lu abis kenapa??? Lu
jatuh???" tanya Rendy sambil tertawa, "Tau Yan lu kepleset di kamar mandi??" ejek Richard
sambil memakan jagung bakar di tangannya."udah lah gak usah dibahas... gua pokoknya gak
mau kejadian ini sampe di omongin lagi. NGERTI GAK???" bentak Ryan sambil menatap mata
temannya satu persatu dengan tatapan matanya yang tajam.

Singkat cerita akhirnya acara pembukaan pun selesai, para Guru dan Murid pun kembali ke
vila. Ke esokan harinya kelompok mereka pun akhirnya memutuskan untuk datang ke kamar
Ryan untuk mulai membahas tujuan mereka selama dua minggu kedepan. Katrine datang ke
kamar Ryan pertama, mereka merasa canggung satu sama lain, meeka tidak ingin
membicarakan kejadian kemarin. Tiba-tiba Katrine merebut ponser Ryan dari
genggamannya, sontak Ryan pun kaget dan mencoba merebut kembali ponselnya. Saat
mereka masih berebut ponsel Ryan tiba-tiba Katrine pun terpeleset dan reflek menarik kerah
baju Ryan, Ryan yang jelas tidak siap pun akhirnya ikut terjatuh bersama Katrine untungnya
mereka jatuh hanya ke tempat tidur sehingga tidak ada yang terluka. Mata mereka saling
bertatapan satu sama lain untuk waktu yang lama hati mereka pun berdegup kencang, tiba-
tiba Tasya masuk ke kamar Ryan tanpa peringatan apa pun dan Tasya sontak terkejut
melihat sahabatnya yang terlihat seperti tengah memerankan adegan romantis di drama
korea.

"Cie... oh ternyata Kat lu agresif juga yah ngedeketin cowo, langsung lu tarik sat-set sat-set"
Teriak Tasya histeris, Ryan langsung mengambil ponselnya dari tangan Katrine tanpa
berbicara sepatah kata pun ia langsung berdiri dan meninggalkan ruangan. Katrine yang
masih berbaring ditempat tidur langsung menutup wajahnya dengan selimut, Tasya langsung
menghampiri Katrine dan mulai merosting sahabatnya yang sudah cukup malu. "Gile Kat tadi
adegan romantisnya dapet banget, elu tiduran sambil narik dia yah terus dia ikutan jatuh
tapi dia langsung bertopang pake tangannya, beh... hot bener.... roar yah Kat" nyiyiran Tasya
sontak membuat Katrine dari malu menjadi marah, Katrine langsungbangun dan pergi
meninggalkan ruangan menyisakan Tasya sendirian di kamar.

Akhirnya anggota kelompok lain memutuskan untuk tetap berdiskusi mengenai tempat yang
akan mereka kunjungi, mereka membuat daftar yang sangat panjang mengenai tempat-
tempat yang ingin mereka kunjungi. Ryan yang baru menyelesaikan lari paginya melihat
Rendy tengah push rank sendirian di taman langsung menghampiri Rendy. "Ren gua kok gak
bisa berhenti mikirin satu cewe ini yah??? Dia tuh beda sama cewe-cewe yang lain" tanya
Ryan dengan muka heran, "Itu tandanya lu suka sama cewe itu" jawab Rendy sambil
menggoda Ryan. "Ayo siapa.... kasih tau dong", "Apaan sih lu Ren" Ryan pun akhirnya pergi
dari hadapan Rendy sebelum ia di introgasi lebih lanjut.

Ryan tak bisa berhenti memikirkan perkataan Rendy, apakah benar ini yang disebut dengan
cinta, dan benarkah ini hal yang selama ini ia cari.

berhari-hari menjelajahi berbagai sudut Wonderland, para siswa tak henti-hentinya


terkagum-kagum oleh keindahan tempat-tempat wisata yang mereka kunjungi. Keajaiban
alam dan arsitektur yang mereka saksikan membuat mereka semakin bersyukur telah
menjadi bagian dari perjalanan ini. Beberapa tempat yang mereka kunjungi antara lain:

1. Air Terjun Bidadari

Di salah satu hari, rombongan field trip melihat air terjun yang begitu memukau. Air terjun
ini dinamakan "Air Terjun Bidadari" karena kecantikannya yang memukau. Airnya jernih,
jatuh dari ketinggian, dan memberikan nuansa kedamaian. Siswa-siswa berfoto di depan air
terjun ini sambil tersenyum lebar.

2. Taman Bunga Warna-warni


Mereka juga mengunjungi taman bunga yang dipenuhi beragam jenis bunga berwarna-
warni. Kebun bunga ini memberikan pesan damai dan keindahan. Katrine yang tertarik pada
seni dan alam, terlihat sangat bersemangat untuk mengabadikan momen ini dengan
kameranya.

3. Museum Sejarah Wonderland

Tidak hanya alam, mereka juga belajar tentang sejarah dan budaya Wonderland di museum
setempat. Rombongan field trip diajak untuk memahami bagaimana masa lalu membentuk
kehidupan sekarang. Ini adalah momen belajar yang berharga bagi mereka semua.

Selama perjalanan lapangan ini, hubungan antara Ryan dan Katrine semakin dekat. Mereka
sering berbicara tentang impian dan harapan hidup masing-masing ketika berjalan-jalan di
sekitar Wonderland. Suasana romantis kadang menghantui mereka, terutama ketika
matahari terbenam di depan air terjun atau ketika mereka duduk di bawah pohon rindang.

Ketika berbicara dengan Katrine, Ryan pun merasakan sesuatu yang sebelumnya belum
pernah ia rasakan, maka Ryan pun bertanya-tanya apakah yang tengah ia rasakan. Ia tidak
bisa berhenti memikirkan waktu yang ia habiskan bersama Katrine, akhirnya ia pun
memghampiri Rendy untuk menanyakan perasaan apa yang tengah ia rasakan.

Ke esokan harinya dengan jujur Ryan berbicara kepada Katrine tentang perasaannya yang
tumbuh saat perjalanan ini. Dia berbagi tentang bagaimana mencari makna dalam hidupnya
dan bagaimana pertemuan mereka memberinya kebahagiaan yang selama ini dia cari-cari.

Katrine juga membuka hatinya kepada Ryan. Dia menceritakan impian-impian masa
depannya, termasuk cita-cita menjadi seorang seniman yang sukses. Kedekatan ini semakin
mempererat hubungan mereka, dan mereka merasa bahwa mungkin ada sesuatu yang
istimewa di antara mereka.

Perjalanan mereka tiba-tiba menjadi rumit ketika Thomas, anak gubernur kota di
Wonderland, mulai muncul kembali dalam cerita. Thomas mencoba mendekati Katrine lagi,
bahkan meskipun telah jelas bahwa Katrine tertarik pada Ryan. Konfrontasi pertama mereka
terjadi ketika Thomas mencoba meminta nomor telepon Katrine, tetapi Katrine dengan
sopan menolak.

Thomas tidak berhenti sampai di situ. Ia mencoba menjebak Ryan dalam situasi sulit untuk
membuatnya terlihat buruk di mata Katrine. Beberapa kali, Thomas menciptakan situasi
yang memalukan dan menganggu kelancaran perjalanan lapangan mereka.

Namun, Ryan menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi segala upaya
Thomas yang mengganggu. Ia tahu bahwa reaksi emosional hanya akan memperburuk
situasi, jadi ia memilih untuk menjaga ketenangan dan memberikan bukti nyata tentang
karakter dan perasaannya kepada Katrine.

Tingkat ketidaksetujuan antara Ryan dan Thomas semakin meningkat. Thomas berusaha
keras untuk mendekati Katrine, tetapi Katrine tetap teguh pada perasaannya terhadap Ryan.
Mereka berdua berhadapan dengan situasi yang sangat tidak nyaman ketika Thomas
mencoba menggoda mereka di hadapan teman-teman mereka.

Namun, Ryan dengan berani melindungi Katrine dari gangguan Thomas. Ia berbicara dengan
tegas dan tidak ragu untuk menunjukkan bahwa perasaannya terhadap Katrine sangat
serius. Konfrontasi ini membuat Katrine semakin yakin akan perasaannya terhadap Ryan.

Dalam perjalanan yang semakin panjang dan intens ini, momen-momen romantis antara
Ryan dan Katrine semakin mendalam. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama,
berjalan-jalan di bawah bintang-bintang, berbicara tentang masa depan, dan bahkan
mencoba mewujudkan impian mereka bersama.

Ryan seringkali memperhatikan seni dan keindahan di sekitar mereka, dan ini
menginspirasinya untuk menciptakan hadiah-hadiah kecil untuk Katrine, seperti
menggambar potret dirinya atau mengukir nama mereka di batu kecil sebagai kenang-
kenangan.

Thomas akhirnya menyadari bahwa upayanya untuk mengganggu hubungan Ryan dan
Katrine telah gagal. Katrine dengan tegas mengklarifikasi perasaannya kepada Thomas
bahwa ia hanya tertarik pada Ryan dan tidak ingin melanjutkan hubungan dengan Thomas.
Ini adalah momen kemenangan terakhir di mana Katrine dengan mantap memilih Ryan.

Perasaan antara Ryan dan Katrine semakin kuat seiring berjalannya waktu. Saat mereka
berkumpul untuk mengakhiri perjalanan lapangan ini, mereka berdua tahu bahwa ini adalah
awal dari sesuatu yang istimewa. Mereka memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih
serius dan menghadapi masa depan bersama.

Pada saat rombongan field trip akan kembali ke sekolah, Thomas akhirnya menerima
kenyataan bahwa Katrine hanya tertarik pada Ryan. Meskipun awalnya sulit bagi Thomas
untuk menerima kenyataan itu, dia akhirnya memilih untuk menjalani hidupnya dengan baik
dan mencari cinta yang sejati miliknya sendiri.

Ryan dan Katrine kembali ke sekolah dengan perasaan bahagia dan yakin tentang hubungan
mereka. Mereka tahu bahwa meskipun mungkin akan ada rintangan di masa depan, cinta
mereka akan menjadi semakin kuat.

CHAPTER 3: Conflicts and Growth

Setelah kembali dari perjalanan field trip yang tak terlupakan, Ryan dan Katrine merasa
semakin dekat satu sama lain. Mereka menghabiskan waktu bersama, sering pergi ke taman-
taman, museum, dan tempat-tempat romantis lainnya di kota mereka. Setiap momen
bersama membantu mereka tumbuh dan berkembang sebagai individu, tetapi juga
memberikan ujian berat pada hubungan mereka.

Konflik dalam hubungan mereka muncul ketika Ryan mendapat tawaran beasiswa di sebuah
universitas terkenal di luar kota. Ini adalah peluang besar untuk masa depannya, tetapi juga
berarti harus berpisah dengan Katrine. Ryan sangat bimbang karena dia merasa takut
kehilangan Katrine, tetapi juga ingin meraih impian akademisnya yang telah lama ia
dambakan.

Katrine, sambil merasa sangat bangga pada Ryan, juga merasa sedih dengan kemungkinan
perpisahan ini. Mereka menghadapi pertanyaan sulit tentang masa depan hubungan
mereka. Akankah mereka bertahan dalam hubungan jarak jauh atau harus mengakhiri
semuanya? Ketidakpastian itu terasa seperti beban berat bagi keduanya, dan sering kali
mereka duduk bersama untuk membicarakan pilihan-pilihan sulit ini.

Mereka memutuskan untuk berbicara dengan jujur satu sama lain. Ryan mengungkapkan
mimpinya dan betapa pentingnya beasiswa ini baginya. Katrine, sambil menahan tangis,
mengatakan bahwa dia ingin yang terbaik untuk Ryan dan bahwa dia tidak akan menjadi
penghalang dalam meraih impian itu. Ini adalah percakapan yang penuh emosi, di mana
mereka berdua merenungkan konsekuensi dari pilihan-pilihan mereka.

Setelah berhari-hari merenungkan masalah ini, mereka akhirnya memutuskan untuk


mencoba menjalani hubungan jarak jauh. Ini adalah ujian nyata bagi hubungan mereka,
tetapi mereka berdua berkomitmen untuk saling mendukung dan menjaga hubungan tetap
kuat.

Ryan akhirnya berangkat ke universitasnya yang jauh dari kota asal mereka. Meskipun
awalnya ia merasa kesepian tanpa kehadiran fisik Katrine, dia mulai menjalin hubungan
dengan teman-teman baru dan terlibat dalam kegiatan kampus. Ryan menemukan bahwa
tantangan ini juga merupakan peluang untuk tumbuh sebagai individu yang lebih mandiri.

Sementara itu, Katrine tetap di kota asal mereka dan fokus pada pengembangan seninya. Dia
menghadiri berbagai kelas seni dan mulai menciptakan karya-karya yang menggambarkan
perasaannya tentang hubungan jarak jauh dengan Ryan. Seni menjadi cara untuknya
mengungkapkan perasaan dan mencurahkan emosinya

Selama tahun pertama hubungan jarak jauh mereka, mereka menghadapi banyak tantangan,
termasuk perasaan cemburu dan rindu yang mendalam. Namun, mereka belajar untuk
mengatasi hambatan ini dan menghargai setiap momen yang mereka miliki bersama. Setiap
panggilan video mereka menjadi berharga, dan setiap pertemuan menjadi momen yang
ditunggu-tunggu.

CHAPTER 4: The Long-Distance Journey

Ryan dan Katrine mulai menjalani kehidupan jarak jauh dengan lebih baik. Mereka sering
melakukan panggilan video, mengirim pesan, dan berbicara tentang perasaan mereka.
Terlepas dari perbedaan jarak, mereka merasa dekat satu sama lain dan berusaha untuk
tetap terlibat dalam kehidupan masing-masing.

Ketika Ryan mulai kuliah di universitas barunya, dia menemukan dirinya di tengah
lingkungan yang baru dan menantang. Meskipun awalnya dia merasa kesepian tanpa
kehadiran fisik Katrine, dia mulai menjalin hubungan dengan teman-teman baru dan terlibat
dalam berbagai kegiatan kampus. Ini membantu menjaga semangatnya dan membuatnya
lebih kuat.
Sementara itu, Katrine tetap di kota asal mereka dan fokus pada pengembangan seninya. Dia
menghadiri berbagai kelas seni dan mulai menciptakan karya-karya yang menggambarkan
perasaannya tentang hubungan jarak jauh dengan Ryan. Seni menjadi cara untuknya
mengungkapkan perasaan dan mencurahkan emosinya.

Selama tahun-tahun berikutnya, Ryan dan Katrine terus menjalani hubungan jarak jauh
dengan komitmen dan cinta yang kuat. Mereka mengatasi rintangan yang datang, seperti
perbedaan waktu, kesibukan akademis, dan ketidakpastian tentang masa depan. Namun,
cinta mereka terhadap satu sama lain terus tumbuh.

Mereka merencanakan kunjungan rutin satu sama lain setiap liburan dan selalu menantikan
momen-momen itu dengan penuh kebahagiaan. Meskipun mungkin akan ada saat-saat sulit,
mereka tahu bahwa cinta dan dukungan mereka satu sama lain akan selalu menjadi
pegangan dalam perjalanan jarak jauh mereka.

CHAPTER 5: Reunion and Future

Setelah satu tahun menjalani hubungan jarak jauh, Ryan dan Katrine akhirnya mendapatkan
kesempatan untuk bertemu lagi. Mereka merasa sangat bahagia dan berdebar-debar untuk
bisa berada satu sama lain.

Pertemuan mereka penuh dengan canda tawa, pelukan hangat, dan janji-janji untuk masa
depan. Mereka merasa lebih kuat daripada sebelumnya, dan hubungan mereka semakin
dalam. Ryan berhasil menyelesaikan tahun pertamanya di universitas dengan baik, dan
Katrine semakin sukses dalam karir seninya.

Ketika mereka melihat ke depan, mereka memiliki impian untuk bersatu dan membangun
masa depan bersama. Ryan ingin meraih gelar akademisnya sementara Katrine ingin
mengembangkan karir seninya. Mereka tahu bahwa akan ada rintangan di masa depan,
tetapi dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka yakin bahwa mereka dapat
mengatasi semuanya.

Cerita tentang Ryan dan Katrine adalah cerita tentang cinta yang kuat, pertumbuhan, dan
tekad untuk mengatasi segala rintangan. Mereka menginspirasi satu sama lain untuk
menjadi yang terbaik dalam bidang masing-masing, sambil tetap menjaga hubungan mereka
tetap hidup dan bersemi. Ini adalah kisah yang mengajarkan kita tentang arti sejati dari cinta
dan komitmen.

CHAPTER 6: Challenges and Sacrifices

Kehidupan jarak jauh tidak selalu mudah. Ryan dan Katrine menghadapi banyak tantangan
seiring berjalannya waktu. Kehadiran orang lain dalam kehidupan mereka membuat
cemburu muncul dari waktu ke waktu. Namun, mereka belajar untuk saling percaya dan
berkomunikasi dengan jujur untuk mengatasi masalah ini.

Selain itu, waktu dan jarak menjadi penghalang utama dalam hubungan mereka. Mereka
merindukan momen-momen bersama secara fisik, seperti berjalan-jalan tangan dalam
taman atau hanya duduk berdua di bawah bintang-bintang. Terkadang, rindu itu begitu kuat
sehingga mereka merasa hancur. Tapi mereka juga tahu bahwa perjuangan ini adalah bagian
dari perjalanan mereka.

Ryan dan Katrine juga harus berkorban dalam berbagai cara. Mereka harus mengatur waktu
mereka dengan cermat untuk menjaga hubungan tetap hidup, bahkan ketika kuliah dan karir
seni membutuhkan banyak waktu dan energi. Mereka harus menghindari godaan untuk
meragukan hubungan mereka saat bertemu dengan orang lain yang mungkin lebih dekat
secara fisik.

Namun, setiap tantangan dan pengorbanan ini hanya menguatkan cinta mereka satu sama
lain. Mereka belajar untuk menghargai setiap momen bersama, meskipun singkat, dan
memahami bahwa hubungan ini layak untuk diperjuangkan.

CHAPTER 7: Achievements and Dreams

Ryan berhasil menyelesaikan gelar akademisnya dengan prestasi gemilang. Pendidikan


tingginya membukakan pintu untuk karir yang cerah, dan dia merasa sangat bersyukur telah
mendapat dukungan penuh dari Katrine selama proses tersebut. Impiannya menjadi
kenyataan, dan dia siap untuk memulai karirnya.

Sementara itu, Katrine semakin sukses dalam dunia seni. Pameran-pameran seninya menjadi
sorotan, dan dia mulai mendapatkan pengakuan sebagai seniman berbakat. Keberhasilannya
dalam menggabungkan seni dan pesan sosial dalam karyanya membuatnya semakin
dihormati.

Keduanya memiliki impian yang kuat untuk masa depan mereka. Ryan ingin berkarir di
bidangnya dan berkontribusi pada dunia dengan penelitiannya. Katrine ingin melanjutkan
perjalanannya sebagai seniman yang menginspirasi orang dengan karya seninya.

CHAPTER 8: The Path Forward

Menghadapi berbagai rintangan dan ujian, Ryan dan Katrine terus menjalani hubungan jarak
jauh mereka dengan tekad yang tak tergoyahkan. Mereka tahu bahwa cinta mereka adalah
sesuatu yang istimewa dan mereka bersedia melakukan segala yang diperlukan untuk
menjaga hubungan itu tetap kuat.

Masa depan mereka masih penuh dengan ketidakpastian, tetapi mereka memiliki keyakinan
satu sama lain dan rencana untuk akhirnya bersatu. Ryan merencanakan untuk pindah
kembali ke kota asal mereka setelah menyelesaikan beberapa tahun di universitasnya.
Katrine juga terbuka untuk mengikuti Ryan jika ada kesempatan yang cocok untuk
mengembangkan kariernya di sana.

Hubungan mereka adalah bukti bahwa cinta sejati dapat mengatasi jarak dan rintangan apa
pun. Mereka belajar untuk saling mendukung, tumbuh bersama, dan tetap berpegang pada
impian mereka. Mereka menginspirasi banyak orang di sekitar mereka dengan kisah cinta
mereka yang kuat dan komitmen yang tak tergoyahkan.

Sebagai perjalanan mereka melanjutkan, mereka menyadari bahwa cinta adalah tentang
memilih satu sama lain setiap hari, bahkan ketika hal-hal sulit. Ryan dan Katrine adalah
contoh yang hidup bahwa ketika cinta adalah prioritas utama, tidak ada jarak yang terlalu
jauh dan tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk dijalani bersama. Dan dengan
setiap hari yang berlalu, mereka semakin yakin bahwa masa depan yang indah menanti
mereka bersama.

Anda mungkin juga menyukai