Anda di halaman 1dari 5

Perosotan

Merah
by : mukhti
Bel pulang di sebuah TK berbunyi, sebagian anak ada yang bersegera untuk
pulang ada juga yang langsung bermain di taman. Hari itu adalah hari spesial
bagi anak kecil manis dan ganteng bernama Rio, karena untuk pertama
kalinya dia akan bermain di taman tersebut.
“Ibu – ibu adik boleh tidak main di taman? Sekali saja Bu…” ujar Rio.
“Mau ngapain sayang ? Kita langsung pulang aja yuk ?” tanya Ibu.
“Please Bu, sekali ini saja…“ jawab Rio.
“Ibu takut kamu kenapa-kenapa sayang…” ujar Ibu.
“Janji kok Ibu, adik tidak akan kenapa – kenapa.” ujar Rio.
“Baiklah kalau begitu, hati – hati ya sayang…” ujar Ibu.
“Iyaa Ibu, I love you so much.” ujar Rio.
“Love you too sayang…” kata Ibu.

Pada akhirnya Rio diizinkan untuk bermain di taman oleh ibunya dan untuk
yang pertama kalinya. Sehabis diizinkannya bermain di taman, Rio pun tidak
lupa mengajak teman kecilnya satu – satunya yang bernama Caca, mereka
pun bergegas lari dan bermain di taman dengan hati yang sangat gembira.
Setelah beberapa saat bermain di taman, Rio melihat ke arah sebuah
perosotan merah yang terlihat sangat megah, seru, dan asik. Dia sangat ingin
merasakan bagimana rasanya terjun dari perosotan itu. Akan tetapi, pada
waktu yang bersamaan terdapat teman Rio yang terkenal nakal bernama
Rafael juga sedang bermain di perosotan merah itu. Hal itu pun membuat Rio
ragu – ragu dan bingung, apakah Ia harus mencoba perosotan merah itu atau
tidak.
“Caca maaf, aku sepertinya tidak jadi naik perosotan merah deh.” ujar Rio.
“Kenapa emangnya Rio ? Kamu takut yaa ?” tanya Caca.
“Bukan begitu…” ujar Rio, “Aku takut kalau dicelakain sama Rafael”.
“Gapapa kok Rio, kan Aku temenin” ujar Caca.
“Emangnya kamu berani sama dia ? kan kamu perempuan.” tanya Rio.
“Beranilah ngapain takut sama Rafael, dia juga gendut.” jawab Caca.
“HAHAHHA iyaa jugaa ya, yaudah yuk!” ujar Rio.

Akhirnya Rio pun menaiki perosotan merah tersebut dan semua terlihat baik
– baik saja, anak nakal yang bernama Rafael tersebut terlihat sibuk dan asik
dengan teman - temannya sendiri. Akan tetapi ketika Rio meluncur turun dari
perosotan merah, ternyata Rafael sudah berpindah tempat dan siap
mencelakai Rio dengan mendorongnya agar keluar dari jalur perosotan merah
itu. Tiba – tiba “BRUK!!” terdengar suara hentakan yang sangat keras
membuat semua orang yang ada di taman tersebut penasaran apa yang baru
saja terjadi. Termasuk Ibu dan temannya yang sedang asik mengobrol di
taman, sembari menunggu anaknya yang sedang bermain.
“Bunyi apa itu ? Siapa yang terjatuh ?” tanya Ibu.
“Aku kurang tau jeng, sepertinya ada yang jatuh deh.” jawab teman Ibu
“Coba kita lihat yuk jeng!” ajak ibu.

Ketika Ibu dan temannya menuju lokasi tempat suara itu muncul serta orang
– orang sudah ramai berkumpul. Saat itu juga Ibu menangis dan tidak berdaya
melihat anak manis kesayangannya Rio sudah bergeletak di lantai pingsan
seakan sudah tidak bernyawa.
“TOLONG TOLONG!! ANAK SAYA PINGSAN!!” teriak Ibu.
“YA ALLAH JENG, AYO KITA ANGKAT” jawab teman Ibu.
“TAPI MAU DIBAWA KEMANA ?!” tanya Ibu.
“UDAH MASUKKIN KE MOBIL AKU DLU JENG, NANTI KITA
LANGSUNG KE RUMAH SAKIT SILOAM!” jawab teman ibu.

Disaat semua orang hanya melihat dan menonton Rio yang sedang bergeletak
di tanah, ibu dan temannya pun langsung mengangkat dan membawa Rio ke
Siloam. Setelah tiba di Siloam Rio pun langsung dibawa menuju ruang
darurat dan segera ditangani oleh Dokter. Setelah beberapa saat, akhirnya Rio
pun tersadar dari pingsannya.
“Ibu Adek minta maaf yaa.” ujar Rio, “Karena tidak nurut jadinya begini.”.
“iyaaa sayang tidak apa-apa.” jawab ibu (sambil menangis).
“Seharusnya tadi kita langsung pulang, tidak usah naik perosotan” ujar Rio.
“Udah sayang, tidak usah dibahas, yang penting sekarang kamu sembuh dulu
yaa…” ujar Ibu.

Setelah melakukan pemeriksaan oleh Dokter, ternyata Rio mengalami gegar


otak ringan yang mengharuskannya dirawat beberapa hari kedepan. Selama
perawatan itulah Rio mulai merasakan kasih sayang yang tulus dari
keluarganya. Dimana Rio selalu melihat ibunya di pertengahan malam
mendirikan sholat tahajud dan berdoa untuknya, Ayahnya yang rela untuk
mengambil cuti hanya untuk menemaninya, dan Kakanya yang pulang
sekolah selalu membawakan makanan kesukaannya.
Semenjak kejadian tersebut Rio menjadi bingung dan selalu bertanya –
tanya “Dimanakah teman-teman ku yang ku pikir akan selalu menemani ku
? Bahkan mereka tidak ada satupun yang menjenguk ku ataupun
menanyakan kabar ku.”. Padahal keluarga Rio sendiri jika di rumah selalu
terlihat sibuk dengan kesibukannya masing – masing. Akhirnya Rio
memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada Ibunya.
“Ibu, teman – teman Adek kemana ya ?” tanya Rio.
“Emangnya kenapa sayang ? Mau dijenguk ya kamu…” tanya Ibu.
“Engga sih Bu, tapi Adek berharap aja mereka dateng.” jawab Rio.
“Ya Allah sayang, biar Ibu kasih tahu yaa. Kamu jangan pernah berharap
sama manusia termasuk Ibu, Ayah, sama Kaka. Disini Ibu bisa nemenin
kamu karena diizinin sama Allah, jadi kamu berharap dan bergantungnya
sama Allah aja yaa.” ujar Ibu.

Saat itu pun Rio tersadar, bahwa teman bukanlah segalanya dan jangan
sekali – kali kita berharap kepada manusia. Akan tetapi, bersandarlah
kepada Tuhan dan selalu utamakan keluarga dimanapun berada. Tak selang
lama sehabis Rio mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sangat Ia
bingungkan. Tiba – tiba “Krek”, bunyi pintu kamar pun terbuka, Ternyata
itu adalah Caca teman Rio satu – satunya yang sudah berbuah tangan dan
hadir untuk menjenguk Rio.

Anda mungkin juga menyukai