Anda di halaman 1dari 7

Biarkan Aku Yang Pergi

M
alam yang sejuk mengiringi kesepianku. Angin malam berhembus
pelan melewati jendela kamarku. Serta sinar rembulan yang
memancarkan terangnya menebus bumi nan indah ini. Menemaniku
yang tengah sendiri menatap indahnya bumi. Sebagai teman paling
setia di kesendirianku dalam ketidakadilan ini.
Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah? tanyaku dalam
pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
pasti Bi Inah. Tebakku
iya, sebentar! sahutku sembari berjalan dari serambi kamar.
Maaf den, waktunya makan malam. Yang lain sudah ngumpul
dibawah. Ucap Bi Inah saat pintu kamarku terbuka.
ok, bi Ridho juga udah lapeer banget. Candaku padanya.
Bi Inah adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia
sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Bi Inah yang peduli
dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot
menyiapkan obat, hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku
disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Rizki . Hanya ia yang tahu
betapa aku ingin seperti kak Rizki , saudara kembarku. Dia yang
sangat pintar dan selalu disayang dan dipuji mama dan papa akan
kehebatannya. Sedangkan aku sebaliknya. Bahkan mereka tidak
pernah menganggap aku sebagai anak kandungnya sendiri.
****
wah ada ayam bakar nih. Heem maknyus ucapku seraya menduduki
kursi favoritku.
dasar gak sopan jadi anak sindir Ayah padaku.
makanya, jangan nyerocos aja dong jadi orang itu. Timpal kakakku,
Refo.
iya Ridho , kamu duduk dulu baru ngomong, kan ada Papa sama
Mama disini. Jadi sopan dikit dong. Dasar anak nggak tau diri!!
Tambah Kak Rizki .
iya Ridho , betul tuh kata Rizki . Contoh dia. Sopan dikit kenapa sama
orangtua, Dasar anak nggak tau malu!! Tambah Ibu lagi.
ok, aku pergi. Silahkan makan!! ucapku dengan sinis.
Akupun segera naik menuju kamarku tanpa sedikitpun
menyentuh makanan disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan
rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah
mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.
****
Matahari menjelma masuk kedalam kamarku yang pemiliknya masih
tertidur lelap. Hingga aku terbangun karena silaunya sinar yang
menerpa mataku.
hummh, udah pagi to ucapku pada diri sendiri, Aku bergegas mandi
dan memakai pakaian sekolahku. Dengan seragam yang lengkap. Pagi
ini, aku tak ingin sarapan. Aku hanya mengunjungi Bi Inah yang
ternyata sedang menyiapkan bekal untukku.
makasih ya Bi, Ridho sayang Bibi. Ucapku dengan tulus padanya
iya den, Bibi juga sayangg banget sama den Ridho , semangat ya Den
sekolahnya. Sahut Bi Inah menyemangati.
Setibanya disekolah, aku segera menuju ruangan tempatku
ulangan. Jadwal hari ini adalah Matematika dan Bahasa Inggris.
Pelajaran menghitung yang sangat menyebalkan untukku. Karena aku
tak seperti kak Rizki yang jago menghitung. Dugaanku tepat, soal kali
ini susahnya minta ampun. Hingga kertas ulanganku hampir tak terisi.
Namun kalau Bahasa Inggris, inilah kehebatanku. Semua soal dapat
kukerjakan dengan mudah. Karena sejak kecil aku sudah sangat hebat
berbahasa inggris. Seperti Om Frans dan Tante Siska yang semasa di
Jakarta sangat menyayangiku jauh lebih besar dari orang tua
kandungku. Namun kini mereka telah pindah ke Amerika dengan
anaknya, Salsha.
****
Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya
pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan, aku dan kak Rizki berbeda
kelas dan sekolah. Kalau aku masih berada dikelas satu SMA,
sedangkan ia sudah berada dikelas dua. Semua terjadi karena aku
pernah tak naik kelas sewaktu di Sekolah Dasar. Kalau kak Rizki
sengaja Papa sekolahkah di sekolah terfavorit di Jakarta, sedangkan
aku bersekolah di SMA yang didalamnya hanyalah siswa buangan dari
sekolah lain yang tidak menerima kami. Karena nilaiku tak sehebat
nilai kak Rizki dan Kak Refo. Mereka memiliki IQ yang jauh lebih tinggi
daripada aku.
Pa, ambilin raport Ridho ya. Pintaku
Papa sudah janji sama Rizki kalau Papa yang akan mengambilkan
raportnya. Kalian kan beda sekolah. Jawab Ayahku.
Ma, ambilin raport Ridho ya! pintaku lagi pada Mama.
Mama udah janji sama Refo ngambilin raportnya, dia kan sudah kelas
tiga jadi harus diwakilin. Jawab Mama.
oh gitu ya. Balasku dengan kecewa.
Aku hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar. Tidak ada
satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah
Bi Inah. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku.
Gimana bi hasilnya? tanyaku dengan penasaran
Den Ridho juara 1 den. Ucap Bi Inah dengan semangat.
hah? Beneran bi? sahutku tak kalah semangat. Sponyan aku
memeluk Bi Inah erat.
Ternyata usahaku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak
Rizki .
****
Setibanya dirumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil
belajar kak Rizki dan kak Refo menjadi terdiam disaat kedatanganku
dan Bi Inah.
gimana hasilnya Dho?, pasti jelekkan. Ucap kak Refo menyindirku.
gak ko, aku juara 1. Ucapku dengan semangat.
alahhh, juara 1 disekolahmu pasti juara terakhir dikelas Rizki,hahaha.
Ledek Ayah padaku.
Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang
kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan sangat kecewa aku
berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidak adilan ini. Aku tidak
keluar kamar selama dua haripun tak ada yang peduli. Semua orang
dirumah hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak
terkecuali Bi Inah yang hampir setiap jam membujukku untuk keluar.
Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari yang biasanya.
oh Tuhan, kuatkan aku! pintaku
Dihari ketiga aksi diamku dikamar, tiba-tiba rumahku terdengar
sebuah suara yang sangat kukenal. Ternyata hari ini, keluarga Om
Frans sudah tiba di Jakarta untuk berlibur bersama keluarga kami.
Salsha? Aku merindukanmu. Ucapku dengan tertunduk lesu dikamar.
Aku keluar kamar untuk menemuinya, namun ternyata ia sudah
berubah dan tak peduli lagi padaku. Semuanya benar-benar berubah,
dan kini janjinya ia ingkari untuk menemuiku. Penantianku sia-sia,
semua orang telah membenciku dan menjauhiku. Aku sendirian
dirumah, Bi Inah pulang kekampung karena anaknya sakit. Sedangkan
yang lain sedang makan malam dihotel. Dan aku? Tertinggal disini.
****
Aku hanya makan dan terus memasukkan roti berselai srikaya
kemulutku. Sedangkan yang lain asyik berbincang-bincang dengan
topic kak Rizki dan Salsha. Yang aku tahu, mereka terus
membanggakan dua orang yang berprestasi tersebut. Hingga Om
Frans dan Tante Siska juga turut berubah padaku. Semua orang
mengucilkanku disini. Sesudah sarapan pagiku habis, aku segera pamit
menuju taman belakang yang ternyata disana ada kak Rizki dan
seseorang yang sangat aku sayangi, Salsha. Disana, aku sedang
melihat kak Rizki memberikan setangkai mawar pada Salsha dengan
penuh cinta. Ternyata mereka sudah jadian dan aku tahu, bahwa
Salsha telah melupakanku.
****
Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini,
pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua
orang yang kusayang tak ada yang mau hadir disini. Semuanya
memilih hadir dilomba kak Rizki , olimpiade sains. Walau sedikit
kecewa, akan kubuktikan bahwa aku adalah Ridho yang hebat dan
kuat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara satu
dipertandingan karate nasional yang diadakan di Jakarta.
kita panggil, juara nasional karate tahun ini. Ridho Syafaruddin dari
Jakarta. Panggil pembawa acara.
Dengan diiringi tepuk tangan meriah, ku naiki podium kebesaranku,
dan kurasakan aku sangat dihargai disini dengan perasaan bangga dan
senang, meskipun keluargaku tak menyaksikannya.
****
Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilan dan piala
lomba karateku diruang tamu, namun disaat kedatangan kak Rizki dan
yang lainnya, kulihat kemurungan wajah mereka disana. Dan setelah
melihat foto keberhasilanku, kak Rizki malah menangis dan berlari
menuju kamarnya.
kamu sengaja meledek Rizki yaa.. ? Tanya Papa dengan sinis.
gak pa! maksud Papa apa sih?? tanyaku tak mengerti.
Rizki kalah dalam Olimpiadenya, sedangkan kamu malah
menyombongkan diri dengan memajang fotomu diruang ini. kamu tahu
kan bahwa diruang ini hanya foto-foto keberhasilan Rizki dan piala-
piala Rizki yang boleh menempatinya. Bukan kamu!!! baru ikut lomba
sekali trus menang aja bangga. Huhhh Jawab Papa jengkel dan marah
dan meninggalkanku, yang membuatku sangat kecewa.
Lepas Fotomu sekarang, nggak pantes kamu ada disini ! ucap Mama
dengan agak ketus padaku.
Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung
agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang sejak dulu
selalu ku inginkan. Karena aku selalu iri disetiap kak Rizki, kak Rizki
terus yang dipuji dan disanjung oleh papa dan mama, serta semua
tamu yang pernah berkunjung kerumahku. Sekarang pertanyaan
terbesarku adalah,
apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh
perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan
oleh ketidak adilan.
****
Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Rizki
menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya
yang sangat tertekan karena ia kalah di olimpiade. Yang kutahu,
saudara kembarku ini terlihat lemah dari yang biasanya.
Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisin terus. Ucapku
menyemangati.
udahlah Dho, kamu senang kan ngeliat aku kaya gini? Kamu senang
kan ngeliat aku kalahkan..? jawabnya dengan menangis.
gak kak, gak. Aku gak pernah ada niatan kaya gitu. Sahutku.
udahlah, pergi kamu dari kamarku, pergi ucapnya terpotong
karena akhirnya ia terjatuh tepat didepanku.
Pa, Ma, tolong kak Rizki . Kak Rizki pingsan Pa! beritahuku
apa? Kamu apain dia? Tanya Papa sinis padaku.
astagfirullahallazim aku, aku gak ngapa-ngapain dia pa. sahutku
dengan menyembunyikan kesakitanku.
pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo cepat kita bawa kerumah
sakit. Ucapku pada Papa.
****
Hari ini tepat seminggu sebelum ulang tahunku dengan kak
Rizki. Aku takut kehilangannya, saudara kembarku yang sangat aku
sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang
aku tahu, kini ginjalnya hanya satu, setelah setahun yang lalu satu
ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
hanya saudara kembarnya yang ginjalnya cocok dengan Rizki. Jadi
usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal Pak
kata dokter pada Papa.
Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi
kak Rizki. Semuanya memintaku untuk mendonorkan satu ginjalku
padanya. Niatku memang sudah bulat bahwa aku akan mendonorkan
kedua ginjalku pada kak Rizki, tapi aku tak ingin ada yang tahu
semuanya. Karena aku tidak mau mereka akan menyayangiku karena
bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudara
ku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah
bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.
ah sudahlah Ridho, kamu memang saudara yang kejam. Hanya
menyumbangkan satu ginjal saja tidak mau. Untunglah ada seseorang
yang baik hati yang mau menyumbangkannya pada Rizki. Ucap Papa.
Ridhopun hanya terdiam dan terpaku, menahan rasa sakit hati dan
menangis di dalam hatinya.
aku kecewa sama kamu Ridho, tega ya kamu sama kakak kamu
sendiri. Ucap Salsha dengan kecewa padaku.
siapa yang mendonorkan ginjalnya Pa? Tanya kak Refo.
entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia
memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Rizki. Dia benar-benar
berhati malaikat. Jawab papa.
andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi
penghargaan dari Papa? gumamku dalam hati.
****
Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan ginjal dilakukan,
sebelum operasi dimulai aku menulis sebuah surat untuk semua orang
yang aku sayangi. Entahlah, aku merasa akan meninggalkan mereka
semua. Orang yang tidak pernah menganggapku ada di dunia ini.
Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan semua beban hidupku sendiri.
Dan meninggalkan semuanya dengan keadaan pilu ini. Sesudah
selesai ku tulis semua kenangan dan harapanku selama ini untuk
mereka, surat itu kutitipkan pada Bi Inah. Bi Inah hanya menangis
pasrah mendengar semua ceritaku bahwa aku akan pergi
meninggalkan Bi Inah yang sudah aku anggap sebagi ibu kandungku
sendiri. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk segera menjalani
operasi.
@ ruang operasi
Ruang ini terasa begitu menakutkan dan aku pasrah dengan semua ini.
Tapi ini sebuah demi keluargaku yang aku sayang, walaupun mereka
tidak pernah menganggap aku sebagai anakknya. Semua benda yang
kulihat hanyalah jarum suntik dan gunting. Alat-alat yang terlihat
menakutkan bagiku. Aku dibawa lebih dulu keruang ini, agar tidak ada
yang tahu siapa aku sebenarnya. Posisiku dan kak Rizki dipisahkan
oleh dinding pembatas. Hingga akhirnya aku dibius, dan kurasakan
semuanya gelap.
****
Seminggu kemudian. . . .
akhirnya kamu sembuh juga sayang. Mama khawatir banget sama
kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor yang baik hati itu,
yang mau mendonorkan ginjalnya untuk kamu sayang. Ucap
Mamanya dengan penuh kasih sayang.
Dan Happy Birthday Rizki, Selamat ya ucap semua orang serentak.
Makasih ya semuanya. Aku senanggg banget. Oya, Ridho mana ya
Ma? Gak tau kenapa Rizki kepikiran dia terus. Hari ini kan ulang tahun
kami. Sahut Rizki .
iya ya..? Mana dia Bi? Tanya Ibunya pada Bi Inah.
sebelumnya Bibi minta maaf sama kalian semua, sebenarnya ada
surat yang dititipkan buat nyonya dari den Ridho. Jawab Bi Inah
sambil menangis sesegukan, lalu berlari menuju kamar Rizki .
Dan beberapa menit kemudian sudah tiba dengan membawa sepucuk
surat.
ini surat dari Den Ridho sebelum pergi. Beritahu Bi Inah.
Walau agak heran, Ibunya pun membacanya dengan agak keras.
Untuk semua orang yang sangaaat Ridho sayangi.
Mungkin saat kalian baca surat ini Ridho udah nggak ada lagi disini.
Ridho udah pergi ketempat yang saangaat jaauh dan Ridho sudah
tenang. Oya, gimana kabar kak Rizki ? udah baikan kan?? Gak sakit
lagi kan? Semoga kedua ginjalku dapat membantumu untuk meraih
semua mimpi-mimpimu yang belum terwujud. Dan segala prestasimu.
Banggain Mama dan Papa ya Kak. Jangan pernah kecewain mereka,
dan terus sayangi mereka.
Teruntuk PAPA yang SANGAT KURINDUKAN DAN RIDHO SAYANGG
Gimana Pa? rumah kita udah tenang belum? Gak ada yang gak sopan
lagi kan? Oh pasti gak ada dong ya? Ya iyalah, Ridho si pembuat onar
kan udah gak ada lagi. Pa, Ridho sebenarnya sayang sama Papa dan
Mama sama semua kakak-kakak, Ridho selalu iri lihat kebahagian
kalian setiap kumpul, tetapi Ridho dianggap seakan-akan nggak
pernah ada di keluarga. Tapi sekarang Papa dan semuanya pasti lebih
leluasa dengan semua ini. Karena Ridho udah nggak ada, dan nggak
akan nganggu kalian. Untuk Papa khususnya, Ridho sayang bangettt
sama Papa
Teruntuk MAMA yang SANGAT-SANGAT RIDHO RINDUKAN
Ma, Ridho pasti akan sangat rindu dengan mobil-mobilan pemberian
Mama waktu kecil dulu. Ma, Ridho kangeeen banget pelukan Mama
dulu. Ridho selalu iri saat Mama hanya menyanjung kak Rizki disaat
ia berhasil atau menang dalam segala perlombaan. Ridho iri melihat
Mama yang selalu menyemangati kak Rizki disaat ia sedang sedih dan
terpuruk. Ridho iri dengan semua perhatian yang Mama berikan pada
kak Refo dan kak Rizki . Ridho sangaat iri. Tapi Ridho sayang sama
Mama. Dan sampai kapanpun RIDHO Bakal sayang sama kalian
semuaa
Teruntuk KAK REFO dan saudara kembarku, RIZKI SYABRUDDIN
Gimana kak, gak ada lagi kan yang ganggu kalian belajar? Gak ada lagi
kan yang nyetel music keras-keras dikamar??? Pasti rumah kita tenang
ya, pastinya gak akan ada lagi yang akan membuat kalian malu karena
punya saudara yang bodoh seperti aku bukan? Oh, pastinya. Oya,
SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK RIZKI, SELAMAT MENJALANI UMURMU
YANG KE-17 TAHUN. Semoga panjang umur, dan selalu disayang mama
dan papa terus yaa.. Yang mungkin takkan pernah aku rasakan. Jaga
kesehatan baik-baik ya Kak.. dan Ridho disini juga berdoa mudah-
mudahan kak Rizki baik terus sama Salsha. Titip jagain Salsha ya kak.
Sampaikan salam terakhir Ridho buat Salsha kalau Ridho sayang sama
dia. Tapi jangan pernah buat dia nangis, Ridho nggak pengen liat dia
nangis
Teruntuk Bi Inah yang aku sayangi,
Makasih ya Bi buat semuanya yang telah Bibi lakukan selama ini buat
Ridho, yang udah Ridho anggap ibu kandung Ridho sendiri. Yang selalu
setia sama Ridho dari Ridho kecil sampai sekarang. Maaf Bi Ridho
nggak bisa balas semuanya sama Bibi, yang sudah Bibi lakukan
selama ini. Ridho minta tolong sama Bibi jaga mereka dengan baik ya,
seperti Bibi menjaga Ridho dari kecil. Ridho minta maaf kalo Ridho
udah ngrepotin Bibi selama ini. Ridho sayanggg Bibi
Kalian semua harus tau, betapa AKU SANGAT MENYAYANGI KALIAN.
Mungkin dengan kepergianku ini, semuanya akan tenang dan rumah
kita menjadi tentram. Ridho harap, gak akan ada lagi yang
terkucilkan,terhina seperti Ridho . Yang selalu menangis setiap malam.
Meratapi semua nasib yang telah Ridho rasakan selama ini. Yang ingin
selalu merindukan hangatnya kekeluargaan. Mungkin dengan
kepergian ini, aku akan tahu bagaimana kalian akan mengenangku,
seperti aku yang selalu mengenang kalian setiap malam dengan
tangisan. . . Semoga KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA RIDHO , AAMIIN
Selamat Tinggal SEMUAAAAA Ridho SAYANGGGG KALIANNN
SEMUA!!!!!!!! I LOVE YOU ALL
Salam rindu penuh tangis bahagia,
Ridho Syafaruddin
Semua yang mendengar menangis. Mereka bertanya-tanya pada Bi
Inah dimana Ridho . tetapi Bi Inah hanya tertunduk diam dan
menangis. Namun tiba-tiba telepon rumah berbunyi..
iya, saya Hermawan, ada apa ya? Tanya Papanya dengan penasaran.
saya hanya ingin memberitahu bahwa yang mendonorkan ginjalnya
kepada anak bapak adalah saudara kembarnya sendiri yaitu Ridho
Syafaruddin!.kata Dokter ditelepon tersebut
Dan sesaat kemudian Papanya menangis dan segera mengajak
anggota keluarganya ke Rumah sakit. Namun mereka terlambat, Ridho
telah pergi untuk selama-lamanya. Dan meninggalkan berjuta
penyesalan disetiap tangis yang jatuh. Kini, ia telah tenang dan jauh
dari ketidak adilan selama hidupnya selama ini. Walau air mata tengah
menangisinya yang telah pergi untuk selama-lamanya.....
****

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai