Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Arab adalah bahasa yang tidak bisa dipisahkan dari ummat

islam. Bahasa ini sering juga di sebut dengan bahasa islam. Selain

daripada itu, bahasa ini dikatakan pula sebagai bahasa Al-Quran karena

ditulis dengan bahasa tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa bahasa

arab merupakan salah satu bahasa yang harus dikuasai oleh ummat islam

didunia baik secara sengaja (pembelajaran) ataupun secara tidak disengaja

(alamiah).1
Pemerolehan bahasa secara sengaja (pembelajaran) maksudnya

adalah bahwa kemampuan berbahasa didapat melalui proses pembelajaran

yang dilakukan secara kontinyu, sedangkan pemerolehan bahasa secara

alamiah maksudnya adalah sustu proses pemerolehan bahasa berupa

keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan berbicara (maharat al-

kalam), keterampilan mendengarkan (maharat al-istima), keterampilan

membaca (maharat al-qiroah), dan keterampilan menulis (maharat al-

kitabah) didapat oleh seseorang secara alami yang timbul dari

kecenderungan dan keadaan lingkungan sebagai media pendukung

keberhasilan suatu pembelajaran bahasa.2


Keterampilan berbahasa yang mencakup empat keterampilan

utama yaitu keterampilan berbicara (maharat al-kalam), keterampilan

1 Abdul Chaer, psycolinguistik. (rineka cipta) hal. 242

2 Ibid
mendengarkan (maharat al-istima), keterampilan membaca (maharat al-

qiroah), dan keterampilan menulis (maharat al-kitabah) menjadi aspek

penting dalam pembelajaran bahasa Arab karena keempat keterampilan

tersebut tidak dapat dipisahkan, kedudukan keempat keterampilan sangat

menunjang pencapaian keterampilan dan kemampuan menguasai bahasa.3


Dalam sejarah, bahasa arab telah dikenal di Indonesia sejak

datangnya Islam ke bumi pertiwi yakni pada abad ke 7 masehi yang

ditandai dengan adanya makam fatimah binti maimoen, namun adapula

yang berpendapat bahwa Islam datang ke indonesia pada Abad ke 13

masehi melalui kepulauan Aceh yang dibawa oleh para saudagar muslim

arab untuk berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam di nusantara.


Sejak munculnya Islam di nusantara maka berkembang pula bahasa

Arab sebagai bahasa pengantar pembelajaran agama Islam. Hal ini terjadi

karena sumber ajaran islam pada awal kemunculannya menggunakan

bahasa arab yang tercantum dalam kitab-kitab klasik banyak di ajarkan

sebagai dasar mendalami Ilmu agama.


Pembelajaran adalah bentuk jamak dari kata belajar yang kata

dasarnya adalah ajar. Kata dasar ajar dalam kamus besar bahasa Indonesia

artinya adalah suatu cara atau petunjuk yang disampaikan kepada orang

lain, agar orang lain menuruti dan melaksanakan. Menurut Moh. Uzer

Usman pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan dan interaksi antara guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

3 Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI, (Surabaya : PMN, 2011), 43.


balik yang berlangsung dalam situasi edukatif (pendidikan) untuk

mencapai tujuan tertentu.4


Dengan demikian, pembelajaran adalah proses interaksi yang

terjadi antara guru dengan siswa sehingga dapat memotivasi peserta didik

agar lebih aktif ketika proses pembelajaran berlangsung dengan

memanfaatkan segala sumber yang ada disekitar untuk memodifikasi

berbagai komponen belajar mengajar yang diarahkan agar tercapai suatu

tujuan pembelajaran.
Saat ini, banyak sekali ummat islam yang ingin belajar bahasa

Arab dengan tujuan yang beragam. Akan tetapi sering terbentur oleh

masalah karena banyaknya kaidah-kaidah yang harus dihafalkan atau

karena tidak memiliki waktu untuk belajar disebabkan umur yang sudah

tua atau bahkan karena faktor yang sangat esensial lain seperti metodologi

pembelajaran yang dinilai kurang memadai untuk mencapai tujuan

tersebut.
Menurut ahmad muthohar bahasa Arab tidaklah sulit seperti yang

dibayangkan selama ini asalkan metodologi pembelajaran yang digunakan

benar-benar menerapkan standar efektifitas dan efisiensi serta memiliki

daya simpatik dan tidak membosankan.5 konklusi tersebut setidaknya

dapat diaplikasikan oleh beberapa Universitas di barat seperti universitas

leipzig di Jerman, sorbon University di prancis, dan beberapa Universitas

di Belanda. Umumnya mahasiswa disana dalam mempelajari bahasa arab

4 Oerman Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 57.

5 Ahmad Fakhruddin, Quantum reading book/ cara cepat membaca kitab 6 jam langsung
praktek. (Duta Grafika Nusantara) hal. VIII.
hanya menghabiskan waktu 6 bulan sedangkan di indonesia sangat jauh

berbeda, mereka menghabiskan waktu sampai berpuluh-puluh tahun.


Didalam kitab suci Al-Quran Allah SWT telah menjelaskan bahwa

bahasa arab (Al-Quran) tidaklah sulit bahkan Allah memepermudah

manusia yang ingin mempelajarinya.

Q.S Al Qamar Ayat 17.

Artinya : Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk


pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?
(Al-Qamar : 17)

Berdasarkan keterangan firman Allah diatas, para pendidik/ guru

dituntut untuk menyiapkan metode pembelajaran yang mudah, efektif dan

efisien. Efektif adalah proses pembelajaran bahasa arab yang sesuai/ tepat

sasaran dengan tujuan pembelajaran. sedangkan efisien adalah

pembelajaran bahasa Arab yang tepat waktu dalam arti suatu proses

pembelajaran yang tidak membutuhkan waktu yang sangat lama.

Selain penekanan terhadap para pendidik ayat tersebut juga

menekankan bahwa bahasa Arab (Al-Quran) itu mudah.6 Ibnu katsir

menafsirkan ayat surat Al Qamar 17 tersebut mengatakan bahwa Allah

telah memudahkan manusia belajar bahasa arab dan Al-Quran dalam tiga

hal yaitu menghafal, membaca, dan segi makna.

6 Moch. Mudhollafi, Muyassaroh hal. ii


Faktor yang sangat esensial dalam proses pembelajaran adalah

metodologi pembelajaran. Metode dapat dimaknai sebagai suatu cara atau

jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan dalam

arti yang lebih luas metodologi mencakup perencanaan segala upaya yang

bisa ditempuh dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif

dan efisien.7metode harus dipilih dan digunakan guru dalam upaya

menyampaikan bahan pembelajaran (materi) dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

Metodologi pembelajaran yang kreatif dan inovatif sangat perlu

dikuasai oleh pendidik supaya pembelajaran bahasa Arab tidaklah

monoton dan membosankan yang bisa menjadi momok menakutkan dan

sekaligus penghambat keberhasilan pembelajaran.8 karena hal ini bukan

barang baru didunia pendidikan yang menjadi tonggak peradaban suatu

negara dan pencetak generasi penerus yang berwawasan luas.

Banyaknya para pendidik yang tidak dibekali dengan kemampuan

metodologi yang baik mengakibatkan proses pembelajaran yang

membosankan dan cenderung monoton, dan diantara metode yang sering

digunakan saat ini adalah metode Qawaid wal tarjamah (gramatika dan

terjemah).

7 H. Syamsuddin asyrofi dkk, metodologi pembelajaran bahasa arab (pokja akademik UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2006) hal. 22

8 Ahmad Muthohar, Quantum Reading Book 6 jam Langsung Praktek (Duta Grafika Nusantara)
hal. Viii.
Pembelajaran bahasa Arab tidak akan pernah berhasil tanpa

penggunaan metode yang tepat serta kemampuan pendidik dalam

menguasai metode tersebut. Hal ini akan mendukung cepat atau lambatnya

proses pemahaman kognitif mereka, selain daripada itu hal lain yang perlu

diperhatikan juga adalah kondisi peserta didik yang terdiri dari unsur

internal dan eksternal meliputi bakat, minat, kemauan, motivasi dan

pengalaman. Sedangkan unsur eksternal meliputi lingkungan, kompetensi

guru, buku teks dan lain-lain.

Adanya dua unsur yang mempengaruhi pembelajaran tersebut

membuat penulis tertarik untuk meneliti sejauhmana keterkaitan antara

metodologi pembelajaran bahasa arab terhadap motivasi belajar peserta

didik di MTs NW Rempung. Adapun alasan penulis akan melakukan

penelitian di MTs NW Rempung adalah karena berdasarkan keterangan

bahwa MTs NW Rempung saat ini menjalankan kegiatan yang ditawarkan

oleh pemerintah kabupaten dalam rangka melakukan proses belajar

mengajar nasional sekaligus belajar mengajar berbasis pondok pesantren.

Diantara beberapa kegiatan yang dikembangkan disana adalah

pidato tiga bahasa (indonesia, inggris dan Arab), tilawah Al-Quran, tahfiz,

dan kegiatan keagamaan lainnya. Melihat kondisi ini, penulis ingin

mengetahui sejauhmana korelasi metodologi pembelajaran bahasa

Arab yang kreatif dan inovatif terhadap peningkatan motivasi belajar

peserta didik di MTs NW Rempung.


B. Batasan Masalah
1. Metodologi pembelajaran bahasa arab kreatif dan inovatif.

Metodologi merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani yang

terdiri dari dua asal kata yaitu method berarti cara atau jalan dan logos

yang berarti ilmu. Maka bisa disimpulkan bahwa metodologi adalah suatu

cabang ilmu yang membahas cara dan jalan mencapai tujuan. Sedangkan

pembelajaran adalah suatu proses transpormasi pengetahuan dari orang

mengetahui kepada orang yang tidak mengetahui dengan menggunakan

cara atau metode yang kreatif dan inovatif maka akan membangkitkan

semangat dan motivasi belajar peserta didik.

2. Motivasi belajar
Motivasi adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi

kondisi psikologis seseorang dalam melakukan sesuatu berupa dorongan,

kemauan, semangat yang membuat seseorang kuat dalam melakukan

sesuatu terutama dalam proses pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa

asing.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan jelaskan oleh

penulis diatas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :


1. Apakah metodologi pembelajaran bahasa Arab ?
2. Bagaimanakah cara membangkitkan motivasi belajar peserta

didik ?
3. Bagaimanakah korelasi/ keterkaitan antara metodologi

pembelajaran bahasa Arab terhadap motivasi belajar peserta didik MTs

NW Rempung tahun pelajaran 2017/2018 ?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka berikut penulis akan

menguraikan tujuan yang akan dicapai dari penelitian :


1. Mengetahui metodologi pembelajaran bahasa Arab secara umum

serta metodologi pembelajaran bahasa Arab di MTs NW Rempung.


2. Mengetahui motivasi belajar peserta didik di MTs NW Rempung
3. Mengetahui korelasi/ keterkaitan antara metodologi pembelajaran

bahasa Arab terhadap motivasi belajar peserta didik di MTs NW

Rempung.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan bagi para guru mampu

menguasai metodologi pembelajaran bahasa Arab agar tercapainya

tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 yang mengatakan bahwa kemampuan atau

kompetensi guru dalam mengatur dan mengelola pembelajaran

merupakan hal wajib agar terpenuhinya 4 kompetensi guru yaitu

kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional.


2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitiaqn diharapkan bagi para guru pendidikan bahasa

Arab (PBA) agar mampu menyiapkan generasi penerus yang memiliki

keterampilan berbahasa guna menyongsong masa depan yang lebih baih

serta memperdalami ilmu agama demi kebahagiaan akhirat yang hakiki.


BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan secara terprinci mengenai

penelitian yang penulis lakukan dalam hal korelasi metodologi pembelajaran

bahasa arab terhadap motivasi belajar peserta didik MTs NW REMPUNG yakni

sebagai berikut:

A. Metodologi pembelajaran
1. Pengertian metodologi pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran kita tak akan pernah lepas dari

sesuatu yang namanya metode, karena metode sebagai sebuah solusi

menyelesaikan permasalahan didunia pendidikan. Pembelajaran bahasa

asing manapun baik bahasa arab, bahasa inggris, ataupun bahasa

jepang sekalipun perlu mengetahui tiga istilah dalam proses

pelaksanaannya yaitu pendekatan adalah seperangkat asumsi yang

berkenaan dengan hakikat bahasa dan belajar mengajar bahasa.9

metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara

sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Sedangkan tehnik

adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai

dengan pendekatan dan metode yang telah dipilih dengan demikian

9 Metodologi pembelajaran bahasa arab, acep hermawan hal 167.


pendekatan bersifat aksiomatis, metode bersifat prosedural, dan tehnik

bersifat operasional.10

Metode pembelajaran bahasa Arab yang kreatif dan inovatif

merupakan suatu tuntutan yang harus di penuhi oleh semua pendidik

karena pendidikan nasional yang diinginkan oleh negara kita adalah

bagaimana agar peseerta didik menjadi cerdas bukan apakah siswa

sudah cerdas.11 Metode mengajar, tipe belajar, dan gaya belajar siswa

sangat penting untuk di ketahui oleh pendidik agar penyampaian

materi sesuai dengan yang di harapkan yaitu pemahaman dari semua

peserta didik mengenai materi ajar.

Faktor metode ini ditetapkan mana yang terbaik untuk

mencapai suatu tujuan dengan cara yang efisien. Seorang pendidik/

guru yang sangat miski pengetahuannya tentang metode pencapaian

tujuan, yang kurang menguasai berbagai teknik mengajar atau

mungkin tidak mengetahui adanya metode-metode itu, akan berusaha

mencapai tujuannya dengan cara yang tidak wajar. Dalam hal demikian

akan berakibat rendahnya mutu pelajaran, kurangnya minat anak dan

kesungguhan dalam belajar sehingga berakibat pula pada tidak adanya

motivasi belajar peserta didik. Maka hasil pembelajaran yang seperti

ini sangatlah menyedihkan, proses belajar mengajar tidak berjalan

10 Metodologi pengajaran bahasa arab. Hal 6.

11 Prof. Dr. Suyono M. Pd dan DRS. Hariyanto MS belajar dan pembelajaran (bandung, Remaja
Rosda karya, 2011) hal 147
semestinya, guru akan kecewa dan muridpun akan merasakan hal yang

demikian pula.

Sebaliknya cara mengajar yang mempergunakan berbagai

metode, teknik dan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif

yang didasarkan pada pengertian dari pihak pendidik akan dapat

memperbesar minat siswa dalam belajar dan hal ini akan

mempengaruhi motivasi belajar para peserta didik. Sebagai akibatnya

akan mempertinggi hasil pelajaran mereka dengan mengajak,

merangsang, dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

ikut serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil kesimpulan,

bekerja kelompok, berdiskusi, dan lain-lain.12

Dalam penggunaan metode tradisional seorang pendidik/ guru

dianggap sebagai gudang ilmu pengetahuan yang mendominasi kelas.

Guru mengajar ilmu dan menjelaskan kaidah-kaidah bahasa Arab

sedangkan siswa harus duduk rapi mendengarkan, dan diberikan

kesempatan untuk berinisiatif , siswa pasif, siswa dihadapkan pada

belajar menghafalkan definisi-definisi dan contoh. Jadi orientasi

daripada metode belajar tradisional adalah guru mengajar dan siswa

hanya mendengarkan bukan siswa belajar.

Dalam metode-metode terbaru harus mampu membawa

perubahan susasana belajar yang komunikatif dengan menggunakan

metode yang bermacam macam. Hal ini akan mendukung keberhasilan


12 DRS. Masnur. M DKK dasar dasar interaksi belajar mengajar bahasa (malang, 1987) hal 108
proses pembelajran disekolah maka peran serta pendidik dalam

mengatur metode, teknik dan strategi yang tepat dan sesuai dengan

kondisi peserta didik sangat diharapkan mampu memberikan nilai

positip ditengah kondisi pendidikan nasional yang tidak maksimal.

Faktor-faktor pemilihan metode kreatif dan inovatif ini sangat

berkaitan erat dengan faktor situasi. Situasi berkenaan dengan

bagaimana interaksi belajar mengajar terjadi yang dipengaruhi oleh

faktor internal peserta didik dan faktor eksternal mereka karena tidak

ada kelebihan suatu metode diatas metode yang lain namun

penempatan pemakaianlah yang menjadi pertimbangan suatu metode

digunakan . sebelum pembahasan mengenai macam macam metode

terlebih dahulu kita harus mengetahui hal-hal yang menjadi

pertimbangan dalam pemilihan da penggunaan metode pembelajaran :

a. Hendaknya metode yang akan digunakan sesuai dengan

karakter siswa, tingkt perkembangan akalnya, serta kondisi sosial

yang melingkupi kehidupan mereka.


b. Guru memperhatikan kaidah umum dalam menyampaikan

pelajaran seperti kaidah bertahap mulai dari hal yang mudah dan

kemudia berlanjut ke hal yang sulit.


c. Mempertimbangkan perbedaan kemampuan siswa baik

aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.


d. Bisa menciptakan kondisi siswa yang kondusif sepanjang

berlangsungnya pelajaran.
e. Menumbuhkan konsentrasi dan motivasi siswa serta

membangkitkan sikap kreatif


f. Hendaknya metode menganut dasar-dasar pembelajaran,

seperti pemberian reward dan sanksi, latihan-latihan dan lain-

lain.13
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran Bahasa Arab

Berikut ini beberapa macam metode pembelajaran bahasa Arab

yang pernah menjadi trend pendidikan dan pembelajaran bahasa secara

umum :

1) Metode Gramatika Tarjamah (Thariqah Qawaid Wat

Tarjamah)
Cikal bakal metode ini adalah beraawal dari masa

kebangkitan bangsa eropa ketika itu banyak sekolah dan

universitas di Eropa yang mengharuskan bahasa Latin karena

dianggap mempunyai nila-nilai pendidikan yang tinggi guna

mempelajari teks-teks klasik metode ini merupakan pencerminan

yang tepat daripada pengajaran bahasa latin dan Yunani selama

berabad abad. Akan tetapi penamaan metode ini dengan gramatical

translation methode baru dikenal pada abad 19 . metode telah

banyak digunakan untuk pembelajaran bahasa Arab baik di negara-

negara Arab ataupun di Indonesia.


Adapun penekanan pembelajaran dengan menggunakan

metode ini adalah penguasaan Qawaid dan terjemah agar peserta

didik mampu menguasai teks-teks kitab kuning dengan tujuan

13 Dr. H. Bisri Mustofa, MA dan H.M Abdul Hamid ,MA metode dan strategi pembelajaran
bahasa Arab (malang, UIN Maliki press, 2011) hal 24.
utama mempelajari ilmu agama dari sumber aslinya. Berikut ini

kelebihan dan kekurangan metode Qawaid wat tarjamah :


Kelebihan
a) Peserta didik menguasai dalam arti hafal diluar kepala

kaidah-kaidah tatabahasa.
b) Memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajarinya dan

mampu menterjemahkannya
c) Memahami karakteristik bahasa tujuan dibandingkan

dengan bahasa Ibu


d) Memperkuat kemampuan menghapal
e) Bisa dilaksanakan dalam kelas besar.
Kekurangan
a) Terlalu banyak mengajarkan bahasa bukan kemahiran

berbahasa
b) Hasil terjemahan bahasa tidak efektif dalam arti kurang

citarasa bahasa asli


c) Hanya menguasai ragam bahasa klasik dan

mengesampingkan bahasa modern


2) Metode Langsung (Thariqah Al Mubasyirah )
Metode ini muncul atas ketiidakpuasan metode sebelumnya

terhadap hasil pembelajaran bahasa dengan metode gramatika

terjemah yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman yang

mengharuskan menguasai kemahiran bahasa yang empat yaitu

maharah kalam, maharah istima, maharah qiroah dan maharah

kitabah. Maka para ilmuan pun melakukan penelitian dan

melahirkan metode langsung . diantara para ilmuan itu adalah

francois gouin (1880-1992) seorang guru bahasa latin dari prancis

yang mengembangkan metode langsung berdasarkan


pengamatannya terhadap anak-anak yang menggunakan bahasa Ibu

pada kehidupan keseharian mereka.


Adapun cara pelaksanaan metode langsung adalah dengan

langsung menunjukkan benda yang ingin disebutkan bahasa

arabnya kemudian tetap di ulang secara berkali-kali hingga mereka

mampu melpalkan bahasa benda tersebut.


Kelebihan
a) Pelajar terampil menyimak dan melafalkan kalimat
b) Menguasai pelafalan dengan baik mendekati penutur asli
c) Mengetahui kosakata dan pemakaian kalimat
d) Memiliki keberanian dan spontanitas dalam maharah kalam
e) Mengetahui tatabahasa secara fungsional
Kekurangan
a) Pelajar lemah dalam kemampuan membaca karena

ditekaknkan pada bahasa lisan


b) Memerlukan guru yang ideal dari segi maharah kalam
c) Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar
d) Tidak diperbolehkan penggunaan bahasa ibu pelajar

sehingga rentan terjadi salah persepsi siswa


e) Metode ini di kritik karena menyamakan proses

pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua/ asing.14


3) Metode Membaca (Thariqah Al Qiroah)
Kemunculan metode ini karena kurang memperhatikan

kemampuan membaca dan menulis pada metode sebelumnya.

Metode ini dimotori oleh para ilmuan barat inggris dan amerika

yang mengajarkan bahasa di India dia berpendapat bahwa

belajar membaca secara lancar jauh lebih penting bagi orang-

orang India yang belajar bahasa Inggeris daripada berbicara.

West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan

hanya karena dia menganggap hal tersebut sebagai suatu yang


14 Ahmad Fuad Efendi , metodologi pengajaran bahasa arab (kopma UIN Sunan Kalijaga 2003)
hal 42
paligng bermanfaat akan tetapi hal itulah yang paling mudah

dalam mempelajari bahasa asing. Maka fokus dari metode ini

adalah kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis

teks arab. 15
4) Metode Audiolingual (Thariqah As Samiyyah Wa

Syafahiyyah)
Dalam situasi perang dunia II Amerika membutuhkan

personalia yang lancar berbahasa Asing untuk ditempatkan

dibeberapa negara baaik sebagai penerjemah dokumen ataupun

sebagai duta komunikasi dengan negara lain. Untuk itu

departemen pertahanan Amerika membentuk satu badan yang

dinamai army specialized training program (ASTP) dengan

melibatkan 55 universitas yang dimulai pada tahun 1943

bertujuan untuk peserta program dapat menguasai bahasa asing

dengan pendekatan dan metode yang baru. Maka fokus tujuan

dan harapan dari metode ini adalah mencetak pelajar yang

mampu mendengarkan kalimat/ bahasa asing dan mampu

melafalkannya.
Kelebihan
a) Para pelajar memiliki keterampilan pelafalan yang bagus
b) Terampil membuat pola-pola kalimat baku yang dilatihkan
c) Dapat berkomunikasi lisan dengan baik
d) Suasana kelas menjadi Aktif
Kekurangan
a) Respon pelajar cenderung mekanistis, sering tidak

mengetahui atau tidak memikirkan makna ujara yang

diucapkan.
15 Dr. H. Bisri Mustofa, MA dan H.M Abdul Hamid ,MA metode dan strategi pembelajaran
bahasa Arab (malang, UIN Maliki press, 2011) hal 50
b) Kosakata dibatasi secara ketat

5) Metode Komunikatif (Thariqah Al Ittisholiyyah)


Metode komunikatif didasarkan pada asumsi bahwa setiap

manusia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan alat

pemeroleh bahasa (language acquisition device) . oleh karena itu,

kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh

faktor internal karena itu relevansi dan efektifitas kegiatan

pembiasaan dengan latihan stimulus respone inforcement

dipersoalkan .
Tujuan utama metode ini adalah bertumpu pada

kemampuan berbicara atau maharah kalam .adapun kelebihannya

adalah:
a) Pelajar termotivasi karena pada pertemuan pertama

langsung dikenalkan bahasa tujuan


b) Pelajar lancar berkomunikasi dalam arti menguasai

kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana dan strategis


c) Suasana kelas menjadi aktif
Kelemahan
a) Memerlukan guru yang menguasai keterampilan

komunikasi yang memadai bahasa tujuan


b) Kemampuan membaca kurang baik
c) Bisa menyulitkan siswa bila langsung ke tatanan

komunikasi pada pelajar pemula.


6) Metode Ekletik/ Campuran (Thariqah Al Intiqoiyyah)
Dari paparan di atas jelas bahwa setiap metode pasti ada

kelebihan dan kekurangan. Sebuah metode lahir karena

ketidakpuasan metode sebelumnya akan tetapi pada waktu yang

sama metode baru juga terjebak dalam kelemahan yang dahulu

menjadi penyebab lahirnya metode baru tersebut. Pada kondisi

yang lain pembelajaran bahasa pasti menghadapi sitiasi dan kondisi

yang berbeda beda antara satu negeri dengan negeri yang lain,

antara satu lembaga dengan lembaga yang lain, antara kurun waktu

dengan kurun waktu yng lain. Kondisi objektif itu meliputi tujuan

pengajaran, keadaan guru, siswa, sarana dan prasarana dan

sebagainya.
Adapun fokus dari tujuan metode ini adalah

menggabungkan seluruh metode yang pernah terlaksana pada

waktu yang lalu dan menciptakan keharmonisan dan menyesuaikan

dengan kondisi lapangan karena tidak ada satu metode apapun

yang lebih unggul dibandingkan dengan metode yang lain. Dengan

menggunakan metode ini mengharuskan kesiapan mental dan

keterampilan seorang pendidik dalam mengatur jalannya

pembelajaran agar tidak terjadi kebosanan dan bertambahnya

motivasi belajar siswa.16

B. Pembelajaran
Sedangkan pembelajaran adalah suatu aktifitas yang selalu di

lakukan oleh manusia sejak berada dalam kandungan hingga keliang lahat

16 Ibid hal 56.


yakni mencari inpormasi kehidupan yang berasal dari alam, manusia,

pencipta bahkan dari mahluk disekeliling kita yang akan membawa

kemudahan dalam berbuat dan melakukan sesuatu. Hal ini sejalur dengan

4 hakikat universal dari belajar/ pembelajaran :


1. Learning to know adalah belajar untuk mengetahui berkaitan

dengan perolehan, penguasaan, dan pemamfaatan pengetahuan.

Belajar untuk mengetahui oleh UNESCO dipahami sebagai cara dan

tujuan dari eksistensi manusia.


2. Learning to do adalah segala pengetahuan yang kita dapat dari

proses belajar kita coba untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan.


3. Learning to live together adalah konsep belajar untuk hidup secara

berdampingan di masyarakat dengan melakukan interaksi sosial.


4. Learning to be adalah proses belajar yang menjadikan manusia

sebagai makhluk yang sejati dengan mengedepankan aspek sosial dan

pribadi secara seimbang.


Proses pembelajaran pasti meliputi tiga proses yang tidak akan

terlepas dari belajar mengajar yaitu proses mendapatkan atau memproleh

inpormasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi

pengetahuan yang telah ada. Kedua, transpormasi yaitu proses

memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru.

Transpormasi meliputi cara-cara mengolah informasi untuk sampai pada

kesimpulan yang lebih tinggi. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek

apakah manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas

mencapai sasaran.
Dalam mempersiapkan bahan pelajaran, biasaanya kita susun

bahan ajar terlebih dahulu lalu menyiapkan metode, teknik, dan strategi

apa yang akan kita gunakan agar tercapainya tujuan pembelajaran.17


C. Motivasi Belajar
1. Teori Pendekatan Motivasi

Pemberian motivasi merupakan hal penting dalam

pembelajaran karena fungsi ini langsung melibatkan unsur manusia

yaitu siswa yang belajar dalam kelas.18 Betapapun baiknya suatu

rencana, lengkapnya sarana dan prasarana yang dipergunakan,

cukupnya pembiayaan yang disediakan, dan semua unsur dalam

pengelolaan sudah terpenuhi, belum tentu memberikan hasil

memuaskan jika siswa yang belajar dan guru selaku pengelola tidak

memiliki motivasi. Tanpa motivasi sulit untuk mencapai sasaran

dantujuan yang telah direncanakan. Oleh karena itu, perlu kiranya

seorang guru sebagai petugas pendidikan memahami teori-teori

motivasi terutama yang berhubungan dengan proses belajar

mengajar.19

Pembangkitan motivasi belajar peseerta didik ada yang bersifat

seentara (jangka pendek) dan ada juga yang jangka panjang

(menetap). Terdapat perbedaan usaha untuk membangkitkan minat dan

motivasi yang bersifat sementara dengan yang lebih bersifat menetap.


17 Prof. Dr. Nana Syaodih sukmadinata , pengembangan kurikulum teori dan praktek (rosda
karya,bandung, 2011) hal 144.

18 DRS. Masnur. M DKK dasar dasar interaksi belajar mengajar bahasa (malang, 1987) hal 49.

19 Ibid hal 50
Penggunaan film, audio, dan lain-lain dapat membangkitkan semangat

dan motivasi siswa yang bersifat sementara. Untuk yang jangka

panjang penggunaan film, audio dan yang sejenisnya akan dapat

menimbulkan kepasifan dalam pembelajaran karena film dan audio

lebih bersifat hiburan maka penggunaan metode yang beragam dengan

konsep kreatif dan inovatif akan membuat semangat dan motivasi

belajar siswa akan tetap terjaga.20

Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk membangkitkan

motivasi belajar siswa pada anak yaitu pemilihan bahan ajar yang

sesuai dan menimbulkan dorongan untuk tetap belajar, menyesuaikan

pemebelajaran dengan tingkat kemampuan otak peserta didik,

menggunakan metode yang tepat dengan kondisi saat itu.

Salah satu sistem untuk membangkitakn motivasi belajar yang

sedang dikembangkan saat ini adalah disebut dengan merytokracy

merupakan sistem pengajaran yang menekankan pada persaingan atau

kompetisi. Dalam sistem meritokracy siswa mempunyai kesempatan

untuk maju terus sesuai dengan prestasi brlajar yang dicapainya.

Posisi dalam sekolah selanjutnya ditentukan oleh record disekolah

sebelumnya bahkan kesempatan pendidikan merupakan kesempatan

kerja selanjutnya.

20 Prof. Dr. Nana Syaodih sukmadinata , pengembangan kurikulum teori dan praktek (rosda
karya,bandung, 2011) hal 146
Hal lain yang menjadi pendukung dan penyempurna motivasi

diri yang harus dimiliki oleh seorang peserta didik adalah minat dan

kebutuhan. Minat adalah gejala yang berkaitan dengan obyek aktifitas

yang mendorong perasaan senang, bahagia dan sedih. Minat dapat

diekspresikan melalui perbuatan yang menunjukkan bahwa siswa

lebih menyukai sesuatuhal daripada yang lainnya. Sedangkan

kebutuhan adalah barang atau sesuatu yang diperlukan dalam hidup

manusia.21 Ini merupakan bukti bahwa dirinya masih ada kekurangan

yang membutuhkan sesuatu yang ada diluar dirinya sehingga berbagai

aktifitas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

21 Bukhari Rahman dengan skripsi meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penerapan
metode problem solving dikelas XI pada mata pelajaran Fiqih sub bahasan Qishos di MA NW
Rempung tahun 2012/ 2013 hal 18.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Didalam pelaksanaan suatu penelitian maka diperlukan suatu

pendekatan yang digunakan agar tercapainya hasil yang maksimal dan

relevan dari penelitian tersebut. Memprhatikan hal tersebut pada penelitian

yang dilakukan oleh penulis kami menggunakan penelitian dengan

pendekatan kuantitatif korelational yang kami sesuaikan dengan judul

korelasi metodologi pembelajaran bahasa Arab yang kreatif dan inovatif

terhadap peningkatan motivasi belajar peserta didik di MTs NW

REMPUNG.

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional karena sudah

lama digunakan dalam pelaksanaan penelitian didunia dan mentradisi.

Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena didasarkan kepada

filsafat positivism. Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah

memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkret, obyektif, terukur, rasional,

dan sistematis.22

Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-

angka dan analisis menggunakan statistik. Dalam penelitian kuantitatif di

pergunakan data berupa angka dengan berbagai klasifikasi, antara lain

22 Bukhari Rahman dengan skripsinya meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penerapan
metode problem solving di kelas XI pada mata pelajaran Fiqih bahasan hukum Qishas di MA NW
REMPUNG tahun 2012/ 2013. Hal 25.
berbentuk nilai rata-rata, persentase, nilai maksimum, nilai minimum, dan

lain-lain. Data tersebut merupakan bukti yang dipergunakan untuk menguji

hipotesis dengan menunjukkan perbedaan, perbandingan, hubungan antara

data yang satu dengan data yang lain. Pengolahan data dilakukan secara

matematis dengan menggunakan berbagai rumus statistik yang sesuai

dengan sifat dan jenis data yang sedang diteliti.23

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti saat ini menggunakan

penelitian kuantitatif korelational yang berguna untuk mengetahui sejauh

mana hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain yaitu

mengetahui hubungan antara penggunaan metodologi pembelajaran bahasa

Arab kreatif dan inovatif terhadap peningkatan motivasi belajar peserta

didik di MTs NW Rempung.

B. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data diproleh untuk

melengkapi data dari hasil penelitian yang kita lakukan bisa melalui

person, paper, dan place.24 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah

dari hasil observasi lapangan dan hasil kerjasama dengan pihak sekolah

yakni kepala sekolah MTs NW Rempung, guru bidang studi Bahasa Arab,

dan Siswa.

C. Metode Pengumpulan Data

23 Prof. Dr. H. Mahmud, M. Si metode penelitian pendidikan. (Bandung, Pustaka Setia, 2011) hal
29.

24 Khairurrazikin. Tingkat kompetensi guru dalam membentuk keperibadian siswa pada bidang
studi PAI di MA NW Rempung kecamatan pringgasela tahun pelajaran 2009/ 2010. Hal 27.
Keputusan mengenai alat pengambil data mana yang akan

digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan di amati dan

diteliti. Disamping itu, jenis alat yang digunakan disesuaikan pula dengan

metode penelitian yang digunakan. Pertimbangan selanjutnya adalah

pertimbangan dari segi kualitas alat yaitu dari taraf validitas dan

reliabilitas. Pertimbngan lain biasanya dari sudut peraktis misalnya besar

kecilnya biaya, macam kualifikasi orang yang harus menggunakannya,

mudah sukarnya menggunakan alat tersebut, dan sebagainya.25

Adapun metode pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah

sebagai berikut:

1. Observasi
Metode observasi merupakan pengamatan yang dilakukan

secara sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala fisik secara langsung

maupun tidak langsung dalam situasi sebenarnya atau situasi yang

diadakan secara khusus terhadap penomena yang diteliti. Teknik ini

banyak digunakan baik dalam penelitian sejarah (histori) ataupun

deskriptif. Hal ini karena dengan pengamatan, gejala-gejala penelitian

dapat diamati dari dekat untuk dikumpulkan dan dicatat. Mencatat

data observasi bukanlah sekadar mencatat tetapi mengadakan

pertimbangan, kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala

beringkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televisi itu,

bukan hanya mencata bagaimana reaksi tersebut dan berapa kali

25 Prof. Ida Bagoes Mantra. filsafat penelitian dan metode penelitian sosial (Pustaka pelajar) hal
79
muncul tetapi juga menilai apakah reaksi tersebut sangat, sedang

ataukah kurang atau bahkan tidak sesuai dengan yang kita

kehendaki.26
Ada tujuh hal penting yang harus diperhatikan dalam teknik

observasi yaitu:
1. Pemilihan; pengamat menentukan fokus atau bagian yang

di amati secara sengaja.


2. Pengubahan; observasi boleh mengubah prilaku atau

suasana tanpa mengganggu kewajarannya


3. Pencatatan; upaya merekam kejadian-kejadian dengan

menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan alat lainnya.


4. Pengodean; proses penyederhanaan catatan-catatan itu

melalui teknik reduksi data


5. Rangkaian prilaku dan suasana; observasi melakukan

serangkaian pengukuran pada berbagai prilaku dan suasana


6. In situ ; pengamatan kejadian terjadi melalui situasi alamiah

tanpa menggunakan manipulasi


7. Tujuan empiris; observasi memiliki bermacam macam

fungsi dalam penelitian, deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis,

atau menguji teori atau hipotesis.27


Dilihat dari segi pelaksanaannya, observasi dapat menempuh tiga

cara utama :
a) Observasi langsung (direct observation) yaitu observasi

yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek

yang diteliti.
b) Obsevasi tidak langsung (indierct observation) yaitu

observasi yang dilakukan terhadap suatu objek melalui perantaraan

26 Prof. Dr. H. Mahmud, M. Si metode penelitian pendidikan. (Bandung, Pustaka Setia, 2011) hal
168.

27 Ibid
suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya

maupun buatan.
c) Partisipasi, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh seorang

peneliti dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam

situasi objek yang diteliti. Cara ini banyak digunakan terutama

dalam penelitian psikologi, sosiologi, maupun antropologi.


Secara operasional, tidaklah mudah melakukan observasi yang

dapat menghasilkan validitas/ keabsahan dan reliabilitas/ ketepatan yang

tinggi. Validitas dan reliabilitas hanya dapat dicapai dengan tindakan

kecermatan yang semaksimal mungkin, ada beberapa sumber

ketidakcermatan dan kelemahan teknik observasi yang terletak pada diri

pengamat, situasi, objek, dan alat-alat pengamatan.


2. Metode Wawancara.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam

jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh responden. Wawancara

langsung diadakan dengan orang yang menjadi sumber data dan

dilakukan tanpa perantara, baik tentang dirinya maupun tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan orang tersebut.

Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

teknik wawancara antara lain meminta jawaban responden dengan

bertatap muka melalui wawancara memerlukan keahlian tersendiri.

Sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata,

keramahan, kesabaran, serta keseluruhan penampilan sangat


berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh

peneliti. Oleh karena itu perlu latihan yang intensif bagi calon

pewawancara. Secara operasional M. Iqbal hasan mengemukakan

beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan wawancara :

1) Penampilan fisik, termasuk pakaian yang dapat

memberikan kesan apakah pewawancara dapat di percaya atau

tidak
2) Sikap dan tingkah laku
3) Identitas
4) Kesiapan materi wawancara
5) Membuat perjanjian dengan responden
6) Memulai wawancara secara sistematis
7) Mengontrol jalannya wawancara dengan memperhatikan

efisiensi dan optomalisasi waktu.


3. Daftar Pertanyaan Terstruktur (Kuesioner/ Angket)
Pada penelitian survey, penggunaan kuesioner/ angket

merupakan hal yang pokok untuk pengumpilan data dari

responden. Dari angket tersebut akan didapat jawaban berupa

angka-angka sehingga dapat dibuat tabel-tabel statistik. Angket

dapat dipandang sebagai suatu teknik penelitian yang banyak

mempunyai kesamaan dengan teknik wawancara kecuali dalam

pelaksanaannya. Yaitu angket dilaksanakan secara tertulis

sedangkan wawancara dilakuakan secara langsung atau lisan.


Dalam pengumpulan data dalam bentuk angket alat yang

digunakan disebut angket/ koesioner. Oleh karena itu langkah

pertama dalam teknik angket adalah menyusun angket. Menyusun

angket tidak hanya mendaftarkan petanyaan, melainkan harus


menaati peraturan-peraturan metodologis berpijak pada landasan

landasan fungsinya . M. Iqbal Hasan mengemukakan bahwa angket

yang baik harus memenuhi komponen berikut ini:


a) Subjek yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan

penelitian
b) Ajakan yaitu permohonan dari peneliti kepada responden

untuk ikut mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun

pernyataan yang tersedia


c) Petunjuk pengisian angket yang sudah dimengerti dan tidak

bias
d) Pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi

jawaban baik secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka.


Secara umum bahasa yang digunakan dalam bentuk pertanyaan

ataupun pernyataan harus memperhatikan kondisi dari responden

karena kalimat yang baik dalam bentuk angket adalah yang tidak

mengandung banyak penafsiran, tidak berbelit belit, jelas dan

sesuai sasaran. Berikut petunjuk teknis dalam menyusun kalimat

pertanyaan ataupun pernyataan dalam bentuk angket :


a. Pertanyaan hendaknya tidak menimbulkan penafsiran yang

lebih dari satu arti


b. Sederhana dan jelas
c. Hindarilah penggunaan kata sangkal dan berganda
d. Menggunakan kata yang umum di pakai
e. Mengandung jawaban yang sederhana
f. Hendaknya mengandung jawaban yang tidak terlalu sedikit

sehingga kurang lengkap


g. Hindarilah pertanyaan yang menyerap rasionalisasi dangkal
h. Hindarilah pertanyaan yang menghasilkan jawaban

stereotif.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.

Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan

tertulis disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan

pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data, bukti,

inpormasi kealamiahan yang sukar diproleh, sukar dditemukan,

dan membuka kesepatan untuk lebih memperluas pengetahuan

terhadap sesuatu yang di selidiki.


Adapun penggunaan metode dokumentasi dari penelitian

ini adalah untuk mengumpulkan data tentang seberapa besar

korelasi metodologi pembelajaran bahasa arab yang kreatif dan

inovatif terhadap peningkatan motivasi belajar peserta didik Di

MTs NW Rempung.
D. Analisis Data
Analisis dalam penelitian merupakan bagian penting dalam proses

penelitian karena dengan analisis inilah data yang ada akan tampak

manfaatnya, terutamma dalam memecahkan masalah penelitian dan

mencapai tujuan akhir penelitian. Bagi peneliti analisis data merupakan

kegiatan yang cukup berat guna menjawab suatu permasalahan.


Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan

data kedalam pola, klasifikasi, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dasar dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.28 Jadi analisis data adalah suatu proses untuk

mengatur data kemudian mengorganisasikan kedalam suatu pola atau

28 Suharsimi arikunto, didalam Khairurrazikin hal 29.


suatu proses yang merinci usaha secra formal untuk mengemukakan tema

dan ide sesuai dengan data yang dihasilkan dalam penelitian.


E. Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang

diteliti oleh peneliti dengan penjelasan yang diberikan tentang

dunia kenyataan serta kebenaran yang terjadi untuk menetapkan

kredibilitas atau keabsahan data. Sehingga data tersebut benar-

benar dianggap valid maka peneliti menggunakan beberapa tekhnik

sebagai penunjang keabsahan data tersebut antara lain :


1. Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan akan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, mengapa

demikian ? karena perpanjangan keikutsertaannya akan banyak

mempelajari teknik atau kemampuan guru dalam memberikan

pelajaran bahasa Arab kepada peserta didik. Perpanjangan

keikutsertaan disini maksudnya adalah peneliti secara rutin

melakukan observasi dan terjun kelapangan guna mendampingi

objek penelitian.

2. Kecukupan refrensi.

Menurut maleong mengemukakan bahwa sebagian alat

untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk

keperluan evaluasi film atau video-tape misalnya dapat digunakan

sevagai alat perekam pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk


membandingkan hasil yang diproleh dengan kritik yang

terkumpul.29 Jadi, bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat

digunakan sebagai pokok untuk menguji sewaktu diadakan analisis

dan penafsiran data.

29 Maleong, didalam Khaerurrazikin hal 31

Anda mungkin juga menyukai