Anda di halaman 1dari 54

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN

MAHARAH AL-KALAM (KETERAMPILAN BEBICARA) BAHASA


ARAB PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB DI
KELAS XI MADRASAH ALIYAH
BABUSSALAM TAKALAR

Proposal Penelitian

Diajukan untuk memenuhi syarat pelaksanaan penelitian skripsi


pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Oleh:

NUR ISMI HIKMATULLAH


NIM: 10220180037

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR


PERSETUJUAN DAFTAR ISI
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Hipotesis Tindakan
F. Pengertian Judul
G. Definisi Operasional

II.TINJAUAN PENELITIAN
A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya
B. Landasan Teori dan Kerangka Berpikir

III.METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain dan Prosedur Penelitian
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
D. Subjek Penelitian
E. Metode Pengumpulan Data
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


-Instrument Penelitian
-Komposisi Bab
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu dan sosial.

Dalam hubungannya dengan manusia sebagai

makhluk sosial,

terkandung suatu maksud bahwa manusia

bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari

individu yang lain. Secara kodrati manusia

akan selalu hidup bersama. Hidup bersama

antar manusia akan berlangsung dalam

berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam

kehidupan semacam inilah terjadi interaksi.

Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan

selalu dibarengi dengan proses interaksi dengan

sesamanya, maupun interaksi dengan alam

lingkungan, interaksi dengan sesamanya,

maupun interaksi dengan

Tuhannya, baik itu disengaja atau tidak disengaja. 1

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia

merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama

sekali mustahil bagi suatu kelompok manusia

dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi

(cita- cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia

menurut konsep pandangan hidup mereka. Belajar

adalah proses yang memungkinkan seseorang


4

Pada saat belajar, seseorang yang belajar harus dapat menangkap

makna sesuatu yang di baca atau dicermati, kemudian menyimpan dalam

hati. Implikasinya, belajar sesungguhmya merupakan kegiatan yang

sangat berat sehingga perlu dikondisikan, distimulasi, dimotivasi dan

dikembangkan agar dapat tumbuh secara maksimal. Demikianlah dapat

disimpulkan bahwa, tidak lain

dan tidak bukan hanya seorang guru yang memiliki peran, tugas dan

strategis yang tepat, dalam mengondisikan kegiatan belajar siswa menjadi kegiatan

belajar yang efektif. Kegiatan guru bersama siswa disebut pembelajaran, baik

didalam, maupun diluar kelas, yaiu adanya interaksi seorang guru saat

mengajar dan siswa yang sedang belajar.

Untuk mencapai situasi yang memberdayakan siswa,


dibutuhkan

kemampuan, kemauan, dan komitmen guru dalam memerankan siswa

semakin aktif terlibat sebagai pelaku pembelajaran. Mereka sedang berproses

menemukan jati diri dengan menggali dan menemukan kelemahan dan potensinya.

Kelemahan yang dialami berusaha diatasi dan potensinya berusaha

disalurkan dan dikembangkan melalui berbagai saluran media, jenis, dan

kegiatan pembelajaran. Akhirnya, melalui rangsangan yang di kondisikan

guru, mereka bisa bangkit secara mandiri, memecahkan masalahnya sendiri, dan

memberdayakan potensinya sendiri sebagai kekuatan internal-batiniah yang

menjadi lokomotif dalam mengembangkan kepribadian mereka selanjutnya.

Kemampuan atau kualitas seorang pengajar dapat mempengaruhi

tinggi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang baik

dapat menghasilkan jumlah dan mutu sumber daya memadai, dan sebaliknya,

jika
5

pendidikan yang diberikan buruk, maka mutu dan sumber daya yang

dihasilkan tidak akan memenuhi harapan.

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah disebutkan

mengenai sebuah janji dengan adanya kemerdekaan, yaitu melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesa, memajukan

kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 2

“Mencerdaskan kehidupan bangsa” menjadi kata kunci dari tujuan

kemerdekaan yang disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

dan menjadi tujuan yang harus dipenuhi oleh setiap anak bangsa Indonesia. Hal

ini dikarenakan pendidikan dianggap menjadi sebuah proses untuk mencapai

tujuan kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas tentu akan melahirkan juga

generasi yang berkualitas.

Pada tahun 1945, ketika Ir. Soekarno dan M. Hatta memproklamirkan

kemerdekaan bangsa Indonesia, angka buta huruf bangsa Indonesia sangat tinggi.

Namun dari tahun ke tahun seiring dengan berkembangnya zaman angka

buta huruf di Indonesia mulai mengalami penurunan. Penurunan angka buta

huruf di

Indonesia ini terjadi karena adanya proses pendidikan.

Pendidikan yang dilakukan tidak dapat dilepaskan dari peran guru sebagai penentu

berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan. Karna tugas seorang

guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tapi guru juga sebagai
2
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke IV
6

teladan yang dapat membentuk perilaku peserta didik. Oleh karena itu

terdapat dua hal yang harus dikuasai oleh guru, yaitu pembelajaran dan

kepemimpinan.

Pembelajaran bahasa asing merupakan proses yang kompleks dengan berbagai

fenomena yang rumit, tak terkecuali bahasa Arab. Maka dari itu, tidak

mengherankan jika bahasa Arab terkesan terasa sulit bagi sebagian besar orang-

orang di Indonesia untuk dipelajari, padahal setiap bahasa mempunyai

tingkat kesulitan dan tingkat kemudahan tersendiri tergantung pada

karakteristik sistem bahasa itu sendiri. 3

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa internasional yang terus

berkembang. Bahasa Arab adalah bahasa yang mulia karena merupakan

bahasa Al-Qur‟an, lebih jauh lagi ditegaskan dalam Al-Qur‟an

bahwa Allah

berkomunikasi dengan nabi Adam Alaihi Salam untuk memperkenalkan

namanama benda menggunakan bahasa Arab, karena itu kita wajib mempelajari

bahasa Arab, sebagaimana dalam Q.S Yusuf (12) : 2

ِ ‫نل َز نْ َأ‬
(۲) َّ‫انإ‬ ْ ‫ع انً آرْ ُق ُهَا‬
َ َ‫ك ََّلَعل ًّايِبر‬ ْ ِ‫نَ وُلق‬
ُ ‫ع َت ْم‬

Terjemahnya : “Sesunggguhnya Kami menurunkankannya sebagai Al Qur‟an

berbahasa Arab, agar kamu mengerti”.4

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang

diturunkan oleh Allah Swt. dengan berbahasa Arab yang fasih agar

dapatSyaiful Mustofa, Strategi Pembelajaransemua


Bahasa isi
Arabdan
Inovatif (Malang : UINterkandung
- Maliki Press,di
3
direnungkan dan dipahami makna yang
2011), hal. 1.
4
Kementerian Agama RI, Al-Qur,An dan Terjemahnya (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
dalamnya.
Al-Qur‟an, 2019),hal.235.
7

Mempelajari bahasa asing identik dengan mengenalkan dan menguasai

keterampilan dasar yang dalam istilah bahasa Arab disebut dengan Maharoh. Ada

setidaknya empat keterampilan dalam bahasa Arab yang harus dikuasai oleh

peserta didik, yaitu keterampilan menyimak (istima’), keterampilan berbicara

(kalam), keterampilan membaca (qira’ah), dan keterampilan menulis

(kitabah).

Dari keempat keterampilan, berbicara adalah keteraampilan yang penulis

gunakan untuk sebagai bahan penelitian.

Keterampilan berbicara (kalam) adalah kemampuan mengungkapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide,

pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih

luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan

dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia

untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya. 5 Bahkan

menurut Tarigan berbicara merupakan kombinasi faktor-faktor fisik,

psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara luas sehingga dapat

dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. 6

Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran merupakan suatu hal

yang sangat penting. Namun, cara menyampaikan materi itu dirasa lebih

penting daripada materi itu sendiri. Karena kemampuan seorang guru

dalam menyampaikan suatu materi ajar dapat berpengaruh terhadap

kemampuan siswa dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Dalam

beberapa penelitian,

5
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 136.
6
Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994),
h.
15.
8

telah ditemukan beberapa metode baru dalam pembelajaran, salah satunya

yaitu metode Hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan sebuah metode

yang meningkatkan kreativitas dan imajinasi siswa. Hypnoteaching berasal

dari dua kata yaitu hypnosis yang berarti mensugesti dan teaching yang berarti

mengajar.7

Hypnosis merupakan fenomena yang sering memunculkan opini yang

beragam. Walaupun keberadaannya sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu,

ternyata belum menghilangkan opini negatif tentang hypnosis.

Dikalangan masyarakat ada yang berpendapat bahwa hypnosis sebagai hal

yang positif, namun masih ada juga masyarakat yang bertanggapan bahwa

hypnosis sebagai hal yang negative. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa

hypnosis sebagai hal yang haram.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang lebih dalam,

hypnosis ternyata memiliki banyak manfaat yang bisa dirasakan dalam

berbagai bidang kehidupan manusia. Banyak diantara masyarakat yang telah

merasakan manfaat dari adanya hypnosis itu sendiri. Bahkan dalam

perkembangannya hypnosis telah masuk dan diajarkan pada berbagai profesi,

serta telah banyak memiliki banyak cabang. 8

Hypnoteaching membahas mengenai pendidikan dalam hypnosis. Bahkan lebih

dalam lagi pada hypnoteaching membahas mengenai pola komunikasi yang

dilakukan guru terhadap siswa. Karena pada prinsipnya, guru adalah seorang
7
Hadi Kasmaja, Efektivitas Implementasi Metode Hypnoteaching Untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP Negeri, (Jurnal of EST, p-ISSN: 2460-
1497 e-ISSN: 2477-3840, Vol 2 No. 1, April 2016), h.3.
8
Iik Hikmatul Hidayat, Konsep Hypnoteaching dalam Al-Qur’an, Studi atas komunikasi guru
dengan mrid dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19, (FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2019).
9

hypnotis bagi muridnya. Karena komunikasi yang dilakukan oleh seorang

guru dapat mempengaruhi muridnya. Emosi, bahasa tubuh, dan kata-kata

yang dikeluarkan guru dapat mempengaruhi siswa. Oleh karena itu,

suksesnya pembelajaran berasal dari terciptanya koneksi antara guru dan siswa

yang begitu kuat sehingga meningkatkan suasana hati dan menguatkan

motivasi belajar

siswa.9

kunya menyatakan bahwa, untuk menciptakan konektifitas antara guru dan murid

maka guru perlu membangun komunikasi yang baik dengan muridnya. Dan

komunikasi yang baik hanya akan terjadil ketika keduanya memahami

bahasa yang digunakan serta adanya respon yang baik dari guru dan murid. 10

Namun, banyak guru yang tidak sadar serta tidak paham mengenai hal ini.

Sehingga tanpa disadari ketika guru melakukan komunikasi yang salah ia telah

memberi dampak negatif terhadap perilaku murid.

Salah satu faktor keberhasilan penyelenggaraan yang sangat memengaruhi

pendidikan adalah kemampuan guru dalam menyiapkan anak didiknya

melalui proses pembelajaran yang berlangsung. Melalui komunikasi yang baik,

guru dapat membimbing dan membersamai anak didik dalam menjalani proses

pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Selain itu penerapan metode

pembelajaran yang tepat juga akan membuat anak didik lebih mudah dalam

menerima informasi yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, proses

pembelajaran dikatakan berhasil ketika anak didik dapat menguasai materi

yang guru sampaikan dan telah mencapai tujuan pembelajaran yang

ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hal

9
Eric Jensen, Super Teaching, (California: 2009, A Sage Company), h. 121.
Alfred H. Gorman, Teachers and Leaners The Interactive Process of Education, (Boston: 1971,
10

Fourt Printing), h. 26.


10

tersebut, guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, guru hendaknya

dapat merancang proses pembelajaran dengan baik. Sebab guru merupakan kunci

utama dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal.

Untuk membantu meningkatkan prestasi belajar dan perkembangan anak didik,

seorang guru memang perlu menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan

menarik. Dengan kondisi yang menyenangkan, anak didik pun akan lebih mudah

dalam menerima dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena

itu guru perlu memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan bersama

anak didiknya.11

Berdasarkan hasil observasi awal saya di MA Babussalam Takalar kelas XI

Bersama salah satu guru Bahasa Arab Wiwin Fauziah, S.Pd.

Beliau

mengatakan bahwasannya masih ada siswa terkhususnya di kelas XI yang masih

belum fasih dalam menggunakan bahasa Arab. Bukan hanya itu bahkan masih

ada yang kesulitan baik dalam mengenal maupun mengucapkan langsung kalimat

Bahasa Arab tersebut.

Dengan adanya penjelasan masalah diatas peneliti

tertarik untuk menggunakan metode yang tepat dalam

pembelajaran Bahasa Arab yaitu dengan

metode Hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang

dalam menyampaikan materi, guru memakai bahasaa-bahasa bawah sadar

yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada peserta didik, agar peserta

didik mudah memahami dan mampu meningkatkan kemampuan belajar Bahasa

Arab itu sendiri.


11
N. Yustisia, Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik, (Jakarta: Ar-
Ruzz Media 2012), Cet. IV, h. 7
11

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

mengambil judul “Penerapan Strategi Hypnoteaching dalam Meningkatkan

Maharah Al-Kalam (Kemampuan Berbicara) Bahasa Arab Peserta

Didik Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas XI Madrasah Aliyah

Babussalam Takalar”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengajukan dua

rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana Penerapan Strategi hypnoteaching untuk meningkatkan Maharah

Al-Kalam (keterampilan berbicara) Bahasa Arab peserta didik kelas XI

Madrasah Aliyah Babussalam Takalar?

2. Apakah metode hypnoteaching efektif untuk meningkatkan Maharah Al-

Kalam (keterampilan berbicara) Bahasa Arab pada pembelajaran bahasa

Arab siswa kelas XI Madrasah Aliyah Babussalam Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah penulis ingin

mengubah cara pandang masyarakat terhadap hypnosis serta memberikan

pemahaman baru tentang korelasi antara komunikasi dalam hypnoteaching. Secara

rinci. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1.Untuk mengetahui konsep hypnoteaching dalam meningkatkan prestasi

belajar bahasa Arab.

2.Mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru tentang hypnoteaching.

D. Manfaat Penelitian
12

1. Temuan dalam skripsi ini memberi kontribusi baru bagi metode pembelajaran

bahasa Arab dengan pendekatan Hypnoteaching. Sekaligus

memperkaya khazanah teori pendidikan, khususnya dibidang

pengembangan metode pembelajaran.

2. Penelitian ini diharapkan bisa jadi bahan pertimbangan dalam mengatasi

permasalahan pembelajaran bahasa Arab khususnya, mata pelajaran lain pada

umumnya, demi meningkatkan prestasi belajar siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian

rumusan masalah. Disebut sementara karena hipotesis ini baru

merupakan jawaban terhadap penelitian sebelum dilaksanakan. Berdasarkan

kerangka teori

yang telah diuraikan sebelumnya maka, untuk memberikan jawaban

sementara mengenai objek penelitian, penulis mengajukan hipotesis adalah

sebagai berikut:

1. Penerapan Strategi hypnoteaching untuk meningkatkan Maharah Al-Kalam

(keterampilan berbicara) Bahasa Arab pada pembelajaran bahasa Arab

siswa kelas XI Madrasah Aliyah Babussalam Takalar.

2. metode hypnoteaching efektif untuk meningkatkan Maharah Al-Kalam

(keterampilan berbicara) Bahasa Arab pada pembelajaran bahasa Arab siswa

kelas XI Madrasah Aliyah Babussalam Takalar.


F. Pengertian Judul
13

Untuk menghindari salah pengertian tentang makna istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi

oprasional sebagai berikut:

1.Penerapan Strategi

Strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti

cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau

laut. Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur

suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering dikemukakan bahwa

strategi merupakan teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. 12

2.Hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang


memakai sugesti-

sugesti positif untuk mencapai alam bawah sadar anak didik. C.

George B. menjelaskan bahwa sebenarnya suara manusia akan selalu

kebermaknaan yang lebih besar dan intrinsic dibandingkan dengan alat apapun

yang dipakai dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, secanggih apa pun

suatu media atau alat bantu pembelajaran, masih tidak jauh lebih baik bila

dibandingkan dengan suara atau kata-kata yang diucapkan gurunya.

Selain itu, metode hypnoteaching juga bisa dilakukan dengan mengubah

persepsi guru terhadap anak didik. Sebab, melalui persepsi yang positif dari anak

didi, guru pasti akan lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran. 13

3.Prestasi Belajar

Yameelah Nongjik, Strategi Pembelajaran Aktif dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab di
12

SMK Berbasis Pesantren Al-Kautsar Karangsuci Purwokerto, (FTIK IAIN Purwokerto, 2019).
13
N. Yustiaia, Op.cit,h.8
14

Prestasi diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai dari apa

yang dikerjakan atau yang diusahakan. Seseorang dianggap berprestasi, jika dia

telah meraih sesuatu hasil dari apa yang di usahakannya, baik karena hasil

belajar, bekerja, berlatih keterampilan dalam bidang tertentu.

4.Peserta Didik

Peserta didik merupakan individu yang sedang berkembang. Dengan kata

lain, peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan yang tengah terjadi

dalam dirinya secara wajar. Baik yang ditunjukkan kepada dirinya sendiri

maupun dalam proses adaptasi dengan lingkungannya. Anak didik atau peserta

didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam proses pendidikan.

Mereka berperan sebagai pokok persoalan dalam segala proses pembelajaran. 14

5.Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran subtansinya adalah kegiatan yang dilakukan

secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajari materi

tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Sementara itu,

bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dunia yang telah mengalami

perkembangan sosial masyarakat dan ilmu pengetahuan. Dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran Bahasa Arab adalah kegiatan mengajar yang

dilakukan oleh guru untuk mengajarkan Bahasa Arab kepada peserta

didik untuk mencapai tujuan pembelajaran-pembelajaran yaitu

pembelajaran Bahasa Asing.


G. Definisi Operasional

14
Op.cit.
15

Berdasarkan uraian diatas yaitu dapat disimpulkan bahwa definisi

oprasional yaitu karya ilmiah serta sistematika tentang meningkatkan

kemampuan berbicara bahasa Arab dengan penerapan strategi Hypnoteaching

kelas XI di Madrasah Aliyah Babussalam Takalar, dengan menggunakan

strategi Hypnoteaching ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara

(maharah al-kalam) bahasa Arab peserta didik.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan dengan Penelitian


Sebelumnya

Sebelum penelitian ini dilakukan peneliti

telah menelusuri beberapa hasil penelitian

terdahulu yang memiliki hubungan dengan

penelitian yang peneliti

lakukan. dalam proses penulisan ini,

penulis mendapatkan kajian yang relevan baik

dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi.

diantaranya sebagai berikut:

1.Iik Hikmatul Hidayat, FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2019 dalam

Skripsinya “Konsep Hypnoteaching dalam Al-

Qur’an, Studi atas komunikasi guru dengan

murid dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19). 15

Persamaan pada penelitian ini terletak pada

mengetahui bagaimana konsep

pembelajaran Hypnoteaching.

Adapun perbedaan penelitian

sebelumnya dengan penulis yang sekarang

terletak pada jenis pnelitiannya. Penelitii yang

dulu membahas tentang bagaimana konsep


15
Iik Hikmatul Hidayat, Op.cit.
komunikasi antara guru dengan murid dalam QS.

Luqman: 16

19. Sedangkan penulis ini

membahas tentaang bagaimmana strategi


Adapun persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu didalamnya

juga membahas tentang bagaiman pandangan Hypnoteaching kebanyakan

dianggap sebagai suatu hal yang negative dikalangan Masyarakat.

Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penulis yaitu terletak pada

jenis penelitiannya. Diamana penelitian ini menggunakan penelitian

kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang pengumpulan

datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literature.

Sedangkan penulis menggunakan penelitian tindakan kelas (Study

Hall Activity Exploration).16

3. Abdul Kahfi Amrullah, Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2019.

Dalam

Skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode

Hypnoteaching Sebagai Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar

Bahasa Arab Siswa Kelas XI MAN 1 Yogyakarta”.

Relevansi antara penelitian ini dengan penulis adalah sama-sama menggunakan

metode hypnoteaching, namun perbedaannya terletak pada

pengaruhnya. Peneliti yang terdahulu lebih memfokuskan pada peningkatan

motivasi belajar,

sedangkan penulis focus untuk meningkatkan prestasi belajar.

B.Landasan Teori

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran adalah upaya untuk belajar. Pembelajaran disebut juga

sebagai proses perilaku dengan arah positif untuk memecahkan mslah

personal,
16
Hendri Sujatmik, Konsep Hypnoteaching Menurut Buku Hypnoteaching for Succes
Learning Karya Mohammad Noer dan Relevansinya dengan Pembelajaran PAI, (FTK UIN
ekonomi, sosial dan politik yang ditemui oleh individu, kelompok dan komunitas.

Perilaku diartikan sebagai sikap, ide, nilai, keahlian dan minat individu.

Sedangkan arah positif merujuk kepada apa yang meningkatlan diri, orang

lain dan komunitas.17

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran (proses belajar

mengajar) adalah suatu aktifitas (upaya) seorang pendidik yang di sengaja untuk

memodefikasi (mengorganisasikan) berbagai komponen belajar mengajar yang

diarahkan tercapainya tujuan yang ditentukan. 18

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dunia yang telah mengalami

perkembangan sosial masyarakat dan ilmu pengetahuan. Bahasa Arab (al-lugha

al-‘Arabiyyah) atau secara mudahnya Arab, adalah sebuah bahasa semitik

yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi.

a.Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa

Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya, guru perlu mempertimbangkan

prinsip dasar sebagaipanduan dalam kegiatan kelas bahasa asing. Prinsip daasar ini

dapat mempermudah langkah yang akan dilakukan dalam pengakaran. Dalam

hal ini brown mengemukakan prinsip yang harus diketahui oleh guru bahasa

yang meliputi prinsip kognitif, efektif, dan linguistik.

b.Tujuan pembelajaran bahasa Arab

Bahasa Arab dalam pandangan pemerintah adalah bahasa asing. Hal ini

terbukti dalam peraturan Menteri Agama RI nomor 21 tahun 2008 tentang

Standar Kompetensi dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
17
Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006),
hlm, 29.
18
Yameelah Nongjik, Op.cit, h. 37.
Arab. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa

Arab adalah.19

2. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang

dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai

ke

tahap evaluasi., serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mrncapai tujuan tertentu, yaitu pengajaran. 20

1.Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan

strategi pembelajaran:21

a. Faktor tujuan

Tujuan pengajaran menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki siswa

setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.

b. Faktor materi

Dilihat dari hakekatnya, materi pembelajaran memiliki karakteristik yng

berbeda-beda. Karakteristik materi pembelajaran membawa implikasi

terhadap penggunaan cara dan tehnik dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Faktor siswa

Siswa menjadi pihak yang berkepentingan di dalam proses belajar mengajar,

sebab tujuan tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengjar

adalah untuk mengubah perlaku siswa itu sendiri.

19
Yameelah Nongjik, Op.cit, h. 41
20
Sihandarwassid, Dadang Sunedar, M.hum, Strategi Pembelajaran Bahasa,
(Bandung Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 2-9.
21
Yameelah Nongjik, Op.cit, h. 10
d. Faktor waktu

Faktor waktu dibagi menjadi dua bagian, yaitu menyangkut jumlah waktu

dan kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa lama

waktu yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar

untuk satu mata pelajaran (menit atau jam). Hal yang menyangkut dengan

kondisi waktu ialah kapan atau pukul berapa pelajaran tersebut dilaksanakan

(pagi, siang atau malam).

e. Faktor Guru

Faktor guru adalah salah satu faktor yang memegang peranan penting

diantara faktor-faktor yang ada. Pertimbangan semua faktor tersebut diatas

akan sangat bergantung kepada kreativitas guru.

2. Istilah-istilah dalam strategi pembelajaran

Terdapat banyak istilah yang maknanya dapat disamakan dengan istilah

“strategi” beberapa diantaranya adalah model, pendekatan, strategi,

metode dan teknik.

3. Komponen strategi pembelajaran

Bahwasannya strategi pembelajaran meliputi lima komponen, yaitu: (a)

kegiatan pembelajaran pendahuluan, (b) penyampaian informasi, (c)

partisipasi peserta didik, (d) evaluasi, dan (e) kegiatan lanjutan atau follow

up.

a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran pendahuluan merupakan cara dan upaya guru dalam

menjelaskan tujuan pembelajaran dan melakukan apresiasi. Pada

kegiatan pendahuluan ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta

didik atas
materi yang akan disampaikan dalam kurun waktu tertentu, pada bagian ini

memegang peranan penting karena menjelaskan proses pembelajaran secara

keseluruhan.

b.Penyampaian informasi

Kegiatan ini dilakukan di dalam ruang kelas atau dalam rangkaian


proses

belajar mengajar. Dalam penyampaian informasi ini dibutuhkan

keahlian seorang guru untuk meramunya menjadi sebuah kegiatan yang

menarik dan menyenangkan, agar dalam mentransfer ilmu pengetahuan

tercipta situasi yang kondusif.

c.Partisipasi peserta didik

Proses pembelajaran saat ini peserta didik harus memiliki peran yang lebih

utama. Artinya, untuk menjadikan peserta didik diharuskan lebih aktif

dalam proses pembelajaran

d.Evaluasi

Evaluasi diperlakukan untuk mengukur keberhasilan proses

pembelajaran yang telah dilakukan., evaluasi dapat berbentuk umpan balik

yang dilakukan oleh guru pada akhir proses pembelajaran yang

berlangsung, atau dalam bentuk pretest, maupun dalam bentuk

memberikan soal-sol tes. Evaluasi yang diberikan bisa berupa tes lisan

ataupun tes tulis.

e.Kegiatan lanjutan (follow up)

Kegiatan lanjutan ini perlu dilakukan oleh guru agar tercipta pembelajaran

berkelanjutan. Bentuk kegiatan lanjutan ini berupa bemberian tugas


pekerjan rumah (PR), kegiatan-kegiatan yang bersifat positif, tugas bersama

atau tugas kelompok, dan lain sebagainya.

3. Pengertian Hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan perpaduan dari dua kata yaitu Hypnosis dan

Teaching. Hypnoteaching termasuk ke dalam bagian ilmu hypnosis

yang

dikembangkan di dunia pendidikan. Oleh karenanya untuk memahami

bagaimana hypnosis digunakan dalam proses pembelajaran, maka seorang

guru harus konsep dasar hypnosis secara komferensi terlebih dhulu.

Hypnosis secara bahasa berasal dari kata Hypnosis. Penamaan ini diambil

dari nama dewa Hypnos yang berasal dari yunani yang berarti Dewa Tidur. 22

Hypnosis memang diambil dari nama Dewa Yunani yaitu dewa


Hypnos

tau Dewa Tidur. Namun bukan berarti bahwa hypnosis sama dengan

tidur. Kondisi tidur hypnosis berbeda dengan kondisi tidur pada

umumnya. Kondisi tidur seseorang akan menjadi sangat sadar dan sangat

focus sehingga ia masih bisa mengendalikan dirinya serta masih bisa

merasakan yang terjadi disekitarnya. Sedang tidur yang terjadi pada

umumnya ia tidak bisa mengendalikan dirinya dan tidak tahu mengenai hal

yang terjadi di sekitarnya.

Berdasarkan catatan sejarah, hypnosis pertama kali diberikan oleh James

Braid yang dinobatkan sebagai Father of Hypnosis. Namun, jauh

sebelum itu, kemudian ditemukan pertemuan baru bahwa hypnosis

bisaIndonesia Board of Hypnoteraphy,


membuatBasic
clientHypnoteraphy, (Jakarta:
ini IBH, 2015), h. 1-2
22
dilakukan tanpa tertidur. Istilah kemudian dikenal

dengan Mono Ideism yang berarti ketika manusia focus pada satu hal, maka

critical area yang ada terbuka,


sehingga bisa masuk ke alam bawah sadar. Jadi pada dasarnya, tidak ada kaitan

antara hypnosis dengan tidur. Adapun penamaan ini, karena James Braid

ketika pertama kali melihat peristiwa hypnosis “seperti tidur”. Dan ketika

hendak diubah, istilah ini telah menyebar di kalangan masyarakat sehingga

ada sampai saat ini. Maka secara bahasa hypnosis dapat diartikan sebagai

imajinasi yang

dipandu.23

W. Gunawan seorang pakar hypnosis dalam bukunya memberikan definisi

hypnosis secara istilah sebagai berikut.

1.Hypnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat

sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.

2.Hypnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga

mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan

gelombang otak.

3.Hypnosis adalah seni eksplorasi alam bawah sadar.

4.Hypnosis adalah kondisi kesadaran yang meningkat.

5.Hypnosis adalah suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh sugesti. 24

Hypnosis juga diartikan sebagai penembusan faktor kritis pikiran sadar

dan diikuti dengan diterimanya suatu sugesti atau ide sehingga menyebabkan

perubahan perilaku pada tatanan mental dan emosional .25 Definisi

lain menyebutkan bahwa hypnosis adalah suatu keadaan trance yang mirip
23
Farid Wajdi, Interview, “Sejarah Hypnosis”, (FWN School: 02 Januari 2019).
dengan 24 Adi W. Gunawan, Hypnosi: The Art of Subconciuous Communication, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 3.
25
MD. Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orang Tua,
(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2010), h. 72.
tidur normal ketika persepsi dan ingatan diubah, sehingga meningkatkan

ketanggapan terhadap sugesti.26

Dari beberapa pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa hypnosis

merupakan sebuah cara menyampaikan pesan kepada orang lain atau kepada diri

sendiri tanpa dikritisi. Atau dapat juga dikatakan sebagai suatu mekanisme

persuasif yang dilakukan baik sengaja atau tidak disengaja,

sehingga memudahkan subjek memasuki kondisi hypnotic atau trance (kondisi

mirip tidur), agar subjek menerima induksi data dalam pikiran bawah sadar

dan mampu berikiran, merasakan dan bertindak sesuai dengan sugesti yang

diberikan. Jadi, ketika sebuah ide kita sampaikan kepada orang lain, dan dia

menerimanya secara penuh, yang kemudian mempengaruhi dirinya, baik

terpengaruh fikirannya,

perbuatannya, ataupun perasaannya, maka itulah definisi hypnosis.

Berdasarkan definisi tersebut, maka hypnteaching dapat diartikan sebagai

perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar (Conciuous Mind) dan

pikiran bawah sadar (Subconciuous Mind).27 Secara sederhana, hypnoteaching

berarti menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa alam

bawah sadar.28 Dalam sumber yang lain, hypnoteaching diartikan sebagai

salah satu strategi mengajar yang dapat meningkatkan motivasi dan kualitas
26
C. Roy Hunter, The Art of Hypnosis: Mastering Basic Techniques, Third Edition,
belajar
Terj. Paramita, PT. Indeks, dalam skripsi Iik Hikmatul Hidayat, Konsep Hypnoteaching
dalam Al- Qur’an, Studi atas komunikasi guru dengan mrid dalam Al-Qur’an surat Luqman
ayat 12-19, (FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).
27
Novian Triwidia Jaya, Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar”, (Bekasi, D-Brain,
2010), h. 4.
28
Hasbullah dan Rahmawati, Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap
Motivasi Belajar Mahasiswa Indarprasta PGRI, (Jurnal Formatif 5 (1): 83-90, ISSN : 2088 351X,
2015), h. 84.
siswa.29.

Dalam konsep hypnoteaching guru tidak hanya memberikan materi ajar

kepada siswa, tetapi juga sekaligus sebagai pembimbing dan memberikan sugesti

baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya dalam hypnoteaching, guru

juga perlu memahami karakteristik komunikan yang dihadapi.

Dalam teori psikologi, terdapat empat teori yang menjelaskan tentang

karakter manusia, yaitu teori psikoanalisis, behavioris, kognitif dan teori humanis.

Dari ke empat teori yang ada, karakter yang tampak dalam diri

manusia merupakan perpaduan dari ke empat pendekatan itu. Sesekali,

manusia bisa menjadi makhluk yang sangat menuruti kemauannya, namun

pada waktu yang lain ia bisa menjadi makhluk yang berpikir logis. Atau

pada saat tertentu ia menerima proses kebiasaan dari lingkungannya, namun

pada saat yang lain ia mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai kemanusiaan

yang dimilikinya.30

Dari beberapa penjelasan tersebut, maka hypnoteaching merupakan metode

yang digunakan dalam dunia pendidikan untuk mencapai keberhasilan dalam

proses belajar mengajar. Dalam penerapannya, metode ini menggunakan

teknik hypnosis, sehingga pikiran siswa akan dikondisikan pada kondisi

alpha. Pada kondisi inilah siswa akan mudah dipengaruhi dan mudah

menerima informasi yang disampaikan dalam jangka waktu yang lama.

4. Gelombang Otak dalam Hypnoteaching

Penggunaan hypnosis dalam pembelajaran (hypnoteaching) bukan seperti yang

29
Salami, Hypnoteaching dan Hypnotic Teacher, (Jurnal Pendidikan Vol. 3 No 1. Januari-
Juni 2017), h. 36.
30
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018),
h. 22-37.
ditayangkan di media seperti acara Uya Kuya, Romy Rafael, dan lain sebagainya.

Hypnosis dalam pembelajaran hanya digunakan untuk menurunkan

gelombang otak sehingga proses pembelajaran menjadi nyaman dan segala

sugestiatau materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik

oleh murid. Jadi pada dasarnya, hypnoteaching merupakan komunikasi dengan

bawah sadar siswa yang

dilakukan dengan berbagai teknik.

Untuk dapat menurunkan gelombang otak seseorang, terlebih dahulu kita

mengetahui pembagian gelombang otak. Berikut merupakan

pembagian gelombang otak:31

1.Beta

Gelombang ini memiliki frekuensi sekitar 14-30 Hz. Pada gelombang beta ini,

seseorang berada pada kondisi normal. Gelombang ini ditandai dengan adanya

pemikiran yang bercabang. Gelombang ini sangat baik digunakan jika

seseorang ingin memikirkan sesuatu secara bersamaan dan ingin menyerap

informasinya dengan cepat.

2.Alpha

Gelombang ini memiliki frekuensi 8-13,9 Hz. Pada kondisi ini, seseorang akan

mengalami kondisi relax dan fokus tunggal. Gelombang otak alpha sangat baik

digunakan dalam proses pembelajaran. Karena pada gelombang ini seseorang akan

lebih mudah menerima informasi dari biasanya. 32


3. Theta

31
Muhammad Zuhri Dj & Sukarnianti, Using Hypnoteaching Strategy to ImproveStudents Writing
Ability, (STAIN Watampone: Dinamika Ilmu, 2015), Vol 15, h. 191.
32
Op.cit.
Gelombang ini memiliki frekuensi 4-7,9 Hz. Gelombang tetha sering

disebut sebagai kondisi meditasi. Pada kondisi ini, seseorang akan sangat lebih

mudah untuk melakukan penyembuhan secara mental. Serta banyak

yang memanfaatkan gelombang ini untuk melakukan perubahan perilaku

secara cepat, peningkatan pemahaman terhadap materi ajar serta digunakan

untuk

berkomunikasi dengan alam bawah sadar (unconciuous mind).

4. Delta

Gelombang delta memiliki frekuensi 0,1-3,9 Hz. Gelombang ini

merupakan gelombang terakhir dan memiliki frekuensi yang paling dalam.

Orang yang berada pada gelombang ini biasanya mengalami tidur lelap tanpa

mimpi. Selain itu, orang yang berada pada gelombang delta juga biasanya

dialami oleh orang

yang sedang koma.

Dari pemaparan berbagai gelombang otak di atas, maka dapat dipahami

bahwa gelombang otak yang sangat baik untuk digunakan metode

hypnopteaching adalah pada gelombang alpha. Karena pada gelombang ini

siswa berada pada alam bawah sadar. Kondisi ini sangat baik digunakan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat masuk

ke gelombang ini guru terlebih dulu harus mengkondisikan gelombang

beta ke dalam alpha. Agar bisa mengkondisikan gelombang beta,

guru dapat melakukannya dengan melakukannya dengan berbagai

permainan, humor, atau dengan bercerita terlebih dahulu sebelum pembelajaran


33
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), h. 90-109.
dimulai.33
5. Langkah-Langkah Melakukan Hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan

teknik hypnosis sehingga memudahkan siswa untuk menerima saran,

informasi, dan meteri pembelajaran dengan mudah. Penggunannya yang

mudah membuat metode ini dapat diterapkan oleh semua guru. Namun,

sebelum mengetahui

langkah-langkahnya, hypnotic teacher harus mengetahui terlebih dahulu

ciri-ciri siswa yang telah masuk dalam keadaan trance. Dalam

sebuah pelatihan hypnotherapy yang diadakan pada 6-7 Januari 2019,

disebutkan bahwa setidaknya terdapat 5 tanda orang yang telah masuk ke

dalam kondisi trance, yaitu fokus tunggal, meningkatnya kemampuan

seluruh atau sebagian panca indra, terjadinya relaksasi fisik, mata memerah,

serta pernafasan yang teratur.24

Adapun langkah-langkah pelaksanaan hypnoteaching pada intinya terbagi

menjadi 3 bagian yaitu, conditioning, kegiatan inti, dan empowerment.34

1. Conditioning

Conditionng atau Opening merupakan hal yang penting dalam memulai suatu

pembelajaran. Tujuan adanya conditioning adalah

untuk menyamakan frekuensi pikiran dan perasaan siswa

dengan guru sehingga terciptanya learning state atau kondisi yang siap

untuk belajar. Karena informasi yang disampaikan akan mudah diterima

ketika memiliki frekuensi pikiran dan perasaan yang sama, dalam istilah

NLP (Neuro Language Programming) disebut pacing.35 Untuk

mendapatkan pacing, yang harus dilakukan guru

34
AsType equation here.ian Hypnotherapist Association, Train The Trainer Hypnosis
and Hypnotherapy,(Jakarta: AHA, 04-06 Januari 2019).
35
Farid Wajdi, Neuro Linguistic Programming for Trainer, (Jakarta: FWN Business and
Motivator School, 2018), h. 11
adalah:

a)Berdo’a bersama

Berdo’a bersama dapat menyamakan frekuensi otak. Karena ketika berdo’a,

semua orang berada dalam posisi yang sama. Kata-kata yang diucapkan pun

sama, sehingga hal ini lah yang menurunkan gelombang otak sehingga

membuat siswa menjadi lebih relax dan siap menerima-materi pelajaran.

b)Ice breaking

Ice breaking dilakukan untuk mengetahui tingkat fokus seseorang serta

untuk membuat suasana lebih terasa nyaman. Dalam pelaksanaannya ice

breaking bisa dilakukan dengan berbagai variasi, seperti dengan melakukan

senam otak yang digunakan untuk menyeimbangkan fungsi kerja otak kiri dan

kanan.

Jika pacing telah dilakukan, maka selanjutnya adalah lakukan leading.

Leading berarti memimpin atau mengarahkan, leading ini mudah dilakukan

ketika pacing telah dilakukan. Karena siswa telah nyaman dengan guru,

sehingga apapun yang diperintahkan oleh guru akan diterima dan dilakukan

dengan bahagia. Pada saat inilah guru bisa mengarahkan siswa untuk

mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan. 36

2. Kegiatan Inti

Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Dalam

menyampaikan materi, yang harus dipahami oleh guru adalah

prinsip komunikasinya. Agar materi dapat disampaikan dengan baik dan

menarik, maka

36
Op.cit.
yang ia harus mampu mengkombinasikan 3 v (Vokal, Visual dan Verbal).

a)Vokal

Pertama, yang harus dimiliki oleh guru ketika menyampaikan materi ajar

adalah harus pandai memainkan vokal suara. Vokal disini berarti erat

kaitannya dengan tinggi rendahnya suara yang digunakan.

Vokal disini terbagi menjadi 3 tingkatan, yaitu vokal full, setengah, dan

seperempat.37 Pertama vokal dengan menggunakan nada full. Biasanya ini

digunakan untuk melakukan orasi. Guru yang mengajar di tempat terbuka

dengan jumlah siswa yang banyak ia bisa menggunakan vokal full dalam

mengajar. Kedua, vokal setengah. Nada setengah ini, biasanya digunakan

untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, vokal

seperempat. Suara dengan nada seperempat biasanya digunakan untuk

melakukan penegasan atau bisa juga digunakan untuk menyampaikan materi inti

yang berisi mengenai hal penting yang ingin disampaikan.

b)Visual

Kedua, yang harus dimiliki oleh guru ketika mengajar adalah pandai

memainkan visual. Dalam hal ini, visual diartikan sebagai gerakan tubuh

atau lebih populer dikenal dengan mimik atau gesture . Seorang guru, tentu harus

pandai bermain peran. Artinya pendai memainkan wajah atau memainkan

peran sesuai dengan materi yang diajarkannya.

c)Verbal

Ketiga, yang harus dimiliki oleh guru ketika mengajar adalah memiliki

37
Indonesian Public Speaking Academy, Train The Trainer (Certified Trainer &
Outbond Fasilitator), (Batang: Tazakka Institute Foundation, 2016), h. 7.
verbal yang baik. Verbal disini berarti kejernihan kata-kata atau artikulasi .38

Untuk menjadi guru yang baik dan didengar oleh murid, tidak cukup dengan

menguasai visual dan vokal yang baik, tapi juga setiap kata yang diucapkan

oleh guru harus jelas. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan

kata yang bermakna ganda.

Ketiga hal di atas merupakan syarat bagi seorang guru yang ingin

menyampaikan materi dengan baik dan tentunya didengar oleh murid.

6.Prinsip-Prinsip dalam Hypnoteaching

Hypnoteaching bukan merupakan hal yang baru. Keberadaannya dalam

bidang pendidikan telah memberikan warna baru dalam hal strategi

pembelajaran. Pada prinsipnya, hypnoteaching merupakan proses

penurunan gelombang otak menjadi

lebih rileks dan siap digunakan dalam menghadapi proses

pembelajaran. Dalam hal ini, guru menjadi peran utama dalam keberhasilan

pelaksanaan hypnoteaching. Oleh karena itu, seorang guru harus

memperhatikan prinsip- prinsip dalam melakukan hypnoteaching. Prinsip-

prinsip itu adalah.39

a. Mengidentifikasi kebutuhan murid. Mengetahui kebutuhan murid

merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan oleh guru sebelum

memulai pembelajaran. Dengan mengetahui kebutuhan murid, guru

akan dengan mudah memberikan materi ajar.

b. Membuat afirmasi atau mengatakan sesuatu yang positif untuk murid. Hal

ini dimaksudkan untuk melatih ide atau kreatifitas siswa. Karena afirmasi

erat kaitannya dengan imajinasi.

38
Op.Cit.
39
Muhammad Zuhri Dj & Sukarnianti, Op.Cit. h. 188-189.
c. Menggambarkan ide dan kreativitas siswa dan menghubungkannya dengan

materi ajar yang sedang dipelajari.

d. Merefleksikan kegiatan belajar sebelum proses pembelajaran ditutup.

Ini bertujuan untuk memperkuat ingatan siswa dalam menyerap materi ajar.

7. Pembelajaran Bahasa Arab dan Hubungannya dengan


Hypnoteaching

Mempelajari bahasa asing identik dengan mengenalkan dan menguasai

keterampilan dasar yang dalam istilah bahasa Arab disebut dengan

Maharah, ada setidaknya empat keterampilan dalam bahasa Arab yang

harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu keterampilan menyimak

(Istima’), keterampilan berbicara (kalam), keterampilan membaca

(qira’ah), dan keterampilan menulis (kitabah).40

Hypnoteaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang baru

dalam pembelajaran Bahasa Arab. Hypnoteaching ini ada berawal

dari hipnoterapi dalam berbagai bidang seperti kesehatan, keagamaan,

psikologi dan lambat laun merambah ke dalam bidang pendidikan,

sehingga kemudian berubah nama menjadi hypnoteaching. Guru bahasa

sebaiknya peduli tentang keterampilan ini, akan kenyataannya banyak guru

yang mengetahui pentingnya

”alat bantu“ mengajar berupa metode pembelajaran dalam proses

mengajar. Beberapa diantaranya menggunakan metode belajar yang

kurang relevan dengan kondisi para siswa dan esensi materi ajar.

Dengan demikian masalah yang coba di munculkan dalam riset ini adalah

kurangnya metode efektif dan menarik serta relevan yang digunakan

oleh guru bahasa Arab. Metode

40
Abdul Kahfi Amrullah, Hypnoteaching Sebagai Inovasi Metode Pembelajaran Bahasa Arab
yang Menyenangkan di Madrasah Aliyah, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). h,2-3.
hypnoteaching adalah salah satu solusi alternative yang dianggap

dapat mendorong siswa untuk belajar serta mengusir bosan dan jemu ketika

belajar bahasa Arab.

C. Kerangka Berpikir

Strategi pembelajaran meliputi 6 komponen atau elemen pendidikan

yaitu: 1) tujuan pembelajaran; 2) siswa; 3) materi pembelajaran; 4) guru:

5) metode dan media pembelajaran; 6) evaluasi. Enam komponen pembelajaran

dan tujuannya di atas harus seimbang dan saling mendukung antara satu dengan

yang lainnya. Apabila salah satu komponen tidak berfungsi dengan baik maka

system itu tidak sempurna yang berarti tujuan pembelajaran itu tidak tercapai.

Madrasah Aliyah Babussalam Takalar


Guru
Mata Pelajarana Bahasa Arab

(Menerapkan) (Mengajar)

Metode
(Diterapkan Kepada)
Hypnoteaching Peserta Didik Kelas
XI

(Memperoleh)

Peningkatan Maharah Al-


Kalam
BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian dan Pendekatan


Penelitian

Jenis penelitian adalah Study Hall

Activity Exploration atau penelitian tindakan kelas

karena analisis bertindak lugas dari awal sampai

batas terjauh

kegiatan. Kunandar mengungkap

pengertian penelitian kegiatan belajar, lebih

spesifiknya sebagai penelitian kegiatan (activity

research) yang dilakukan oleh guru yang juga

ahli dalam kelompoknya atau bersama-sama

dengan orang lain (usaha terkoordinasi)

dengan merencanakan, melaksanakan dan

mempertimbangkan kegiatan kooperatif dan

partisipatif yang ditunjuk menuju peningkatan atau

pengerjaan kualitas (sifat) sistem pembelajaran

dikelas melalui

kegiatan tertentu melalui kegiatan tertentu

dalam satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini

menggunakan metodologi subjektif. Wahana

sebagai suatu jenis eksplorasi cerdas yang

dilakukan oleh intruktur atau guru itu sendiri


41
Sarsimi Arikunto. Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindak Kelas.
terhadap rencana pendidikan pembelajaran,

kemajuan
35 sekolah, pengembangan lebih lanjut

prestasi belajar siswa, penciptaan kemampuan


41
Adapun Langkah yang dikenal sebagai istilah Model Kemmis dan Mc Tanggar di

gambar sebagai berikut:

Gambar 3.1 alur PTK menurut Kemmis dan Taggar:

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS I PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS II PENGAMATAN

REFLEKSI

Secara rinci penerapan siklus-siklus Tindakan ini sebagai berikut:

1. Pra Siklus

Studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi


lapangan
sebenarnya, mengumpulkan informasi mengenai keadaan kelas, mencari

permasalahan selama proses pembelajaran berlangsung.

Pra siklus ini dimana peneliti sudah berkolaborasi dengan guru pengajar

bidang studi mata pelajaran Bahasa Arab untuk membentuk dasar yang akan

digunakan pada saat penelitian siklus I yaitu kompetensi dasar yang menjelaskan

tentang materi yang akan diajarkan, dan di pra siklus ini juga sudah menentukan

kelas yang akan diberikan tindakan selanjutnya yaitu Kelas XI Madrasah Aliyah
Babussalam Takalar.

2.Siklus I

a. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan ini meliputi:

1)Menelaah kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di Kelas XI MA Babussam

Takalar

2)Membuat perangkat pembelajaran (RPP)

3)Merancang penerapan strategi pembelajaran aktif

4)Menyiapkan instrumen penelitian

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaa tindakan dengan mengimplementasikan dari perencanaan yang

telah disiapkan yaitu pelaksanaan strategi pembelajaran aktif dengan strategi

strategi pemberian peran dan strategi benar atau salah. Adapun tahap

Tindakan, yaitu:

1)Penerapan strategi pembelajaran aktif

2)Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan materi strategi

pembelajaran aktif dengan dua strategi yaitu strategi pemberian perandan

strategi benar/salah yang akan dilaksanakan.

3)Melaksanakan pembelajaran di kelas.

4)Membagi kelompok.

5)Membagikan artikel bacaan sesuai dengan RPP.

6)Membimbing peserta didik selama proses pembelajaran.

7)Menyimpulkan hasil pembelajaran.


8) Melakukan evaluasi secara lisan.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan

berpedoman pada lembar observasi dan yang bertindak sebagai observer

adalah peneliti.

Pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajran karena untuk

mengetahui:

1)Situasi proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

2)Keaktifan peserta didik.

3)Sikap peserta didik saat mengikuti pembelajaran, tanya jawab, dan sebagainya.

4)Kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.

d. Refleksi

Kegiatan pada langkah ini adalah pencermatan, pengkajian, analisis, dan

penelitian terhadap hasil observasi dan tindakan yang dilakukan pada siklus I.

3. Siklus II

Lankah-langkah yang dilakukan pada siklus II merupakan refleksi dari siklus

I. Oleh karena itu, langkah-langkah yang dilakukan relatif sama dengan

siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan dan penyempurnaan sesuai

dengan kenyataan yang telah ditemuka di lapangan.

a. Perencanaan

1. Merancang tindakan berdasarkan refleksi pada siklus I.

2. Menyusun RPP.

3. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di


kelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Melakukan perbaikan pengajaran sehingga indikator hasil belajar


tercapai.

b.Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaa tindakan pada siklus II dilakukan dengan mengulangi kembali

tahap-tahap pada siklus I serta mengadakan perbaikkan atau

penyempurnaan

sesuai dengan hasil siklus I.

c.Observasi

Proses observasi yang dilakukan pada putaran kedua mengikuti teknik

observasi pada putaran pertama.

d.Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis

kemudian peneliti membuat kesimpulan hasil pembelajaran yang

dilakukan selama dua siklus.

e.Indikator hasil tindakan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

hasil belajar peserta didik terhadap proses belajar mengajar yang telah

dilakukan baik dari hasil belajar kognitif, efektif, dan psikomotorik.

Dengan melihat hasil tes dan mengamati perilaku peserta didik selama

proses belajar mengajar berlangsung melalui penerapan metode

hypnoteaching ini dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah Madrasah Alya

dengan nilai 75. Secara klasikal penelitian ini dikatakan berhasil

apabila kemampuan siswa dalam menguasai materi dan mampu

melakukan ujian secara lisan mencapai presentasi 75% , artinya dengan

presentase tersebut kemampuan


siswa dalam menguasai materi tergolong mampu.

C.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan

dilaksanakan di MA BABUSSALAM yang

bertempat di Kecematan Galesong

kabupaten Takalar, pada siswa kelas XI.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun Pelajaran 2023/2024

selama kurang lebih satu bulan.

D.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dari kelas XI MA Babussalam

Takalar beranggotakan perempuan dan laki-laki (campur), mereka adalah

sebagian siswa yang belum pernah mendapatkan Bahasa Arab dari bangku

SD dan fokus penelitian ini adalah pada hasil belajar siswa dengan adanya

kesiapan belajar dari siswa.

E.Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung maupun tidak tentang hal-hak yang diamati dan mencatatnya pada alat

observasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik berbeda dari kedua teknik pengumpulan data sebelumnya, observasi

tidak hanya melibatkan orang, tapi seluruh objek alam lainnya. Observasi

adalah proses yang kompleks dengan konsep biologis dan


psikologis, dan yang paling penting adalah pengamatan dan ikatan. Observasi

dibagi atas dua menurut caranya yaitu sebagai berikut:

a)Observasi berperan serta

Dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang

diteliti sebagai sumber data dalam meneliti, dalam observasi ini

peneliti melakukan dan merasakan apa yang dirasakan oleh sumber data.

Dengan observasi ini peneliti akan subjektif dalam mendapatkan data

dari sumber data. Dalam lembaga pendidikan misalnya peneliti menjadi guru

dalam proses kegiatan ajar mengajar di kelas.

b)Observasi non partisipan

Dalam observasi partisipan maka peneliti ikut serta dalam kegiatan,

namun beda halnya dalam jenis observasi ini yang mana peneliti hanya

mengamati atau menjadi pengamat independent.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian langsung ke lolasi

penelitian yaitu di Madrasah Aliyah Babussalam Takalar

mengumpulkan data dari guru pendidikan Bahasa Arab dan peserta didik

kelas XI sehingga peneliti dapat melihat dan mengamati serta mencatat

perilaku atau kejadian sebagaimana yang diperolehdari lokasi penelitian.

2. Tes Hasil Belajar

Banyak jenis tes yang dapat digunakan dalam penelitian seperti misalnya tes

bakat (tes aptitude), tes sikap (attitude tes), atau skala sikap (attitude

scale) tetapi jika mengetes kepribadian maka menggunakan (personality


test).42 Dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar dengan dua siklus

yaitu siklus I dan siklus II teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data

tentang pemahaman materi Pendidikan Bahasa Arab, dimana jenis tes

yang digunakan adalah tes buatan guru, seperti yang dikatakan oleh

Suharsimi Arikunto bahwa tes yang disusun oleh guru dengan prosedur

tertentu tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak

diketahui ciri dan kebaikannya.

Tes adalah merupakan satu alat untuk melakukan pengukuran dan

mengumpulkan karakteristik suatu objek. Objek ini dapat berupa kemampuan

pesrta didik, sikap dan karakteristik yang dimiliki. 43

Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman

peserta didik dari siklus ke siklus. Tes dilakukan diawal siklus (pre test) guna

mengetahui kemampuan awal peserta didik dan diakhir siklus (post test) guna

mengetahui pemahaman peserta didik setelah diterapkan penerapan

strategi pembelajaran aktif yang sesuai dengan KKM yaitu 75.

3. Wawancara (interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

apabila ingin melakukan study pendahuluan mengetahui pengetahuan

mengenai permasalahan yang akan diteliti. Wawancara adalah kegiatan tanya

jawab untuk memperoleh informasi atau data melalui lisan atau tatap muka.

Wawancara digunakan sebagai suatu cara pengumpulan data

untuk

42
Murif Yususf, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Gabungan. (Jakarta:
Kencana, 2017), h.75.
43
Wahyu Gatot, Penilaian dan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. (Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), h.7.
memperoleh informasi langsung dari sumbernya yang bersifat relevan dengan

fokus penelitian. 44Wawancara ini dilakukan oleh penulis kepada guru bidang

studi Pendidikan Bahasa Arab dan peserta didik kelas Madrasah Aliyah

Babussalam Takalar.

4. Dokumentasi

Bentuk instrument dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman

dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang

dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan

dikumpulkan datanya.

Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah metode

pengumpulan data dengan cara menyelidiki benda yang menjadu document,

catatan harian, notulen dan sebagainya. Pengumpulan data dokumentasi

di tempat penelitian yaitu dengan foto, rekaman, nama peserta didik, serta

data- data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian digunakan untuk mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kegiatan penelitian

yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar obeservasi adalah catatan yang menggambarkan tingkat keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan cara

mengamati dan merekam Tindakan siswa dalam proses pembelajaran


44
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar. (Jakarata: Raja Grafindo Persada, 2015), h.12.
bahasa Arab dengan
penerapan metode hypnoteaching akan menjadi penilaian sendiri. Adapun

kisi- kisi lembar observasi kegiatan bekaar siswa dalam pembelajaran bahasa

Arab dengan metode hypnothicing.

a. Komponen Siswa

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Lembar Observasi Peserta Didik


No Aspek Pengamatan Pert.1 Pert.2

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Kesiapan peserta didik mengikuti pelajaran

2. Mendengarkan secara seksama mengenai


kompetensi belajar yang hendak dicapai

3. Ketika diajarkan materi peserta didik mendengar


secara seksama

4. Peserta didik aktif dan antusias dalam proses


pembelajaran

5. Adanya interaksi peserta didik dengan metode


Hypnoteaching dan materi yang akan diajarkan

6. Peserta didik aktif dalam kelompok

7. Peserta didik antusias mengikuti tahapan


Hypnoteaching

8. Peserta didik antusias menjawab


perrtanyaan dari guru

9. Peserta didik aktif tanya/jawab bagian dari


pembelajaran

10. Peserta didik aktif terhadap evaluasi


pembelajaran
b. Komponen Guru

Tebel 3.2

Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru

No Aspek Pengamatan Pert.1 Pert.2

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Guru memeriksa ruangan untuk belajar

2. Guru memeriksa kesiapan peserta didik

3. Guru mrnyampaikan apresiasi dan motivasi


kepada peserta didik

4. Guru menjelaskan secara sinngkat materi


yang akan diajarkan

5. Guru menjelaskan materi penting dalam


pelajaran

6. Guru mrmbagi peserta didik kedalam 2


kelompok

7. Guru melibatkan peserta didik dalam


mrnggunakan media pembelajaran

8. Guru adil dalam setiap kelompok

9. Guru membimbing peserta didik dalam


merangkum setiap materi ajar

10. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik


yang antusias

11. Guru memberikan evaluasi pada akhir


pembelajaran

12. Guru menutup pembelajaran dengan meminta


murid merapikan tempat duduk dan membaca
do’a dipimpin olleh ketua kelas

2. Tes

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tes

tertulis di mana peserta didik diberikan sebuah teks Bahasa Arab kemudian

peserta didik di arahkan untuk membaca kalimat-kaliimat yang sudah

disediakan. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara

peserta didik. Dalam hal ini peneliti menggunakan pre test dan post tes, yaitu tes

yang diberikan pada awal pembelajaran ataupun diakhir pembelajaran.

Tabel 3. Kriteria penilaian


Kefasihan Keterangan Bobot

Fasih Bobot 6
Kata sempurna, harakat benar,

penggunaan tanda baca benar

dan dapat dipahami.

Kurang Fasih Kata sempurna, harakat Bobot 4

kurang tepat, penggunaan

tanda baca kurang tepat

namun dapat dipahami.

Terbata-bata Bobot 2
Kata hampir sempurna,

harakat kurang tepat

penggunaan tanda baca


kurang tepat namun dapat

dipahami

G. Tehnik Analisis Data

Setelah data kemampuan peserta didik


terkumpul maka peneliti

menganalisis apakah tindakan yang sudah dilakukan berhasil atau belum,dan

apakah penerapan strategi pembelajaran aktif ini efektif atau tidak.

1. Menghitung nilai rata-rata

Dengan rumus sebagai berikut:


∑𝑥
X= 𝑛

Keterangan:

X = Nilai rata-rata kelas

∑x = Jumlah nilai tes peserta didik

n = Jumlah peserta didik yang


mengeikuti tes45

2. Menghitung presentase

Dengan rumus:
P = 𝑓 X 100 %
𝑛

Keterangan:

P = Angka
presentasi

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015),
45

h. 81
n = Number of cases (jumlah presentase/jumlah individu)

f = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Satuan : Madrasah Aliyah (MA) Babussalam Takalar

Mata Pelajaran : Bahasa Arab


Kelas/ Semester : XI/ 1 (Satu)

Materi Pokok : ‫ مالكال ةراهم‬/ Kehidupan keluarga (‫)ةايح ةرسالا‬

Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli
(gotong
royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
factual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin
tahunya tentang illmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena, dan kejadian serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta, dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembanag dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan kreatif dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajarii Bahasa Arab sebagai Bahasa
pengantar omunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat
belajar.
2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam
melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru dan teman.
3.1 Megungkapkan percakapan secara berpasang-pasangan terkait topik: ‫ةرسالا‬
‫ةايح‬.
1. Memahami cara penyampaian serta cara meresponnya terkait topik: ‫ةرسالا‬
‫ ةايح‬dengan memperhatikan unsur kebahasaan, dan struktur teks sesuai
dengan konteks penggunaannya.
2. Menyusun teks lisan dan tukisan sederhana untuk mengungkapkan: ‫ةرسالا‬
‫ةايح‬.

C. Tujuan pembelajaran

Setelah mengamati terkait tema pembelajaran ‫الا‬K‫ةايح ةرس‬, diharapkan peserta


didik mampu: Menyampaikan gagasan atau pendapat secara lisan,
dan mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
pembelajaran Bahasa Arab khususnya mampu berbicara Bahasa Arab
dengan lancar.

D. Metode Pembelajaran
Metode Hypnoteaching

E. Lngkah-Langkah Pembelajaran
1. Pendahuluan:
a. Guru memberi salam dan menunjuk ketua kelas untuk memimpin doa
Bersama.
b. Guru mengkondisikan kelas, agar kondusif untuk mendukung proses
pembelajaran dengan cara meminta peserta didik membersihkan papan tulis,
dan merapikan tempat duduk, dan alat tulis yang dipelukan.
c. Guru memeriksa kehadiran peserta didik, menanyakan kabar
sambil berkenalan dengan peserta didik.
d. Guru memberikan motivasi belajar terhadap peserta didik.
e. Guru mengajak peserta didik untuk proaktif dalam pembelajaran yang
dilaksanakan.
• Guru memberi penjelasan tentang cakupan materi yang akan dipelajari
beserta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
1. Kegiatan Inti
• Guru menampilkan, menyebutkan, dan menjelaskan terkait dengan
topik ‫الا‬K‫ ةايح ةرس‬kemudian peserta didik menjawab sesuai dengan
kemampuannya.
• Guru mengoreksi jawaban peserta didik yang mengalami kesalahan
• Guru memberi contoh percakapan tentang ‫الا‬K‫ ةايح ةرس‬disertai
dengan cara membacanya.
d. Peserta didik mempraktekkan hiwar (percakapan) tentang ‫ةايح ةرسالا‬.
e. Guru menjelaskan kosa kata yang terkandung dalam percakapan
tersebut.
f. Guru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta didik
dalam berbicara/mengungkapkan percakapan.
g. Guru memberikan Latihan berbicara untuk mengetahui penguasaan
peserta didik terkait teks percakapan.
h. Guru memberi nilai terhadap penguasaan Bahasa serta
kemampuan berbicara siswa.
3. Penutup:
a. Guru dan peserta didik melakukan refleksi hasil proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
b. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang dapat
mengikuti
pembelajaran dengan baik dan disiplin.
c. Guru memberikan evaluasi untuk mengukur kemampuan peserta didik
dan atau mengukur ketuntasan pembelajaran.
d. Guru menyimpulkan pembelajaran
e. Mengakhiri pembelajaran dengan salam dan ditutup dengan doa yang
dipimpin oleh salah satu peserta didik.

F. Sumber Pembelajar
1. Buku Ajar Bahasa Arab
2. Reverensi Lain Yang Relevan
3. Teks Bacaan

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Wiwin Fauziah, S.Pd Nur Ismi Hikmatullah


DAFTAR PUSTAKA

RI, Kementrian Agama. Al-Qur,An dan Terjemahnya. Jakarta: Lajnah Pentashihan


Mushaf Al-Qur‟an, 2019.

Almatin, MD. Isma. Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru dan Orang Tua.
(Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2010).

Arikunto Suharsimi, Prosesur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik,
(Jakarta:Rieneka Cipta 1992), h. 102.

Arikunto Sarsimi. Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindak Kelas.


Asian Hypnotherapist Association, Train The Hypnosis and
Trainer Hypnotherapy, (Jakarta : AHA, 04-06 Januari
2019).

Chatib Munif, Gurunya Manusia, (Bandung : Mizan Pustaka, 2014), h. 90-109.

Gorman, Alfred H. Teachers and Learners The Interactive Process of Education.


(Boston : 1971, Fourth Printing).

Gunawan, Adi W. Hypnosis : The Art of Subconciuous Communication. (Jakarta


: Gramedia Pustaka Utama, 2006).

Hasbullah dan Rahmawati, Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching


Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Indarprasta PGRI, (Jurnal
Formatif 5 (1) : 83-90, ISSN : 2088 351X,2015), h. 84.

Hermawan Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2011), h. 136.

Hidayat Iik Hikmatul, Konsep Hypnoteaching dalam Al-Qur’an, Studi


atas komunikasi guru dengan mrid dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19,
(FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

Hidayat Iik Hikmatul, Op.cit.

Hunter, C. Roy. The Art of Hypnosis: Mastering Basic Techniques, Third Edition.
Terj. Paramita, PT. Indeks

Indonesian Public Speaking Academy, Train The Trainer (Certified Trainer


& Outbond Fasilitator), (Batang: Tazakka Institute Foundation, 2016), h. 7.

Jaya, Novian Triwidia. Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar”. (Bekasi, D-


Brain,

52
Kasmaja Hadi. Efektivitas Implementasi Metode Hypnoteaching Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa
SMP Negeri, (Jurnal of EST, p-ISSN: 2460-1497 e-ISSN :2477-3840, Vol
2 No. 1, April 2016), h.3.

Kasmaja Hadi, Op.cit. h.

Khadijah Nyanyu, Psikologi Pendidikan, ( Cet. II; Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2014), h. 50-51.

Mansur Muhammad, Penerapan Hypnoteachingdalam Meningkatkan


Mutu Pembelajaran PAI di SD IT Salsabila Klaseman, (Pascasarjana
UIN Yogyakarta, 2016).

Muhammad Zuhri Dj & Sukarnianti, Using Hypnoteaching Strategy to


Improve Students Writing Ability, STAIN Watampone: Dinamika Ilmu,
2015.

Muhammad Zuhri Dj & Sukarnianti, Op.Cit. h. 188-189.

Mustofa Syaiful, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif (Malang :


UIN - Maliki Press, 2011), hal. 1.

Nongjik Yameelah, Strategi Pembelajaran Aktif dalam Mata


Pelajaran Bahasa Arab di SMK Berbasis Pesantren Al-Kautsar
Karangsuci Purwokerto, (FTIK IAIN Purwokerto, 2019).

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke IV

Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Simbiosa


Rekatama Media,2018), h. 22-37.

Salami, Hypnoteaching dan Hypnotic Teacher, (Jurnal Pendidikan Vol. 3


No 1.
Januari-Juni 2017), h. 36.

Slamet Riyanto dkk, Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian


Dibidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen, Cetakan
Pertama (Yogyakarta: Deepublish Publish 2020), h. 28.

Sudijono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2015), h. 81

Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:


Angkasa, 1994), h. 15.

Wajdi, Farid, Interview, “Sejarah Hypnosis”, (FWN School: 02 Januari


2019).
Wajdi, Farid. Neuro Linguistic Programming for Trainer. (Jakarta:
FWN Business and Motivator School, 2018).

Yustisia, N. Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta


Didik, (Jakarta: Ar-Ruzz Media 2012), Cet. IV, h. 6.2010).

Anda mungkin juga menyukai