Anda di halaman 1dari 76

PERAN PROGRAM KOMUNITAS KOIN UNTUK NEGERI DALAM

MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA PESERTA DIDIK DI MI HIDAYATULLAH DUSUN

MAKMUR DESA BONTO MANURUNG

KABUPATEN MAROS

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam

Oleh :
DEDY RIZALLUL AULAT.
NIM : 10120180088

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
MAKASSAR
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam diyakini sebagai agama universal, tidak terbatas oleh waktu dan

tempat tertentu. Al-Qur’an menyatakan bahwa lingkup keberlakuan ajaran Islam

yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah untuk seluruh umat manusia, di

mana pun ia berada. Oleh karena itu, Islam seharusnya dapat diterima oleh setiap

manusia di atas muka bumi ini, tanpa harus ada konflik dengan keadaan di mana

manusia itu berada.

Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini mengemban

misi kemanusiaan yang komprehensif. Islam ingin mempersatukan jiwa manusia

dengan iman dan takwa kepada Allah, mengeluarkan manusia dari kesesatan

kepada jalan yang terang benderang, mendamaikan manusia yang bertikai,

menunjukkan manusia dari kehidupan yang sesat kepada kehidupan yang lurus,

serta menyelamatkan manusia dari tepi jurang kehancuran. Misi ini sejalan pula

dengan jiwa manusia yang menginginkan sebuah tatanan kehidupan yang terang

benderang, selamat dari berbagai hal yang merugikan, serta terbebas dari berbagai

penderitaan.1

1
Abuddin Nata, Psikologi Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2018), cet. I,
h. 42.

2
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, karena manusia

saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun sebagaimana firman Allah swt. di

dalam QS An-Nahl/16:78.

‫َو ٱلَّل ُه َأۡخ َر َج ُك م ِّمۢن ُبُط وِن ُأَّمَٰه ِتُك ۡم اَل َتۡع َلُم وَن َش ٔ‍ۡيا َو َجَع َل َلُك ُم ٱلَّس ۡم َع َو ٱۡل َأۡب َٰص َر َو ٱۡل َأِٔ‍ۡفَد َة َلَعَّلُك ۡم َتۡش ُك ُر وَن‬

٧٨

Terjemahnya:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.2

Karakteristik manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna,

yang membedakan dengan makhluk lainnya yaitu roh manusia yang mempunyai

dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal dan daya rasa yang disebut

dengan kalbu.

Daya rasa yang dimiliki manusia dapat dibentuk melalui dengan

pelaksanaan ibadah berdasarkan ajaran agama Islam, sedangkan daya pikir (akal)

dapat diolah melalui proses pendidikan. Dalam undang-undang Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

2
Kementerian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Direktorat Jendral
Bimbingan Masyarakat Islam Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah, 2012), h. 139.

3
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Pentingnya pendidikan sangat mendasar bagi setiap individu baik

kepentingan pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai warga negara. Berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada bagaimana proses

belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Meski diakui, bahwa pendidikan

adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan, dan diberi

sarana maupun prasarananya, tetapi sampai saat ini masing – masing lembaga

pendidikan masih berkutat pada permasalahan klasik dalam hal ini kualitas

pendidikan.

Pendidikan adalah pengalaman - pengalaman belajar terprogram dalam

bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah dan di luar

sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi.

Pertimbangan kemampuan-kemampuan individu agar dikemudian hari dapat

memainkan peranan hidup yang tepat.4

Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai

karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing – masing lembaga yang

menyelenggarakan. Pendidikan agama Islam di samping bertujuan

menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai – nilai Islami, juga

3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
Penjelasannya, (Jakarta: Cemerlang, 2003), h. 3.

4
Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Gorontalo: Bumi Aksara,
2016), h. 37.

4
mengembangkan anak didik agar memiliki kedewasaan atau kematangan dalam

berpikir, beriman, dan bertaqwa kepada Allah swt. Di samping itu juga mampu

mengamalkan nilai – nilai yang mereka dapatkan dalam proses pendidikan,

sehingga menjadi pemikir yang baik sekaligus pengamal ajaran Islam yang

mampu berdialog dengan perkembangan kemajuan zaman. 5

Pendidikan agama sangatlah penting bagi umat muslim khususnya

terhadap anak-anak. Apabila akidah, ibadah dan akhlak tertanam dengan kokoh

pada diri anak dalam keluarga, maka mampu mewujudkan kepribadian muslim

yang utama. Pemahaman agama yang perlu di tanamkan sejak kecil menyangkut

hal-hal yang berkaitan dengan pembiasaan keberagamaan seperti salat, berdoa dan

membaca Al-Qur’an. 6

Keluarga adalah pendidikan informal yang bertanggung jawab

menanamkan hal tersebut sejak kecil sehingga menjadi kebiasaan ketika beranjak

dewasa. Namun, tidak bisa pungkiri masih banyak anak yang tidak mendapatkan

pendidikan tersebut di keluarganya. Hal ini dapat terjadi karena keluarga

terkhusus orang tua tidak memiliki atau minim pengetahuan agamanya.

Selain keluarga, sekolah merupakan pendidikan formal yang bertanggung

jawab mendidik anak, khususnya memberikan pendidikan agama. Di sekolah

terkhusus pada sekolah dasar diajarkan tentang keagamaan mulai dari hal yang

paling mendasar. Namun, masih banyak anak-anak khususnya di daerah tertinggal

yang tidak mendapatkan pemahaman agama baik di keluarga maupun di sekolah

5
Ahmad Munjin Nasih, Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Malang: Refika Aditama, 2013), cet. II, h. 7.

6
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam (Malang: Erlangga, 2015), h. 6.

5
sehingga keterbelakangan keagamaan terus terjadi, penyebabnya karena

kurangnya pengetahuan keagamaan di keluarga dan kurangnya tenaga pendidik

atau tenaga pendidik tidak kompeten, serta kekurangan dari segi sarana dan

prasarana yang digunakan.

Berdasarkan hasil observasi awal pada hari kamis tanggal 2 Juni 2022, MI

Hidayatullah yang berlokasi di Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten

Maros yang jauh dari kata layak sebagai tempat menuntut ilmu, mulai dari segi

bangunan sekolah yang kurang layak sampai fasilitas yang tidak memadai seperti

buku-buku penunjang dan fasilitas lainnya, kondisi inilah yang membuat siswa

yang berjumlah dua puluh orang dari kelas satu sampai enam digabung menjadi

tiga kelas dengan rincian kelas satu digabung dengan kelas dua, kelas tiga dengan

kelas empat dan kelas lima dengan kelas enam. MI Hidayatullah hanya memiliki

dua tenaga pengajar dengan kualifikasi pendidikan yang tidak sesuai dengan mata

pelajaran yang diajarkan, itupun jika guru hadir maka siswa akan belajar.

Kondisi masyarakat yang ada di Dusun Makmur memiliki pemahaman dan

pengamalan keagamaan yang masih kurang sehingga tidak mengajarkan nilai-nilai

keagamaan kepada anaknya dan sekolah sebagai tempat belajar pun tidak mampu

mengenalkan dan mengajarkan hal itu sehingga keterbelakangan pengetahuan

agama terus terjadi di Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros.

Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) terbentuk atas rasa peduli sesama

manusia. Komunitas KUN bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Program

Komunitas Koin Untuk Negeri yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan

untuk daerah terpencil dan 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal), yaitu Sekolah

6
Jejak Nusantara (SEJARA) yang setiap bulan membuka pendaftaran relawan

untuk mengabdi. Program Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) mempunyai enam

kelas yaitu Kelas Agama, Kelas Literasi, Kelas Kreatifitas, Kelas Alam, dan Kelas

Inspirasi yang membina anak ditingkatan SD/MI, serta Kelas Komunitas membina

siswa ditingkatan SMP/MTs.

Melihat kondisi masyarakat Dusun Makmur Desa Bonto Manurung

Kabupaten Maros khususnya peserta didik di MI Hidayatullah yang tidak

mendapatkan akses pendidikan yang layak terkhusus pendidikan agama Islam

maka Komunitas Koin Untuk Negeri memilih lokasi ini sebagai tempat

pengabdian untuk memberikan bimbingan khususnya pendidikan agama Islam

yang dilakukan oleh para relawan Komunitas Koin Untuk Negeri dengan tujuan

membina keagamaan dan membantu agar siswa mampu memahami serta

mengamalkan ajaran agama Islam. Inilah yang melatar belakangi peneliti tertarik

meneliti tentang Peran Program Komunitas Koin Untuk Negeri Dalam

Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik di MI

Hidayatullah Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros.

7
B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dibahas

oleh peneliti yaitu:

a. Bagaimana bentuk program Komunitas Koin Untuk Negeri di MI Hidayatullah

Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros?

b. Bagaimana tingkat keberhasilan program Komunitas Koin Untuk Negeri dalam

meningkatkan pemahaman agama Islam peserta didik di MI Hidayatullah

Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros?

2. Batasan Masalah

Fungsi batasan masalah ialah untuk menghindari adanya penyimpangan

maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian lebih terarah dan memudahkan

dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Berdasarkan latar

belakang yang diuraikan di atas, maka berikut tabel batasan masalah :

8
Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

 Mengenalkan huruf
hijaiyah beserta makhrijul
huruf yang tepat
 Membimbing peserta didik
Pemahaman mengaji
Pendidikan  Mengajarkan tata cara
Agama Islam Wudhu yang baik dan
Peserta Didik benar
 Mengajarkan tata cara
Peran Program Salat yang baik dan benar
Komunitas Koin beserta bacaan-bacaan
Untuk Negeri yang dilafalkan dalam salat
Dalam
 Relawan mampu
Meningkatkan
memahami karakteristik
Pemahaman
peserta didik agar bisa
Pendidikan
memberikan bimbingan
Agama Islam
sehingga peserta didik
Pada Peserta
memahami apa yang
Didik
Peran Program disampaikan oleh relawan
Komunitas dan peserta didik mampu
Koin Untuk mengimplementasikannya
Negeri
 Relawan mengetahui
tingkat keberhasilan
program Komunitas Koin
Untuk Negeri dalam
meningkatkan pemahaman
agama Islam peserta didik

Tabel. 1

9
C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

1. Pengertian Judul

a. Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan.7

b. Program berarti rancangan mengenai asas serta usaha.8

c. Komunitas adalah kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup

dan saling berinteraksi.

d. Komunitas Koin Untuk Negeri adalah sebuah komunitas yang terbentuk atas

rasa peduli sesama manusia yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial.

e. Meningkatkan adalah proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu atau

usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke suatu arah yang lebih baik lagi

daripada sebelumnya.

f. Pemahaman agama Islam adalah kemampuan untuk mengingat materi yang

sudah pernah diajarkan tentang ajaran agama Islam yang berisi aturan-

aturan atau norma-norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.

2. Definisi Operasional

Berdasarkan pengertian beberapa konsep yang telah penulis kemukakan di

atas, maka penulis akan meneliti skripsi yang berjudul “Peran Program

Komunitas Koin Untuk Negeri Dalam Meningkatkan Pemahaman

Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik di MI Hidayatullah Dusun

7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Ed. IV; Jakarta: PT
Gramaedia Nusantara, 2012), h. 622.

8
Ibid., h. 652.

10
Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros” dengan maksud dan

tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk program Komunitas Koin Untuk

Negeri dalam meningkatkan pemahaman pendidikan agama Islam peserta didik

dan tingkat keberhasilan program Komunitas Koin Untuk Negeri dalam

meningkatkan pemahaman agama Islam peserta didik di MI Hidayatullah.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu Peran

Program Komunitas Koin Untuk Negeri Dalam Meningkatkan Pemahaman

Pendidikan Agama Islam Peserta Didik, maka penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui bentuk program Komunitas Koin Untuk Negeri di MI

Hidayatullah Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program Komunitas Koin Untuk

Negeri dalam meningkatkan pemahaman agama Islam peserta didik di MI

Hidayatullah Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk kepentingan ilmiah yakni menjadi sumbangan yang efektif serta

sebagai sarana kelengkapan pengetahuan

b. Untuk kegunaan praktis diharapkan memberi solusi terhadap indikasi

adanya pengembangan ilmu yang diperoleh tentang Program Komunitas

Koin Untuk Negeri dalam meningkatkan pemahaman pendidikan agama

Islam

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Relevansi Dengan Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Irfandi Nasrum yang berjudul “Strategi

Bimbingan Islam Dalam Pembinaan Keagamaan Anak Daerah 3T Pada

Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) di SD Al Mubaroq Dusun Bara Desa

Bonto Somba Kecamatan Tompo Bulu Kabupaten Maros”. Berdasarkan

hasil penelitian ini langkah-langkah bimbingan Islam dalam dalam

pembinaan keagamaan anak di SD Al Mubaroq Dusun Bara Desa Bonto

Somba Kecamatan Tompo Bulu Kabupaten Maros yaitu pengenalan huruf

hijaiyah, mengaji, praktik wudhu dan shalat.9 Penelitian terdahulu memiliki

relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu dilaksanakan

di Komunitas Koin Untuk Negeri dan menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif. Perbedaannya adalah penelitian yang akan dilaksanakan

penulis akan mengkaji peran program Komunitas Koin Untuk Negeri dalam

meningkatkan pemahaman agama Islam peserta didik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Riska yang berjudul “Peran Komunitas

Rumah Berbagi Asa Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SDN 059

9
Irfandi Nasrum, “Strategi Bimbingan Islam Dalam Pembinaan Keagamaan Anak
Daerah 3T Pada Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) di SD Al Mubaroq Dusun Bara Desa
Bonto Somba Kecamatan Tompo Bulu Kabupaten Maros” Skripsi (Makassar: Fak. Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar 2019), h. 10

12
Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros”.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak minimnya

mutu pendidikan yaitu kurangnya tenaga pengajar karena minimnya akses

jalan menuju desa dan minimnya akses jaringan membuat tenaga pengajar

kurang berinovasi dan kreatif. Serta minimnya sarana prasarana membuat

pembelajaran tidak optimal. Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa dalam

meningkatkan mutu pendidikan dengan cara keikutsertaan relawan dalam

proses belajar mengajar di kelas formal dengan menggunakan media

pembelajaran yang menarik. Serta pengembangan potensi minat dan bakat

di kelas non formal.10 Relevansi penelitian sebelumnya dengan penelitian

yang akan dilaksanakan penulis yaitu adanya keikutsertaan relawan dalam

proses belajar mengajar di kelas. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

adalah metode pendekatan dan penelitian yang dilakukan menggunakan

penelitian kualitatif fenomenologi.

B. Landasan Teori

1. Peran

a. Pengertian Peran

Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan. 11 Peran didefinisikan

sebagai sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan oleh seseorang yang

mempunyai kedudukan atau status sosial dalam organisasi.


10
Riska, “Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di SDN 059 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan Camba Kabupaten Maros” Skripsi
(Makassar: Fak. Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar 2020), h.
85

11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014)

13
Peran menurut terminologi adalah seperangkat tingkah yang diharapkan

dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Dalam bahasa Inggris peran

disebut “role” yang definisinya adalah “person’s task or duty in undertaking”.

Artinya “tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan”.

Peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan tindakan

yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa.12

Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu

lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan oleh suatu lembaga/organisasi

biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi dari lembaga

tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang diharapkan (expected role)

dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran yang

diembannya, terdapat faktor pendukung dan penghambat.

Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tingkah laku individu yang

memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran menunjuk

kepada pola prilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status/posisi

tertentu dalam organisasi atau system. Menurut Abu Ahmadi, peran adalah suatu

kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam siatuasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek

dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan

12
Syamsir, Torang, Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan
Organisasi), (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 86.

14
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.13

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian

peran adalah suatu sikap atau prilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau

sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan

tertentu.

b. Jenis – Jenis Peran

Peran atau role menurut Bruce J. Cohen, juga memiliki beberapa jenis,

yaitu:14

1) Peranan nyata (Anacted Role) yaitu suatu cara yang betul-betul dijalankan

seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan suatu peran.

2) Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) yaitu cara yang diharapkan

masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.

3) Konflik peranan (Role Conflick) yaitu suatu kondisi yang dialami seseorang

yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut harapan dan tujuan

peranan yang saling bertentangan satu sama lain.

4) Kesenjangan peranan (Role Distance) yaitu pelaksanaan peranan secara

emosional.

5) Kegagalan peran (Role Failure) yaitu kegagalan seseorang dalam menjalankan

peranan tertentu.

6) Model peranan (Role Model) yaitu seseorang yang tingkah lakunya kita contoh,

tiru, diikuti.

13
Soekanto, Soerjono, Teori Peranan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 243.

14
S Fahrizal, http://repository.radenintan.ac.id/2535/5/BAB%2011%20TESIS.pdf, diakses
pada tanggal 14 Maret 2022 Pukul 21.00 WITA

15
7) Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) yaitu hubungan seseorang dengan

individu lainnya pada saat dia sedang menjalankan perannya.

Dari berbagai jenis-jenis peran di atas, penulis menggunakan jenis peran

nyata (Anacted Role) yaitu satu cara yang betul-betul dijalankan atau sekelompok

orang dalam menjalankan peran.

2. Komunitas Koin Untuk Negeri

a. Pengertian Komunitas

Istilah kata komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal

dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang.

Wikipedia Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian komunitas sebagai sebuah

kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya

memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia,

individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber

daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. 15

Menurut Mac Iver, komunitas diistilahkan sebagai persekutuan hidup dan

dimaknai sebagai suatu daerah masyarakat yang ditandai dengan beberapa

tingkatan pertalian kelompok sosial satu sama lain. Keberadaan komunitas

biasanya didasari oleh beberapa hal yaitu lokalitas dan sentiment community. 16

15
Agoes Patub B. N. Modul Seminar Peran Komunitas Musik Etnik Dalam Kebangkitan
Budaya Bangsa Dalam Ambar Kusumastuti, Peran Komunitas Dalam Interaksi Sosial Remaja di
Komunitas Angklung Remaja, (Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), h. 8

16
Ibid, h. 8

16
Menurut Mac Iver unsur-unsur dalam sentiment community adalah: 17

1) Seperasaan

Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam komunitas

yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dikarenakan adanya

kesamaan kepentingan.

2) Sepenanggungan

Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan tanggung

jawab anggota komunitas dalam kelompoknya.

3) Saling Memerlukan

Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan ketergantungan

terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik maupun psikis.

Berdasarkan pendapat di atas, komunitas dapat didefinisikan sebagai

kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu, memiliki

kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai suatu kesatuan dan dapat

bertindak secara kolektif dalam usaha mereka dalam mencapai tujuan.

b. Bentuk-bentuk Komunitas

Dalam kaitan komunitas yang diartikan sebagai paguyuban atau

gemeinschaft suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh

hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta bersifat kekal. Dasar

hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah

dikodratkan. 18

17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), h. 131-132

18
Ibid, h. 114

17
Tipe gemeinschaft sendiri ada tiga, yaitu:

1) Gemeinschaft by blood, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau

keturunan.

2) Gemeinschaft of place, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat

tinggal atau kesamaan lokasi.

3) Gemeinschaft by mind, hubungannya didasarkan pada kesamaan ideologi

meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang

berdekatan.

Menurut Mac Iver, keberadaan communal code (keberagaman aturan dalam

kelompok) mengakibatkan komunitas terbagi menjadi dua, yaitu:19

1) Primary group, hubungan antar anggota komunitas lebih eksklusif dalam

jumlah anggota terbatas dan berlangsung dalam jangka waktu relatif lama.

Comtoh: keluarga, suami-istri, pertemanan, guru-murid, dan lain-lain.

2) Secondary group, hubungan antar anggota tidak eksklusif dalam jumlah

anggota yang banyak dan dalam jangka waktu yang relatif singkat. Contoh:

perkumpulan profesi, atasan-bawahan, perkumpulan minat/hobi, dan lain-

lain.

Dalam hal ini, Komunitas Koin Untuk Negeri dapat dikategorikan sebagai

bentuk gemeinschaft of mind atau didasarkan pada kesamaan ideologi atau

pemikiran untuk membantu dalam bergerak di bidang pendidikan dan sosial juga

menjadi bagian dari secondary group dimana komunitas ini terbentuk karena

kesamaan minat anggotanya.

19
Cholil Mansyur, Dalam Ambar Kusumastuti, Op.cit., h. 11

18
Komunitas Koin Untuk Negeri adalah Komunitas yang dibentuk sebagai

Komunitas yang peduli akan sesama manusia. Komunitas Koin Untuk Negeri

merupakan Komunitas otonom, bebas, aktif, mandiri, dan transparan yang bersifat

perkumpulan, persahabatan, kekeluargaan, kepeduliaan dan kebersamaan.

Komunitas Koin Untuk Negeri yang berdiri sejak 1 Januari 2016 di Kota

Makassar, yang didirikan oleh Akbar Alimuddin, Wahyudin dan Asri Suryaningsi.

3. Program Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN)

Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) memiliki program yang terstruktur

dalam satu tahun yang dilaksanakan setiap bulan yaitu membuka open

recruitment (perekrutan anggota/relawan baru) untuk mengabdi di lokasi

pengabdian Komunitas Koin Untuk Negeri selama 4 hari (empat hari) yaitu pada

hari Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu yang kemudian dikenal dengan istilah

program Sekolah jejak Nusantara (SEJARA).

Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) merupakan sebuah program pendidikan

non formal yang diluncurkan oleh komunitas Koin Untuk Negeri pada tanggal 1

Januari 2017. Program ini dibentuk atas dasar kepedulian terhadap kondisi

pendidikan anak-anak di daerah terpencil dan terpinggirkan.20

Fokus kegiatan belajar program SEJARA adalah belajar dan bermain di

alam sekitar melibatkan peserta didik secara aktif, kreatif, partisipatif, inovatif,

motivatif, dan interaktif.

Tujuan dibentuknya SEJARA adalah untuk memberikan pendidikan

tambahan kepada anak-anak yang berada di daerah terpencil karena melihat fakta

20
Akbar Alimuddin, Buku Saku Sekolah Jejak Nusantara Komunitas Koin Untuk Negeri

19
bahwa pendidikan di daerah terpencil masih mengalami ketimpangan dan

kesenjangan yang diakibatkan oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai,

tenaga pendidik yang minim, serta faktor sosial masyarakat daerah terpencil.

Komunitas Koin Untuk Negeri di Program Sekolah Jejak Nusantara

mempunyai 6 Kelas. Kelas Agama, Kelas Literasi, Kelas Alam, Kelas Kreativitas,

Kelas Inspirasi, dan Kelas Komunitas. Adapun jadwal relawan Komunitas Koin

Untuk Negeri pada program SEJARA sebagai berikut :

Jadwal kegiatan kelas program SEJARA Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN)
Tahun 2022

No Hari Jam Nama kegiatan

07.30 s/d
09.30 Kelas Agama
1. Jumat
09.30 s/d Kelas Kreatifitas
10.30

07.30 s/d
09.30
Kelas Literasi
09.30 s/d
2. Sabtu Kelas Alam
10.30
Kelas Inspirasi
13.00 s/d
14.30

Tabel 1.1

Sumber data : Kurikulum Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) Komunitas Koin


Untuk Negeri

Kelas agama dalam program Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA)

menekankan program pengenalan huruf hijaiyah, tata cara berwudhu, dan tata cara

shalat yang baik dan benar. Program ini bertujuan untuk memberikan peserta

20
didik pemahaman yang baik mengenai agama terkhusus pada kegiatan mengaji,

berwudhu dan shalat.

Selanjutnya dirumuskan penguatan yang menjadi fokus pembelajaran yang

akan diterapkan dalam program kelas agama. Penguatan menjadi komponen yang

sangat penting untuk memberikan gambaran tentang garis besar jenis kegiatan

pembelajaran di program kelas agama SEJARA yaitu mengenalkan huruf hijaiyah

beserta makhorijul huruf yang tepat, membimbing peserta didik mengaji,

mengajarkan tata cara wudhu yang baik dan benar dan mengajarkan tata cara

shalat yang baik dan benar beserta bacaannya.

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan dalam bahasa Arab kata yang paling sering digunakan

salah satunya yaitu al-tarbiyah. Kata tarbiyah berasal dari kata rabba-yarubbu-

tarbiyatan yang berarti “memelihara, mengasuh, mendidik”.21

Menurut Abuddin Nata, tarbiyah diartikan sebagai suatu proses untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik,

sehingga potensi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, melalui

cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya

berdasarkan perencanaan, sistematis, dan berkelanjutan atau continue.22

21
A. W. Munawir, Kamus Istilah Modern Al-Munawwir Indonesia-Arab, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2018), h. 462

22
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Predanamedia Group, 2016), h. 8

21
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.23
Maka, pendidikan dapat diartikan sebagai salah usaha sadar yang dilakukan

oleh pendidik untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh tiap-tiap peserta didik secara sistematis dan terencana agar tercapai tujuan

pendidikan yang diinginkan.

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia, dan berlangsung sepanjang hayat yang dilaksanakan di

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan

dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan

serasi.

Kata Islam secara bahasa berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman, yang


24
berarti ketundukan, perdamaian dan tunduk kepada kehendak Allah Swt. Dalam

konteks pendidikan, yang dimaksud dengan Islam yaitu ajaran yang diwahyukan

oleh Allah Swt untuk umat manusia yang ajarannya disampaikan melalui

Rasulullah Saw.25 Maka, Islam berarti agama yang mengajarkan para pemeluknya
23
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h..3

24
Abuddin Nata, op.cit., h. 32.

25
Ibid.

22
atau yang disebut umat muslim untuk menyebarkan perdamaian, keamanan, dan

keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia, dan kepada lingkungan

sekitarnya.

Pendidikan agama Islam menurut Zakiah Daradjat merupakan pembentukan

kepribadian muslim atau perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
26
petunjuk ajaran Islam. Pendidikan agama Islam merupakan usaha memberikan

bimbingan dan asuhan kepada anak didik dengan tujuan agar anak didik dapat

mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta

menjadikan ajaran Islam sebagai tuntunan hidup kebahagiaan di dunia dan

akhirat.27

Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah

Umum Negeri (Ditbinpaisun) yang dikuti oleh Zakiyah Daradjat, Pendidikan

agama Islam adalah:

suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di
dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta
tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan
hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat
kelak.28
Jadi, Pendidikan agama Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk

menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik

26
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.10

27
Ibid., h. 86

28
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 88

23
melalui cara yang sistematis dan terencana agar mengenal, memiliki, menghayati,

sampai mengimani ajaran agama Islam sebagai tuntunan yang dapat digunakan

dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan

akhirat.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Adanya proses pendidikan merupakan salah satu upaya perubahan dan

perkembangan pengetahuan dalam diri manusia. Pembelajaran dan pendidiikan

Islam secara keseluruhan, bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang

menjadi insan kamil yang berarti “manusia yang memiliki keutuhan rohani dan

jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya

kepada Allah Swt”.29

Pendidikan agama Islam diharapkan dapat menciptakan manusia yang

memiliki keutuhan dimulai dari pengetahuan hingga pengamalan nilai-nilai ajaran

Islam baik itu kaitannya dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia

sesamanya. Sehingga tercipta kerukunan antar umat manusia dan tercapai

kebahagiaan kehidupan di akhirat nanti.

Tujuan pendidikan agama Islam tentunya sangat luas jika dilihat dari

berbagai aspek. Salah satu tujuan pendidikan agama Islam pada tingkat mata

pelajaran yaitu terciptanya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran

Islam sesuai dengan bidang-bidang tertentu.30

29
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),, h. 29

30
Abuddin Nata, op.cit., h. 65.

24
Pada tingkat mata pelajaran berarti tujuan pendidikan agama Islam lebih

fokus dan terinci sesuai dengan bidangnya. Misalnya dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam pada materi tata cara salat wajib maka tujuan yang

diharapkan yaitu seorang peserta didik dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam tentang salat wajib.

c. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 30 ayat 2 disebutkan bahwa “Pendidikan keagamaan berfungsi

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan

mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.” 31

Menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya menjelaskan bahwa

pendidikan Agama harus mampu mengantarkan peserta didik kepada tiga aspek.

Pertama, aspek keimanan yaitu mencakup seluruh rukun iman. Kedua, aspek

ibadah yaitu mencakup seluruh rukun Islam. Ketiga, aspek akhlak mencakup

seluruh akhlaqul karimah.32

Sehingga pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah berfungsi

untuk membentuk peserta didik memenuhi dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agamanya yang mencakup poin utamanya yaitu keimanan, ibadah dan akhlak

Maka fungsi dari pembelajaran pendidikan agama Islam dengan materi yang

diadakan dalam program kelas agama komunitas koin untuk negeri adalah untuk

31
Redaksi Sinar Grafika, op.cit., h. 21

32
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), cet. 4, h. 74

25
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan materi tersebut.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Islam sebagai agama dan objek kajian pendidikan memiliki cakupan dan

ruang lingkup yang luas. Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang

lingkup yang saling terkait yaitu:

1) Aqidah

Aqidah menurut bahasa adalah keyakinan atau kepercayaan, sedangkan

menurut istilah Aqidah merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang

diyakini kebenarannya oleh hati manusia dengan berpedoman kepada Alquran dan

Sunnah Rasul.

2) Syariat

Syariat merupakan aturan dan norma-norma yang diturunkan oleh Allah Swt

kepada manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia

dengan alam semesta, dan hubungan antar sesama manusia.

3) Akhlak, Etika dan Moral

Akhlak, etika dan moral merupakan cerminan kualitas keberagaman

seseorang. Semakin baik tingkat keberagaman seseorang, maka akan terlihat baik

pula akhlak, etika dan moral yang tercermin. Karena akhlak merupakan keadaan

yang menjadi sumber lahirnya suatu perbuatan secara spontan.33

Ketiga komponen di atas merupakan suatu kesatuan dalam ajaran Islam.

Umat muslim yang memiliki akidah yang lurus dan kuat maka akan mendorong

33
Rois Mahfud, Al Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 9

26
dirinya untuk melaksanakan syariat Islam yang hanya ditujukan kepada Allah

sehingga tercermin akhlak yang terpuji pada dirinya.

e. Tantangan Pendidikan Agama Islam

1) Arus Globalisasi dan Modernisasi

A. Malik Fadjar berpendapat bahwa terdapat tiga tantangan berat yang

sedang dihadapi saat ini: Pertama, bagaimana mempertahankan dari serangan

krisis dan apa yang kita capai jangan sampai hilang. Kedua, kita berada dalam

suasana global di bidang pendidikan. Ketiga, melakukan perubahan dan

penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang

lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah

dan peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. 34

Dalam menghadapi tantangan pendidikan Islam yang begitu mengglobal

maka harus ditekankan pada pembentukan peserta didik agar mampu berkembang

sebagai generasi “khaira ummah” (beriman dan bertakwa, dewasa dalam bersikap,

mentalitas daya fikir, dan semangat hidup mandiri, kreatif dinamis dan berakhlak

karimah).

Oleh karena itu, umat Islam harus menghadapi tantangan globalisasi, bukan

untuk dihindari dan ditakuti tetapi harus ditantang dan ditata secara alami dengan

penuh percaya diri, kualitas SDM harus selalu dikedepankan dengan berpijak pada

konsep tauhid.

2) Tidak Tersedianya SDM yang Memadai

Azyumardi Azra menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh

pendidikan Islam adalah tidak tersedianya sumber daya yang memadai. Hal ini
34
Muh Idris, Orientasi Pendidikan Islam, (Sleman: Deepublish, 2020), h. 38.

27
disebabkan karena SDM masih lemah dan mereka masih berpikir sangat tidak

kreatif, berpikir dengan cara juklak, juknis dan tidak membuat terobosan-
35
terobosan baru. Oleh karena itu, Islam harus mampu menghadapi globalisasi

yang diperkuat oleh SDM sehingga bisa kompetitif ke depan dalam menghadapi

globalisasi.

Mengelola pendidikan pada hakikatnya adalah mengelola masa depan.

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan, mengarahkan anak

didik supaya dapat menjadi manusia masa depan yang ideal, dengan cara

menjadikan anak didik tersebut sebagai manusia yang lengkap dalam dimensi

religiusnya. Hal ini berarti, suatu proses pengondisian agar anak didik menjadi

lebih mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan nilai-nilai Islam

yang menjadi pandangan dan pedoman hidup.36

3. Kerangka Pikir

Uma Sekaran dalam bukunya business research (1992) mengemukakan

bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

penting.37

Kerangka pikir merupakan penjelasan sementara yang menunjukkan

argumentasi peneliti dalam menentukan hipotesis. Pada hakikatnya kerangka

berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan kepada argumentasi berpikir


35
Muh Idris, Orientasi Pendidikan Islam, (Sleman: Deepublish, 2020), h. 42.

36
Ibid, h. 53.

37
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2010), h. 13.

28
deduktif dengan menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis

dasarnya. Kerangka berpikir juga yaitu pemikiran mengenai ketertarikan antara

variabel-variabel yang akan diteliti.

Komunitas Koin Untuk Negeri

Program Komunitas Koin Untuk Negeri

Kelas Agama

Peserta Didik

Dapat Mempraktikkan Dapat Mempraktikkan Dapat Mengaji dengan


Tata Cara Berwudhu tata cara shalat dengan baik dan benar
Dengan Baik dan Benar baik dan benar

Gambar 1 : Kerangka Berfikir

BAB III

METODE PENELITIAN

29
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah jenis

penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang mengkaji objek untuk

mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada secara kontekstual melalui

pengumpulan data yang diperoleh.

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang

diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).38

Berdasarkan pada pandangan di atas, maka penelitian kualitatif dalam

penulisan ini untuk menggali suatu fakta, kemudian memberikan penjelasan

terkait berbagai realita yang ditemukan. Olehnya itu, penulis akan mengamati

peristiwa-peristiwa di lapangan yang berkaitan dengan Peran Program Komunitas

Koin Untuk Negeri Dalam Meningkatkan Pemahaman Pendidikan Agama Islam

Pada Peserta Didik di MI Hidayatullah Dusun Makmur Desa Bonto Manurung

Kabupaten Maros.

B. Lokasi Penelitian

S. Nasution berpendapat bahwa ada tiga unsur penting yang perlu

dipertimbangkan dalam menetapkan lokasi penelitian yaitu: tempat, pelaku dan

38
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017) h. 82

30
39
kegiatan. Olehnya itu, penelitian akan dilakukan pada Komunitas Koin Untuk

Negeri di MI Hidayatullah Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kecamatan

Tompo Bulu Kabupaten Maros. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama dua

bulan.

C. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah penulis dalam menyelesaikan penelitian tentang Peran

Program Komunitas Koin Untuk Negeri Dalam Meningkatkan Pemahaman

Pendidikan Agama Islam, penulis akan menentukan fokus masalah yang akan

diteliti yaitu Program Komunitas Koin Untuk Negeri. Adapun sumber data dalam

penelitian ini adalah Muh Aril Patongai, SH sebagai ketua umum Komunitas Koin

Untuk Negeri, Muh Aslam Tompo, S.Pd sebagai pembina kelas agama, Bapak

Anwar sebagai guru, dan orang tua peserta didik di MI Hidayatullah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mencapai hal

tersebut, jenis data yang digunakan bervariasi, diantaranya pengalaman personal,

introspektif, sejarah kehidupan, hasil wawancara, observasi lapangan, perjalanan

sejarah, dan hasil pengamatan visual yang menjelaskan momen-momen dan nilai-

nilai rutinitas dan problematic kehidupan setiap individu yang terlibat di dalam

penelitian.40

39
Ibid, h. 184
40
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017) h. 141

31
Pengumpulan data di lokasi dilakukan dengan menggambarkan Teknik

pengumpulan data berupa:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara


41
sistematis. Tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi

dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial

serba kompleks dalam pola-pola kultur tertentu. Hal yang akan diobservasi ketika

melakukan penelitian ini adalah tentang hal apa yang perlu diajarkan di MI

Hidayatullah dan melakukan pengelompakan untuk melihat langkah apa yang

perlu dilakukan untuk pembinaan keagamaan peserta didik.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah

tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih

berhadapan secara fisik.42 Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.

Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mengetahui metode

pembelajaran pendidikan agama Islam dalam program Komunitas Koin Untuk

Negeri di MI Hidayatullah Dusun Makmur Desa Bonto Manurung Kecamatan

Tompo Bulu Kabupaten Maros. Wawancara ini dilaksanakan pada warga sekolah

41
Ibid, h. 143

42
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017) h. 160

32
khususnya guru, Muh Ariel Patongai, SH selaku ketua umum komunitas Koin

Untuk Negeri dan Syaifullah Agit selaku Pembina kelas Agama komunitas Koin

Untuk Negeri.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Menurut Guba

dan Lincoln, tingkat kredibilitas suatu hasil penelitian kualitatif sedikit banyaknya

ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang ada. 43

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dokumen

merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa

sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental yang semuanya

itu meberikan informasi bagi proses penelitian. Yang diambil dari metode

dokumentasi adalah dokumen resmi untuk memperoleh profil sekolah, serta hal-

hal yang berkaitan dengan hasil belajar peserta didik.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian karena dari

analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Dalam

penelitian kualitatif, analisis data harus seiring dengan pengumpulan fakta-fakta di

lapangan. Dengan demikian, analisis data dapat dilakukan sepanjang proses


43
Ibid, h. 175

33
penelitian. Semua analisis data kualitatif akan mencakup penelusuran data,

melalui catatan-catatan (pengamatan lapangan) untuk menemukan pola-pola

budaya yang dikaji oleh peneliti.44

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada

penlitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,


45
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya. Data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan

untuk melakukan pengumpulan data. Reduksi ini diharapkan agar memberikan

kemudahan dalam menyimpulkan hasil penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 46

Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan

sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian

data.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

44
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017) h. 210

45
Ibid, h. 211

46
Ibid, h. 211

34
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus

penelitian berdasarkan hasil analisis data.47 Simpulan disajikan dalam bentuk

deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Penarikan

kesimpulan adalah setiap kesimpulan awal dikemukan masih bersifat sementara

dan akan berubah apabila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data selanjutnya

F. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui

kreadibilitas data yang dikumpulkan selama penelitian. Teknik yang digunakan

untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi data.

Triangulasi data yaitu teknik yang lebih mengutamakan efektifitas hasil

penelitian.48

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek

data yang telah diperoleh dari lapangan penelitian melalui beberapa sumber.

Artinya untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik

yang sama. Adapun sumber yang dimaksud meliputi, guru pendidikan agama,

peserta didik dan orang tua peserta didik.

Data yang diperoleh dari sumber tersebut dideskripsikan mana pandangan

yang sama atau spesifik dan mana pandangan yang berbeda. Data yang telah

47
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017) h. 160

48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2016) h. 274

35
dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dan selanjutnya

diminta kesepakatan dari sumber tersebut. Untuk memperjelas penggunaan

triangulasi sumber dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Pengurus KUN

Wawancara Mendalam Orang Tua Peserta Didik

Guru

Gambar 1.2 : Triangulasi Sumber

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data

diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi. Jika

teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar sehingga dapat

disimpulkan kembali untuk memperoleh data akhir autentik sesuai dengan

masalah yang ada dalam penelitian ini. Triangulasi teknik dilakukan jika data atau

informan peneliti diragukan kebenarannya. Triangulasi teknik digunakan baik

lokasi penelitian maupun di luar lokasi penelitian. Secara sederhana, triangulasi

teknik alam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Observasi

36
Sumber
Wawancara
Data

Dokumentasi

Gambar 1.3: Triangulasi Teknik

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

wawancara dan observasi dalam waktu dan situasi yang berbeda untuk

menghasilkan data yang valid sesuai dengan masalah yang ada dalam penelitian.49

Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan

teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar akan memberikan

data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian

kredibiltas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-

ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.

Dari ketiga teknik pengujian keabsahan data yang telah dikemukakan di

atas, peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu membandingkan data hasilp

observasi dengan hasil wawancara lalu ditarik sebuah kesimpulan.

49
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitaif dan R & D (Cet. X; Bandung: Alfabeta,
2010), h. 373.

37
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil dan Gambaran Umum MI Hidayatullah

1. Sejarah Lokasi Penelitian MI Hidayatullah

38
Berdasarkan hasil observasi, ditemui hanya ada satu sekolah MI

Hidayatullah di Dusun Makmur yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari

sekolah induk MI Hidayatullah di Dusun Tanete Bulu. Letak kelas jauh MI

Hidayatullah di Dusun Makmur ada di kampung Pattiro yang ada sejak tahun

2017.

Pada awalnya posisi kelas jauh ini terletak di bawah kolong rumah kepala

dusun yang berdinding kayu dan beralaskan tanah. Sewaktu – waktu bangku dan

meja yang digunakan dalam proses pembelajaran dipenuhi kotoran ayam sebab

ruangannya terbuka.

Namun, setelah beberapa bulan kelas jauh MI Hidayatullah di kampung

Pattiro telah mengalami renovasi. Tidak lagi di bawah kolong rumah tetapi telah

memiliki bangunan sekolah dengan dinding dan lantai yang beralaskan kayu

sehingga terlihat lebih memungkinkan digunakan untuk kegiatan belajar dan

mengajar.

2. Visi dan Misi MI Hidayatullah

Adapun visi MI Hidayatullah yaitu:

a. Menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas,

kreatif, inovatif, berdaya saing, berprestasi dan berbudaya yang dilandasi

iman dan taqwa.

Adapun misi MI Hidayatullah yaitu:

a. Melaksanakan PBM dengan memperdayakan potensi yang ada.

b. Menyiapkan dan memberi bekal pengetahuan agar peserta didik memiliki

intelektual yang berkualitas, serta dapat diandalkan.

39
c. Mendidik dan membimbing agar peserta didik senantiasa beriman dan

bertaqwa serta memiliki kepribadian dan pekerti luhur.

d. Menumbuhkan sikap disiplin yang didasari rasa tanggung jawab.

e. Meningkatkan suasana kekeluargaan baik dalam lingkungan sekolah

maupun dalam lingkungan sekolah50

3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Keadaan tenaga pendidik dan kependidikan di MI Hidayatullah Dusun

Makmur belum memenuhi kelayakan. Ada beberapa penyebabnya, yaitu pertama

kondisi bangunan sekolah masih berdinding kayu. Kedua fasilitas belajar peserta

didik sangat terbatas seperti belum ada perpustakaan dan kondisi buku-buku yang

dijadikan media belajar sudah kumuh, lusuh, terhambur dan robek. Ketiga akses

jalan masih jalan setapak dan sempit sehingga menjadi kendala utama guru datang

mengajar serta kendala bagi pemerintah daerah dalam pengadaan bahan materil

pembangunan gedung sekolah.

Ada dua tenaga pendidik yang ditugaskan untuk mengajar di MI

Hidayatullah Dusun Makmur, namun tidak semua aktif mengajar dikarenakan

beberapa hambatan tertentu. Tindakan yang ditempuh Ibu Kasmawati selaku

tenaga pendidik di kelas jauh MI Hidayatullah ialah menggabung semua peserta

didik dalam satu kelas, sebab gurunya hanya dua dan siswa berjumlah 25 orang.

Sedangkan kondisi nonfisik pendidikan di MI Hidayatullah yaitu belum

memenuhi kelayakan seperti pertama, insentif guru yang masih rendah sehingga

tidak sebanding dengan kerja keras mereka mengajar siswa dengan begitu

50
Kasmawati. Kepala MI Hidayatullah, “Wawancara”, di Rumah Kepala MI
Hidayatullah, tanggal 19 Januari 2023

40
sebagian guru yang diberi amanah mengajar tidak konsisten bahkan enam orang

berhenti tiba-tiba. Kedua jumlah tenaga pendidik yang tidak memadai. Padahal,

sebagaimana dalam Peraturan Daerah Kabupaten Maros No. 14 Tahun 2016

Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 setiap warga masyarakat berhak

memperoleh pendidikan yang bermutu, termasuk warga masyarakat di daerah

terpencil Dusun Makmur berhak memperoleh pendidikan layanan khusus,

sehingga pendidikan dapat terselenggara sesuai prinsip adil, demokratis, dan tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

B. Profil dan Gambaran Umum Komunitas Koin Untuk Negeri

1. Gambaran Lokasi Pengabdian Komunitas Koin Untuk Negeri

Lokasi pengabdian Komunitas Koin Untuk Negeri berada di Kabupaten

Maros dengan luas wilayah 1.619,12 km2 dan berbatasan dengan Kabupaten

Pangkep sebelah Utara, Kabupaten Gowa dan Bone sebelah Timur, Kabupaten

Gowa dan Kota Makassar sebelah Selatan, dan selat Makassar sebelah Barat.

Kabupaten Maros terdiri atas 14 Kecamatan dan dibagi 80 Desa dan 23 Kelurahan

dan letak pengabdian Komunitas Koin Untuk Negeri berada di Dusun Makmur

Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros. 51

Desa Bonto Manurung adalah nama sebuah desa yang berada di wilayah

Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa

Bonto Manurung memiliki luas wilayah 40,55 km2 dan jumlah penduduk

sebanyak 1.379 jiwa. Lokasi pengabdian Komunitas Koin Untuk Negeri berada di

Dusun Makmur yang berada jauh dari pusat Kabupaten Maros. Kondisi geografis

51
Muh Ariel Patongai. Ketua Umum Komunitas Koin Untuk Negeri, “Wawancara”, di
MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022.

41
Dusun Makmur berada di daerah pegunungan dengan akses jalan yang terjal dan

harus melewati sungai untuk sampai di dusun Makmur.

Kondisi MI Hidayatullah jauh dari kata layak. Sekolah di atas pegunungan

berdinding papan yang mulai keropos, meja yang rusak, papan tulis serta buku-

buku yang tidak layak pakai, ruangan belajar yang tidak kondusif, jauh dari kata

layak sebagai tempat menuntut ilmu. Melihat kondisi masyarakat Dusun Makmur

Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros khususnya peserta didik di MI

Hidayatullah yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak terkhusus

pendidikan agama Islam maka Komunitas Koin Untuk Negeri memilih lokasi ini

sebagai tempat pengabdian untuk memberikan bimbingan khususnya pendidikan

agama Islam yang dilakukan oleh para relawan Komunitas Koin Untuk Negeri

dengan tujuan membina keagamaan dan membantu agar siswa mampu memahami

serta mengamalkan ajaran agama Islam.

2. Sejarah Komunitas Koin Untuk Negeri

Koin Untuk Negeri (KUN) merupakan sebuah komunitas yang terbentuk

pada tanggal 1 Januari 2016. Cikal bakal komunitas ini terbentuk berawal dari

sebuah kebiasaan serta inisiatif pendirinya bernama Akbar Alimuddin yang

bermula setelah mengikuti program Kementerian Koordinator Kemaritiman

(MENKO Maritim) yang mengabdi bersama 25 peserta di Kepulauan Selayar

dalam program Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ). Melihat realitas di lapangan

menyadarkannya tentang keprihatinan terhadap kondisi pendidikan yang ada yaitu

terjadinya ketimpangan pendidikan di pedesaan cukup tinggi ketika dibandingkan

42
dengan kondisi pendidikan yang ada di kota-kota besar khususnya di kota

Makassar. Setelah melakukan beberapa observasi dan pengamatan ternyata salah

satu faktor penyebab terjadinya ketimpangan tersebut disebabkan karena

keterbatasan tenaga pendidik, fasilitas, sarana dan prasarana, serta keterbatasan

ekonomi. Hal ini kemudian diperkuat dengan adanya rilis data yang dikeluarkan

oleh United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2016 tentang angka putus

sekolah mencapai 2,5 juta anak, 70% diantaranya berada di tingkat pedesaan. Hal

ini yang menjadi dasar permasalahan yang harus dipecahkan secara bersama-sama

agar kualitas pendidikan bisa meningkat dan merata. 52

Dari sebuah kebiasaan menabung dipadukan dengan realita yang ditemukan

dilapangan digerakkan dengan inisiatif yang tinggi hingga tercipta sebuah konsep

yang utuh dan kemudian diaplikasikan dalam sebuah perkumpulan yang bernama

Komunitas Koin Untuk Negeri-Ku yang seiring dengan waktu berubah nama

menjadi Koin Untuk Negeri. Nama Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN)

terinspirasi dari uang koin yang selalu dikumpulkan sedikit demi sedikit oleh

salah satu pendirinya dan hasil tabungan koin tersebut disalurkan ke daerah yang

aspek pendidikan masih tertinggal.

Melihat hal ini cukup positif dan kebiasaan menabung cukup memberikan

pengaruh positif, Akbar Alimuddin mencoba menularkan kebiasaan ini kepada

teman-temannya sehingga salah satu temannya yaitu Asni Suryaningsih tertarik

disusul dengan Wahyuddin yang juga ikut bergabung. Di awal berdirinya

komunitas ini, belum mampu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan karena

kurangnya yang tertarik untuk bergabung. Berbagai cara telah dilakukan namun
52
Akbar Alimuddin, Buku Saku Sekolah Jejak Nusantara Komunitas Koin Untuk Negeri

43
hasilnya nihil dan belum ada sama sekali yang tertarik. Kemudian pendiri

berinisiatif untuk membuat PIN dan membagikan kepada siapa saja yang ingin

bergabung. Seiring dengan berjalannya waktu, kehadiran Asni Suryaningsih dan

Wahyuddin menjadi angina segar dan menjadi awal mula berkembangnya

Komunitas Koin Untuk Negeri.

Dengan inisiatif yang tinggi, pendiri dan kedua temannya kemudian menata

untuk membagi tugas, ada yang bertugas mengelola keuangan dan ada yang

bertugas mengajak bergabung melalui sosial media. Akhirnya dari setiap usaha

dan kerja keras membuahkan hasil dengan bertambahnya beberapa orang yang

menjadi anggota. Kemudian dilakukanlah pemilihan ketua umum sekaligus

pengembangan konsep komunitas. Dari data yang didapatkan jumlah relawan

yang bergabung di komunitas Koin Untuk Negeri sebanyak 500 relawan.

Komunitas Koin Untuk Negeri adalah komunitas yang dibentuk sebagai

komunitas yang peduli akan sesama manusia. Komunitas ini merupakan

komunitas otonom, bebas, aktif, mandiri, dan transparan yang bersifat

perkumpulan, persahabatan, kekeluargaan, kepedulian dan kebersamaan.

Komunitas Koin Untuk Negeri yang berdiri sejak 1 Januari 2016 di kota Makassar

yang didirikan oleh Akbar Alimuddin, Wahyudin dan Asri Suryaningsih. 53

Program awal komunitas Koin Untuk Negeri adalah Tunjuk Satu Koin

(TSK) yang dilaksanakan pada tanggal 1 Jannuari 2016 bertepatan dengan

berdirinya komunitas Koin Untuk Negeri. Seiring berjalannya waktu pendiri

mulai merancang program baru yaitu Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA),

Ekspedisi KUN, dan Bakti Sosial.


53
Akbar Alimuddin, Buku Saku Sekolah Jejak Nusantara Komunitas Koin Untuk Negeri

44
3. Visi dan Misi Komunitas Koin Untuk Negeri

a. Visi

Menjadi komunitas yang bergerak atas prinsip perkumpulan, persahabatan,

kekeluargaan, kesadaran, kepedulian, dan kebersamaan.

b. Misi

1) Menjadi wadah untuk dapat mengambil peran secara aktif dalam dunia

sosial dan pendidikan, pelatihan, dan pemberdayaan potensi

masyarakat.

2) Mengadakan riset pengkajian, penelitian dan pengamalan,

pengembangan kreatifitas.

3) Mendirikan sekolah non formal sebagai wadah membina generasi muda

dalam meningkatkan pengetahuan, penalaran, inovasi, skill dan

kreatifitas.

4) Melakukan dokumentasi dan publikasi potensi daerah, nilai-nilai

masyarakat, dan pengembangan sumber daya.

5) Mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial, kemasyarakatan,

dan kegiatan yang erat kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan

taraf hidup masyarakat, pengembangan dan peningkatan sumber daya

manusia.

6) Menyelenggarakan dan membina peningkatan ekonomi kreatif berbasis

lokal.

7) Menjalin mitra dan kerjasama internasional, regional, lokal dalam

pendidikan sosial kemasyarakatan, ekonomi, seni, dan teknologi.

45
8) Mengirim relawan untuk mengabdi di daerah terpencil

4. Program Komunitas Koin Untuk Negeri

Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) memiliki program yang terstruktur

dalam 1 tahun yang dilaksanakan setiap bulan yaitu perekrutan relawan baru

untuk mengabdi di lokasi pengabdian selama 4 hari yang kemudian dikenal

dengan istilah program Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA), pengumpulan

celengan relawan setiap bulan yang disebut program Tunjuk Satu Koin (TSK),

penyaluran donasi perlengkapan dan peralatan sekolah di pelosok yaitu program

Ekspedisi, dan program Bakti Sosial.

a. Tunjuk Satu Koin (TSK)

Tunjuk Satu Koin (TSK) merupakan kegiatan bulanan yang dilaksanakan

oleh komunitas Koin Untuk Negeri yang dihadiri oleh relawan dan masyarakat

umum untuk mengumpulkan hasil celengan. Hasil dari perhitungan celengan akan

disalurkan untuk membeli bantuan peralatan sekolah kepada peserta didik yang

ada di daerah tertinggal.

b. Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA)

Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) merupakan sebuah program yang

diluncurkan oleh komunitas Koin Untuk Negeri pada tanggal 1 Januari 2017.

Program ini dibentuk atas dasar kepedulian terhadap kondisi pendidikan di daerah

terpencil dan terpinggirkan. SEJARA merupakan wadah pembinaan generasi

muda dengan menekankan pada peningkatan kualitas hidup melalui pendidikan

agama, alam, pengembangan kreatifitas, skill, inovatif, dan kemandirian dengan

46
mengedepankan pembelajaran yang ramah lingkungan, santai, inspirasi dan

inovasi agar keinginan dan semangat belajar peserta didik semakin bertambah.54

Fokus kegiatan belajar program pendidikan SEJARA adalah belajar dan

bermain di alam sekitar melibatkan peserta didik secara aktif, kreatif, partisipatif,

inovatif, motivatif, dan interaktif. Tujuan dibentuknya SEJARA adalah untuk

memberikan pendidikan tambahan kepada anak-anak yang berada di daerah

terpencil karena melihat fakta bahwa pendidikan di daerah terpencil masih

mengalami ketimpangan dan kesenjangan yang diakibatkan oleh sarana dan

prasarana yang kurang memadai, tenaga pendidik yang minim, serta faktor sosial

masyarakat daerah terpencil.

Komunitas Koin Untuk Negeri di Program Sekolah Jejak Nusantara

mempunyai 6 Kelas. Kelas Agama, Kelas Literasi, Kelas Alam, Kelas Kreativitas,

Kelas Inspirasi, dan Kelas Komunitas. Adapun jadwal relawan Komunitas Koin

Untuk Negeri pada program SEJARA sebagai berikut :

Jadwal kegiatan kelas program SEJARA Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN)
Tahun 2022

No Hari Jam Nama kegiatan

07.30 s/d
09.30 Kelas Agama
1. Jumat
09.30 s/d Kelas Kreatifitas
10.30

07.30 s/d Kelas Literasi


2. Sabtu
09.30 Kelas Alam
09.30 s/d

54
Akbar Alimuddin, Buku Saku Sekolah Jejak Nusantara Komunitas Koin Untuk Negeri

47
10.30
13.00 s/d Kelas Inspirasi
14.30

Tabel 1.1

Sumber data : Kurikulum Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) Komunitas Koin


Untuk Negeri

c. Ekspedisi KUN

Ekspedisi merupakan kegiatan penyaluran bantuan untuk anak-anak di

daerah terpencil. Bantuan ini berupa peralatan sekolah yang berasal dari hasil

program Tunjuk Satu Koin (TSK) dan bantuan yang diberikan oleh donator. Tim

Ekspedisi juga bertugas untuk mengecek sekolah yang kurang layak untuk

dijadikan sebagai sekolah binaan.55

d. Bakti Sosial

Bakti sosial komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) merupakan kegiatan yang

dilaksanakan sekali setahun. Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam

program bakti sosial yaitu ekonomi kreatif kearifan lokal, penyuluhan kesehatan,

evaluasi pembelajaran, dan buka puasa bersama.

C. Peran Program Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri Dalam

Meningkatkan Pemahaman Agama Islam Peserta Didik di MI

Hidayatullah Dusun Makmur

1. Program Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri

Kelas agama dalam program Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA)

menekankan program pengenalan huruf hijaiyah, tata cara berwudhu, dan tata cara

55
Akbar Alimuddin, Buku Saku Sekolah Jejak Nusantara Komunitas Koin Untuk Negeri

48
shalat yang baik dan benar. Program ini bertujuan untuk memberikan peserta

didik pemahaman yang baik mengenai agama terkhusus pada kegiatan mengaji,

berwudhu dan shalat.

Selanjutnya dirumuskan penguatan yang menjadi fokus pembelajaran yang

akan diterapkan dalam program kelas agama. Penguatan menjadi komponen yang

sangat penting untuk memberikan gambaran tentang garis besar jenis kegiatan

pembelajaran di program kelas agama SEJARA yaitu mengenalkan huruf hijaiyah

beserta makhorijul huruf yang tepat, membimbing peserta didik mengaji,

mengajarkan tata cara wudhu yang baik dan benar dan mengajarkan tata cara

shalat yang baik dan benar beserta bacaannya.

No Kelas Penguatan
 Mengenalkan huruf Hijaiyah beserta
makhrijul huruf yang tepat.
 Membimbing siswa mengaji.
1 Kelas Agama  Mengajarkan tata cara Wudhu yang baik dan
benar.
 Mengajarkan tata cara Sholat yang baik dan
benar beserta bacaan-bacaan yang dilafalkan
dalam sholat.
Tabel 1.2

Sumber data : Kurikulum Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) Komunitas Koin


Untuk Negeri

2. Tujuan Program Kelas Agama

Meningkatkan pemahaman dasar ajaran agama Islam kepada anak-anak

agar mereka mampu dan taat menjalankan praktek ajaran agama dengan baik dan

49
benar, serta memiliki karakter jujur, sabar, ikhlas, amanah dan menjunjung tinggi

nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.56

3. Program Kelas Agama Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama

Islam Peserta Didik di MI Hidayatullah

Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah Swt untuk orang tuanya.

Orang tua adalah yang melahirkan anak-anaknya. Orang tua dituntut untuk

menanamkan pemahaman agama pada anak. Tentunya amanah tersebut hendaklah

diperhatikan, dijaga, dipelihara, dibimbing, dan di didik dengan sebaik-baiknya,

karena semua ini adalah menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua,

sebagaimana dikemukakan dalam hadits yang berbunyi :

)‫ َفَأَبَو اُه ُيَه ِّو َد اِنِه َأْو ُيَم ِّج َس اِنِه َأْو ُيَنِّص َر اِنِه (رواه مسلم‬،‫ُك ُّل َمْو ُلْو ٍد ُيْو َلُد َعَلى اْلِف ْطَر ِة‬57

Artinya:

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang


tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR.
Muslim).

Dari hadits tersebut di atas jelas bahwa orang tua adalah tempat pertama kali

anak-anak menerima pendidikan sejak ia masih dalam kandungan anak-anak

sudah mendapatkan perhatian dan pendidikan dari orang tuanya hingga ia lahir

dan sampai dewasa. Pendidikan yang diberikan orang tua itu merupakan

pembentuk dasar kepribadian anak sebagai bekal kehidupannya dimasa yang akan

datang.

56
Kurikulum Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) Komunitas Koin Untuk Negeri
57
Muslim, Sahih Muslim No: 4803

50
Pendidikan adalah pengalaman belajar yang terprogram dalam pendidikan

informan, formal dan non formal. Selain keluarga sebagai lembaga pendidikan

informal, sekolah adalah pendidikan formal yang juga merupakan wadah tempat

anak memperoleh pengetahuan tentang ilmu umum dan ilmu kegamaan.

Permasalahan pendidikan formal yang sedang dihadapi bangsa ini yaitu belum

meratanya lembaga pendidikan yang bermutu. Kesenjangan pendidikan sangat

terasa di daerah-daerah pelosok Indonesia. Kesenjangan pendidikan antara di kota

dengan daerah terpencil masih tinggi. Berbagai masalah yang menghambat proses

pendidikan di daerah terpencil adalah kurangnya tenaga pendidik atau tenaga

pendidik yang tidak berkompeten , serta kekurangan dari segi sarana dan

prasarana yang digunakan.

Situasi seperti inilah yang dihadapi anak-anak di MI Hidayatullah di Dusun

Makmur yang merasakan ketidakmerataan pendidikan. Letak Dusun Makmur

yang terpencil membuat daerah ini kekurangan baik darai segi sarana dan

infrastruktur seperti pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini yang membuat

masyarakat Dusun Makmur mengalami keterbelakangan khususnya dalam aspek

pemahaman agama.

Dalam proses penelitian ini dimana salah satunya adalah observasi

lapangan, wawancara dengan didasarkan pada pengamatan. Wawancara dilakukan

di MI Hidayatullah dan Ketua Komunitas Koin Untuk Negeri. Data hasil

observasi sebagai berikut:

“Masyarakat Dusun Makmur menurut saya masih minim pemahaman


agama, dapat dilihat dari masjid yang tidak terawat, masyarakat yang belum
tahu cara mengurus jenazah dan sedikitnya masyarakat yang mengikuti
shalat Jum’at. Kehadiran relawan Komunitas Koin Untuk Negeri inilah

51
yang selalu mengajak masyarakat untuk melaksanakan shalat dan
mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak-anak Dusun Makmur.”58

Maksud dari kutipan di atas adalah, minimnya pemahaman agama pada

masyarakat dan anak-anak Dusun Makmur karena tidak mendapatkan

pembelajaran yang baik seperti yang didapatkan oleh anak-anak kota. Orang tua

juga tidak memperlihatkan nilai-nilai agama kepada anaknya seperti hal sederhana

melaksanakan shalat lima waktu dan membaca Alquran.

Secara kualitas, masyarakat Dusun Makmur yang paham tentang syariat

Islam dan sadar ingin mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dapat

dikatakan masih kurang. Padahal jika dilihat mereka semua adalah mayoritas

beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan Pak

Anwar selaku guru di Dusun Makmur sekaligus Imam masjid. Beliau

mengatakan:

“Kesadaran beragama disini masih kurang, sehingga sedikit yang paham


tentang ajaran Islam, kemudian kurangnya penceramah yang masuk di
dusun ini. Masyarakat terlalu sibuk untuk bekerja, bertani, tidak
meluangkan waktu untuk mempelajari ajaran Islam, pantas jika masjid di
dusun ini jamaahnya kurang. Kadang-kadang saya shalat sendiri, saya yang
adzan, iqomah dan sekaligus jadi imam. Tapi Alhamdulillah setelah relawan
Komunitas Koin Untuk Negeri hadir di dusun ini sudah ada perubahan.”59

Kondisi inilah yang membuat peserta didik di MI Hidayatullah tidak

mendapatkan pemahaman agama yang baik di keluarga maupun di sekolah.

Keterbatasan inilah yang melandasi komunitas Koin Untuk Negeri menjadikan

Dusun Makmur sebagai lokasi pengabdian. Pembinaan keagamaan dilakukan oleh


58
Ariel Patongai, SH. Ketua Umum Komunitas Koin Untuk Negeri, “Wawancara”, di MI
Hidayatullah, tanggal 1 November 2022
59
Anwar. Kepala Dusun Makmur, “Wawancara”, di Rumah Kepala Dusun Makmur,
tanggal 1 November 2022

52
kelas agama, Muh Aslam Tompo, S.Pd selaku wali kelas agama mengatakan

bahwa:

“Jika ingin mendakwahkan ajaran Islam di dusun ini harus pelan-pelan.


Cukup ajarkan kepada anak-anak mereka. Sebelum melakukan pembinaan
keagamaan pada anak-anak di MI Hidayatullah, dilakukan observasi terlebih
dahulu untuk mengetahui apa yang perlu diajarkan serta melakukan
pengelompokan berdasarkan pemahaman keagamaan anak-anak.”60
Olehnya itu berbagai program dilakukan oleh kelas agama agar peserta

didik di MI Hidayatullah mendapatkan pemahaman agama yang baik dengan

harapan agar keterbelakangan keagamaan tidak terus berlanjut.

Adapun program yang dilakukan dalam meningkatkan pemahaman agama

Islam peserta didik yaitu:

a. Pengenalan Huruf Hijaiyah

Pengenalan huruf hijaiyah diberikan kepada peserta didik yang sama sekali

belum mengenal huruf hijaiyah. Relawan mengajarkan dengan mengenalkan huruf

hijaiyah satu persatu dengan menggunakan media pembelajaran flashcard sampai

peserta didik paham.

Menurut Aslam Tompo, S.Pd, yang merupakan wali kelas agama

meengatakan bahwa :

“Usaha yang dilakukan oleh relawan komunitas Koin Untuk Negeri kepada
peserta didik MI Hidayatullah yang tadinya tidak mengenal huruf hijaiyah,
setelah dibina beberapa bulan sudah ada beberapa dari mereka yang
mengenal huruf hijaiyah dan bahkan sudah ada yang naik ketingkatan
membaca Iqra.”61

60
Muh Aslam Tompo, S.Pd. Wali Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri,
“Wawancara”, di MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022
61
Muh Aslam Tompo, S.Pd. Wali Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri,
“Wawancara”, di MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022

53
Hal serupa juga diungkapkan oleh ketua Komunitas Koin Untuk Negeri:

“Untuk mengenalkan huruf hijaiyah kepada anak perlu pendekatan


individual karena ada beberapa anak yang masih buta dalam mengenal huruf
hijaiyah dan itu perlu pendekatan khusus dan menggunakan media flashcard
sehingga pembelajaran berjalan lebih menarik dan perlahan mampu
mengenal huruf hijaiyah.”62

Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya pendekatan

individual dalam pembinaan keagamaan. Dengan adanya pendekatan individual

relawan dan peserta didik dapat saling memahami sehingga dalam proses

pembelajaran relawan bisa menentukan metode pembelajaran serta media belajar

yang cocok dengan karakteristik peserta didik. Mengenal huruf hijaiyah melalui

media flashcard yang telah dilakukan memberikan dampak yang baik terhadap

kemampuan mengenal huruf hijaiyah peserta didik.

b. Praktek Membaca Iqra/Alquran

Praktek membaca Iqra atau Alquran dilakukan jika peserta didik telah

mampu mengenal huruf hijaiyah. Program ini diperuntukkan untuk peserta didik

yang mampu membaca huruf hijaiyah sesuai dengan makhorijul huruf. Jika telah

mampu, maka selanjutnya peserta didik akan dibimbing membaca Iqra oleh

relawan komunitas Koin Untuk Negeri.

Membaca Iqra merupakan salah satu cara khusus agar bisa membaca

Alquran dengan baik. Iqra memiliki 6 jilid yang diajarkan oleh relawan secara

bertahap. Jika jilid pertama sudah lancar, relawan bisa melanjutkan pembelajaran

ke jilid selanjutnya.

Aslam Tompo, S.Pd selaku wali kelas agama mengatakan bahwa:

62
Muh Ariel Patongai. Ketua Umum Komunitas Koin Untuk Negeri, “Wawancara”, di
MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022

54
“Sebelum peserta didik naik ketingkatan selanjutnya, kita melakukan review
pengetahuan peserta didik mengenai huruf hijaiyah untuk memberikan
stimulus dengan menggunakan ice breaking atau games. Dengan itu,
pembelajaran akan berjalan seru dan menarik.”63

Maksud dari kutipan di atas adalah, belajar sambil bermain dapat mengasah

kemampun kognitif seorang anak. Saat bermain, peserta didik dapat memiliki

pengetahuan dan pengalaman baru. Selain itu kemampuan berpikir, kemampuan

berkomunikasi, kemampuan berimajinasi peserta didik juga dapat dilatih dengan

metode belajar sambil bermain.

Melalui pembinaan iqra dan mengaji oleh relawan komunitas Koin Untuk

Negeri, telah terjadi perubahan yang signifikan yaitu peserta didik mulai dapat

membaca iqra dengan makhorijul huruf yang benar, tanda baca dan beberapa

peserta didik telah paham cara membaca huruf mad.

c. Praktek Tata Cara Wudhu

Berwudhu merupakan syarat sah shalat sehingga apabila mengerjakan shalat

tetapi tidak berwudhu terlebih dahulu maka shalat kita akan sia-sia. Relawan

komunitas Koin Untuk Negeri menerapkan model pembelajaran demonstrasi dan

simulasi pada peserta didik untuk memberikan pemahaman tentang tata cara

wudhu. Seperti yang diungkapkan oleh wali kelas agama:

“Sebelum melaksanakan praktek wudhu, kami menyeragamkan pemahaman


mengenai tata cara wudhu mulai dari gerakan hingga bacaan agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Selama proses pembelajaran, relawan diberikan
media pembelajaran sebagai pedoman untuk mengajarkan peserta didik tata
cara berwudhu dengan baik.”64

63
Muh Aslam Tompo, S.Pd. Wali Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri,
“Wawancara”, di MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022

64
Muh Aslam Tompo, S.Pd. Wali Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri,
“Wawancara”, di MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022

55
Dengan metode demonstrasi dan simulasi yang digunakan oleh relawan,

proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara

mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik.

d. Praktek Tata Cara Shalat

Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang mulai sejak dini diajarkan

kepada anak. Pelaksanaan pembelajaran shalat dilakukan oleh relawan dengan

metode demonstrasi dan simulasi. Seperti yang diungkapkan oleh Aslam Tmpo,

S.Pd selaku wali kelas agama bahwa:

“Terdapat persiapan sebelum proses pembelajaran, relawan diminta untuk


membawa media pembelajaran berupa poster tata cara shalat dan bacaannya
sebagai pedoman, kemudian peserta didik dibawa ke mushalla untuk
melaksanakan praktek shalat. Metode pembelajaran yang digunakan adalah
satu relawan membimbing dua peserta didik. Praktek shalat dilaksanakan di
musholla karena terdapat alat-alat ibadah walaupun tidak cukup.”65

Penyampaian materi shalat sebelum menerapkan metode demonstrasi pada

saat pembelajaran sangat bagus dilakukan karena digunakan untuk mengetahui

pengetahuan awal peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Seperti yang diungkapkan Ariel Patongai:

“Dalam praktek shalat relawan memperagakan materi yang ada di media


pembelajaran. Setelah itu, relawan meminta peserta didik untuk mengulangi
apa yang sudah dijelaskan. Dan tidak hanya sekali, relawan juga meminta
semua peserta didik mempraktikkannya di dalam mushalla secara
bersamaan.”66

65
Muh Aslam Tompo, S.Pd. Wali Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri,
“Wawancara”, di MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022

66
Muh Ariel Patongai. Ketua Umum Komunitas Koin Untuk Negeri, “Wawancara”, di
MI Hidayatullah, tanggal 1 November 2022.

56
Proses pembelajaran tata cara shalat dengan metode demonstrasi ini

sangatlah membantu. Sebelum relawan mengajarkan tata cara shalat, peserta didik

ternyata belum mahir dan terbata-bata. Namun setelah dibimbing oleh relawan,

berdasarkan pengamatan terjadi peningkatan keterampilan gerakan dan hafalan

bacaan shalat pada peserta didik MI Hidayatullah. Hal ini dikarenakan relawan

mendemonstrasikan dan memimpin dalam menghafal gerakan dan bacaan shalat

dan dilakukan bersama secara bergantian.

4. Tingkat Keberhasilan Program Kelas Agama Komunitas Koin Untuk

Negeri di MI Hidayatullah Dusun Makmur

Keberhasilan adalah sesuatu yang menunjukkan taraf tercapainya suatu

tujuan. Adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran

yang dituju. Dalam hal ini adalah bagaimana tingkat keberhasilan program kelas

agama Komunitas Koin Untuk Negeri dalam meningkatkan pemahaman agama

Islam peserta didik di MI Hidayatullah. Adapun tingkat keberhasilan yang dapat

diamati oleh peneliti adalah:

a. Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Peserta Didik

Sebelum ada relawan Komunitas Koin Untuk Negeri, peserta didik di MI

Hidayatullah Dusun Makmur jarang berminat untuk belajar. Mayoritas dari

mereka lebih senang bekerja dan ke kebun. Lingkungan dan keluarga tidak begitu

mendukung para peserta didik untuk belajar bahkan untuk terus melanjutkan

57
pendidikan ke tingkatan selanjutnya, dari keinginan pribadi, dorongan dari guru

dan orang tua pun tidak mereka dapatkan.

Selama program kelas agama Komunitas Koin Untuk Negeri melaksanakan

bimbingan belajar khususnya bimbingan keagamaan, relawan Komunitas Koin

Untuk Negeri mengajar dengan cara berbeda dengan guru asal sekolah. Relawan

menggunakan strategi dengan metode belajar sambil bermain dengan diselingi ice

breaking, menggunakan media pembelajaran bergambar yang inovatif dan

menarik perhatian peserta didik untuk belajar serta melakukan pendekatan

individual agar relawan dan peserta didik bisa saling memahami.

Kegiatan yang dibuat oleh relawan sangat beragam dan masing-masing

kegiatan menarik minat peserta didik. Dengan adanya relawan Komunitas Koin

Untuk Negeri, peserta didik semakin rajin untuk ke sekolah dan mau menempuh

perjalanan ke sekolah yang jaraknya jauh dari rumah. Sebagaimana yang

dituturkan oleh Pak Anwar selaku kepala Dusun Makmur:

“Anak-anak semakin rajin untuk ke sekolah, banyak perubahan baik terjadi


setelah diajarkan oleh relawan KUN. Anak-anak mau menempuh perjalanan
ke sekolah yang lumayan jauh untuk belajar sama kakak-kakak relawan.”67

Bimbingan yang dilakukan oleh relawan Komunitas Koin Untuk Negeri

sangat berpengaruh bagi pembinaan keagamaan peserta didik di MI Hidayatullah.

Namun, semua itu tidak terlaksana dengan baik jika peserta didik tidak

mempunyai kesadaran dan niat yang kuat untuk menjadi lebih baik.

b. Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Peserta Didik

67
Anwar. Kepala Dusun Makmur, “Wawancara”, di Rumah Kepala Dusun Makmur,
tanggal 1 November 2022

58
Keberhasilan program kelas agama Komunitas Koin Untuk Negeri dapat

dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan keagamaan bagi peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi, pengetahuan keagamaan peserta didik sebelum

relawan mengajar masih minim, yaitu tidak mengenal huruf hijaiyah, belum

mampu membaca iqra dengan baik, tata cara wudhu dan shalat yang kurang tepat.

Oleh karena itu dalam pelaksanaan program kelas agama Komunitas Koin Untuk

Negeri, relawan menggunakan metode pembelajaran yang cocok untuk setiap

kelompok usia peserta didik dan menggunakan media pembelajaran yang inovatif

seperti flashcard, poster wudhu dan shalat, serta puzzle.

Dari hasil penelitian pada pembelajaran huruf hijaiyah telah menunjukkan

hasil yang memuaskan dimana kemampuan mengenal huruf hijaiyah peserta didik

sudah meningkat dengan baik. Peserta didik bisa menunjukkan huruf hijaiyah,

menyebutkan huruf hijaiyah, dan menuliskan huruf hijaiyah. 21 peserta didik yang

mengikuti pembelajaran kelas agama, 11 diantaranya telah menguasai huruf

hijaiyah dengan baik yang awalnya sebelum relawan mengajar peserta didik

belum mampu membaca huruf hijaiyah dengan baik.

Melalui pembinaan iqra dan mengaji oleh relawan komunitas Koin Untuk

Negeri, telah terjadi perubahan yang signifikan yaitu peserta didik mulai dapat

membaca iqra dengan makhorijul huruf yang benar, tanda baca dan beberapa

peserta didik telah paham cara membaca huruf mad. Satriani salah satu peserta

didik di MI Hidayatullah yang kini duduk di bangku kelas 5 mengatakan:

“Sebelum kakak KUN datang, saya masih belum bisa lancar baca iqra, tapi
setelah kakak KUN ajar saya sudah bisa sampai iqra 3.”68
68
Satriani Peserta Didik MI Hidayatullah, “Wawancara”, di MI Hidayatullah, tanggal 22
Januari 2023

59
Perubahan yang terlihat pada saat pembelajaran iqra adalah peserta didik

melafalkan bacaan basmalah sebelum memulai pembelajaran, serius

mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh relawan serta mampu

membedakan bacaan panjang dan pendek.

Pada materi tata cara wudhu perubahan yang terlihat sebelum dan setelah

relawan mengajar sangat signifikan yang awalnya ketika mengambil wudhu tidak

sesuai urutan dan asal-asalan namun setelah dibimbing oleh relawan, peserta didik

mampu mempraktekkan dengan baik dan beberapa mampu menghafal bacaan

sebelum dan setelah wudhu. Peserta didik juga mampu memahami pentingnya

berwudhu sebelum melaksanakan ibadah setelah diberikan penjelasan oleh

relawan.

Sedangkan pada materi tata cara shalat, relawan memberikan pemahaman

tentang pengertian dan pentingnya melaksanakan shalat sebelum

mendemonstrasikan tata cara shalat yang benar sesuai media pembelajaran yang

digunakan. Proses pembelajaran tata cara shalat dengan metode demonstrasi ini

sangatlah membantu. Sebelum relawan mengajarkan tata cara shalat, peserta didik

ternyata belum mahir dan terbata-bata. Namun setelah dibimbing oleh relawan,

berdasarkan pengamatan terjadi peningkatan keterampilan gerakan dan hafalan

bacaan shalat pada peserta didik MI Hidayatullah. Hal ini dikarenakan relawan

mendemonstrasikan dan memimpin dalam menghafal gerakan dan bacaan shalat

dan dilakukan bersama secara bergantian.

c. Perubahan Prilaku Peserta Didik

60
Keberhasilan program kelas agama Komunitas Koin Untuk Negeri dapat

dilihat dalam aspek afektif, dimana peserta didik dapat menunjukkan sikap

berkaitan dengan perbuatan, tingkah laku, ucapan, dan kecenderungan dalam hal

kerjasama, setia kawan, kejujuran dan bijaksana.

Dalam proses pembelajaran kelas agama materi huruf hijaiyah terlihat

ketika belajar bersama, peserta didik yang memiliki pemahaman yang baik

membantu temannya yang belum paham huruf hijaiyah. Begitu juga di materi

membaca iqra/al quran peserta didik mau berbagi pengetahuan kepada teman

lainnya yang belum lancar membaca iqra. Dalam prilaku keseharian sebelum

belajar, terlihat peserta didik mengucapkan salam sebelum memasuki sekolah,

berdoa sebelum belajar dan bertutur kata yang baik. Ini merupakan pembiasaan

yang selalu dipraktekkan dan diajarkan oleh relawan Komunitas Koin Untuk

Negeri agar dapat saling menghormati antara orang tua, guru dan teman sebaya.

Ketika waktu shalat, relawan mengajak peserta didik untuk ikut shalat

berjamaah sebagai awal untuk pembiasaan agar mampu melaksanakan shalat

dengan baik. Relawan juga mengajarkan untuk selalu berwudhu sebelum

melaksanakan ibadah, mengajarkan untuk mengumandangkan adzan, serta

menjaga kebersihan mushalla. Terlihat perubahan prilaku peserta didik yang

semakin rajin datang ke mushalla dan melaksanakan ibadah dengan khusyu.

Terlihat juga setelah shalat maghrib, peserta didik selalu membawa iqra dan

alquran untuk belajar bersama kakak-kakak relawan Komunitas Koin Untuk

Negeri.

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Bentuk program komunitas Koin Untuk Negeri di MI Hidayatullah

Dusun Makmur Desa Bonto Manurung dalam meningkatkan

pemahaman agama Islam adalah Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA)

kelas agama dengan program pengenalan huruf hijaiyah, membaca

iqra/mengaji, praktek tata cara wudhu dan praktek tata cara shalat.

62
2. Tingkat keberhasilan Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) program kelas

agama efektif dalam meningkatkan pemahaman agama Islam peserta

didik. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari pemahaman dan perubahan

prilaku sehari-hari peserta didik MI Hidayatullah. Maka berdasarkan

hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab di atas dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan program kelas agama di MI

Hidayatullah terlaksana dengan baik, melalui kegiatan pengenalan huruf

hijaiyah, membaca iqra/mengaji, praktek tata cara wudhu dan shalat.

B. Saran

Sebagai komunitas sosial pendidikan yang berfokus pada bidang

pendidikan, komunitas Koin Untuk Negeri merupakan harapan untuk membantu

memajukan pendidikan bangsa. Namun ada hal-hal yang perlu dikembangkan

yaitu lebih banyak menjalin kerja sama dengan pemerintah melalui lembaga-

lembaga sosial serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program

komunitas Koin Untuk Negeri.

63
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al karim

B. N, Agoes Patub, “Modul Seminar Peran Komunitas Musik Etnik Dalam


Kebangkitan Budaya Bangsa Dalam Ambar Kusumastuti, Peran
Komunitas Dalam Interaksi Sosial Remaja di Komunitas Angklung
Remaja” Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Jakarta: Kencana. 2014

Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2012

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesi Ed. IV. Jakarta:
PT Gramaedia Nusantara. 2012

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2014

64
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2017

Hadits Riwayat Muslim No. 4803

Idris, Muh. Orientasi Pendidikan Islam. Sleman: Deepublish. 2020

Kementerian Agama RI. Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: Direktorat Jendral


Bimbingan Masyarakat Islam Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah.
2012

Mahfud, Rois. Al Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga. 2011

Munawir. A. W, Kamus Istilah Modern Al-Munawwir Indonesia-Arab. Surabaya:


Pustaka Progressif. 2018

Nata, Abuddin. Psikologi Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


2018.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Predanamedia Group. 2016

Nasih, Ahmad Munjin, Lilik Nur Kholidah. Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Malang: Refika Aditama. 2013

Nasrum, Irfandi, “Strategi Bimbingan Islam Dalam Pembinaan Keagamaan Anak


Daerah 3T Pada Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) di SD Al Mubaroq
Dusun Bara Desa Bonto Somba Kecamatan Tompo Bulu Kabupaten
Maros” Skripsi. Makassar: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin
Makassar, 2019.

Qomar, Mujamil. Dimensi Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Erlangga. 2015

Redaksi Sinar Grafika. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan


Nasional). Jakarta: Sinar Grafika. 2016

Riska, “Peran Komunitas Rumah Berbagi Asa Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan di SDN 059 Bonto Tengnga Desa Patanyamang Kecamatan
Camba Kabupaten Maros” Skripsi. Makassar: Fak. Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, 2020.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.


2010

S Fahrizal. http://repository.radenintan.ac.id/2535/5/BAB%2011%20TESIS.pdf.

65
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2015

Soekanto, Soerjono. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010

Syamsir, Torang. Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya &


Perubahan Organisasi). Bandung: Alfabeta. 2014

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta. 2016

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional


beserta Penjelasannya. Jakarta: Cemerlang. 2003

Uno, Hamzah B, Nina Lamatenggo. Landasan Pendidikan. Gorontalo: Bumi


Aksara. 2016

Tabel 1
Struktur Kepengurusan Komunitas Koin Untuk Negeri

66
Tabel 2
Data Peserta Didik MI Hidayatullah

No Nama Jenis Kelamin Kelas


1. Fadel Laki-laki 1
2. Sinta Perempuan 1
3. Nanda Perempuan 2
4. Sapri Laki-laki 2
5. Misra Perempuan 2
6. Uti Perempuan 2
7. Zahra Perempuan 2
8. Ilham Laki-laki 3
9. Santi Perempuan 3
10. Ansari Laki-laki 3

67
11. Yusuf Laki-laki 3
12. Sahrul Laki-laki 3
13. Rahma Laki-laki 3
14. Tika Perempuan 3
15. Rahul Laki-laki 4
16. Farul Laki-laki 4
17. Dirga Laki-laki 5
18. Takdir Laki-laki 5
19. Satuni Perempuan 5
20. Satriani Perempuan 5
21. Aini Perempuan 5

Keterangan:
Laki-laki : 11
Perempuan : 10

Tabel 3

Data Perkembangan Peserta Didik MI Hidayatullah Setelah Mengikuti


Program Kelas Agama Komunitas Koin Untuk Negeri

Perubahan Peserta Didik MI Hidayatullah

Nama Tata Cara Tata Cara


Huruf Hijaiyah Iqra/Alquran
Siswa Wudhu Shalat

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak


Fadel T Y Y
Sinta T Y Y
Nanda T Y Y
Sapri T Y Y
Misra T Y Y
Uti Y Y Y

68
Zahra T Y Y
Ilham T Y Y
Santi Y Y Y Y
Ansari Y Y Y Y
Yusuf Y Y Y Y
Sahrul Y Y Y Y
Rahma Y Y Y Y
Tika Y Y Y Y
Rahul T Y Y
Farul T Y Y
Dirga Y Y Y Y
Takdir Y Y Y Y
Satuni Y Y Y Y
Satriani Y Y Y Y
Aini T Y Y

69
R

A. Surat Keterangan Pembimbing

70
B. Surat Izin Penelitian

71
C. Surat Telah Melakukan Penelitian

72
D. Lembar Pedoman Observasi

PEDOMAN WAWANCARA
KETUA KOMUNITAS KOIN UNTUK NEGERI

1. Profil Narasumber

Nama : Ariel Patongai, SH


Umur : 23 tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Jl. Maccini Raya
Tanggal Wawancara : 1 November 2022

2. Wawancara dengan ketua komunitas Koin Untuk Negeri

73
a. Bagaimana profil Komunitas Koin Untuk Negeri ?
b. Bagaimana sejarah terbentuknya komunitas Koin Untuk Negeri ?
c. Bagaimana cara perekrutan relawan baru komunitas Koin Untuk
Negeri?
d. Apa saja program dari komunitas Koin Untuk Negeri ?
e. Mengapa memilih MI Hidayatullah sebagai sekolah binaan ke 5 ?
f. Bagaimana perbedaan perubahan MI Hidayatullah sebelum dan
sesudah dibina oleh Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) ?
g. Harapan apa saja yang anda inginkan dari komunitas Koin Untuk
Negeri terhadap mi Hidayatullah ?
h. Berkaitan dengan dana apakah ada yang membantu?
i. Apakah kurikulum yang diajarkan relawan komunitas Koin Untuk
Negeri ?
j. Apakah warga setempat menerima baik komunitas Koin Untuk Negeri
di Dusun tersebut?
k. Sejauh mana tingkat keberhasilan komunitas Koin Untuk Negeri
dalam pembinaan di MI Hidayatullah?
l. Bagaimana dampak minimnya pemahaman agama Islam peserta didik
di MI Hidayatullah?
m. Apa hambatan yang anda rasakan ketika menjadi relawan komunitas
Koin Untuk Negeri ?

PEDOMAN WAWANCARA
WALI KELAS AGAMA KOMUNITAS KOIN UNTUK NEGERI

1. Profil Narasumber

Nama : Muh Aslam Tompo, S.Pd


Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Jl. Bitowa Lama
Tanggal Wawancara : 1 November 2022

2. Wawancara dengan wali kelas agama komunitas Koin Untuk Negeri


a. Sejak kapan anda bergabung dengan komunitas Koin Untuk Negeri ?

74
b. Apa yang membuat anda tertarik untuk menjadi relawan komunitas
Koin Untuk Negeri ?
c. Bagaimana bentuk program kelas agama komunitas Koin Untuk
Negeri di MI Hidayatullah ?
d. Bagaimana perbedaan perubahan peserta didik di MI Hidayatullah
sebelum dan sesudah mengikuti program kelas agama ?
e. Bagaimana proses yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas Agama
Komunitas Koin Untuk Negeri?
f. Metode pembelajaran apa yang digunakan pada kelas agama
khususnya pada materi Wudhu, Shalat dan Mengaji?
g. Faktor apa yang mendukung dalam proses pembelajaran kelas agama
di MI Hidayatullah ?
h. Apa saja hambatan pembelajaran kelas Agama di MI Hidayatullah ?
i. Apa kiat-kiat untuk mengatasi hambatan tersebut agar pembejaran
kelas Agama tetap terlaksana ?

PEDOMAN WAWANCARA
GURU MI HIDAYATULLAH DAN WARGA DUSUN
MAKMUR

1. Profil Narasumber

Nama : Kasmawati
Umur : 51 tahun
Pekerjaan : Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Dusun Tanete Bulu
Tanggal Wawancara : 20 Januari 2023

Nama : Anwar
Umur : 46 tahun

75
Pekerjaan : Kepala Dusun Makmur, Guru
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Dusun Makmur
Tanggal Wawancara : 1 November 2022

2. Wawancara dengan guru sekaligus kepala dusun Makmur


a. Sejak kapan bapak mengenal komunitas Koin Untuk Negeri ?
b. Bagaimana pendapat bapak mengenai komunitas Koin Untuk Negeri ?
c. Menurut bapak, apakah peserta didik di MI Hidayatullah telah
memiliki pemahaman agama Islam yang baik ?
d. Bagaimana dampak dari minimnya pemahaman agama Islam peserta
didik di MI Hidayatullah?
e. Bagaimana pandangan bapak mengenai komunitas Koin Untuk Negeri
dalam pembinaan keagamaan di MI Hidayatullah?
f. Apa saja peran yang diberikan komunitas Koin Untuk Negeri ?
g. Apakah komunitas Koin Untuk Negeri membawa dampak positif ?
h. Bagaimana yang anda lihat perkembangan anak-anak setelah
datangnya komunitas Koin Untuk Negeri ?
i. Bagaimana respon masyarakat khususnya orang tua peserta didik
dengan adanya komunitas Koin Untuk Negeri di Dusun Makmur Desa
Bontotanga?
j. Apa harapan anda terhadap komunitas Koin Untuk Negeri ?

E. Dokumentasi

76

Anda mungkin juga menyukai