Anda di halaman 1dari 109

IMPLEMENTASI PROGRAM MUHADHOROH

DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK


DI SMP ISLAM 4-5 TAMBAKBOYO

SKRIPSI

Disusun Oleh:
NUR LAILATUL LUTFIA
NIM 192501151

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA TUBAN


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tidak ada kata yang mapu terucap dari lisan ini

melainkan beribu ucapan syukur atas Rohmat yang telah Allah berikan. Allah

SWT yang maha suci, maha menolong, maha belaskasih, maha penyayang dan

maha segalanya, yang senantiasa memberikan taufiq, hidayah, inayah serta

rohmatnya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul

“Implementasi Program Muhadhoroh Dalam Menumbuhkan Karakter Religius

Peserta didik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo” dengan baik dan berjalan dengan

baik pula.

Sholawat serta salam semoga selalu terhaturkan kepada beliau

Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membawa dan membimbing

kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni addinul

Islam, dan yang selalu kita harap syafaatnya kelak di yaumul akhir.

Sehubung dengan terselesaikannya skripsi ini, tentunya tidak lepas

dari bantuan dan dorongan moril, serta do’a dari berbagai pihak. Maka dari itu,

peneliti dengan segenap kerendahan hatinya, mengucapkan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya dan penghargaan yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Abdullah dan Ibu Dartik, beserta kakak saya

yang tiada henti memberikan kasih sayangnya, bimbingannya, doanya,

dukungannya yang berupa materi dan moril serta ridhonya kepada saya,

sampai saya berada dititik yang sekarang ini.

2. Seluruh guru-guru saya, dari saya MI, SMP, pesantren, dan sampai saat

ini. Yang telah sudi dan ikhlas menuntun dan membimbing saya dalam
2

menunjukkan jalan kehidupan yang hakiki, menuju keselamatan yang

abadi.

3. Teman-teman seperjuangan di kelas E, teman-teman KKN serta PPL yang

telah saling memberikan support satu sama lain, serta dukungan, sehingga

saya kita semua dapat sampai pada titik ini.

4. Bapak Bisrul Ronji,S.Pd. beserta seluruh jajaran dewan guru SMP Islam

4-5 Tambakboyo, yang telah mengizinkan dan membantu penelitian untuk

memperoleh seluruh informasi terkait salah satu program sekolah yang

saya usung.

5. Saya sangat beterima kasih kepada seluruh pihak, yag namanya tidak

mampu saya sebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan beribu-ribu

terimakasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan.

Tuban, 22 Juli 2023

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berguna dan penting

bagi keberlangsungan hidup manusia, tidak ada seorangpun manusia yang

dilahirkan didunia ini dengan tiba-tiba langsung mempunyai kecerdasan

dan kepintaran yang hakiki, dan yang pasti tidak akan langsung terampil

dalam memcahkan masalah kehidupannya tanpa melalui proses pendidikan

formal maupun non formal. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu


4

system atau cara dalam meningkatkan kualitas serta kapasitas hidup

manusia dalam segala aspek kehidupannya.

Pendidikan merupakan suatu proses perubahan dan perkembangan

diri manusia menuju ke arah kehidupan yang lebih baik dan sempurna.

Tujuan pendidikan itu sendiri untuk membawa perubahan positif yang

diharapkan pada manusia setelah menjalani proses pendidikan ataupun

dalam kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya, tepatnya diwilayah

tempat tinggalnya.

Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi saat ini

membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter

bangsa.Sementara itu pendidikan karakter merupakan pondasi bangsa yang

sangat perlu dan sangat penting ditanamkan sedini mungkin kepada anak-

anak Indonesia. Pendidikan itu merupakan usaha sadar dan terencana yang

dilakukan oleh orang yang profesional dibidangnya untuk

mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal, dan

dengan cara ini pula dapat mengembangkan SDM sekitar lingkungan

sekolah. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 pada pasal 3,

Tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab( samani, Dkk, 2014:26). Namun, saat ini pendidikan di Indonesia


5

khususnya pendidikan agama Islam mengalami reduksi atau penurunan

dalam hal kualitasnya.

Beberapa fakta yang menunjukkan bahwasanya karakter bangsa

pada zaman sekarang ini menurun drastis, seperti halnya tercatat 93,7%

peserta didik SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2% remaja SMP

pernah melakukan aborsi, dan 97% remaja SMP dan SMA pernah melihat

film porno.(Kompas.com,2010). Masa remaja sering dikenal sebagai masa

pemberontakan.Pada masa ini, seorang anak yang baru mangalami

pubertas, seringkali menampilkan berbagai gejolak emosi, serta

mengalami banyak masalah baik di lingkungan keluarga maupun

lingkungan sekolah.Selain itu kemajuan teknologi juga tidak lepas dari

kejahatan, seperti halnya kejahatan melalui handpone, internet, maupun

media sosial ataupun kuarangnya sopan santun terhadap guru, orang tua

ataupun orang yang lebih tua daripadanya. Hal ini merupakan suatu

fenomena yang melatar belakangi munculnya pendidikan karakter.Dari

beberapa permasalahan moral yang merosot akhir-akhir ini, pendidikanlah

yang menjadi pondasi yang dapat mencegah seseorang melakukan

tindakan yang tidak terpuji.

Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan lingkungan kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran, perasaan perkataan, perbuatan serta sikap,

berdasarkan norma-norma agama serta hukum, tatakrama, budaya, dan

adat istiadat.(Muhammad, 2020:3). Pendidikan karakter merupakan

penanaman nilai karakter kepada warga sekolah, termasuk diantaranya


6

komponen pengetahuan kemauan atau kesadaran dan tindakan untuk

melakukan nilai-nilai tersebut.Baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

sesama, lingkungan, diri sendir maupun kebangsaan sehingga menjadi

manusia insan kamil. Karakter dikatakan sebagai tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, watak, budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang

lainnya. Karakter tidak bawaan dari bayi, dan juga tidak datang dengan

sendirinya, tidak bisa diwariskan dan tidak bisa diukur, akan tetapi

karakter itu harus dibentuk, dibangun secara sadar dan ditumbuh

kembangkan. Mantan presiden Soekarno berulang-ulang menegaskan

“Agama adalah unsur yang muthlak dalam nasional dan character

builging“.Hal ini diperkuat dengan pendapat Sumahamijaya yang

mengatakan:”karakter harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas.

Tanpa landasan yang jelas, karakter tidak berarti apa-apa, oleh karena itu

landasan dari pendidikan karakter adalah tidak lain haruslah

agama”(Majid, Dkk, 2011:61)

Pendidikan di Indonesia dirasa sangat perlu dalam hal

pengembangannya, apabila mengingat pada saat ini, masalah moralitas

dikalangan remaja, khususnya siswa dan mahasiswa sudah menjadi

problematika umum Karena banyaknya penyelenggaraan norma-norma

agama, seperti halnya tindak kekerasan, anarkis dan penganiayaan,

tawuran, pengedaran serta penyalahgunaan narkoba. Dalam kasus kecil

seperti halnya tidak hormat kepada guru, bahkan kepada orang tuanya

sendiri. Dampak pergaulan bebas dengan lawan jenis seperti halnya seks

bebas, fenomena hamil diluar nikah dan juga tindakan aborsi, yang mana
7

semua itu timbul akibat dari suka menonton film-film porno dan

penampilan indifidu/perorangan yang tidak sesuai dengan norma atau

aturan agama. Agama memberikan pengertian bahwasanya manusia

memiliki potensi untuk berakhlak baik atau buruk.

Kementrian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi Republik

Indonesia KEMENDIKBUD, merumuskan 18 nilai-nilai dalam pendidikan

karakter, diantaranya yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai,

gemar membaca, peduli lingkungan peduli sosial, tanggung jawab.(endah

sulistyawati, 2012:30) Selain 18 nilai pendidikan karakter tersebut, ada

juga program-program unggulan lain, seperti halnya Ngaduse (Ngaji,

Dhuha, dan sedekah pagi) ada juga Goesta (gotong royong sehat dan

bertaqwa).

Nilai religius dalam pendidikan karakter yaitu suatu perilaku dan

sifat yang patuh dalam melaksanakan agama yang dianutnya, hidup rukun

dengan pemeluk agama lain dan memiliki sikap toleran terhadap pemeluk

agama lain. Religius yaitu suatu nilai pendidikan karakter yang ada

kaitannya dengan Tuhan. Nilai religius itu sendiri selalu menunjukkan

bahwasanya perkataan, pikiran dan tindakan seseorang yang selalu

didasari dengan nilai-nilai ketuhanan serta ajaran agamanya.

Dalam membentuk manusia menjadi religius dapat diwujudkan

dari berbagai sisi kehidupan manusia. Aktifitas keagamaan bukan hanya di

praktekkan lewat seseorang yang beribadah/menyembah tuhannya, akan


8

tetapi juga aktifitas seseorang yang didorong oleh kekuatan supranatural.

Aktifitas seseorang yang beragama bukan hanya suatu kegiatan yang

bersifat dhohiriyah/nyata saja, tetapi aktifitas batiniyah juga termasuk

aktitas beragama yang tak diketahui oleh orang lain, kecuali dirinya

sendiri. Manusia yang beragama islam bukan hanya sholat, puasa

romadhon, zakat, dan haji saja, melainkan meliputi banyak unsur aktifitas

dalam kehidupan. Seperti halnya keyakinan akan adanya tuhan yang tidak

nyata secara dhohiriyahnya, keyakinan atas agamanya, ibadahnya, dan

berbagai unsur lainya.

Dalam kemajuan zaman saat ini, dihawatirkan akan menjadi

sebuah faktor pemicu terbentuknya karakter siswa kearah yang

menyimpang dan menyebabkan hilangnya nilai-nilai keagamaan yang

telah di terapkan sejak dini, salah satunya yaitu sholat 5 waktu, dan lain

sebagainya. Seorang anak khususnya juga para remaja, dalam mencari jati

dirinya harus mendapatkan bimbingan sepenuhnya dari orang tua dan

terlebih para pendidik, karena menurut ajaran islam, saat anak dilahirkan

kedunia, setelah Sembilan bulan dikandungan, anak tersebut lahir dalam

keadaan fitrah/suci dan alam sekitarnya yang akan memberikan corak

terhadap kehidupan anak tersebut salah satunya terhadap pendidikan

seorang anak, khususnya dalam pendidikan karakter. Oleh karena itu

pendidikan formal menjadi suatu wadah penting untuk menampung

generasi muda yang diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam

membentuk kepribadian peserta didik serta menumbuhkan nilai karakter

peseta didik.
9

Adanya sekolah juga berfungsi untuk mengajarkan perilaku/budi

pekerti dan suatu kebiasaan baik yang agamis pula terhadap peserta didik,

karena peserta didik yang agamis diharapkan bisa mempunyai karakter-

karakter yang baik juga, salah satunya yaitu karakter religius. Dalam hal

ini sangat perlu untuk menekankan karakter religus dalam proses belajar

dan mengajar disekolah, dengan alasan diharapkan dapat membantu untuk

memperkuat ketakwaan peserta didik dan memperbaiki akhlak pesera

didik, yang mana semakin kesini semakin tambah berkurangnya akhlak

dan iman peserta didik, dalam contoh kecil anak zaman sekarang terlalu

menyepelekan masalah sholat, najis, berhubungan dengan lawan jenis dan

lain sebagainya.

Keadaan tersebut mendorong sekolah memiliki tanggung jawab

dalam memberikan pengetahuan, mengembangkan, mambentuk nalar

berfikir yang rasio, menata dan membentuk karakter peserta didik melalui

pendidikan formal maupun nonformal.SMP Islam 4-5 merupakan salah

satu sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter, dan juga

menerapkan beberapa kegiatan diantaranya yaitu: hadroh, drumband,

futsal, pencak silat, muhadhoroh, kegiatan rutin kepramukaan, dan

beberapa kegiatan ekstra kulikuler yang bertujuan untuk menunjang bakat

siswa. SMP Islam 4-5 Tambakboyo dijadikan sebagai objeck penelitian

karena kegiatan disekolah ini, yaitu muhadhoroh, sangat unik dan sangat

berbeda dengan kegiatan muhadhoroh di sekolah lain. Sebagaimana

kegiatan muhadhoroh yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya sangat

berbeda dengan kegiatan muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo.


10

Walaupun dalam segi nama sama-sama muhadhoroh, akan tetapi dalam

pelaksanaanya atau rangkaian kegiatan dalam muhadhoroh di SMP Islam

4-5 Tambakboyo sangatlah berbeda dengan sekolah lain.

Muhadhoroh berasal dari kata hadhoro yang berarti hadir,

sedangkan muhadhoroh sendiri merupakan mashdar nya lafadh hadhoro

yang berarti orang yang hadir. Sebagaimana dapat dipahami bahwa

definisi dari muhadhoroh diidentikkan dengan suatu kegiatan yang dihadiri

oleh peserta didik untuk memperoleh ilmu agama yang lebih mendalam

dengan membiasakan kegiatan dzikir bersama, mengkaji kitab- kitab salaf

seperti halnya kitab fiqih, membaca dzibaiyah, melakukan sholat malam,

dan mendengarkan tausiyah yang di sampaikan oleh ustadz. Ada suatu

pendapat yang mengatakan bahwa muhadhoroh berarti ceramah atau

pidato, tetapi menurut peneliti pidato/ceramah dalam kegiatan

muhadhoroh tidak harus monoton di sampaikan oleh peserta didik untuk

melatih mental peserta didik, tetapi adakalanya ceramah tersebut

disampaikan oleh ustadz yang lebih faham terhadap agama, karena dengan

adanya ceramah tersebut di harapkan dapat menggugah hati peserta didik

untuk menjadi lebih religius dalam semua hal. Muhadhoroh dalam arti

amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat muthlak bagi kesempurnaan dan

keselamatan hidup masyarakat. Dalam Al-Quran Surat Al- Imran ayat 110

yang artinya:

ۗ‫ُك ْنُتْم َخ ْيَر ُاَّم ٍة ُاْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َت ْأُمُر ْو َن ِب اْلَم ْع ُر ْو ِف َو َتْنَه ْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنْو َن ِبالّٰل ِه‬

‫َو َلْو ٰاَم َن َاْه ُل اْلِكٰت ِب َلَك اَن َخ ْيًر ا ُهَّلْم ۗ ِم ْنُه ُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َو َاْك َثُر ُه ُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬
11

“Kamu (umat islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk

manusia(karena kamu) menyuruh(berbuat) yang makruf dan mencegah

dari yang mungkar dan beriman kepada Allah…”

Berdasarkan observasi awal di SMP Islam 4-5 Tambakboyo masih

terdapat peserta didik yang belum memiliki karakter religius, oleh sebab

itu sekolah mempunyai program kegiatan muhadhoroh yang di laksanakan

satu minggu sekali yang bertepatan pada hari sabtu malam minggu, dalam

kegiatan ini siswa diwajibkan untuk bermalam di sekolah, dengan jadwal

pisah antara peserta didik perempuan dengan peserta didik laki-laki, jika

minggu pertama perempuan maka minggu keduanya laki-laki, begitu

seterusnya. Dalam program muhadhoroh ini diharapkan mampu

menanamkan nilai-nilai karakter religius pada peserta didik di SMP Islam

4-5 Tambakboyo.

Dari latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan guna mengkaji

lebih lanjut tentang bagaimana proses penumbuhan karakter religius

peserta didik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Oleh Karena itu, peneliti

mengambil judul skripsi “Implementasi Program Muhadhoroh Dalam

Menumbuhkan Karakter Religius Peserta Didik Di SMP Islam 4-5

Tambakboyo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses implementasi program muhadhoroh dalam

menumbuhkan karakter religius peserta didik di SMP Islam 4-5

Tambakboyo ?
12

2. Bagaimana implikasi penumbuhan karakter religius peserta didik

melalui program muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan proses implementasi program Muhadhoroh dalam

menumbuhkan karakter religius peserta didik di SMP Islam 4-5

Tambakboyo.

2. Mendeskripsikan implikasi penumbuhan karakter religius peserta

didik melalui program muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Dapat menambah atau meningkatkan wawasan pendidikan,

khususnya wawasan seorang pendidik terhadap pendidikan karakter

religius yang telah di implementasikan kepada peserta didik dalam

program Muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Dengan

demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan

semangat dalam melaksakan program Muhadhoroh.

2. Praktis

a. Bagi Sekolah

Dengan adanya penilitian ini, diharapkan dapat menjadikan

masukan dan motivasi baru, untuk meningkatkan kegiatan

ekstrakulikuler, baik itu kegiatan yang bersifat agamis seperti

halnya Muhadhoroh, maupun kegiatan ekstrakulikuler yang non


13

agamis, ataupun ektrakulikuler yang diadakan untuk

mengembangkan bakat siswa. Karena disetiap kegiatan apapun itu,

pasti didalamnya terdapat kandungan nilai-nilai karakter yang baik.

b. Bagi Pendidik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan

pertimbangan bagi pendidik untuk mengembangkan kegiatan

ekstrakulikuler khususnya pada kegiatan muhadhoroh, yang mana

program Muhadhoroh ini bisa menjadi pokok penting dalam

menumbuahkan karakter religius siswa dan juga nilai keimanan

peserta didik.

c. Bagi Peserta Didik

Dengan di adakannya penelitian ini, peserta didik diharapkan lebih

aktif dan semangat dalam melaksanakan kegiatan ektrakulikuler

muhadhoroh.Dan diharapkan pula bisa memetik/ mengambil nilai-

nilai pendidikan karakter yang terdapat didalamnya, guna

meningkatkan nilai karakter pada diri peserta didik secara

keseluruhan.

d. Bagi Peneliti

Untuk menambahkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan bagi

peneliti, dan juga sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi

peneliti, untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas

lagi.

1.5 Asumsi Penelitian


14

Asumsi merupakan suatu pendapat, sangkaan, perkiraan, anggapan

sementara, atau suatu teori sementara yang belum dibuktikan, yang mana

dikemukakan oleh seseorang untuk menanggapi suatu masalah yang ada

dan asumsi itu sendiri dilakukan dengan cara spontanisasi, bisa jadi tanpa

berfikir panjang atas pendapat apa yang dia kemukakan.

Menurut pendapat Winarko Surakhman sebagaimana dikutip oleh

Suharsimi Arikunto dalam buku prosedur penelitian suatu pendekatan

praktik, bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak

pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik(Arikunto,

2010:172)

Berdasarkan pengertian asumsi penelitian yang telah dipaparkan

diatas, maka asumsi yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu:

program Muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo dapat

menumbuhkan karakter religius pada peserta didik.

1.6 Ruang lingkup dan Batasan penelitian

Ruang lingkup adalah penejelasan tentang batasan suatu subjek yang

terdapat pada sebuah masalah.Terkadang ruang lingkup juga diartikan

sebagai batasan.Yang di maksud batasan pada ruang lingkup tersebut

merupakan factor yang diteliti.

Dari sekilas pengertian diatas maka peniliti akan memaparkan sedikit

tentang ruang lingkup dan batasan penelitian.Dalam penelitian ini, peneliti

mengambil objek penelitian pada lingkungan sekolah, yang berhubungan

dengan pendidikan karakter religius, yang mana pendidikan karakter

religius sangat minim ditemukan dikalangan remaja pada saat ini. Maka
15

dari itu peneliti akan meneliti pada program muhadhoroh yang berperan

penting dalam memberikan motifasi pada peserta didik di lingkungan

sekolah, khususnya di SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang dan asumsi diatas, maka

peneliti membatasi penelitian pada peserta didik dalam

mengimplementasikan karakter religius melalui program muhadhoroh di

SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

1.7 Penjelasan Istilah

Berdasarkan dari ruang lingkup dan batasan penelitian, maka

uraian definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Implementasi

Implementasi merupakan sebuah penerapan yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan sekolah dalam menyadarkan peserta didik

tentang pentingnya karakter religius yang tertanam di diri peserta

didik, melalui program muhadhoroh.

2. Program Muhadhoroh

Program muhadhoroh merupakan suatu program yang dilaksakan

di sekolah, untuk menunjang siswa agar lebih berfikir rasional dan

mendalami agama yang di anutnya. Dalam program muhadhoroh

ini juga banyak ditemukan kajian kitab salaf, siraman rohani, dan

istighotsah serta kegiatan sholawat nabi (dzibaiyah) untuk


16

menunjang karakter religius peserta didik, serta meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan melalui kegiatan muhadhoroh tersebut.

3. Karakter religius

Karakter religius merupakan suatu usaha aktif yang digunakan

untuk membentuk suatu perilaku dan sikap yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang telah dianutnya, hidup rukun

dengan pemeluk agama lain dan sangat toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain.

4. Sekolah menengah pertama Islam (SMP Islam)

SMP Islam merupakan suatu lembaga pendidikan yang

bernaungkan ma’arif dan dalam penyelenggaraannya memadukan

konsep pendidikan umum, pendidikan pesantren salaf dan

pendidikan Islam dalam suatu jalinan kurikulum.


17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori-Teori yang Relevan dengan Variable

2.1.1 Pengertian Implementasi.

Istilah implementasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah

“Penerapan/pelaksanaan”.Sedangkan implementasi menurut istilah adalah “Suatu

proses penerapan konsep, ide, motivasi, atau kebijakan dalam suatu tindakan

praktis sehingga memberikan dampak positif, berupa keterampilan, pengetahun,

maupun nilai dan sikap”. Implementasi juga diartikan sebagai suatu bentuk

kegiatan atau suatu aktivitas atau suatu tindakan dari sebuah rencana yang

dikemas secara terperinci guna mencapaian suatu tujuan. Implementasi sudah bisa

dimulai atau dilakukan jikalau seluruh perencanaan sudah dianggap sempurna.

Implementasi menurut teori Jones:”Those activities direceted toward

putting a program into effect”(proses mewujudkan program hingga

memperlihatkan hasilnya). Jadi Implementasi adalah tindakan yang dilakukan

setelah suatu kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya (Mulyadi, 2015:45). Pengertian

implementasi ini menjelasakan, bahwa implementasi itu bukan hanya merupakan

sekedar aktivitas saja, melainkan juga merupakan kegiatan yang terencana yang

dilaksanakan dengan sesungguh-sungguhnya, berdasarkan acuan yang

direncanakan secara sungguh-sungguh, dikarenakan implementasi tidak berdiri

sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh suatu object berikutnya yang berupa

terlaksananya suatu program.

14
18

Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi

tindakannya dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sehingga

akan memiliki nilai. (zulhijrah, 2015:10). Implementasi biasanya dilakukan

setelah perencanaan sudah dianggap fix.

Kata implementasi berasal dari bahasa inggris To Implement yang artinya

mengimplementasikan. Jadi implementasi merupakan suatu kegiatan yang

terencana, bukan hanya suatu aktifitas, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan

secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu guna mencapai

tujuan kegiatan.(Darmadi, 2020:29). Implementasi biasanya dilakukan setelah

perancanaan sudah dianggap matang dan sempurna. Implementasi bukan hanya

sekedar aktivitas biasa, melainkan suatu kegiatan yang terencana dan tersusun

untuk mencapai tujuan kegiatan.(Ghofar, 2020: 361)

Dalam kamus Webster, memberi artian secara singkat bahwasanya to

Implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carringout

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give practical effect to

(menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu). Dari pemaparan tersebut di

atas mempunyai devinisi bahwasanya untuk mengimplementasikan sesuatu harus

disertai dengan sarana prasarana yang mendukung, yang nantinya akan

menimbulkan dampak ataupun akibat terhadap sesuatu itu sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, maka bisa disimpulkan,

bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan yang tersusun dan terencana, tidak

hanya suatu activitas, dan kegiatan ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Oleh

karena itu, sebuah implementasi tidak bisa berdiri sendiri, akan tetapi tetap
19

dipengaruhi oleh object berikutnya, yaitu pada program ekstrakulikuler yang ada

di sebuah lembaga atau sekolah maupun perguruan tinggi.

2.1.2 Muhadhoroh

2.1.2.1 Pengertian Muhadhoroh

Muhadhoroh bersal dari kata: hadhoro, yuhadhiru, yang berarti

hadhoro artinya hadir, yuhadhiru akan hadir, dan disambung dengan kata

muhadhorotan sebagai mashdarmim nya lafadh hadhoro yang artinya

perkara yang dihadiri.(Ma’shum, 1965:5). Dari artian kata diatas yang

pada intinya muhadhoroh itu adalah suatu ajang yang di hadiri banyak

orang atau kalau dalam lingkup sekolah berarti dihadiri semua siswa, dan

orang yang menghadiri muhadhoroh tersebut dinamakan muhadhir.

Program muhadhoroh yang mana didalamnya terdapat beberapa kegiatan

yang menunjang pada sikap religius siswa.

2.1.2.2 Tujuan Muhadhoroh

Tujuan muhadhoroh berlaku bagi semua umat atau manusia di

alam semesta ini, yang berupa terbentuknya masyarakat yang penuh

dengan ketenangan, dan kedamaian dengan tegaknya hukum keadilan.

Persamaan kewajiban dan hak atas semua manusia saling menghomati dan

saling tolong menolong. Dengan demikian, alam semesta ini seluruhnya

dapat menikmati, nikmat Islam sebagai rahmat bagi mereka. (Setiawan,

2015:307–308)Tujuan muhadhoroh yang ditinjau dari segi akhlak yaitu

terbentuknya pribadi yang berbudi luhur, didhiasi dengan sifat-sifat terpuji

dan bersih dari sifat-sifat tercela.(Setiawan, 2015: 310)


20

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan muhadhoroh

yang dipandang dari berbagai aspek, memiliki tujuan yang berupa: akhlak,

keagamaan, mendekatkan diri pada Allah SWT, dan tujuan akhlak yang

terbentuk dari individu yang berbudi luhur.

2.1.3 Karakter

2.1.3.1 Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berasal dari kata

“to mark” (menandai) dan focus pada bagaimana pengaplikasian nilai

kebaikan dalam bentuk nilai tingkah laku ataupun tindakan. Karakter

adalah watak atau tabi’at, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi

segenap pikiran dan tingkah laku yang membedakan seseorang dengan

yang lainnya (Sukiyat, 2020:3). Adapun orang yang memiliki perilaku

sombong, iri dengki, pemarah, rakus, pelit, kejam dan sebagainya, itu

merupakan orang yang berkarakter jelek. Sedangkan orang yang memiliki

perilaku jujur, suka menolong, suka memberi, dan lain sebagainya, itu

merupakan orang yang mempunyai karakter baik. Jadi sebuah karakter itu

berkaitan dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa

disebut orang yang berkarakter ( a person of character ) apabila

perilakunya sesuai dengan kaidah moral.(zubaedi, 2013:12)

Menurut Thomas Linkon, karakter merupakan sifat alami

seseorang dalam merespon situasi secarta bermoral. Sifat alami itu

dimanifestasikan dalam tindakan nyata, melalui tingkah laku yang jujur,

baik, bertanggung jawab, dan karakter mulia lainnya. Aristoteles juga

berpendapat, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau


21

kebiasaan yang terus menerus dilakukan. Thomas Linkon juga

menetapkan tiga hal dalam mendidikan karakter, yaitu: dengan knowing,

loving, and acting the good.(Wibowo, 2012:32–33)

Karakter tersusun dari tiga pokok yang saling berhubungan,

diantaranya: moral feeling (perasaan moral), moral knowing (pengetahuan

moral), dan moral behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri

dari desiring the good (pengetahuan tentang kebaikan), dan doing the good

(berbuat kebaikan). Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan dalam

pemikiran (habits of the mind ), pembiasaan dalam hati (habits of the

heart), dan pembiasaan dalam tindakan (habits of action ).(zubaedi, 2013:

13)

Menurut Dani Setiawan, akar kata “karakter” ini berasal dari kata

dalam bahasa latin, yaitu “kharakter”, “kharrasein”, dan “kharax”yang

bermakna “tools for marking”, “to engrave”,dan “pointed stake”. Kata ini

mulai banyak digunakan dalam bahasa Prancis sebagai “caractere”.

Selanjutnya dalam bahasa Indonesia kata “caractere”ini menjadi

“karakter”.

Karakter dapat dianggap sebagai perilaku nilai-nilai manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perkataan, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, budaya, adat istiadat, dan estetika. (Samani, Dkk, 2012: 41–42)

Karakter menurut Zubaedi meliputi sikap seperti, keinginan untuk

melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti kritis dan alasan
22

moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan

prinsip-prinsip moral dan situasi ketidak adilan, kecakapan interpersonal

dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif

dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkonstribusi dengan

komunitas dan masyarakat. (Kurniawan, 2014: 29)

Karakter merupakan tingkah laku atau sikap manusia yang sangat

berhubungan dengan Tuhan, lingkungan, diri sendiri, sesama, dan

kebangsaan yang terwujud dalam perkataan, sikap, pikiran, perasaan, dan

tingkah laku berdasarkan norma-norma hukum, budaya, agama, dan adat

istiadat.

Dari berbagai pengertian di atas, pengertian karakter bisa

disimpulkan sebagai dasar membangun pribadi seseorang, dapat terbentuk

dengan sempurna karena pengaruh heditas (penurunan sifat genetic)

ataupun pengaruh lingkungan yang membedakan dengan manusia lain,

serta dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-

hari.

2.1.3.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas Linchona adalah pendidikan

untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti,

yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah laku

jujur, bertanggung jawab, baik, menghormati hak orang lain dan lain

sebagainya. Pendidikan karakter sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup

suatu bangsa, karena apabila budi suatu bangsa telah hilang dan akhlak

serta adabnya telah rusak, maka cepat atau lambat bangsa itu akan lenyap
23

dari permukaan bumi.(Rohman, 2020:7)Pendidikan karakter juga mampu

untuk membantu mengatasi maraknya krisis moral dinegara ini. Krisis

yang dimaksud dengan maraknya angka kekerasan dikalangan anak

remaja, kenakalan terhadap teman( pembulian), pencurian, kebiasaan

menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan (Sriwilujeng, 2017: 3)

Karakter masyarakat yang berkualitas pelu dibentuk dan dibina

sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa “Emas” namun “kritis”

bagi pembentukan karakter seseorang (Gunawan, 2017:28) Pendidikan

karakter merupakan upaya kolaborasi edukatif dari tiga aspek yaitu

pengetahuan, perasaan dan perbuatan (Ainiyah, 2013:2)

Dari beberapa pendapat diatas, pendidikan karakter dapat diartikan

sebagai upaya yang didesain dan dilaksanakan secara terencana dan

sistematis untuk membantu peserta didik dalam memahami nilai-nilai

sikap manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, semua

manusia, lingkungan, diri sendiri, dan kebangsaan yang tertanam dalam

perasaan, pikiran, sikap, perkataan, dan perbuatan yang berlandaskan pada

norma-norma hukum, agama, budi pekerti, akhlak, adat istiadat, dan

budaya.

2.1.3.3 Nilai-nilai pendidikan karakter

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, nilai-nilai karakter

bangsa yang terdapat dalam pendidikan karakter, sebagai berikut:

a) Religius, adalah perilaku dan sikap yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang di anutnya. Toleran terhadap


24

pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk

agama lain.

b) Jujur, adalah suatu perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam

perkataan, pekerjaan, perbuatan, dan tindakan.

c) Toleransi, adalah tingkahlaku, tindakan atau sikap dalam

menghargai perbedaan suku, etnis, agama, sikap, tindakan, dan

pendapat dari orang lain yang berbeda dari dirinya.

d) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku patuh dan

tertib pada berbagai peraturan dan ketentuan.

e) Kerja keras, adalah perilaku atau sikap yang menunjukkan upaya

yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai macam

hambatan belajar, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f) Kreatif, adalah berfikir dan melakukan sesuatu guna menghasilkan

cara dan hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g) Demokratis, adalah cara bersikap, berfikir, dan bertindak yang

menilai hak dan kewajiban dirinya serta orang lain.

h) Peduli lingkungan, adalah tindakan atau sikap yang berupa

pencegahan terhadap kerusakan lingkungan sekitarnya, serta

mengembangkan upaya-upaya guna memperbaiki kerusakan alam

sekitar yang telah terjadi.

i) Tanggung jawab, merupakan perilaku atau sikap seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang mana seharusnya dia


25

lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, negara, lingkungan

(sosial, budaya, dan alam), dan Tuhan Yang Maha Esa.

j) Cinta tanah air yaitu cara berpikir , bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa (Salahudin, Dkk, 2017:54–55)

Dari beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang telah disebutkan

di atas, maka inti dari nilai pendidikan karakter yaitu, suatu nilai yang

dibutuhkan dalam mewujudkan kelangsungan hidup bangsa. Yang

nantinya pijakan peserta didik sehingga tumbuh menjadi pribadi yang

berkualitas, memiliki akhlaq mulia, jujur tanggung jawab, dan disiplin

dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

2.1.3.4 Tujuan pendidikan karakter

Pendidikan karakter mempunyai beberapa tujuan. Adapun

beberapa tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:

a) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang

religius.

b) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela

yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

c) Memupuk ketegaran dan kepekaan peserta didik terhadap siswa

sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang

penyimpang baik secara individual maupun sosial.


26

d) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

didik sebagai penerus bangsa(Aqib, 2012: 65)

Pada intinya pendidikan karakter ini bertujuan untuk membentuk

bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, toleran, bermoral, kompetitif, jiwa

patriotic, gotong royong, berkembang dinamis, beriorientasi ilmu

pengetahuan serta teknologi yang sempurna dan semua dijiwai oleh iman

dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan pancasila.

2.1.3.5 Fungsi pendidikan karakter

Pendidikan karakter mempunya tiga fungsi utama. Tiga di

antaranya yaitu:

a) Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan

karakter berfungsi membentuk serta mengembangkan potensi

peserta didik agar berfikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik

sesuai dengan falsafah hidup pacasila.

b) Fungsi perbaikan dan penguatan pendidikan karakter berfungsi

untuk memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan

pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasid

dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga

negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju,

mandiri, dan sejahtera.

c) Fungsi penyaringan pendidikan karakter berfungsi untuk memilah

budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang

bermartabat.
27

Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui pengukuhan pancasila

sebagai falsafah dan ideologi negara, pengukuhan nilai, dan norma

konstitusional UUD 1945, penguatan komitmen kebangsaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pengutan nilai-nilai

keberagaman sesuai dengan konsep Binneka Tunggal Ika, dan

penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan

kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia di dalam

konteks global (zubaedi, 2013: 18–19)

Dari beberapa fungsi pendidikan karakter, maka dapat disimpulkan

bahwa, guna mengembangkan potensi dalam diri peserta didik agar

menjadi individu yang lebih baik,

2.1.3.6 Implementasi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter harusnya ditanamkan sejak anak usia dini di

sekolah, dikarenakan pada anak fase usia dini merpakan tahapan awal

pembentukan karakter dan pribadi bagi peserta didik yang nantinya akan

membentuk karakternya dimasa mendatang. Selain itu lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap

pembentukan kebiasaan-kebiasaan dan keteladanan bagi peserta didik.

(Kesuma, 2018: 59)

Kegiatan yang digunakan untuk mengambangkan karakter peserta

didik di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan pembelajaran

dengan menerapkan berbagai metode dan model pembelajaran yang

berfariasi. Beberapa kegiatan yang bisa diterapkan disekolah dan di dalam


28

kelas/ruang pembelajaran dalam rangka mengembangkan pendidikan

karakter yaitu, sebagai berikut:

a) Kegiatan pembiasaan dalam hal kedisiplinan, dapat dilakukan

dengan kegiatan upacara setiap hari senin, kegiatan hari besar,

piket harian, tugas harian, dan lain sebagainya, dilakukan secara

rutin agar siswa disiplin dalam melaksanakan tugasnya.

b) Keteladanan, yaitu menanamkan sikap pada peserta didik dengan

cara memberi contoh yang baik terhadap peserta didik, tidak hanya

guru saja namun semua karyawan dan staf-staf sekolah menjadi

panutan bagi peserta didik, maka sudah seharusnya pada guru dan

karyawan sekolah selalu bersikap baik agar dapat dicontoh peserta

didik.

c) Pengkondisian, yaitu terkait dengan penataan sekolah, kebersihan

lingkungan sekolah, toilet, halaman, dan poster-poster yang

memotivasi peserta didik.

d) Kegiatan ko-kurikuler maupun kegiatan ekstra kulikuler,

merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran. Guru

dapat mengintegrasi dan merencanakannya dengan baik, agar

kegiatan tersebut dapat menanamkan nilai-nilai pada peserta didik.

e) Melalui pembelajaran, yaitu dengan cara guru mengajarkan

langsung nilai-nilai karakter pada saat jam pelajaran seperti tentang

cara menerapkan tanggung jawab (Indrastoeti, 2016:289–290)

Dari beberapa pendapat di atas, serta beberapa kegiatan penunjang

yang dapat mengembangkan karakter peserta didik maka intinya yaitu,


29

dalam pengaplikasian pendidikan karakter pada peserta didik

membutuhkan bentuk-bentuk kegiatan yang dapat menunjang pada

pengembangan karakter peserta didik.

2.1.3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Karakter

Faktor yang dapat mempengaruhi pendidikan karakter itu sendiri,

ada dua macam, sebagai berikut:

a) Faktor Eksternal

 Lingkungan sosial, seperti halnya guru, staf administrasi,

teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi belajar peserta

didik.

 Lingkungan non sosial, seperti tempat tinggal seseorang,

alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu belajar yang

digunakan peserta didik, dan gedung sekolah, serta

letaknya.

b) Faktor Internal

 Motivasi, adalah semangat yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Dalam bahasa arab motivasi di

istilahkan al-himmah yang berarti keinginan kuat. Orang

yang mempunyai motivasi tinggi selalu meraih hal yang

maksimal dan optimal.(A. Mu’thi, 2006:209)

 Bakat, adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh

pengetahuan dan keterampilan, yang relatif bisa bersifat

umum atau khusus, bakat khusus disebut juga talent.(Sobur,

2003: 314)
30

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, ada dua

faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya pendidikan karakter.

Pendidikan karakter bisa di dapat dari internal yang terdapat dari didiri

peserta didik itu sendiri, dan bisa juga diperoleh dari faktor eksternal yaitu

Dali lingkungan peserta didik.

2.1.4 Pembentukan Karakter Religius

2.1.4.1 Proses Pembentukan Karakter Religius

Al-Ghazali berpendapat bahwa pembentukan akhlak pada

umumnya sejalan dengan trend-trend agama dan etika. Al-Ghazali tidak

melupakan masalah-masalah duniawi, ia membrikan ruang dalam system

pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Tapi dalam pandangannya

dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup, di dalam akhirat

yang lebih utama dan kekal. Dunia hanya alam yang mengantarkan

seseorang menemui Tuhannya. (Abu hamid, 1100: 13)

Secara alamiah, manusia sejak lahir sampai dengan berusia lima

tahun, kemampuan nalar seorang anak belum bertumbuh kembang,

sehingga pikiran bawah sadar masih tebuka dan menerima apasaja

stimulus serta informasi yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada tahap

penyeleksian. Dari orang tua mereka sendiri, itulah stimulus yang menjadi

pondasi awal terbentuknya karakter yang telah terbangun. Pembentukan

yaitu proses, cara, perbuatan membentuk upaya dalam pembentukan

karakter menuju terbentuknya akhlak dunia dalam diri siswa ada tiga

tahapan strategi yang harus dilalui, diantaranya:

a) Moral knowing/Learning to know


31

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan

karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan

pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu membedakan

nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal,

memahami secara logis dan rasional(bukan secara dogmatis dan

doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam

kehidupan mengenal Nabi Muhammad SAW sebagai figure teladan

akhlak mulia melalui hadist-hadist dan sunnahnya.

b) Moral loving/Moral feeling

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai

dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk

menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak

mulia. Dalam tahapan ini menjadi sasaran guru adalah dimensi

nasional siswa, hati atau jiwa bukan lagi akal, rasio, dan logika.

c) Moral doing/Learning to do

Inilah puncak keberhasilan penanaman karakter, siswa

mempraktikan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-

hari. Siswa menjadi sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, adil, dan

seterusnya.(Majid, Dkk, 2011:112–113)

Selain strategi, juga diperlukan model pembelajaran untuk

menunjang maksimalnya proses pembelajaran, yaitu:

a) Model Tadzkiah
32

Diharapkan mampu menghantarkan murid agar senantiasa

memupuk, memelihara, dan menumbuhkan rasa keimanan kepada

Allah SWT yang dibingkai dengan ibadah yang ikhlas.

b) Model Istiqomah

Model ini diadopsi deri tulisan B.S Wibowo dalam buku Tarbiyah

“Menjawab Tantangan”.

c) Model Refleksi

Model redleksi adalah model pembelajaran pendidikan karakter

yang diarahkan pada pemahaman terhadap makna dan nilai yang

terkandung dibalik teori, fakta, fenomena, informasi, atau benda yang

menjadi bahan ajar dalam suatu mata pelajaran (Majid, Dkk,

2011:112)

Ketiga tahapan di atas sangat diperlukan dalam pembelajaran, agar siswa

terlibat dalam system pendidikan sekaligus merasakan, menghayati,

memahami, dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang berhubungan dengan

nilai moral. Adapun dari ketiga tahapan di atas, dapat diterapkan melalui

pengembangan budaya sekolah, tentu dapat membentuk karakter peserta didik

secara kontinew.

2.1.4.2 Tujuan Pembentukan Karakter Religius

Tujuan dari pembentukan karakter religius adalah mengembalikan fitrah

dan perwujudan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi

manusia (peserta didik) yang di ikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui

proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang
33

beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan

dirinya menjadi hamba Allah SWT yang taat.

Menurut Asmani, tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai

dalam diri peserta didik dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih

mengharga kebebasan orang lain. Tujuan jangka panjangnya adalah membuat

peserta didik lebih tanggap terhadap rangsangan sosial yang secara alami ada,

yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat

proses pembentukan diri secara terus menerus. Pendidikan karakter pada

intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik,

berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan Pancasila.(Puspitasari, 2015: 94)

Menurut KEMENDIKNAS sebagaimana dicatat oleh Endah Sulistyowati

dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter,

beberapa tujuan pendidikan karakter di antaranya:

a) Mengembangkan potensi kalbu/ nurani/ afektif peserta didik

sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa.

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal, dan tradisi budaya bangsa

yang religius.

c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa

sebagai generasi penerus bangsa.


34

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas,

persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi serta penuh

kekuatan.

Pembentukan karakter pada intinya ditujukan untuk membentuk suatu

bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, kompetitif, bertoleransi, bergotong

royong, bermoral, dan berjiwa patriotik. Tujuan pembentukan karakter

menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Jihar Permana, sebagai

berikut:

a) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah

maupun setelah lulus sekolah.

b) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah.

c) Membangun koreksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan

karakter secara bersama.

Pembentukan karakter yang baik pada anak, tentu akan menghasilkan

perilaku individu yang baik pula. Pribadi yang seimbang dan selaras, dan juga

dapat mempertanggungjawabkan semua tindakan yang dilakukan, dan

tindakan tersebut diharapkan dapat membawa yang dilakukan.


35

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwasanya

tujuan dari pendidikan karakter yaitu untuk menanamkan, membentuk,

memfasilitasi, dan mengembangkan nilai-nilai positif pada anak, sehingga

dapat menjadi seorang individu yang bermartabat dan unggul.

2.1.4.3 Strategi Pembentukan Karakter

Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai “siasat”,”kiat”,”trik”, atau

“cara”.sedangkan secara istilah, strategi ialah suatu garis besar haluan dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Fathurrahman, Dkk,

2002:5)Strategi adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

2017,859)Selain itu strategi juga bisa diartikan sebagai langkah-langkah yabf

sistematis dalam melaksanakan rencana secara menyeluruh dan berjangka

panjang dalam mencapai tujuan (Fattah, 2004:25)Strategi merupakan sebuah

cara atau sebuah metode, secara umum strategi memiliki pengertian garis

besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan.( Djamuroh, Dkk, 2002:5)

Menurut Morrisey, strategi adalah proses untuk menentukan arah yang

akan dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong

yang akan membantu perusahaan dalam menentukan sebuah produk, jasa, dan

dasarnya masa depan. Dalam menjalankan aktivitas oprasional setiap hari

diperusahaan, para pemimpin dan menejer puncak selalu merasa bingung

dalam memilih dan menentukan strategi secara tepat karena keadaan yang

terus berubah (GL.Morrisey, 1996: 45)


36

Berikut bentuk-bentuk strategi yang dibunakan untuk membentuk sebuah

karakter yang baik, agar pendidikan karakter berjalan sesuai dengan sasaran,

diantaranya yaitu:

a) Menggunakan pemahaman

Pemahaman yang diberikan dapat dilakukan dengan cara

menginformasikan tentang hakikat dan nilai-nilai kebaikan dari materi

yang disampaikan. Proses pemahaman harus dijalankan secara terus

menerus agar penerima pesan dapat tertarik. Pemahaman mencakup

pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari

W.S Winkel mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi

yang dikembangkan untuk mengklarifikasikan tujuan intruksional (WS.

Wingkel, 1996:245)

b) Menggunakan pembiasaan

Pembiasaan berfungsi untuk penguat terhadap obyek yang telah

masuk dalam hati penerima pesan. Proses pembinaan menekankan pada

pengalaman langsung dan berfungsi sebagai perekat antara tindakan

karakter dan diri seseorang. Pembiasaan adalah proses pembentukan

kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan

selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga

menggunakan hukum dan ganjaran.(Muhibbin, 2000:212)

Dari kedua proses tersebut boleh terpisah, dikarenakan yang satu akan

memperkuat dalam proses yang lainnya. Pembentukan karakter yang hanya


37

menggunakan proses pemahaman tanpa pembiasaan dan keteladanan akan bersifat

teoritik dan verbalistik. Sedangkan proses pembiasaan tanpa pembiasaan hanya

akan menjadikan manusia berbuat tanpa harus bisa memahami makna

(Nasiruddin, 2009:36–41)

Religiusitas atau keberagamaan, menurut Islam adalah melaksanakan

ajaran agama/ berislam secara menyeluruh. Maka dari itu, setiap muslim baik

dalam berfikir, bersikap, maupun bertindak, diperintahkan untuk melakukannya

dalam rangka beribadah kepada Allah. Dimanapun dan dalam keadaan apapun,

setiap orang islam hendaknya berislam (beribadah kepada Allah). Di samping

tauhid atau akidah, dalam islam juga ada syari’at dan akhlak (Ngainun,

2012, :125)

Aspek akidah dalam dunia pendidikan Islam ada pada dasarnya yang

merupakan proses pemenuhan fitrah bertauhid. Ketika berada di alam arwah

manusia telah mengikrarkan ketauhidannya itu sebagaimana ditegaskan dalam

surat Al-A’raf ayat 172 (zulkarnain, 2008: 27)

‫ِب ِّبُك ۖ َق اُلو۟ا‬ ‫ٰٓى ِس ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِم‬ ‫ِإ‬


‫َو ْذ َأَخ َذ َر ُّب َك ۢن َبِن َءاَدَم ن ُظُه وِر ْم ُذِّر َّيَتُه ْم َو َأْش َه َد ُه ْم َعَل َأنُف ْم َأَلْس ُت َر ْم‬

‫ِفِل‬ ‫ِق ِة‬ ‫۟ا‬


‫َبَلٰى ۛ َش ِه ْد َنٓاۛ َأن َتُقوُلو َيْو َم ٱْل َٰي َم ِإَّنا ُك َّنا َعْن َٰه َذ ا َٰغ َني‬

yang artinya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul(Engkau

Tuhan kami), Kami menjadi saksi”.(kami lakukan yang demikian itu) agar dihari

kiamat kamu tidak mengatakan: “sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
38

orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Q.S. Al-A’raf:172)

(Departemen agama republik indonesia, 2013:36)

Beberapa hal atau pengertian yang telah dipaparkan di atas, yaitu

termasuk ubudiyah yangmana pengabdian ritual sebagaimana yang telah

diperintahkan dan diatur di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Aspek ibadah

disamping bermanfaat bagi kehidupan duniawi, tetapi yang paing utama adalah

sebagai bukti dari kepatuhan manusia memenuhi perintah-perintah Allah SWT

(zulkarnain, 2008:28)

2.1.4.4 Implikasi Pembentukan Karakter Religius

Berikut merupakan beberapa implikasi atau faktor yang mempengaruhi

keberhasian dalam membentuk karakter dan pendidikan karakter, yaitu:

a) Faktor insting (naluri)

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak

lahir. Para psikologi menjelaskan bahwainsting berfungsi sebagai

motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

b) Adat/kebiasaan

Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang

yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga

menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, tidur, makan, dan olahraga. Abu

Bakar Zikri ia menyatakan bahwa perbuatan manusia, apabila dikerjakan

secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah melakukannya, itu

dinamakan adat kebiasaan.

c) Kehendak/kemauan
39

Kehendak atau kemauan adalah kemauan untuk melangsungkan

segala ide dan segala yang dimaksud. Walaupun disertai dengan berbagai

rintangan dan kesukaran-kesukaran, namun sekali-kali tidak mau tunduk

kepada rintangan-rintangan tersebut.

d) Suara batin atau suara hati

Di dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-

waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada

diambang bahaya dan keburukan, kekuatan tersebut adalah suara batin

atau suara hati.

e) Keturunan

Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi

perbuatan manusia. Dalam kehidupan kita dapat melihat anak-anak yang

berperilaku menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyangnya,

sekalipun sudah jauh. (zubaedi, 2012:22)

Menurut Siti Partini perubahan dan pembentukan sikap dapat

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a) Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengelola atau

menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk minat dan

perhatian.

b) Faktor eksternal, berupa faktor di luar diri individu yaitu pengaruh

lingkungan yang diterima. Dengan demikian walaupun sikap

keagamaan bukan merupakan bawaan, akan tetapi dalam pembentukan

dan perubahannya ditentukan oleh faktor eksternal individu (Jalaluddin

Dkk, 1993:131–132)
40

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan, bahwa banyak

faktor yang mempengaruhi maju mundurnya pendidikan karakter religius.

Karakter religius bisa bertambah dan bisa jadi malah berkurang dalam hal

pengembangannya, yang disebabkan karena beberapa faktor, yang terdapat dari

diri sendiri, dan lingkungannya.

2.2 Penelitian Lain Yang Relevan

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian yang terdahulu, maka

peneliti menemukan beberapa karya ilmiah (jurnal dan skripsi) terdahulu yang

hampir sejalan atau sealur dengan tema kajian penelitian ini. Di bawah ini

beberapa hasil dari penelusuran peneliti, tentang jurnal maupun skripsi yang

berkaitan dengan tema penelitian ini, diantaranya:

1. Fima Riska Oktari, dengan judul “Strategi Pelatihan Muhadhoroh Terhadap

Kemampuan Berpidato Santri Pondok Pesantren Darul Falah Teluk Betung

Bandar Lampung”. Penelitian pada skripsi ini, dilator belakangi fenomena

guna menghadapi zaman era globalisasi, yang mana seseorang dituntut untuk

tampil di depan public/di depan khalayak umum guna menyampaikan pidato.

Pondok pesantren Darul falah ini merupakan salah satu pesantren yang

mempunyai kelebihan dalam mencetak para santrinya untuk menjadi

pendakwah yang professional, melalui kegiatan Muhadhoroh.

Dari kajian skripsi di atas, dan dalam penelitian ini peneliti mebahas tentang

implementasi program muhadhoroh untuk meningkatkan karakter yang religus

di SMP Islam 4-5. Memiliki kesamaan dalam program muhadhoroh, tetapi

dapam program muhadhoroh yang di maksudkan oleh peneliti itu bukanlah

suatu program muhadhoroh yang berisikan pidato. Jadi menurut peneliti,


41

muhadhoroh yang di teliti oleh peneliti sangat berbeda dalam isi kajiannya dan

itu merupakan perbedaan yang sangat signifikan.pada penelitian ini mengulas

tentang pengaruh umplementasi program muhadhoroh dengan karakter

religius.

2. Putri Rifa Anggraeni, 2016 dengan judul “Motovasi Santri dalam Mengikuti

Kegiatan Muhadhoroh di Pondok Pesantren Moderen Bina Insani Susukan

Kab Semarang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk

kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren modern Bina Insani Susukan kab

Semarang, dan juga untuk mengetahui motivasi santri dalam mengikuti

kegiatan muhadhoroh di Pondok Pesantren Modern Bina Insai Susukan Kab

Semarang.

Berdasarkan kajian skripsi di atas, dan penelitian peneliti yang membahas

tentang Muhadhoroh,dari sisi muhadhoroh sama,(sama dari segi nama) tetapi

pada setting dan isi kajiannya terdapat perbedaan yang sangat signifikan.

Dalam penelitian ini, prosram muhadhoroh di terapkan di SMP Islam 4-5

Tambakboyo yang berbasis formal, akan tetapi dalam penelitian Putri Rifa

Anggraeni berada di wilayah pondok pesantren yang berbasis non formal,

yang notabenya anak yang ikut serta dalam kegiatan muhadhoroh tersebut

campur, antara anak yang masih duduk dibangku SMP dan SMA.

3. Nita Anggraeni, 2022 dengan judul “Implementasi program Muhadhoroh

dalam Menumbuhkan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Peserta Didik di

MTs Abdur-rohman Bungamas Kikim Timur. Dalam sekripsi tersebut

membahas tentang kegiatan terkait dengan Muhadharah (pidato) guna

membentuk karakter peserta didik. Hasil dari penelian tersebut menunjukkan


42

bahwa kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh dapat menumbuhkan karakter

disiplin dan tanggung jawab.

Persamaan penelian tersebut dengan penelian ini adlah sama-sama

menanamkan nilai karakter pada peserta didik melalui kegiatan muhadhoroh.

Bedanya yaitu terletak pada pendidikan karakter yang diimplementasikan pada

program muhadhoroh, yang mana penelitian ini menggunakan karakter religus

dalam implementasi program muhadharah, sedangkan dalam penelitaian

tersebur menggunakan karakter disiplin dan tanggung jawab dalam

implementasi program muhadhoroh. Dalam program muhadhoroh juga

terdapat perbedaan yang sangat signifikan, dalam penelitian ini terdapat

beberapa runtutan kegiatan, dan kajian dalam program muhadhoroh sedangkan

dalam penelitian tersebut hanya ada satu kegiatan yaitu pidato/ceramah yang

di lakukan oleh peserta didik.

4. Nurhan Buka, 2020 dengan judul penelitian “Penanaman nilai-nilai Religius

melalui kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan di SMK Muhammadiyah 3

Makasar”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penanaman

nilai-nilai karakter di SMK Muhammadiyah 3 Makasar dilakukan melalui

kegiatan ektrakulikuler Hizbu Wathan.

Persamaan penelitian tersebut dengan peneliti ini adalah sama-sama

menumbuhkan karakter religius melalui kegiatan ekstrakulikuler. Adapun

perbedaanya yaitu terletak pada kegiatan ekstrakulikuler yang di terapkan

pada sekolah tersebut yaitu Hizbu Wathon, sedangkan ektrakulikuler yang

dilaksnakan pada penelitian ini untuk menunjang karakter religus peserta didik

yaitu dengan program muhadhoroh. Perbedaan selanjutnya terletak pada


43

jenjang sekolah yang diambil peneliti, pada penelitian tersebut di laksanakan

di sekolah menengah kejuruan SMK, sedang pada penelitian ini di lakukan

pada sekolah menengah pertama SMP.

5. Nurul Huda 2021, dengan judul penelitian skripsi “Penanaman nilai-nilai

Religius kepada Santri baru di Pondok Pesantren An-ni’mah di Dusun Seribu

Pesawaran”. Hasil dari penelitian tersebut meneunjukkan bahwa, santri baru

sangat membutuhkan penanaman nilai-nilai karakter religus, dengan alasan

tidak semua santri baru sudah menanamkan nilai-nilai religius pada setiap

individunya.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti ini

adalah sama-sama focus pada penanaman serta penumbuhan karakter religius

terhadap peserta didik, siswa, ataupun santri. Adapun perbedaannya dalam

penelitian ini yaitu terletak pada pengaplikasian karakter religius, jikalau

dalam penelitian tersebut karakter religius secara langsung ditanamkan kepada

santri baru tanpa melalui suatu program, sedangkan dalam penelitian ini

karakter religius ditanamkan kepada peserta didik melalui program

muhadhoroh. Perbedaan selanjutnya terdapat pada tempat penelitian, yaitu

pada penelitian tersebut dilaksanakan pada pondok pesantren, sedangkan pada

penelitian ini dilaksanakan pada sekolah menengah pertama SMP yang

berbasis formal.

6. Ririn Suhartanti 2021, dengan judul penelitian skripsi “Penanaman Nilai-nilai

Religius pada Remaja Melalui kegiatan pembacaan Kitab Al-Barzanji di Desa

Bajang Kec Balon Kab Ponorogo”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
44

bahwa pembacaan kitab Al-Barzanji dapat digunakan untuk menerapkan nilai-

nilai karakter religius pada remaja desa Bajang Kec Balon Kab Ponorogo.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama focus pada menumbuhkan nilai-nilai karakter

religius. Adapun perbedaannya dalam penelitian ini penumbuhan karakter

religius ditujukan kepada peserta didik, sedangkan pada penelitian tersebut

penumbuhan karakter religius di tujukan kepada seluruh remaja di desa

Bajang Kec Balon Kab Ponorogo. Perbedaan selanjutnya terletak pada

kegiatan yang menunjang untuk menerapkan karakter religius, jika pada

penelitian tersebut menggunakan program pembacaan Al-Barzanji, sedangkan

pada penelitian ini menggunakan program Muhadhoroh, dan pada pendidikan

ini masih dalam lingkup pendidikan di sekolah.

Tabel

2.1 Matrix Penelitian Yang Relevan

No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Strategi Pelatihan - Memiliki kesamaan - isi dari program

Muhadhoroh dalam program muhadhoroh yang di

Terhadap muhadhoroh. maksud oleh Riska Oktari,

Kemampuan - adalah untuk menunjang

Berpidato Santri kemampuan santri

Pondok Pesantren berpidato, sedangkan yang

Darul Falah Teluk di maksud peneliti adalah

Betung Bandar berisi kajian kitab-kitab

Lampung. Fima salaf dan memperdalam


45

Riska Oktari. ketaqwaan siswa.

- penerapan program

muhadhoroh yang diteliti

Riska Oktari di terapkan

pada santri Pondok

pesantren, sedangkan

muhadhoroh yang di teliti,

oleh peneliti, diterapkan

pada siswa sekolah formal.

- kegiatan muhadhoroh

yang diteliti Riska Oktaria

ini di maksudkan untuk

menunjang kemampuan

santri.sedangkan yang di

maksud peneliti, untuk

pembentukan karakter

religius.

2. Motivasi Santri -Memiliki kesamaan -Pada penelitian Putri Rifa

dalam Mengikuti dalam suatu program Anggraeni, bertujuan

Kegiatan muhadhoroh. untuk menanamkan

Muhadhoroh di motivasi pada peserta

Pondok Pesantren didik. Sedangkan pada

Moderen Bina penelitian ini, bertujuan

Insani Susukan untuk meng


46

Kab Semarang, implementasikan suatu

2016, Putri Rifa program yang bertujuan

Anggraeni. untuk, menumbuhkan nilai

karakter peserta didik.

-Kegiatan muhadhoroh,

yang dimaksud pada

penelitian ini, dengan yang

di maksud oleh putri,

sangatlah berbeda jauh,

dalam hal isi dan

tujuannya.

-Pada penelian Putri Rifa

Anggraeni, melaksanakan

penelitiannya pada santri

atau pendidikan non

formal, sedangkan pada

penelitian ini, diterapkan

pada pendidikan formal

3. Implementasi -Memiliki kesamaan, - Program muhadhoroh

program dalam implementasi yang dimaksudkan Nita

Muhadhoroh suatu program kepada Anggraeni yaitu berisi

dalam peserta didik. penampilan sebuah pidato

Menumbuhkan - Memiliki kesamaan yang dilakukan oleh siswa,

Karakter Disiplin dalam program sedangkan muhadhoroh


47

dan Tanggung muhadhoroh. yang di maksud dalam

Jawab Peserta -Memiliki kesamaan penelitian ini ber isi kajian

Didik di MTs dalam penumbuhan/ kitab-kitab salaf dan

Abdur-rohman pengembangan karakter penguatan iman.

Bungamas Kikim peserta didik. - Pada penelian Nita

Timur. 2022, Nita -Sama-sama di terapkan Anggraeni di tujukan

Anggraeni. pada peserta didik untuk menumbuhkan

tingkat SMP/MTS. karakter disiplin, sedang

pan pada penelitian ini di

tujukan untuk

menumbuhkan karakter

religius.

4. Penanaman nilai- -Memiliki kesamaan -Penelitian Nurhan Buka

nilai Religius dalam penanaman menggunakan kegiatan

melalui kegiatan karakter religius atau ektrakulikuler untuk

ekstrakulikuler nilai-nilai religius pada menumbuhkan karakter

Hizbul Wathan di peserta didik. religus peserta didik,

SMK -Sama-sama sedangkan dalam

Muhammadiyah 3 menerapkan suatu penelitian ini,

Makasar. 2020, program kepada peserta menggunakan program

Nurhan Buka. didik berbasis formal. muhadhoroh.

- Penelitian Nurhan Buka

di laksanakan di sekolah

tingkat SMK, sedangkan


48

pada penelitian ini

dilaksanakan di tingkat

SMP.

5. Penanaman nilai- -Memiliki kesamaan - Perbedaanya pada

nilai Religius dalam penanaman nilai penelitian Nurul Huda

kepada Santri atau karakter religius proses penanaman nilai-

baru di Pondok pada peserta didik atau nilai religius tidak melalui

Pesantren An- santri. suatu program. Sedangkan

ni’mah di Dusun pada penelitian ini

Seribu penumbuhan nilai karakter

Pesawaran. 2021, religius melalui program

Nurul Huda . muhadhoroh.

- Pada penelitian Nurul

Huda dilakukan pada

pendidikan non formal,

sedang pada penelian ini

dilakukan pada pendidikan

formal setingkat SMP.

6. Penanaman Nilai- -Memiliki kesamaan -Penanaman karakter

nilai Religius dalam hal penanaman religius pada penelitian

pada Remaja nilai atau karakter Ririn Suhartanti melalui

Melalui kegiatan religius. pembacaan Barzanji,

pembacaan Kitab sedangkan pada penelitian

Al-Barzanji di ini melalui pembacaan


49

Desa Bajang Kec kitab kuning, istighotsah,

Balon Kab dll yang dikemas dalam

Ponorogo. 2021, suatu program

Ririn Suhartanti. muhadhoroh.

- penelian Ririn Suhartanti

dilaksanakan pada anak-

anak remaja di desa

Bajang. Sedangkan pada

penelitian ini dilaksanakan

pada anak-anak atau

peserta didik setingkat

SMP.
50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif dan menggunakan jenis

field research (penelitian lapangan). Pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang

atau perilaku yang diamati(Moleong, 1995:4) Penelitian kualitatif, merupakan

suatu pendekatan untuk melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena

dan gejala yang bersifat alami. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif,

mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat di tangkap oleh peneliti

dengan menunjukkan bukti-buktinya(Mahmud, 2011: 89–90)

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan keguanaan tertentu (Sugiyono, 2012, p. 3). jenis peneitian yang

di gunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan jenis peneltian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dengan

angka-angka, karena penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan

gambaran tentang kondisi secara factual dan sistematis mengenai faktor-faktor,

sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang dimiliki untuk melakukan

akumulasi dasar-dasarnya (Hardiani, 2020, p. 260). Nana Syaodih Sukmadinata

menjelaskan penelitian kualitatif adalh suatu penelitian yang ditijukan unutk

mendesktipsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok

(Sukmadinata, 2011, p. 60).

47
51

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penelitian lapangan

adalah kegiatan penelitian yang di lakukan di lingkungan masyarakat maupun

lembaga pemerintah, dengan cara mendatangi rumah tangga, perusahaan, dan

tempat-tempat lainnya. Usaha pengumpulan datanya di lakukan langsung dengan

cara wawancara dan observasi (Mahmud, 2011, p. 31). Penelitian lapangan juga

bertujuan mempelajari latar belakang keadaan sekarang secara intensif. Interaksi

lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat

(Mahmud, 2011, p. 33).

Penelitian jenis kualitatif dalam penelitian ini ditujukan untuk menggali

lebih dalam tentang suatu fakta, selajutnya memberikan penjelasan yang terkait

dengan berbagai realita yang telah ditemukan, peneliti langsung dapat mengamati

peristiwa-periswtiwa yang telah terjadi di lapangan yang berhubungan dengan

bagaimana pelaksanaan program atau kegiatan muhadhoroh, dukungan sekolah

serta tantangan dan hambatan pada program muhadharah dalam menumbuhkan

karakter religius pada peserta didik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Waktu

penelitian ini akan berlangsung pada tanggal 15 Desember 2022 sampai dengan

21 April 2023. Penelitian melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung

di lapangan atau lokasi penelitian guna mendapatkan informasi secara valid dan

dapat mengumpukan data yang dilakukan secara incidental (sesuai dengan

keperluan melengkapi data)


52

3.4 Sumber Data

Data adalah segala bentuk informasi, realita, dan fakta yang terkait dengan

yang diteliti atau dikaji. Sedangkan sumber data adalah orang, benda, atau objek

yang dapat memberikan data, informasi, fakta, dan realitas yang terkait/relevan

dengan apa yang dikaji atau diteliti (A. Muri Yusuf, 2013, p. 226).

Sumber data dalam penelitan ini terdapat dua sumber data, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder, berikut adalah dua sumber data tersebut:

a) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung menyajikan

data kepada pengumpul data (peneliti). Data primer sendiri merupakan

sumber data penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber

utama/sumber asli tanpa melalui perantara. Dalam hal ini, sumber data

primer pada penelitian ini dilakukan pada 4 orang yang merupakan 1

kepala sekolah, 1 guru pembimbing, dan 2 siswa, yang terdiri dari kelas

IX dan kelas VII SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

b) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen (Natalia Nilamsari, 2014, p. 179) Sumber data sekunder

juga merupakan seluruh hal yang berkaitan dengan penelitian ini baik

berupa buku-buku, website di internet.


53

3.4 Instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrument penelitiannya adalah peneliti itu

sendiri. Instrument peneliti sangat di perlukan, karena di samping itu instrument

peneliti juga berperan sebagai pengumpul data. Sebagaimana salah satu dari

beberapa ciri-ciri penelitian kualitatif dalam mengumpulkan data di laksanakan

sendiri oleh peneliti. Sedangkan instrument peneliti ini sebagai pengamat

partisipasi atau berperan serta, artinya dalam proses pengumpulan data peneliti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang

sekecil-kecilnya (Lexy J.Moleong, 1995, p. 177) Dalam penelitian ini, peneliti

hadir guna mengumpulkan data yang di perlukan yang mana data tersebut

berkaitan dengan pembentukan karakter religius peserta didik melalui kegiatan

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

3.5 Prosedur pengumpulan data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sehingga

dalam penelitian ini di perlukan prosedur pengumpulan data guna mencapai

tujuan dari penelitian. Prosedur pengumpulan data yang di gunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto, observasi di sebut juga dengan

pengamatan menggunakan seluruh panca indra. Observasi adalah

melakukan pengamatan secara langsung pada obyek yang di teliti guna

melihat dari dekat kegiatan yang di laksanakan. Observasi atau

pengamatan merupakan sebuah metode yang di gunakan untuk

mengumpulkan data dimana peneliti berkolaborasi guna mencatat


54

informasi sebagaimana yang telah mereka saksikan selama penelitian.

Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa tersebut di lakukan dengan cara

melihat, merasakan, dan mendengar yang kemudian di catat sesubyektif

mungkin. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat yang

berpartisipasi secara penuh, yakni menyamakan diri dengan orang yang di

teliti (Riduwan, 2011, p. 30).

Pengamatan yang di lakukan oleh peneliti di SMP Islam 4-5

Tambakboyo mencakup tentang aspek pembentukan karakter religius

melalui kegiatan muhadhoroh.

2. Wawancara/interview

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dan

informasi. Penggunaan metode ini di landaskan pada dua alasan yaitu

pertama, peneliti dapat menggali tidak saja yang di ketahui dan di alami

subyek yang di teliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri

subyek penelitian. Kedua, apa yang di nyatakan kepada informan bisa

mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa

lampau, masa kini, dan masa mendatang (Ghoni djunaidi dan Almanshur,

2012, p. 176).

Wawancara di dalam penelitian ini di lakukan terhadap bapak

Bisrul Ronji,S.Pd selaku kepala sekolah, Bapak Agus,S.Pd selaku guru

pembimbing kegiatan muhadhoroh, dan Siswa-siswi SMP Islam 4-5

Tambakboyo yaitu Ayu dan Novia. Guna mendapatkan data serta

informasi yang relevan dengan judul penelitian, yaitu pembentukan

karakter religius terhadap peserta didik melalui kegiatan muhadhoroh di


55

SMP Islam 4-5 Tambakboyo, maka dalam mengadakan wawancara

peneliti menggunakan pedoman wawancara, yang telah di persiapkan oleh

peneliti.

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara atau teknik memperoleh data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagianya (Hadi

Surisno, 2002, p. 36). Studi dokumentasi merupakan pelengkap, dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif

(Sugono, 2008, pp. 82–83).

Penelitian ini menggunakan dokumen guna mengetahui profil

SMP Islam 4-5 Tambakboyo serta sejarah, data guru, karyawan, dan

siswa, serta data sarana prasarana dan profil kegiatan muhadhoroh.

3.6 Analisis data

Teknik analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan

dan dituliskan dalam bentuk kata-kata atau lisan dari analisis data kualitatif adalah

ingin memahami situasi sosial (obyek) menjadi bagian-bagian, hubungan-

hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan (Sugiyono, 2012,

p. 329).. Kemudian dari proses analisis data yang dilakukan sebelum terjun

langsung ke lapangan dan selama berada dilapangan. Sebelum terjun langsung ke

lapangan, peneliti menganlisi data dari hasil penelitian terdahulu/data sekunder

yang digunakan guna menentukan focus penelitian. Perlu diingat dan di buat

pedoman bahwasanya focus penelitian tersebut masih bersifat sementara, baru

selanjutnya berkembang setelah peneliti masuk dan selama berada di lapangan.


56

Selama peneliti terjun langsung ke lapangan, analisis data yang digunakan

yaitu berupa analisis data model Miles dan Huberman. Perlu diingat bahwasanya

aktivitas di dalam analisis data kualitatif dilaksanakan secara interaktif dan

berjalan secara terus menerus sampai selesai, sehingga data yang diperoleh sudah

jenuh. Data yang telah terkumpul dari beberapa sumber yang ada di lapangan

sebelumnya telah disajikan terlebih dahulu, dan dilakukan proses analisis data

yang nantinya data yang telah diperoleh tersebut benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun langkah-langkahnya, sebagai

berikut:(B.Milles Matthew dan Huberman A.Michael, 1992, p. 16)

1. Mereduksi data, peneliti menelaah kembali seluruh catatan yang diperoleh

melalui tehnik informasi, wawancara, dan dokumen-dokumen. Reduksi

data adalah kegiatan merangkum data dalam suatu laporan yang sistematis

dan difokuskan pada hal-hal yang inti.

2. Display data, yakni merangkum hal-hal pokok dan kemudian disusun

dalam bentuk deskripsi yang naratif dan sistematis, sehingga dapat

memudahkan untuk mencari tema sentral sesuai dengan focus/rumusan

unsur-unsur dan mempermudah untuk memberi makna.

3. Verifikasi data, yakni melakukan pencarian makna dari data yang

dikumpulkan secara lebih teliti. Hal ini dilakukan dengan mendapatkan

suatu kesimpulan yang akurat dan tepat. Kegiatan ini dilakukan dengan

cara mencari bentuk, pola, hubungan, tema, persamaan, dan perbedaan

pada faktor-faktor yang mempengaruhi dan lain sebagainya. Hasil dari

kegiatan ini adalah kesimpulan hasil evaluasi secara utuh, menyeluruh dan

akurat (B.Milles, Dkk, 1992:16-17).


57

3.7 Validasi temuan penelitian

Validasi temuan penelitian dalam penelitian sering kali di tekankan

pada reabilitas dan uji validasi. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau

data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang di

laporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan pada

obyek yang di teliti (Sugiyono, 2012, p. 209).

Pengecekan validasi data sangat di perlukan agar supaya data yang

d hasilkan dapat di pertanggungjawaban secara ilmiah. Pengecekan

validasi data merupakan salah satu langkah guna mengurangi kesalahan

dalam proses perolehan data penelitian yang mana tentunya akan berimbas

terhadap hasil akhir penelitian. Oleh karena itu, proses pengecekan

validasi temuan data penelitian, harus melalui beberapa teknik pengujian.

Di antaranya:

1. Perpanjang pengamatan

Sebagaimana peneliti dalam penelitian kualitatif, yaitu instrument

itu sendiri. Keikutsertaan peneliti dalam instrument penelitian sangat

menentukan pada pengumpulan data. Keikutsertaan ini tidak hanya di

laksanakan dalam watu singkat akan tetapi memerlukan perpanjang

keikutsertaan pada latar belakang penelitian. Perpanjangan keikutsertaan

berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan

pengumpulan data tercapai (Lexy J.Moleong, 1995:327).

Perpanjangan pengamatan berarti hubungan peneliti dengan

narasumber akan semakin terbentuk rapat, semakin akrab, semakin


58

terbuka, saling mempercayai, sehingga tidak ada informasi yang di

sembunyikan lagi (Sugiyono, 2012: 271).

2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan artinya melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian

data, urutan data dan peristiwa akan dapat di rekam secara pasti dan

sistematis (Sugiyono, 2012:271).

Ketekunan pengamatan artinya mencari secara konsisten dengan

beberapa carayang berkaiatan dengan proses analisis data yang konstan.

Mencari usaha utuk membatasi berbagai pengaruh. Mencari sesuatu yang

bisa diperhitungkan dan sesuatu yang tidak dapat diperhitungkan. Seperti

yang telah di uraikan, yang dimaksud dengan perpanjangan pengamatan

ialah untuk memungkinkan penelitian kontekstual dan pengaruh bersama

pada penelitian dan subjek yang akhirnya mempengharuhi fenomena yang

diteliti (Sugiyono, 2012: 272).

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validasi data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Maka dari itu, untuk keperluan

pengecekan atau berperan sebagai pembanding dari data tersebut.

Triangulasi dalam pengecekan validasi data ini di artikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data dan waktu (Moleong, 1995:329).


59

a) Triangulasi sumber, dalam penelitian ini, juga menggunakan

triangulasi sumber. Triangulasi sumber sebagai penguji validasi

data yang di lakukan dengan cara pengecekan data yang telah di

lakukan dengan cara pengecekan data yang di peroleh melalui

berbagai sumber.

b) Triangulasi teknik, guna menguji kredibilitas data yang diperlukan

dalam penelitian, dengan cara melakukan pengecekan pada data

yang telah diperoleh dari sumber data. Peneliti menggunakan

teknik wawancara untuk mengetahui kevalidan dari dara yang

diperoleh peneliti dari observasi.

c) Triangulasi waktu, dilaksanakan dengan cara melaksanakan

pengecekan dengan wawancara, observasi, atau dengan teknik

tertentu untuk mengetahui valid atau tidaknya dari data yang telah

diperoleh peneliti, dengan waktu yang berbeda dan berulang-ulang

kali.

Penelitian ini adalah suatu penelitian yang membahas tentang

pembentukan karakter religius peserta didik melalui kegiatan muhadhoroh.

Pengecekan data menggunakan triangulasi sumber dapat di lakukan

dengan membandingkan data yang di dapat dari beberapa sumber. Di

antaranya yaitu kepala sekolah, guru pembimbing kegiatan muhadhoroh,

dokumen sekolah dan siswa-siswi SMP Islam 4-5 Tambakboyo serta hasil

observasi//pengamatan dari data-data yang lainnya.


60

BAB IV

DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

SMP Islam 4-5 Tambakboyo, merupakan salah satu SMP yang bernaungan

Ma’arif di kecamatan Tambakboyo. Bahkan menjadi satu- satunya SMP di

Tambakboyo yang menggunakan tiga kurikulum, di antaranya: kurikulum

DINAS, kulikulum DEPAG, dan kurikulum pesantren. Yang mana, tiga

kurikulum tersebut dikolaborasikan menjadi satu yaitu di SMP Islam 4-5

Tambakboyo.

SMP Islam 4-5 Tambakboyo, terletak di Jl.Raya Pabeyan Tambaboyo-

Tuban, tepatnya didesa Pabeyan, Kecamatan Tambakboyo, kabupaten Tuban.

Berada di sebelah Utara jalan Pantura dan tepat ditengah-tengah padatnya

pemukiman penduduk, yang mana itu membuat SMP Islam 4-5 Tambakboyo,

sangat strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat Tambakboyo dan

sekitarnya.

Pada tahun 1990 SMP Islam 4-5 Tambakboyo didirikan oleh kelompok

NU ( Nahdhotul Ulama’) yang di pelopori oleh para ulama’-ulama’ desa setempat,

yang masuk dalam organisasi NU. Awal mula berdirinya SMP Islam 4-5

Tambakboyo, berawal dari tanah tambak ikan milik KH.Damanhuri, yang berasal

dari desa Pabeyan, kecamatan Tambakboyo, beliau mewakafkan tanahnya untuk

organisasi NU, dan NU mendedikasikan tanah tersebut untuk dibangun sebuah

lembaga pendidikan, yang diberi nama SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Adapun

status akreditasi SMP Islam 4-5 Tambakboyo, terakreditasi A, dan di pimpin oleh

57
61

kepala sekolah Bapak Bisrul Ronji,S.Pd. di bawah pimpinan yayasan Lembaga

Pendidikan Ma’arif Nahdhotul Ulama’ yang di ketuai oleh Bapak Drs.H.Nur

Khamid.M,Pd.

4.1.2 Despripsi Data Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

memperoleh data mengenai pembentukan karakter peserta didik di SMP Islam 45

Tambakboyo melalui program muhadhoroh. Yang mana program tersebut

membutuhkan guru-guru yang berpotensi untuk terus memajukan program

muhadhoroh guna menumbuhkan dan meningkatkan karakter religius peserta

didik. Ustadz ustadzah atau para guru yang membimbing ataupun menjad

Pembina muhadhoroh, sebagian besar merupakan lulusan dari pondok pesantren

salaf. Sehingga program muhadhoroh itu sendiri sedikit banyak mengusung tema

dari pondok pesantren salaf, khususnya pondok pesantren Al Anwar Sarang,

Rembang, yang di asuh oleh Al Maghfurlah KH.Maimun Zubair Dahlan.

Sebanding dengan judul yang di usung oleh peneliti, yaitu: Implementasi

Program Muhadhoroh dalam Menumbuhkan Karater Religus Peserta Didik di

SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Maka peneliti memfokuskan penelitian ini, pada

masalah-masalah berikut ini:

1) Proses implementasi program muhadhoroh dalam menumbuhkan karakter

religius peserta didik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

2) Implikasi penumbuhan karakter religius peserta didik melalui program

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tabakboyo.

Dari uraian tersebut, peneliti menggunakan segala bentuk persiapan untuk

melaksanakan penelitian, agar penelitian bisa berjalan lancar dan membuahkan


62

hasil yang maksimal, sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam

pelaksanaanya, peneliti merencanakan suatu hal dengan menguraikan perencanaan

tersebut, dengan menggunakan deskripsi data penelitian. Adapun deskripsi data

penelitian yang telah diperoleh peneliti, sebagai berikut:

1. Proses implementasi program muhadhoroh dalam menumbuhkan

karakter religius peserta didik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo

Berdasarkan hasil dari data yang diperoleh oleh peneliti dari lokasi

penelitian di SMP Islam 4-5 Tambakboyo yang terletak di Desa Pabeyan

Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban. Data mengenai proses implementasi

pembentukan karakter di SMP Islam 4-5 yang diwujudkan dalam suatu program,

yang kenal dengan sebutan muhadhoroh.

Suatu satuan pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membina peserta

didiknya dengan cara mengarahkan, membimbing dan meningkatkan karakter

religius peserta didik dengan berbagai cara, seperti halnya: mauidhoh hasanah

atau kultum, sentuhan rohani maupun jasmani. Hal ini diupayakan untuk

membenahi perilaku atau karakter individu tersebut menjadi lebih baik dan sesuai

dengan ajarannya.

Kepala sekolah mengambil peran yang sangat penting dalam berhasil atau

tidaknya suatu program atau kegiatan yang berada disekolah tersebut. Sama

halnya dengan pembentukan karakter religius peserta didik melalui program

muhadhoroh, guna meningkatkan nilai-nilai keislaman dan akhlak peserta didik

tidak terlepas dari masukan, bimbingan dan dukungan dari kepala sekolah dalam

membentuk karakter religius peserta didik. Seperti halnya yang telah dijelaskan

oleh Bapak Bisrul Ronji,S.Pd. yang menjabat sebagai kepala sekolah di SMP
63

Islam 4-5 Tambakboyo pada hari Sabtu, 10 Juni 2023, pada saat wawancara,

mengemukakan bahwa:

“Untuk proses yang telah kami lakukan dan kalo menurut saya paling

tepat dalam penumbuhan karakter religius siswa. Ya, kita sebagai guru

mestinya pertama sebelum kita menyuruh siswa melakukan hal kebaikan

yang berupa apapun itu, ya kita memberi contoh terlebih dahulu kita

memberi suri tauladan yang baik, setelah itu kita baru lanjut ke proses

pengajaran, baru pengaplikasin pada siswa, yang di barengi dengan

dukungan dan motivasi. Dengan begitu anak akan berproses dengan

sendirinya mbak.”

Dari hasil wawancara di atas yang didukung dengan observasi, bahwa

kepala sekolah juga berperan active untuk menumbuhkan dan meningkatkan

karakter religius peserta didik.

Berkaitan dengan proses pembentukan karakter religius, Bapak Agus,S.Pd.

selaku Pembina muhadhoroh dan guru PAI, juga menambahkan, sebagai berikut:

“Untuk proses pembentukan karakter sendiri itu melalui pembiasaan

mengikuti kegiatan muhadhoroh itu, awalnya anak-anak kita paksa untuk

mengikuti kegiatan muhadhoroh di hari sabtu sore yang menginap sampa

pagi itu, kemudian setelah adanya pemaksaan itu, kan akan timbul rasa

terbiasa dan menjadi suatu kewajiban bagi mereka. Untuk membentuk itu

kita juga membuat absensi per kelas, kalo ada yang tidak hadir ya kita

beri sangsi, dihari seninnya. Nah, didalam muhadhoroh ini kan banyak

kegiatan yang mendukung untuk menumbuhkan dan meningkatkan

karakter religius siswa, ya diantaranya, ada wajib sholat berjamaah dari


64

sholat maghrib, isya’, dan subuh, ada pembacaan kitab kuning, ada

khitobiyah, pembacaan yasin dan tahlil, istighotsah, dan kultum. Dari

semua kegiatan itu kan bisa menumbuhkan dan meningkatkan karakter

religius siswa.”

Dari hasil penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses yang

dilakukan oleh kepala sekolah, dan Pembina muhadhoroh dalam membentuk

karakter religius peserta didik. Pembentukan karakter religius peserta didik

melalui program muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo merupakan

komitmen bersama. Bukan hanya sekolah saja yang berperan didalamnya,

melainkan kerjasama dengan wali murid juga sangat penting untuk mencapai

keberhasilan dalam membentuk karakter religius peserta didik kedalam diri dan

karakternya.

Adapun bentuk-bentuk dari kegiatan muhadhoroh, yang terdapat di SMP

Islam 4-5 Tambakboyo, sebagai berikut :

1) Kegiatan sholat maghrib berjamaah

Dalam pelaksanaan sholat maghrib berjamaah ketika anak-

anak pertama hadir disekolah untuk menjalankan kegiatan

muhadhoroh tersebut, setelah pengisian absensi kegiatan. Dan pada

kegiatan ini di pantau sendiri oleh guru-guru yang bertugas pada

malam hari itu. Pelaksanaan awal dari kegiatan muhadhoroh ini

yaitu sholat maghrib berjamaah, juga diimami oleh salah satu guru

piket dan diikuti oleh seluruh guru piket lainnya dan juga seluruh

siswa.(Observasi kegiatan muhadhoroh, )


65

Kegiatan awal muhadhoroh ini yang berupa sholat maghrib

berjamaah, ini ditujukan untuk siswa agar tebiasa melakukan sholat

jamaah terlebih menjalakan sholat lima waktu secara full, dengan

tanpa menunda waktu sholat. Hal tersebut juga difungsikan agar

anak bisa konsisten dengan sholat lima waktu baik disekolah

maupun dirumah, dan terbiasa melakukan hal-hal baik yang

bersangkutan dengan akhlak.hal ini sebagaimana yang telah

disampaikan oleh bapak Agus,S.Pd selaku pembimbing kegiatan

muhadhoroh, sebagai berikut:

Kegiatan muhadhoroh ini kan dimulai dari jam 05.00

mbak, jadi jam 05.00 ini anak-anak harus sudah kumpul

disekolah, nanti kan ada pengabsenan yang dilakukan

perkelas, sambil menyiapkan untuk melaksanakan kegiatan

muhadhoroh, trus nanti ketika sudah adzan maghrib semua

anak wajib ngambil air wudhu, lalu dilanjutkan sholat

maghrib berjamaah, nanti dibelakang juga ada salah satu

guru yang memantau, nanti kalo ada yang terlabat atau

tidak mengikuti sholat jamaah yang kita kasih reward.

Terus anak yang menstruasi atau haid itu kita arahkan

untuk mengikuti kajian kitab Risalatul Mahidz.

Sholat maghrib berjamaah di sekolahan ketika kegiatan

muhadhoroh itu berlangsung merupakan suatu hal yang diwajibkan

pada setiap siswa dan siswi SMP Islam 4-5 Tambakboyo, yang

mendapatkan giliran untuk melaksanakan kegiatan muhadhoroh di


66

SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Jadwal muhadhoroh di SMP Islam 4-

5 Tambakboyo bergilir antara siswa laki-laki dan siswa

perempuan, ketika siswa perempuan di minggu pertama, maka

siswa laki-laki diminggu berikutnya, begitupun seterusnya. Seperti

halnya yang telah dikemukakan oleh bapak kepala sekolah, bapak

Bisrul Ronji,S.Pd. seperti berikut:

Jadi kalo jadwal dari kegiatan muhadhoroh ini, kalo

minggu ini cewek ya minggu depannya cowok, begitu

seterusnya. Tapi awal mula kegiatan muhadhoroh itu ada,

ya awalnya gabung antara cewek sama cowok terus dengan

berkembangnya zaman dan perbedaan anak zaman dulu

sama anak sekarang yang masyaallah, makanya kita

putuskan untuk menggilir antara cewek sama cowok pada

kegiatan muhadhoroh yang diwajibkan bermalam

disekolahan ini.

Berikutnya wawancara kepada siswa siswi SMP Islam 4-5

Tambakboyo mengenai kegiatan sholat maghrib berjamaah di awal

kegiatan muhadhoroh, diantaranya wawancara dengan kelas VIII,

sebagai berikut:

Biasanya kita dari rumah kan jam 16.30 kalo yang

rumahnya jauh kan jam 16.00 nyapek sini pokoknya harus

jam 17.00 soalnya jam segitu nanti gerbangnya udah

ditutup,terus dilakukan pengabsenan. Setelah ada adzan

maghrib dari masjid, nanti ada bel untuk di suruh ngabil


67

air wudhu, kan itu antri nya banyak ya mbak, jadi nanti

pasti ada yang telat, dan yang telat nanti dimarahin sama

guru yang jaga. (wawancara dengan ayu, siswi kelas VIII)

Lalu Novia siswi kelas VIII lainnya menambahkan.

Guru disini sangat telaten dan disiplin juga tegas mbak,

kalo ada yang nggak ikut sholat jamaah itu nanti dapet

hukuman, terus nanti dari kita ada yang haid ya disuruh

ikut ngaji kitab, kadang kalo guru ceweknya nggak ada ya

disuruh sholawatan. Intinya ketika jamaah sholat maghrib

itu nggak ada yang nganggur, walaupun dia haid.

Dari hasil wawancara diatas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tujuan diwajibkannya sholat maghrib berjamaah itu untuk

membiasakan siswa dalam berjamaah dan melaksanakan sholat

lima waktu, dimanapun dan kapanpun dia berada dan bertujuan

untuk mencetak generasi yang bertaqwa dan beriman yang

berlandaskan kegiatan spiritual disekolah.

2) Mengkaji kitab Risalatul Mahidz

Kajian kitab Risalatul Mahidz ini, ditujukan untuk

mengenalkan anak yang mulai menginjak remaja atau baligh pada

hukum-hukum mahidz yang sangat awam bagi mereka. Karena

dikalangan umum atau kalangan masyarakat, perkada haid itu

sangat intim dan sangat individual, jadi di SMP Islam 4-5

Tambakboyo ini berusaha mengenalkan dan mengajarkan bahwa

sebenarnya ilmu mahidz itu sangatlah penting dan wajib diketahui


68

oleh setiap wanita. Seperti halnya yang telah disampaikan oleh

bapak Agus,S.Pd. sebagao berikut:

Anak-anak setingkat atau seumuran SMP itu kan rata-rata

sudah banyak yang haidz ya mbak, tapi dari keseluruhan

anak itu mungkin baru 5% yang mengetahui sekilas tentang

hukum haidz. Jadi kita selipkan kajian kitab rislatul mahidz

di sela-sela kegiatan muhadhoroh dan yang mengikuti

kajiannya itu hanya anak-anak yang sedang berhalangan

saja. Sebenarnya baru dasarnya aja yang kita sampaikan

pada anak, soalnya kan nanti kelas 7 sampai kelas 9 itu kan

jadi satu, terus kan nggak setiap minggu anak tersebut

berhalangan, jadi ya sering kita ulangi di satu kitab itu.

Jadi dari kelas 7 sapa kelas 9 itu yang dipejari anak

tentang hukum haidz yang hanya dikitab mahidz itu saja.

Tanggapan siswa mengenai pengajian kitab risalatul

mahidz, sebagai berikut:

Dari kegiatan ngaji kitab risalatul mahidz ini tuh sangat

bermanfaat bagi kita mbk, soalnya dari situ kan kita bisa

mengetahui batasnya haid dan batasnya suci, ya banyak

lah ilmu dari situ. Tapi terkadang kita juga males mbak

soalnya kan biasanya orang yang lagi haid itu kan

badmood ya males mo ngapa-ngapain, la ini mau istirahat

pas yang lain lagi sholat aja masih diajakin ngaji.


69

Dari wawancara diatas maka bisa ditarik kesimpulan bahwa

kegiatan mengaji kitab Risalatul Mahidz sangat penting dan sangat

bermanfaat bagi wanita seusia anak SMP yang baru akan

menginjak baligh. Walaupun sebenarnya yang wajib mempelajari

masalah haidz itu laki-laki, tapi wanita juga harus mengerti tentang

hukum haidz, karena wanita yang menjalani atau mengalami haidz

itu sendiri.

3) Yasin dan tahlil

Kegiatan selanjutnya setelah menjalankan jamaah sholat

maghrib yaitu pembacaan yasin dan tahlil, yang ditujukan pada

para pejuang sekolah yang telah wafat, kepada para ulama’ yang

telah membantu dan mendukung terbentuknya lembaga Islam 4-5

Tambakboyo, serta para asatidz dan asatidzah yang telah wafat.

Karena SMP Islam 4-5 Tambakboyo ini benaungkan ma’arif yang

mana ma’arif ini suatu lembaga yang dimiliki oleh Nahdhotul

ulama maka, diperbolehkan dan lebih ditekankan untuk mendoakan

orang-orang yang telah wafat dengan bacaan tahlil dan yasin.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak Bisrul Ronji,S.Pd.,

sebagai berikut:

Karena tahlilan itu milik NU ya kita jalan kan budaya kita

sebagai orang NU, salah satunya ya tahlilan ini, dan kita

awali dengan pembacaan surat yasin, yang kita tujukan

kepada para pejuang SMP Islam 4-5 ini, para ulama’ yang

mensupport berdirinya sekolahan ini juga para guru yang


70

telah wafat. Dari wasilah itu semoga apa yang kita

harapkan untuk mencetak generasi muda yang reigius dan

berakhlakul karimah ini bisa teruwujud dengan sempurna

dan sesai dengan apa yang kita harapkan. Soalnya

mengendalikan anak jaman sekarang itu hanya dengan

materi saja tidak cukup mbk, ya ini bia dikatakn sebagai

salah satu dari ikhtiyar kita lah mbk.

Dari wawancara ini, dapat dipahami bahwa mendoakan

orang yang sudah meninggal itu juga bisa membawa keberkahan

bagi orang yang mendoakan. Dan dari kegiatan membaca surat

Yasin dan tahlil ini dimaksudkan agar menambah karakter religius

peserta didik, dan juga agar bisa menghargai jasa para pejuang dan

asatidz yang telah wafat.

4) Jamaah sholat isya’ dan pembacaan Rotibul hadad (Istighotsah)

Kegaiatan jamaah sholat isya’ juga diwajibkan bagi seluruh

siswa yang mengikuti kegiatan muhadhoroh, sebagai mana jamaah

sholat maghrib yang telah diutarakan diatas.

Setelah menjalankan jamaah sholat isya’ para peserta

muhadhoroh langsung di pimpin untuk membaca rotibul hadad,

yang dipimpin oleh guru piket dalam kegiatan tersebut, dan

mengikuti pembacaan istighotsah ini bersifat wajib bagi seluruh

siswa. Pembacaan rotibul hadad juga berfungsi untuk meluluhkan

dan melembutkan hati peserta didik, dari pembacaan rotibul hadad

ini juga dimaksudkan untuk membentuk karakter religius peserta


71

didik. Seperti halnya yang telah disampaikan oleh Bapak

Agus,S.Pd. sebagai berikut:

Pembacaan rotibul hadad ini kan bisa meluluhkan dan

melembutkan serta menenangkan hati seseorang yang

membacanya, lah ini titik poinya, kalo anak kita arahkan

untuk membaca rotibul hadad itu sopo ngerti anak itu bisa

kefutuh, bisa kebuka hatinya bisa menjadi anak yang baik

mempunyai karakter yang baik, gampang nek dikandani.

Dengan begitu kita kan juga lebih mudah untuk

mengarahkan anak menjadi lebih baik.

Mengenai kegiatan istighotsah ini juga ditaggapi oleh

bapak Bisrul Ronji, sebagai berikut:

Untuk kegiatan istighotsah ini sendiri dari kami memang

sangat mendukung kegiatan tersebut, agar siswa juga

mengetahui doa yang pernah diamalkan oleh para leluhur

kita, para ulama’ dan habaib. Kemudian agar terbiasa juga

menlakukan dzikir dirumah atau diluar sekolah.

Sebenarnya juga kegiatan ini juga untuk pengenalan lah

pada anak, ben ngerti, oh ngene to yang dimaksud dengan

istighotsah ini, ben ngerti karepe juga. Kan biar nggak

ngisin-ngisini ketika sudah bermasyarakat.

Tanggapan Ayu kelas VIII yaitu, sebagai berikut:

Kita wajib mengikuti mbak, kadang kita ada yang ngumpet

dikelas aja di samperin, dicari sampai ketemu, kalo diambil


72

dari sisi positifnya sih katanya ada yang bilang dengan

bacaan istighotsah (rotibul hadad) bisa memudahkan kita

dalam belajar. Entah ini mitis atau fakta ya mbak, tapi

kebanyakan dari kita ya percaya saja, kalo detik-detik mau

UAS pasti anak-anak nggak usah di obraki pasti langsung

ke aula untuk mengikuti istighotsah.

Dari pemaparan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan istighotsah (pembacaan rotibul hadad),

ditujukan untuk siswa agar memiliki iman yang kuat dan memiliki

karakter relgius dan melembutkan hati siswa yang terkadang susah

diatur.

5) Pembacaan kitab kuning atau kitab salaf

Pembelajaran kitab kuning yang berfariasi, sesuai dengan

tingkatan perkelas, dimulai dari kelas VII mempelajari cara

penulisan arab pegon yang benar supaya bisa memberikan makna

pada kitab dengan benar dan tepat, lalu dilanjukan dengan kelas

VIII yang mempelajari kitab mabadiul fiqih yang mempelajari

tentang dasar ilmu fiqih, dan kelas IX mempelajari kitab

safinatunnajah.

Pembelajaran kitab kuning ini mengusung tema dari

pesanteren salafy di Sarang Rembang, ini berawal dari mayoritas

guru yang besicnya pesantren dan jebolan pesantren salafy. Seperti

halnya yang telah diutarakan oleh bapak Naim,S.Pd., sebagai

berikut:
73

Jadi kita sebenarnya dari awal mengusung tema

muhadhoroh ini ya berkiblat pada pondok pesantren

sarang, yang di ALAnwar kan muhadhoroh, kalo di MUS

itu DKH terus kalo di Al Amin itu juga ada muhadhoroh

juga namanya. Ya dari temanya sendiri ya kita mengusung

dari beberapa pondok pesantren yang ada di Sarang, Kab

Rembang, Jawa Tengah, karena kebanyakan juga guru-

guru disini alumni Pondok pesantren Sarang. Dan

beberapa pondok pesantren di Sarang itu sangat kental

sama salafnya ya mbak ya, betulkan.

Beberapa kitab salaf yang dipelajari itu berbeda dari setiap

tingkatannya, dan sangat berfariasi, hal ini di laksanakan atas dasar

untuk mengembangakan karakter relugius anak serta meningkatkan

kemampuan anak untuk membaca dan menulis arab. Seperti halnya

yang telah disampakan oleh Bapak Agus,S.Pd. dalam

wawancaranya, berikut ini:

Pembelajaran kitab salaf ini ya acuannya, acuan pondok.

Kalo tahun kemaren yang kita ajarkan ada Fatqul Qorib,

Sfinatunnajah, dan Sulam taufik, ini dilampahi pertahun,

selama tiga tahun. Tapi sekarang susunannya beda lagi,

untuk pengembangan anak untuk penulisan makna pegon

itu berkurang, akhirnya dibuatlah untuk kelas VII

pembelajaran penulisan pegon, untuk kelas VIII nya

Safinatunnajah, seng kelas IX nya kitab Muntakhobat,


74

soalnya kelas IX nike seng tahun riyen niku sampun nate

Safinatunnajah, terus Sulam Taufiq. Jadi Muntakhobat itu

ya baru kelas IX ini. Adi untuk kelas VII penulisan pegon

tapi ya tetep ada kitabnya, tapi kebanyakan menulis, kalo

kelas VII dan IX itu kebanyakan sudah baca, kita yang

membacakan dan mereka tinggal memberikan makna

dengan tulisan pegon, langsung memaknai dikitab.

Berikut tanggapan dari Ayu siswi kelas VIII, dalam hal

pembelajaran kitab kuning pada kegiatan muhadhoroh, sebagai

berikut:

Dari pembelajaran kitab kuning sedikit banyak kita jadi tau

lah masalah hukum islam mbak, cuman kadang kita ya

benar-benar belum bisa memahaminya. Ya mungkin kita

kan belajar karena terpaksa juga ya mbak jadi ya begitu,

nggak bisa maksimal, soalnya kita juga masih awam

dengan yang namanya kitab salaf, soalnya ya baru kali ini

di SMP Islam 4-5 ini, sebelumnya belom pernah mengaji

kitab kuning.

Dari pernyataan di atas maka dapat dipahami, bahwa

pembelajaran kitab salaf sangat berperan penting dalam kegiatan

muhadhoroh tersebut, pembacaan kitab salaf, menjadi nafas atau

pokok atau inti dari program muhadhoroh tersebut. Dan

pembacaan kitab salaf berfungsi untuk meningkatkan daya fikir

siswa agar menjadi pribadi yang mengerti tentang hukum-hukum


75

agama islam yang sebenarnya, juga beguna untuk menigatkatkan

dan menumbuhkan karakter religius peserta didik.

6) Khitobiyah

Pelaksanaan kegiatan khitobiyah pada program

ekstrakulikuler muhadhoroh juga menjadi momok penting dalam

terlaksananya program muhadhoroh. Khitobiyah merupakan

kegiatan ter up date dan terbaru dalam pengembangan program

muhadhoroh tersebut. Seperti halnya yang telah dipaparkna oleh

Bapak Agus,S.Pd., sebagai berikut:

Sak mantune pembacaan kitab, di isi dengan khitobiyah.

Khitobiyah nggeh kados istilah dados MC, pidato, sabutan,

ada sholawatan ya persis seperti pengajian. Khitobiyah ini

sudah ada sejak sebelum tahun 2015. Sebelum saya masuk

sini niku. Tapi khitobiyh itu katanya merupakan program

pembaharuan, dari yang dulunya nggak ada jadi ada.

Mengenai kegiatan khitobiyah juga dijelaskan oleh Bapak

kepala sekolah yaitu Bapak Bisrul Ronji,S.Pd. sebagai berikut:

Untuk mengembangkan program muhadhoroh kami,

menambahkan satu kegiatan lagi yaitu khitobiyah.

Kegiatan ini di maksudakan untuk menggali potensi siswa

yang masih terpendam, dan juga untuk mengembangkan

potensi siswa yang sudah terlihat, biar terbiasa juga tampil

di depan umum, soalnya nantinya mereka kan akan hidup

ditegah-tengah masyarakat, paling tidak nantinya mereka


76

tidak kagetlah, atau ndredek ketika didepan orang banyak,

gitu mbak.

Tanggapan dari Novia kelas VIII mengenai kegiatan

khitobiyah, sebagai berikut:

Isi dari kegiatan khitobiyah ya ada dzibaan, terus pembawa

acara, ada sambutannya juga, kadang ada puisinya. Itu

kan kegiatannya sekitar jam 10 an ya mbak, jadi kita udah

capek, udah nggak focus. Dan kalo saya dapat giliran

bertugas ya ndredek hehe.

Tujun dari kegiatan khitobiyah yang dikemas menjadi

program muhadhoroh, yang berisikan beberapa rangkaian kegiatan

yaitu untuk melatih mental dan menumbuhkan rasa percaya diri

peserta didik untuk berani tampil di depan umum, dan juga untuk

mengembangka potensi siswa, juga melatih vocal anak. Berfungsi

juga untuk menumbuhkan nila-nilai karakter religius, disiplin dan

tanggung jawab dalam diri peserta didik.

7) Istirahat

Istirahat merupakan suatu kewajiban yang harus dicukupi

dalam kehidupan manusia sehari-hari, untuk memaksimalkan

dalam menjalankan kegiatan selanjutnya. Seperti halnya yang telah

dijelaskan oleh Bapak Bisrul Ronji,S.Pd. sebagai berikut:

Pada jam 23.30 itu anak-anak baru selesai kegiatan,

kadang ya jam 23.00 itu kegiatan udah selelsai, cuman

kadang anak-anak nggak mau langsung tidur, ada yang


77

ngobrol ada yang masih makan, tapi nanti kalo sudah jam

23.30 itu anak-anak sudah harus tidur, biar nanti kalo di

bangunin subuh gampang, dan juga bisa melaksanakan

sholat malam.

Tanggapan dari Ayu kelas VIII sebagai berikut:

Sebenarnya jam 23.30 itu ada bel tidur mbak, kan

sebenarnya ja 23.00 itu kita sudah disuruh langsung

istirahat, cuman kadang jam segitu laper, ya kita makan

dulu, ada yang ngobrol sama temennya, tapi intinya kalo

udah ada bel kita wajib diam dan wajib langsung tidur,

kalo nggak langsung tidur nanti kita di omelin.

Jadi istirahat merupakan peran penting dari berjalannya

suatu rangkaian kegiatan, dan wajib adanya.

8) Sholat malam (sholat hajat)

Untuk pelaksanaan sholat malam di sela-sela rangkaian

kegiatan muhadhoroh tidak diwajibkan untuk diikuti seluruh

peserta didik yang mengikuti muhadhoroh, namun dalam

pelaksanaan sholat malam ini sendiri hanya di anjurkan kepada

peserta didik.

Kegiatan sholat malam merupakan kegiatan yang berfungsi

agar peserta didik mampu membiasakannya dirumah maupun

disekolah dan terbiasa melakukan hal kebajikan. Dan dalam

anjuran melaksanakan sholat malam ini diupayakan supaya mampu

menggugah kesadaran siswa dalam beribadah sunnah, tanpa


78

adanya dorongan dan paksaan dari pihak manapun. Seperti halnya

yang telah dipaparkan oleh Bapak Agus,S.Pd. selaku guru agama

dan pembimbing muhadhoroh, sebagai berikut:

Sebetulnya pelaksanaan sholat malam itu ada dan

terjadwal Cuma untuk teragenda sholat malam itu nggak

bisa, Karena selesainya ragkaian kegiatan yang terlalu

malam, anak-anak sudah capek. Tapi ada yang melakukan

sholat malam, biasanya bangun jam 03.30 tahajud sekalian

nunggu adzan subuh, ya intinya tergantung kesadaran

anaknya aja, jadi untuk kegiatan sholat malam itu belum

terlaksana, masih tergantung dengan kesadaran anak saja.

Lalu, Novia siswi kelas VIII juga menanggapi perihal

sholat malam, yang masuk pada ragkaian program muhadhoroh,

sebagai berikut:

Kalau sholat malam itu ngak diwajibkan mbak, jarang dari

kita yang melaksanakan sholat malam, karena udah capek

dan udah ngantuk. Kecuali kadang ada sholat tasbih yang

harus diikuti semua siswa, ya kita mau nggak mau harus

bangun dan ikut sholat tasbih. Tapi itu pun cuman setahun

sekali dan kegiatan malamnya itu nggak sepadat

muhadhoroh yang biasanya.

Tujuan di adakannya solat malam itu untuk mengenalkan

siswa pada sholat malam dan agar dapat mencetak siswa yang

beriman dan bertaqwa yang berlandaskan spiritual dilingkungan


79

SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Tidak diwajibkan untuk

melaksanakan sholat malam juga bertujuan untuk membangkitkan

kesadaran siswa, serta menigkatkan karakter religius siswa dari

dalam diri siswa dan jika siswa mampu menjalani sholat sunah

tanpa adanya paksaan maka itu menunjukkan bahwa siswa sudah

benar-benar ikhlas dalam beribadah, menyembah dan mengabdi

kepada Allah SWT.

9) Jamaah sholat subuh dan qultum

Kegiatan shubuh ini dilaksanakan setalah adzan subuh

berkumandang, dan diikuti oleh semua siswa yang mengikuti

ektrakulikuler muhadhoroh, kecuali yang berhalangan untuk

melaksanakan sholat. Kemudian sholat shubuh dilaksanakan di

aula sekolah, seperti halnya sholat maghrib. Dan selanjutnya

setelah jamaah sholat shubuh, dilanjutkan dengan qultum yang

dipimpin oleh guru piket. Seperti halnya yang disampaikan oleh

bapak Naim,S.Pd. sebagai berikut:

Qultum itu dilakukan setelah melaksanakan kegiatan sholat

subuh, dan biasanya yang mengisi kultum juga gurunya

sendiri, tapi sekarang karena kesibukan dari gurunya,

kadang ya kultum kadang ya tidak, tergantung ada materi

yang perlu disampakan atau tidak, kalau ada ya di isi

kultum kalo nggak ada ya sudah, setelah selesai dzikir dan

doa anak-anak, pulang.


80

Tujuan di adakannya kegiatan kultum dalam rangkaian

program muhadhoroh yaitu, untuk memperluas pegetahuan siswa

terhadap agama islam dan memperkuatan keimanan peserta didik

SMP Islam 4-5 Tambakboyo, agar mencetak generasi yang

beriman dan bemanfaat, untuk agama dan orang lain.

2. Implikasi penumbuhan karakter religius peserta didik melalui program

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo

Dengan adanya program muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo,

dirasa bisa membantu peserta didik menjadi lebih mudah dalam melaksanakan

sesuatu hal yang bersifat positif dan religius. Program muhadhoroh di SMP

Islam 4-5 Tambakboyo sedikit banyak telah membawa pengaruh positif dan

aspek-aspek religus peserta didik. Dari hasil penelitian maka peneliti

memperoleh data, bahwa pembentukan karakter religus peserta didik melalui

program muhadhoroh, banyak memberikan pengaruh positif pada peserta

didik. Hal ini dapat dilihat dari cara bersikap dan tingkah laku peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun diluar

lingkungan sekolah. Implikasi pembentukan karakter religius peserta didik di

SMP Islam 4-5 Tambakboyo, diantaranya yaitu: meningkatkan ketaqwaan dan

keimanan kepada Allah SWT, serta membentuk pribadi yang berakhlakul

karimah dan meningkatkan kedisiplinan serta rasa tanggung jawab peserta

didik. Sebagaimana pernyataan bapak kepala sekolah, yaitu Bapak Bisrul

Ronji,S.Pd. seperti berikut ini:

Implikasinya yang pertama, diantaranya anak-anak itu lebih memiliki

akhlak, ke akhlakna lebih baik, Karena satu di situ kan ada kajian macem-
81

macem, kitab ada terus selain itu juga ada gemblengan-gemblengan yang

berkaitan dengan mental dan tingkah laku dan sebagainya. Di antaranya

itu, jelas dapat membentuk dari segi akhlak dan karakternya.

Implikasi pembentukan karakter religius juga dipaparkan oleh Bapak

Agus,S.Pd. selaku Pembina muhadhoroh, sebagai berikut:

Kegiatan yang terakomodasi dalam program muhadhoroh sudah religius,

namanya juga religius, dari kegiatanpun juga religius, kemudian sikap

kemandirianpun muncul disini kumpul dari banyak anak dalam satu

niatan satu tujuan, itukan juga religius. Jadi pengembangannya dari satu

kegiatan itu lah penumbuhan sikap religius.

Implikasi dalam segi karakter kan mungkin kita memandang dari segi

perbandingan, kalo memang dilihat dari karakter mungkin anak yang

disitu tidak menerima pendidikan agama dengan anak yang tidak

menerima pendidikan agama itu sangat berbeda. Masalah dia itu bisa

mengamalkan atau tidak bisa mengamalkan, wallahua’lam.

Lebih lanjut mengenai implikasi dijelaskan oleh bapak Naim,S.Pd. selaku

pembimbing muhadhoroh juga, sebagai berikut:

Adakah efek atau sifat yang lebih dominan dalam keseharian, mungkin di

SMP Islam ini adalah pembelajaran perkenalan pondok itu seperti ini,

kemudian kemandirian seperti ini. Dia mempunyai wawasan pondok,

walaupun dia sekolahnya di SMP tau dia tau, oh pondok itu seperti ini.

Yang kedua dengan mandiri,, ada efek yang semula masih kekanak -

kanakan, tapi dalam 1 malam itu dia bisa pisah dari orang tua itu kan efek

kemandirian, kemudian efek masalah faidah yang ditimbulkan dari


82

keagamaan mungkin dari adanya kegiatan muhadhoroh. Satu terkontrol

jamaah sholatnya, dua terkontrol masalah sholat lima waktunya, dan

ngajinya juga kalo dihadapan guru kan lebih terkotrol, sikap-sikapnya

kalau disini tetep terkontrol karena ada guru, tapi kalau diluar ya

wallahua’lam kan kita sudah tidak bisa memantau.

Dari pernyataan diatas, maka implikasi dari pembentukan karakter religius

adalah siswa lebih disiplin, mandiri dan bertanggung jawab dari sebelum

mengikuti muhadhoroh. Selain itu peserta didik mempunyai banyak wawasan

masalah agama dan kehidupan pondok pesantren. Dan implikasi lainnya yang

ditunjukkan melalui sikap dan perilaku peserta didik dalam kesehariannya.

Mengenai implikasi pembentukan karakter religius peserta didik melalui program

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo, juga diperoleh melalui hasil

wawancara dari salahsatu peserta didik kelas VII yang bernama Rani, sebagai

berikut:

Dari kegiatan muhadhoroh kan full sholat lima waktunya, ya dari situ

saya lebih teratur mbak sholatnya, walaupun kadang masih ada yang

bolong. Tapi dibandingkan dulu ya lebih mendingan sekarang.

Novia siswi kelas VIII juga menambahkan, sebagai berikut:

Sejak saya mengikuti kegiatan muhadhoroh, saya jadi lebih paham dan

lebih mengerti hukum-hukum dalam agama islam, ilmu tentang menstruasi

dalam islam, banyak lah pengalaman yang saya dapat dari muhadhoroh.

Tepi terkadang saya juga merasa capek karna harus nginep.

Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa peserta didik berusaha untuk

semakin tanggung jawab, disiplin dan mandiri dengan adanya ekstrakulikuler


83

muhadhoroh yang diwajibkan pada setiap peserta didik SMP Islam 4-5

Tambakboyo. Tidak hanya dalam kedisiplinan, tanggung jawab dan kemandirian,

namun dalam pembiasaan dan kesadaran untuk melaksanakan kebaikan itu sangat

terlihat jelas dalam sikap dan perilaku peserta didik dalam keseharianya.

Berhubungan dengan implikasi pembentukan karakter religius peserta

didik, maka Bapak Agus,S.Pd juga menabahkan, sebagai berikut:

Perubahan sikap yang saya rasakan itu ketika anak-anak sudah keluar,

waktu akhir mau lulus, ada hal yang berbeda dari kekanak-kanakan

menjadi dewasa, kedewasaanya itu satu mengenal siapa itu gurunya,

sehingga dia bisa hormat kepada gurunya, kalo kelas VII dan kelas VIII

itu kebanyakan belum, tapi ada dari anak cewek bisa menerapkan sifat

hormat, kalo yang cowok itu hanya beberapa. Mungkin itu factor dari

sekolah, lingkungan, orang tua, dan kegiatan sekolah seperti halnya

muhadhoroh, itu akan mendasar dan membuahkan hasil sebagaimana

mestinya. Intinya kalo ada kebaikan itu pasti ada efeknya, wong dipakani

bendino mosok yo gak onok efeke, yo pasti tetep ada, mboh itu hanya

berupa rasa, itu mesti membuahkan hasil. Soal e ibrate agomo iku mes

tanduran, walaupun kok tanaman iku makanane air dan sari bunga tapi

ketika di paringi mes itu akan ada perbedaan buahnya dengan yang tidak

ada mesnya.

Dari beberapa penjelasan di atas, mengenai implikasi pembentukan

karakter religius melalui program muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo,

dapat diketahui bahwa pembentukan karakter religius peserta didik melalui

program muhadhoroh sangat banyak memberikan dampak positif terhadap


84

karakter religius peserta didik, kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian dan

akhlakul karimah peserta didik. Serta meningkatkan iman dan taqwa terhadap

Allah SWT.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Proses implementasi program muhadhoroh dalam menumbuhkan

karakter religius peserta didik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo

Implementasi secara istilah adalah suatu proses penerapan konsep, ide,

motivasi, kebijakan dalam suatu tindakan praktis, sehingga memberikan dapak

positif berupa keterapilan, pengetahuan, maupun nilai dan sikap. Jadi

implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan

ditetapkan, dan implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya (Mulyadi, 2015:45).

Berdasarkan hasil temuan dilapangan, mengetahui proses pembentukan

karakter religius, maka konsep yang berada dilapangan tergolong sangat baik.

Meskipun dengan minimnya tenaga guru untuk melaksanakan program

muhadhoroh yang dilakukan pada malam hari dan membiasakan peserta didik

terhadap peraturan sekolah dan mengikuti kegiatan sekolah.

Program muhadhoroh sangat berperan penting dalam proses implementasi

karakter religius di SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Proses awal dari implementasi

karakater religius dalam program muhadhoroh, diawali dengan beberapa tekanan

yang dilakukan oleh kepala sekolah serta dewan gurunya dengan dilakukannya

pengabsenan, dan pemberian reward bagi yang melanggar aturan yang telah

disediakan, guru juga memberikan pendampigan secara exclusive kepada peserta

didik. Selanjutnya guru akan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik,
85

sebelum mengenalkan dan mengajarkan hal tersebut kepada perserta didik. Seperti

halnya pepatah ada yang mengatakan, guru itu di gugu lan di tiru, dengan

pemberian contoh sebelum memberikan perintah ataupun mengajarkan pada anak

didik, maka peserta didik akan dengan mudah memahami dan mengikutinya.

Sesuai apa yang telah dikatakan oleh, (Muhibbin Syah, 2000:127) proses

pembinaan menekankan pada pengalaman langsung dan berfungsi sebagai perekat

antara tindakan karakter dan diri seseorang. Pembiasaan adalah proses

pembentukan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada.

Pembiasaan tersebut, selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman

khusus, juga menggunakan hukum dan ganjaran.

Berdasarkan yang ditemukan peneliti dilapangan, tentang guru

pembingbing muhadhoroh yang memberikan pantauan dan pendampingan khusus,

serta pemberian contoh akhlak yang terpuji sebelum mengajarkan kepada peserta

didik. Guru pembimbing muhadhoroh juga memberikan tekanan dan paksaan

terhadap peserta didik agar mempunyai rasa tanggung jawab untuk mengikuti

seluruh rangkaian kegiatan yang terorganisir menjadi program muhadhoroh, dan

yang akhirnya akan menjadikan rasa terbiasa dan kewajiban terhadap diri peserta

didik, sehingga lama kelamaan dia akan terbiasa untuk menjalankan program

tersebut.

Menurut Asmani, pendidkan karakter merupakan penanaman nilai dalam

diri peserta didik dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih

menghargai kebebasan orang lain. Dan tujuan jangka panjangnya yaitu membuat

peserta didik lebih tanggap terhadap rangsangan social yang secara alami ada,

yang pada gilirannya akan semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih
86

melalui proses pembentukan diri secara terus menerus. Pendidikan karakter pada

intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak

mulia, bermoral, bergotong royong, bertoleransi, berjiwa patriotik, berkembang

dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh

iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila (Euis

puspitasari, 2015:45).

Berdasarkan pada penelitian lapangan, peneliti menemukan proses

pembentukan karakter religius di SMP Islam 4-5 Tambakboyo diwujudkan dalam

program ekstrakulikuler yang bersifat wajib, yaitu program muhadhoroh, yang

mencakup beberapa kegiatan keagamaan yang dapat membentuk karakter religius

siswa, serta meningkatkan dan menabah keimanan siswa.

Secara alamiah, manusia sejak lahir sampai dengan berusia lima tahun,

kemampuan nalar seorang anak belum bertumbuh kembang. Sehingga pikiran

bawah sadar masih terbuka dan menerima apasaja stimulus serta informasi yang

dimasukkan kedalamnya, tanpa ada tahap penyeleksian. Dari orang tua mereka

sendiri, itulah stimulus ysng menjadi pondasi awal terbentuknya karakter yang

telah terbangun. Pembentukan yaitu proses, cara, perbuatan membentuk upaya

dalam pembentukan karakter menuju terbentuknya akhlak dunia dalam diri

peserta didik, ada tiga tahapan yang harus dilalui, diantaranya:(Majid, Dkk,

2011:112–113)

a) Moral knowing/ Learning know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter.

Dalam tahapan ini, bertujuan untuk diorientasikan pada penguasaan

pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harusmampu membedakan nilai-nilai


87

akhlah mulia dan akhlak tercela, serta nilai-nilai universal. Memahami secara

logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner) pentingnya akhlak

mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan mengenal nabi Muhammad

SAW sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadist-hadist dan sunnahnya.

b) Moral loving/ Moral feeling

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan

dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa

cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini,

menjadi sasaran guru adalah dimensi nasional siswa, hati atau jiwa, bukan lagi

akal, rasio, dan logika.

c) Moral learning/ Learning to do

Inilah puncak keberhasilan penanaman karakter. Peserta didik

mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari.

Peserta didik menjadi sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, adil, dan lain

sebagainya.

Melihat situasi dan kondisi serta tingkah laku peserta didik di SMP Islam 4-5

Tambakboyo, yang sedemikian rupa. Maka sekolah turut serta meningkatkan

karakter religius peserta didik dengan membentuk karater peserta didik menjadi

lebih religius, melalui program ektrakulikuler wajib, seperti halnya muhadhoroh

di SMP Islam 4-5 Tambakboyo, diantara kegiatan-kegiatan yang tergabung dalam

program muhadhoroh sebagai berikut:

1) Kegiatan sholat maghrib berjamaah

Kegiatan sholat maghrib berjamaah, merupakan suatu kegiatan

yang berfungsi sebagai tempat untuk mengarahkan peserta didik untuk


88

membiasakan melakukan sholat wajib lima waktu secara rutin dimanapun

dia berada, dengan tanpa paksaan, dan mendorong siswa untuk

mengerjakan hal-hal positif. Dan tujuan diadakannya kegiatan sholat

maghrib berjamaah yaitu, guna mengenalkan siswa pada kesunnahan

sholat berjamaah yang telah diajarkan oleh para ulama’ terdahulu, serta

mecetak generasi muda yang bertaqwa, dan beriman yang berlandaskan

spiritual pendidikan dilingkungan sekolah.

Hal ini merupakan salah satu dari beberapa tujuan diadakannya

kegiatan muhadhoroh, dan juga merupakan salah satu dari beberapa

kegiatan yang tergabung dalam program muhadhoroh di SMP Islam 4-5

Tambakboyo.

Sholat sendiri ketika dipandang dari segi bahasa yaitu doa/ doa

beserta kebaikan. Dan jika dipandang dari segi istilah yaitu bebapa

perbuatan dan ucapan yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan

salam. Shalat merupakan hubungan langsung, antara seorang hamba

dengan Tuhannya, dengan tujuan untuk mengagungkan dan bersyukur,

serta bertaubat kepada Allah SWT dengan rahmat dan meminta ampunan

untuk memperoleh banyak manfaat yang kembali bagi dirinya sendiri baik

di dunia maupun di akhirat. (Ahmad bin Salim Baduewilan, 2008:3)

2) Mengkaji kitab Risalatul Mahidz

Pengajian kitab rsalatul mahidz sangat dibutuhkan dalam

kehidupan peserta didik khususnya peserta didik perempuan, yang mana

anak-anak yang setingkat SMP merupakan anak aqil baligh. Pengajian

kitab risalatul mahidz ini di laksanakan bersamaan pada maktu sholat


89

Maghrib berjamaah berlangsung, sedangkan anak-anak perempuan yang

berhalangan untuk melakukan sholat, diarahkan untuk mengikuti

pengajian kitab risalatul mahidz di ruangan kelas SMP Islam 4-5

Tambakboyo. Pengajian kitab risalatul mahidz diharapkan bisa membantu

dalam pengetahuan anak-anak Aqil baligh SMP Islam 4-5 Tambakboyo

yang pertama kali haidz atau berhalangan, di harapkan juga agar anak-

anak bisa mengetahui tentang hukum-hukumnya haidz, agar tidak leliaru

dalam menghitung alurnya haidz.

Pada tahap Aqil baligh anak perempuan dan laki-laki mengalami

tanda-tanda Aqil baligh yang berbeda. Terkhusus bagi anak perempuan

yang memiliki tanda baligh, menstruasi atau haidz ( Hasan, 2006: 109).

Bagi anak-anak perempuan yang baru memasuki usia Aqil baligh dan baru

pertama kali mengalami siklus haidz. Ada beberapa dari mereka yang

susah untuk merasakan dan menerima perubahan yang terjadi pada dirinya

sendiri, sehingga terkadang menimbulkan beberapa persoalan (Santroch

John.W, 2003:97)

Dari beberapa fenomena yang telah terjadi, sangat penting bagi

orang tua, dan guru untuk memberikan pengetahuan, perhatian, serta

pengarahan terhadap anak-anak pra-Aqil baligh dan anak-anak yang telah

Aqil baligh (H. Remes, 1984:7).

3) Yasin dan Tahlil

Kegiatan pembacaan surat Yasin dan Tahlil dilaksanakan setelah

melakukan jamaah sholat Maghrib di aula SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

Pembacaan surat Yasin dan Tahlil diikuti seluruh siswa yang sebelumnya
90

mengikuti jamaah sholat Maghrib. Pembacaan surat Yasin dan Tahlil di

tujukan untuk orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah SWT terlebih

dahulu dan para ulama’-ulama’ nahdziyin, terkhusus untuk pendiri dan

pejuang SMP Islam 4-5 Tambakboyo serta keluarga dari para asatizh dan

anak-anak SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Pembacaan surat Yasin dan tahlil

ini adalah salah satu tradisi yang dimiliki oleh kaum nahdhiyin.

Tradisi Tahlilan dan Yasinan adalah suatu bentuk ijtihad ulama’

untuk mensyiarkan agama Islam, dengan cara mengajak masyarakat

agraris yang penuh mistis dan animisme untuk lebih dekat dan mengenal

ajaran agama Islam melalui membaca Al-Quran, yang salah satunya

adalah surat Yasin yang di kenal dengan sebutan Yasinan. Tradisi

dilakukan oleh seluruh kalangan masyarakat, waktu pelaksanaanya pun

sesuai situasi dan kondisi yang ada, yang di tujukan untuk orang-orang

yang telah meninggal dunia. Dan semua itu tergantung ketentuan masing-

masing daerahnya (Wijayanti, 2011: 15).

4) Jamaah sholat isya’ dan pembacaan Rotibul hadad (istighotsah)

Kegiatan sholat isya’ merupakan salah satu dari program

muhadhoroh, dan sholat isya’ sendiri dilakukan setelah habisnya waktu

sholat maghrib, dan bertepatan pada waktu malam hari, dan diikuti oleh

seluruh siswa yang mengikuti ektrakulikuler wajib yaitu muhadhoroh.

Sholat isya’ dilaksanakan di aula sekolah, guna membiaskan sholat lima

waktu berjamaah dirumah masing-masing serta untuk menumbuhkan rasa

kesadaran terhadap diri sendiri.


91

Kegiatan pembacaan Rotibul Hadad di laksanakan setelah

melaksanakan sholat isya’ berjamaah. Pembacaan Rotibul Hadad ini di

ikuti oleh seluruh siswa dan seluruh guru piket dalam kegiatan

muhadhoroh ini, kegiatan ini dilakukan di aula SMP Islam 4-5

Tambakboyo untuk menambah nilai-nilai keislaman, serta menumbuhkan

rasa cinta dan kesadaran terhadap nilai-nilai akhlaq mulia. Pembacaan

Rotibul Hadad ini, merupakan salah satu amaliyah serta riyadhoh, yang

ditujukann untuk para peserta didik SMP Islam 4-5 Tambakboyo agar

menjadi generasi yang berakhlaqul Karimah, berwawasan Islam yang baik,

dan bisa menembakkan diri dimanapun dia berada, dan kapanpun itu.

Istighotsah merupakan suatu permintaan pertolongan kepada

Tuhannya, ketika keadaan sulit dan sukar. Sedangkan pengertian

istighotsah dalam Munjid fillughoh wal a’lam yaitu pengharap

kemenangan dan pertolongan (Elyas, 1998:591). Adapun menurut

Barmawie Umari bahwa istighotsah merupakan doa-doa Sufi yang

dibacakan untuk menghubungkan antara abdun dengan Tuhannya, guna

menyampaikan permohonan dan kehendaknya, dan meminta bantuan

kepada tokoh-tokoh sufi yang alim dalam akhlaq, amal, serta keilmuannya

terhadap agama dan Tuhannya (Barmawie Umar, 1993:174).

Dalam surat Al-Anfal ayat 9 difirmankan:

‫ٰۤل ِة ِدِف‬ ‫ِمُم‬ ‫ِا ِغ‬


‫ْذ َتْس َت ْيُثْو َن َر َّبُك ْم َفاْس َتَج اَب َلُك ْم َاْيِّن ُّد ُك ْم ِبَاْلٍف ِّم َن اْلَم ِٕىَك ُمْر َنْي‬

Artinya: Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada

Tuhanmu lalu diperkenankanNya bagimu, “ Sesungguhnya aku


92

akan mendatangkan bala bantuan kepadamu, dengan seribu

malaikat yang datang berturut-turut”. (Q.S. Al-Anfal:9)

Ayat tersebut, menjelaskan ketika Nabi Muhammad SAW

memohon pertolongan dan bantuan kepada Allah SWT. Saat beliau berada

di tengah-tengah peperangan yaitu perang badar, saat dimana kekuatan

orang kafir tigakali lebih besar dari kekuatan pasukan orang Islam.

Kemudian, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Muhammad SAW, dengan

mendatangkan bala tentara malaikat sebanya seribu malaikat, untuk

membatntu pasukan Islam dalam perang badar.

5) Pembacaan kitab kuning/ kitab salaf

SMP Islam 4-5 Tambakboyo merupakan satu-satunya SMP di

Tambakboyo yang menggunakan 3 kurikulum, diantaranya ada kurikulum

DINAS, DEPAG (Ma’arif) dan kurikulum pesantren salaf. Salah satu

kurikulum yang unik di SMP Islam 4-5 Tambakboyo yaitu kurikulum

salaf, yangmana dalam kurikulum ini banyak mengajarkan kitab-kitab

kuning /kitab salaf, dan waktu pelaksanaanya di sela-sela kegiatan-

kegiatan yang dalam program muhadhoroh, yaitu setelah dilaksanakannya

jamaah sholat Maghrib dan kegiatan istighotsah dan kajian ini di

laksanakan sesuai dengan tingkatan atau kelas peserta didik. Kajian kitab

kuning atau kitab salaf sangat bermanfaat bagi peserta didik, dalam

keberlangsungan kehidupan peserta didik dan kehidupan sehari-hari

peserta didik dalam bermasyarakat maupun dalam beragama yang baik.

Kitab salaf juga sangat bisa menunjang karakter religius peserta didik baik
93

di dalam maupun di luar sekolah dan diharapkan mampu menggugah hati

nurani peserta didik SMP Islam 4-5 Tambakboyo.

Sebagai seorang guru atau tenaga pendidik, mendapatkan

kewenangan dalam hal mendesain dan mengatur suatu pembelajaran.

Tenaga pendidik atau guru mempunyai kewenangan dalam menentukan

tujuan serta isi pembelajaran yang akan disampaikan, berkewanangan juga

dalam hal menentukan metode, model, serta strategi pembelajaran.

Pendidik juga berkewenangan menyusun kurikulum yang sepadan dengan

visi dan misi sekolah tersebut, juga yang sesuai dengan pengalaman

belajar peserta didik ( Sanjaya, 2011:29).

Kajian kitab kuning memang bukan merupakan bagian yang

penting atau integral disuatu satuan pendidikan Islam. Tetapi kajian kitab

salaf merupakan salah satu tradisi agung atau great tradition di negara

Indonesia, merupakan suatu tradisi pengajaran agama Islam yang muncul

dipesantren-pesantrwn tanah Jawa dan semenanjung Malaya, guna

mentransmisikan Islam tradisional sesuai dengan yang terdapat pada kitab-

kitab klasik yang di tulis dan dikenal berabad-abad tahun lalu (Bruinessen,

1995:17).

6) Khitobiyah

Kegiatan khitobiyah merupakan kegiatan pengembangan dari

program muhadhoroh pada tahun 2012, yang awalnya program

muhadhoroh tidak terdapat kegiatan khitobiyah dan sekarang sudah di

selipkan di antara beberapa kegiatan yang tergabung dalam program

muhadhoroh. Khitobiyah dilaksanakan setelah terlaksananya pengajian


94

kitab-kitab salaf sesuai tingkatannya. Adanya kegiatan khitobiyah

diharapkan mampu menunjang kreatifitas peserta didik, mengembangkan

dan menggali potensi peserta didik, serta menguatkan mental peserta didik

ketika tampil atau mengikuti acara di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan

khitobiyah berisikan berbagai macam kegiatan yang dapat menunjang

kreatifitas siswa, mulai dari MC, pidato, puisi, dan sholawat (dzibaiyah).

Khitobiyah dapat diartikan sebagai penyampaian berita secara

lisan, yang isinya bermacam-macam. Menurut Itsna Maharuddin, Pulick

speaking merupakan seni berbicara dihadapan masa ataupun banyak orang

dengan beberapa maksud dan tujuan (Maharuddin, 2016:11). Tujuan

khitobiyah yang dipandang dari segi akhlaq yaitu terbentuknya pribadi

yang luhur, serta dihiasi dengan beberapa sifat terpuji, mulia dan terhindar

dari sifat-sifat tercela (Setiawan, 2015:310).

7) Istirahat

Istirahat pada kegiatan muhadhoroh dilaksanakan pada jam 23.30,

tetapi anak-anak wajib tidur pada jam 24.00. Waktu istirahat sangat

dibutuhkan untuk mengistirahatkan badan serta fikiran yang telah di

gunakan untuk full kegiatan dalam waktu sehari semalam. Istirahat

bermanfaat untuk mengembalikan kebugaran tubuh, menjaga mood agar

tetap baik, dan meningkatkan konsentrasi pada kegiatan muhadhoroh di

pagi hari atau pada kegiatan akhir muhadhoroh seperti halnya sholat subuh

dan kultum.
95

8) Sholat malam (sholat hajat)

Sholat malam di SMP Islam 4-5 Tambakboyo yang tergabung

dalam satuan program muhadhoroh, bersifat Sunnah bagi peserta didik,

walaupun pada dasarnya memang sholat malam atau sholat hajat itu

hukumnya Sunnah dalam hukum agama Islam, seperti halnya sholat

Dhuha yang biasa dilaksanakan disekolah-sekolah, meskipun hukum

sholat Dhuha itu Sunnah akan tetapi saat ini ada beberapa sekolahan yang

mewajibkan kegiatan sholat dhuha disekolah, dengan tujuan tertentu.

Sedangkan sholat hajat waktu malam hari di sela-sela kegiatan

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo, tidak diwajibkan pada

peserta didik, karena alasan tertentu, yang pertama padatnya jadwal

kegiatan muhadhoroh dan yang kedua untuk membangkitkan kesadaran

siswa terhadap sholat Sunnah, jadi siswa akan melaksanakan sholat

Sunnah dengan kemauannya sendiri dan tanpa paksaan dari orang lain.

Sholat hajat atau biasa dikenal dengan sebutan sholat tahajjud yaitu

sholat Sunnah yang dikerjakan di tengah malam setelah sholat isya’ dan

biasanya dilakasanakan setelah bangun tidur serta belum memasuki waktu

sholat subuh.seperti halnya didalam surat Adh-Dhuha, dijelaskan:

}3{ ‫} َم ا َو َّدَعَك َر ُّبَك َو َم ا َقٰل ۗى‬2{ ‫} َو اَّلْيِل ِاَذا َس ٰج ۙى‬١{ ‫َو الُّض ٰح ۙى‬

Artinya: Demi waktu Dhuha( ketika matahari naik sepenggalah)

dan demi waktu malam ( yang telah sunyi), TuhanMu tidak

meninggalkan engkau Muhammad dan tidak juga membencimu.

(Q.S. Adh-Dhuha:1-3)
96

Ayat diatas mengisyaratkan, bahwa ketika berada diwaktu malam

yang sunyi atau tengah malam di saat itu pula Cahaya Illahi telah

memancarkan bagi hamba yang berkenan membuka stasiun qolbu atau

hati, guna menerima karunia yang akan diberikan kepada kahluknya.

Sekali-kali Allah SWT tidak akan mendustai dan sekali-kali Allah SWT

tidak akan mengingkari, jika hambanya memohon dengan sungguh-

sungguh dan dengan khusyu’ dengan apa yang menjadi hajatnya atau

dimintanya. Karena niscaya Allah SWT akan mengabulkannya hingga

hambanya benar-benar merasa senang, bahagia dan puas dengan apa yang

telah terkabulkan (Departemen agama republik indonesia, 2013:596)

9) Jamaah sholat subuh dan Qultum

Jamaah sholat subuh dilaksanakan ketika munculnya fajar Shodiq

hinggak terbitnya matahari, dan pelaksanaan sholat subuh dilaksanakan

secara berjamaah yang diikuti oleh seluruh siswa yang tidak berhalangan

dan juga seluruh guru piket yang bermalam di sekolah dan dilaksanakan di

aula sekolah. Sholat subuh berjamaah pahalanya berlipat ganda,

dibandingkan dengan jamaah sholat lainnya.

Setelah terlaksananya sholat subuh berjamaah dan bersama, maka

imam melanjutkan dengan qultum. Qultum merupakan suatu kajian yang

bmenggunakan metode dakwah untuk mengajak anak-anak lebih memiliki

sifat tanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolah, dan terutama tugas-

tugas dalam agama Islam, dalam keberlangsungan hidup didunia. Materi

qultum pada setiap pertemuan itu berbeda, jadi pada setiap pertemuan

seorang mubalighnya akan menyampaikan materi yang sesuai dengan


97

fenomena saat ini, contohnya: materi kenakalan remaja pada saat ini yang

harus dibentengi dengan hukum-hukum agama Islam. Qultum juga

diharapkan mampu mengubah karakter peserta didik yang awalnya haus

dengan hukum-hukum agama Islam, menjadi lebih religius dan lebih

memperdalam ajaran agama Islam.

Kuliyah tujuh menit, ceramah singkat atau biasa disebut dengan

khultum itu merupakan seni, Senin penyampaian sesuatu yang berupa kata

terhadap orang lain, atau khalayak umum dengan durasi waktu yang

singkat. Ceramah adalah suatu metode penyampaian pembelajaran secara

tatap muka atau langsung terhadap hadirin secara lisan oleh muballigh,

dimanapun berada (Tambak.s, 2014:17). Adapun fungsi dari qultum itu

sendiri yaitu pertama, korektif, artinya meluruskan akhlak yang bengkok

mencegah kemungkaran serta mendatangkan kebaikan. Kedua, dapat

mengubah tingkahlaku manusia yang awalnya kurang baik menjadi lebih

baik. Ketiga, melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi awal legenerasi

selanjutnya, yang bertujuan untuk keberlangsungannya ajaran agama Islam

terus berjalan pada umat Islam berikutnya (Amin, 2009:81)

4.2.2 Implikasi penumbuhan karakter religius peserta didik melalui program

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo

Kegiatan-kegiatan yang tergabung dalam program muhadhoroh di SMP

Islam 4-5 Tambakboyo, merupakan kegiatan ekstra kulikuler wajib yang

dilaksanakan diluar jam sekolah, program muhadhoroh dilaksanakan di hari sabtu

malam sampai dengan hari Minggu pagi. Seluruh kegiatan yang tergabung dalam

program muhadhoroh mampu membantu peserta didik dalam menghayati nilai-


98

nilai religius. Peserta didik tidak Hanya mendapatkan pengetahuan tentang

hukum-hukum agama Islam, akan tetapi peserta didik bisa langsung

mengaplikasikan apa yang di dapat dari mengikuti program muhadhoroh, pada

kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik mampu menjalankan kesehariannya

baik disekolah maupun diluar sekolah dengan berlandaskan aturan dan ajaran

agama Islam.

Pembentukan karakter religius di SMP Islam 4-5 Tambakboyo dapat

diaplikasikan melalui program muhadhoroh dan mempunyai beberapa implikasi di

antaranya: meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik, terbentuknya

Akhlaqul Karimah peserta didik dan semakin bertambahnya pengetahuan agama

Islam peserta didik.

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik

Konsep pembentukan karakter religius, yang dilaksanakan oleh

SMP Islam 4-5 Tambakboyo kepada peserta didinya, melalui program

muhadhoroh berimplikasikan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. Hal

ini di tunjukkan melalui kedisiplinan peserta didik melaksanakan dan

mengikuti sampai selesai kegiatan ekstrakulikuler muhadhoroh, baik dari

segi sholat berjamaah, mengikuti kajian kitab-kitab salaf, pembacaan

Yasin, tahlil, dan rotibul hadad, dan juga kesadaran siswa untuk

melaksanak sholat malam (sholat hajat).

Aqidah merupakan suatu dimensi keyakinan dalam agama Islam.

Aqidah menunjuk pada beberapa tingkat keimanan seorang muslim sejati

yang mengarah kepada pokok-pokok keimanan dan hukum ajaran agama

Islam. Pokok-pokok keimana ajaran Islam menyangkut keyakinan atau


99

iman seseorang terhadap Allah SWT, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab

Allah, Rosul-rosul(Utusan) Allah, hari kiamat dan qodho’ qodarnya Allah.

Konsep aqidah yaitu dalam ibadah dan do’a serta dalam mengingat Allah

atau biasa disebut dengan dzikrullah yang senantiasa hanya berfokus pada

Allah SWT (Muhammah, 2006:138)

Aspek aqidah yang menjadi bagian dari dunia pendidikan Islam

pada dasarnya merupakan suatu proses pemenuhan fitrah bertauhid.

Apabila seorang manusia berada di alam arwah, dan manusia tersebut telah

mengikrarkan ketauhidannya tersebut, seperti halnya yang telah

dicontohkan pada surat Al-A’rof ayat 172, sebagai berikut (zulkarnain,

2008:27).

‫َو ِاْذ َاَخ َذ َر ُّبَك ِم ْۢن َبِنْٓي ٰاَدَم ِم ْن ُظُهْو ِر ِه ْم ُذِّر َّيَتُه ْم َو َاْش َه َد ُه ْم َعٰٓلى َاْنُفِس ِه ْۚم َاَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْۗم َقاُلْو ا‬

‫ٰل ۛى َش ِه ْدَناۛ َاْن ُق ُل ا اْلِق ٰي ِة ِاَّنا ُك َّنا ٰه َذ ا ٰغ ِفِل َۙن‬


‫ْي‬ ‫َعْن‬ ‫َت ْو ْو َيْو َم َم‬ ‫َب‬

Artinya: Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan

anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Tuhanmu mengambil

kesaksian dari jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah aku ini

Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul engkau Tuban kami dan

kami menjadi saksi”(kami lakukan yang demikian itu ) agar dihari

kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami(Bani Adam)

orang-orang yang lemah terhadap keesaan Tuhan”.

Dari beberapa penjelasan ayat di atas merupakan ubudiyah, yang

berarti pengabdian ritual sebagaimana yang telah di perintahkan dalam Al-

Qur’an dan Sunnah. Aspek ibadah, selain bermanfaat bagi duniawi, itu
100

juga sebagai bukti utama atas kepatuhan manusia melalui perintah-

perintah Allah SWT (zulkarnain, 2008:28).

2) Terbentuknya Akhlakul Karimah peserta didik

Keberhasilan seorang tenaga pendidik, tidak akan cukup jika hanya

dipandang dari segi, seberapa jauh anak-anak itu menguasai beberapa hal

yang bersifat kognitif dan pengetahuan semata, tetapi yang terpenting

yaitu seberapa jauh tertanam nilai-nilai kemanusiaan yang terwujud dalam

tingkah laku keseharian serta sikap sehari-hari yang akan wujudkan suatu

Akhlaqul Karimah dan Budi pekerti yang baik (zulkarnain, 2008: 94–95).

Berdasarkan dari hasil observasi di lapangan yang membahas

tentang pembentukan karakter religius melalui program muhadhoroh di

SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Peneliti menemukan beberapa bentuk

tingkah laku siswa di lingkungan sekolah yang menunjukkan peserta didik

yang berakhlaqul Karimah, sebagai berikut:

a) Peserta didik memiliki sikap ramah dan saling menghormati serta

saling membantu terhadap teman sebayanya dan sesamanya,

mempunyai tata krama dalam berbicara kepada gurunya, dan

kepada orang yang lebih tua darinya, sopan dan santun terhadap

yang lebih tua, nurut pada perintah guru-gurunya. Hal tersebut

terlihat ketika peserta didik sedang berpapasan dengan gurunya,

peserta didik memberikan sapaan, senyum dan salam ta’dzim.

b) Rajin dan giat dalam beribadah, hal ini terlihat ketika siswa

mengikuti sholat Maghrib, isya’, dan subuh secara berjamaah dan


101

melaksakan sholat tahajud dengan kesadarannya sendiri atau

dengan tanpa aturan.

c) Disiplin dan tanggung jawab, hal tersebut terlihat ketika peserta

didik bisa tepat waktu ketika datang untuk mengikuti suatu ekstra

kulikuler muhadhoroh, walaupun awalnya harus dibimbing dengan

sedikit paksaan, tetapi pada akhirnya siswa akan terbiasa dan

memiliki tanggung jawab. Siswa memiliki sikap disiplin itu di

tunjukkan ketika siswa datang kesekolah pada jam 06.30 dan

mengikuti kegiatan sholat Dhuha, pembacaan aqidatul awam, dan

juz amma.

Dari paparan diatas, terdapat banyak karakter religius dari diri

peserta didik dan dari sikap peserta didik, dalam kesehariannya dan dalam

menjalankan tugas-tugas dan kegiatan disekolah. Menurut pendapat Gay

Hendricks dan Kate Ludeman, yaitu salah satunya adalah sikap disiplin.

Mereka sangat disiplin, walaupun kedisiplinan mereka berawal dari sebuah

paksaan dan keharusan, tetapi dengan berjalannya waktu mereka akan

terbiasa dan akan memilik sikap disiplin yang lahir dari dalam diri mereka

sendiri dengan semangat penuh gairah dan kesadaran. Mereka

berpendapat, bahwa tindakan dan sikap yang berpegang teguh pada

komitmen untuk kesuksesan diri sendiri dan orang lain, merupakan hal

yang dapat menumbuhkan energi tingkat tinggi (Sahlan, 2012: 67–68).

3) Menambah pengetahuan tentang agama Islam peserta didik

Beberapa kegiata yang tergabung dalam satuan program

muhadhoroh di SMP Islam 4-5 Tambakboyo, merupakan salah satu


102

kegiatan atau program yang digunakan untuk memperluas dan

memperdalam serta menambah pengetahuan peserta didik tentang agama

Islam atau agama yang Rohmatal Lil ‘alamin. Peserta didik juga mampu

mengembangkan dan mengaplikasikan dirinya sesuai dengan pengetahuan

agama Islam yang dia peroleh dari program muhadhoroh.

Hal tersebut sesuai dengan salah satu dari tujuan program

muhadhoroh yaitu, meningkatkan pemahaman terhadap agama Islam, yang

mampu mengembangkan dirinya supaya sejalan pada hukum-hukum

agama Islam dan mampu mengamalkan pada pengembangan ilmu

pengetahuan, budaya, sosial, dan teknologi (Departemen agama republik

indonesia, 2013: 10).


103

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari seluruh paparan dari pembahasan diatas, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembentukan karakter religius siswa melalui program muhadhoroh di

SMP Islam 4-5 Tambakboyo. Pembentukan karakter religius di awali dengan

proses bimbingan dari para guru SMP Islam 4-5 Tambakboyo serta mengikuti tata

tertib sekolah, mewujudkan visi dan misi sekolah, kemudian dilanjutkan dengan

kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang terbentuknya karakter religius, salah

satunya seluruh kegiatan yang terangkung dalam program muhadhoroh. Diantara

kegiatan dari muhadhoroh yaitu, jamaah sholat Maghrib, pembacaan tahlil dan

surat Yasin, kajian kitab risalatul mahidz, jamaah sholat Isya’, istighotsah

(Rotibul Hadad), pengajian kitab salaf/kitab kuning, khitobiyah, istirahat, sholat

malam (sholat tahajjud), dan sholat subuh yang disertai dengan qultum.

2. Implikasi pembentukan karakter religius dalam program muhadhoroh di SMP

Islam 4-5 Tambakboyo yaitu peningkatan dalam hal kegiatan-kegiatan

muhadhoroh, diantaranya disiplin, tanggung jawab, mandiri, kesadaran diri atas

pentingnya beribadah kepada Allah dan dapat mengetahui hukum-hukum Islam

dengan landasan hukum yang tepat yaitu melalui kotab-kitab salaf yang telah

dipelajari di kegiatan muhadhoroh, serta mampu membaca Al-Quran.

Terbentuknya Akhlaqul Karimah yaitu sopan santun dalam bertingkah laku baik

disekolah maupun diluar sekolah, meningkatnya iman dan Ihsan, saling

membantu, tanggung jawab, disiplin, mandiri, sadar diri dengan kebaikan, dan

100
104

bertambahnya peengetahuan tentang hukum-hukum atau aturan-aturan dalam

agama Islam.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang akan penulis sampaikan akan kepada

beberapa pihak yang bersangkutan disekolah, seperti berikut:

1. Kepada kepala sekolah, kalau bisa harus selalu bisa hadir dalam forum

muhadhoroh sehingga bisa mengetahui perkembangan kegiatan muhadhoroh. Dan

kehadirah bapak kepala sekolah bisa berpengaruh besar dalam keberlangsungan

kegiatan tersebut, supaya guru-guru piket pada kegiatan tersebut bisa benar-benar

menjalankan tugasnya dengan serius.

2. Kepada Guru pembimbing muhadhoroh, agar selalu mengawasi anak-anak

yang sering ngumpet ketika kegiatan muhadhoroh berlangsung. Selalu

menekankan betapa pentingnya mengikuti seluruh kegiatan muhadhoroh, hal

tersebut mungkin bisa disampaikan melalui qultum setelah melakukan sholat

subuh berjamaah atau waktu pengajaran kitab kuning, dan dalam pengajaran kitab

kuning itu anak-anak di beri penenekanan atas menjaga akhlaq dimanapun dan

kapan pun dia berada, karena menilik dari minimnya akhlaq peserta didik dan

yang saat ini semakin menurun.

3. Kepada seluruh siswa yang mengikuti kegiatan muhadhoroh, ikutilah seluruh

kegiatan apa saja yang telah dibentuk oleh sekolah dengan kelapangan hati, dan

keikhlasannya. Agar dalam menjalankan kegiatan apapun itu bisa berjalan dengan

lancar dan baik terlebih dalam kegiatan muhadhoroh. Mengeluh boleh, karena kita

sebagai manusia punya batasan dalam hal kemampuan dan tenaga, tetapi sebagai

peserta didik seharusnya dan sepatutnya tetap menjalankan apa yang di tugaskan
105

oleh para guru-gurunya, terlebih mengikuti kegiatan yang dapat menunjang ilmu

dan akhlaq peserta didik.


106

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, Nur. 2013. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam,


Jurnal Al Ulum Vol. 13 No. 1.
Aliah, Hasan, B.Purwakania. 2006. Psikologi perkembangan Islami. Jakarta: Raja
Grafinpo Persada.
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah, Membangun Karakter dan
Kepribadian Anak. Cet 1. Bandung: CV Yrama Widya.
B. Milles Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2013. Al-Qur’anil Karim Robbani.
Jakarta: Surya Prisma Sinergi.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan terjemahnya A-Jumanatul ‘Ali.
Bandung: CV.Penerbit J-Art.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Fathurrahman, Pupuh dan Sutikno, M.Sobry. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fattah, Nanang. 2004. Konsep Management Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Gaffar, Abdul. 2020. The Develovment Of Islamic Thought On Multiple
Perspectives. Pamekasan: Al-Khairat Press.
Ghoni, Djunaidi dan Almanshur, Fauzan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Gunawan, Heri. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Gunawan, Heri. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
H.Remmes, H.Hacket dan C.G. 1984. Memahami persoalan remaja, Terjemah
Zakiyah Darajat. Jakarta: Bulan Bintang.
Hadi, Sutrisno.1986. Metodologi Research. Yogyakarta: Psikologi Universitas
Gajah Mada.
Hamid, Abu bin Al-Ghozali, Muhammad. Ihya’ Ulumuddin Jilid 1. Semarang:
Thoha Putra.t.th.
Hardani, Dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu.
Itsna, Maharuddin. 2016. Seni pidato dalam Bahasa Inggris. Yogyakarta:
Immortal Publisher.
Jalaluddin dan Ramayulis. 1993. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam
Mulia.
Kesuma, Darma, Triatna, Cepi dan Permana, Jihar. 2011. Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kesuma, Dharma, Dkk. 2018. Pendidikan Karakter. Jakarta: Lontar Mediatama.
Khalid A. Mu’thi Khalif. 2006. Nasihat Untuk Orang-orang Lalai. Jakarta :
GEMA I NSANI.

103
107

Kurniawan, Syamsul. 2014. Pendidikan Karakter Konsepsi dan Implementasi


Secara Terpadu dilingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan
Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mahmud. 2011. Metode Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Konsep, dan Implementasi Kurikulum. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2013. Pendidikan Karakter Prespektif Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2013. Pendidikan Prespektif Islam . Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Muhammad, Alim. 2006. Pendidikan agama Islam: upaya pembentukan dan
kepribadian muslim. Bandung: Rosda karya.
Naim, Ngainun. 2012. Caharacter Building Optimalisasi Peran Pendidikan
Dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nasiruddin. 2009. Pendidikan Tasawuf. Semarang: Rasail Media Group.
Puspitasari, Euis. 2014. Pendekatan Pendidikan Karakter. Jurnal
Edueksos,Vol.III, No.2.
Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rohman, Abdul Dkk. 2020. Konsep Pendidikan Akhlak Dan Karakter Dalam
Islam. Pekan Baru: Guepedia.
Sahlan Asmaun. 2009. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN-
Maliki Press.
Salahudin Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2017. Pendidikan Karakter,
Bandung: CV Pustaka Setia.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Jakarta: Rosda Karya.
Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Setiawan, Eko. 2015. Strategi Muhadharah Sebagai Metode Pelatihan Dakwah
Bagi Kader Da’i Di Pesantren Daarul Fikri Malang. Jurnal Fenomena. Vol.
14 No. 2.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka
Setia.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sukamadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sulityawati, Enda. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter.
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tambak, S. 2014. Metode ceramah: konsep dan aplikasi dalam pembelajaran
pendidikan Agama Islam, Jurnal tarbiyah Vol. 21 No. 2.
W.Santrock, John. 2003. Psikologi orang dewasa, terjemah Shinto, B.Adelar, dan
Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
108

Wibowo, Agus.2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter


Bangsa Berperadapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijayanti, Siti Nafia’ah Muthoharoh. 2012. Hubungan keaktifan mengikuti
kegiatan Yasinan dengan perilaku birrul walidain di dusun Krajan Desa
Soropadan 2011, Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah
Program Study PAI STAIN.
Wingkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT.Gramedia.
Van Martin, Bruinessen. 1995. Kitab kuning pesantren dan tarekat tradisi-tradisi
Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Zubaedi, 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
-----------. 2012. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Predana Media
Group.
Zulhijrah. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Jurnal Tadrib,
vol.1, No.1.
Zulkarnain. 2018. Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam. Bengkulu: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai