Anda di halaman 1dari 13

"PENDIDIKAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP"

Rifatus Za'adeh

E-mail : rifatuszaadeh18@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,ini berarti bahwa setiap manusia
Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang didalamnya,Pendidikan
tidak akan ada habisnya,. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi
seorang yang terdidik itu sangat penting.Kita dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara,Nusa
dan Bangsa.Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal),
lingkungan sekolah(Pendidikan Formal),dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal).Pendidikan
Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau
tidak sadar,sejak seseorang lahir sampai mati.Proses pendidikan ini berlangsung seumur
hidup.Sehingga peranan keluarga itu sangat penting bagi anak terutama orang tua.Orang tua mendidik
anaknya dengan penuh kasih sayang.Kasih sayang yang diberikan orang tua tidak ada habisnya dan
terhitung nilainya.Orang tua mengajarkan kepada kita hal-hal yang baik misalnya, bagaimana kita
bersikap sopan- santun terhadap orang lain,menghormati sesama,dan berbagi dengan mereka yang
kekurangan.

Kata Kunci: pendidikan, pedoman hidup

ABSTRACK

Education is the most important thing in our lives, this means that every Indonesian has the right to get
it and is expected to always develop in it. Education will never end. Education in general means a life
process in developing each individual to be able to live and survive. So being an educated person is very
important. We are educated to be people who are useful both for the State, Homeland and Nation. The
first education we get is in the family environment (Informal Education), the school environment
(Formal Education), and the community environment (Nonformal Education ).Informal education is
education that a person obtains from everyday experiences, consciously or unconsciously, from birth
to death. This educational process lasts a lifetime. So the role of the family is very important for
children,
especially parents. Parents educate their children by full of love. The love given by parents is endless
and has countless values. Parents teach us good things, for example, how we should be polite towards
other people, respect others, and share with those who are in need.

Keywords: education, life guidelines


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting dalam kehidupan Manusia yang harus dipenuhi.
Pendidikan menjadi pondasi dalam menjalani Kehidupan, baik berperilaku, bersosial sampai beribadah.
Pendidikan menjadi Tonggak utama yang memiliki peran penting dalam berbagai bidang kebutuhan
Manusia dalam menjalani kehidupannya. Pendidikan secara umum dapat Diartikan sebagai proses
kehidupan dalam mengembangkan diri setiap individu Untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Pendidikan membawa dan Mengarahkan manusia untuk dapat menghadapi perubahan
zaman. Sedangkan Hakikat dari pendidikan adalah sebagaimana yang tertera dalam UndangUndang
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) yaitu tentang ketentuan Umum sistem pendidikan
nasional, dimana pendidikan dimaknai sebagai usaha Yang dilakukan secara sadar dan terencana
dengan tujuan untuk mewujudkan Suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik dapat
secara aktif Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, Pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia, serta Keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (Pendidikan, 2011: 3)

PEMBAHASAN

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu upaya Untuk memajukan budi
pekerti, nalar, serta jasmani anak, guna dapat Memajukan kesempurnaan hidup, yakni hidup dan
menghidupkan anak selaras Dengan alam dan masyarakatnya (Nurkholis, 2013: 23).

Menurut Marimba, mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan Atau arahan yang
dilakukan secara sadar oleh seorang pendidik terhadap Perkembangan jasmani dan ruhani peserta
didik menuju terciptanya Kepribadian yang mulia dan utama (Tafsir, 2016: 32).

Melalui pendidikan, pendidik tidak secara langsung mengarahkan Kepada peserta didik untuk
terus mengembangkan potensi yang ada pada Dirinya baik itu bersifat jasmani ataupun ruhani dan
dapat menjadikannya Manusia yang memiliki kepribadian sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam.

Pendidikan merupakan sebuah proses integrasi berbagai disiplin ilmuDan kajian seluruh
komponen pendidikan yang menjadi satu kesatuan dan Menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dalam upaya transfer of Knowledge dan transfer of value. Pendidikan merupakan salah satu sarana
Dalam upaya mengembangkan ilmu dan sebagai sarana penyebaran ajaran Agama dan menjadi media
dalam terjadinya transformasi nilai dan ilmu Pengetahuan yang sangat berperan dalam memunculkan
corak kebudayaan dan Kebudayaan manusia. Maka, dalam hal ini menunjukkan bahwa setiap orang
Mempunyai peran aktif dan kewajiban dalam mewujudkan dan membentuk Pendidikan yang
berkualitas, terlebih dengan pesatnya perkembangan Teknologi saat ini.

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, jika tidak Ditanggapi dengan bijak
dan tidak direspon dengan baik, tentu akan Menyebabkan beberapa permasalahan salah satunya adalah
krisis moral. Di Mana krisis moral ini terjadi akibat respon yang tidak secara cermat digunakan Dalam
menyerap berbagai informasi dan corak budaya yang ditampilkan secara Jelas oleh media sosial yang
menjadi hasil dari perkembangan teknologi dan Komunikasi yang begitu pesat saat ini terutama bagi
para orang tua yang Menjadi salah satu pelaku pendidikan dalam mendidik anak-anaknya di rumah.
Adapun salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut. 1

Menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa jauh dan Seberapa banyak nilai-
nilai agama dapat mempengaruhi dan membentuk sikap Serta perilaku seseorang sangat bergantung
dari seberapa dalam nilai-nilai Agama yang terinternalisasi di dalam dirinya. Semakin dalam dan kuat
nilainilai agama terinternalisasi dalam diri seseorang, kepribadian dan sikap Religiusnya pun akan
muncul dan terbentuk. Jika sikap religius sudah muncul Dan terbentuk, maka nilai-nilai agama akan
menjadi pusat nilai dalam Menyikapi segala sesuatu yang ada dalam kehidupan.

Agama Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh sebagian Besar masyarakat Indonesia.
Di mana peranan pendidikan Islam di kalangan Umat Islam juga merupakan salah satu bentuk
pengaplikasian dari tujuan hidup Umat Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan
menginternalisasikan serta Mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada generasi penerusnya
Sehingga nilai-nilai kultural religius yang menjadi tujuan hidup umat Islam Tersebut dapat tetap berjalan
dan berkembang dengan baik dalam masyarakat Dari masa ke masa. Di mana proses transformasi dan
internalisasi nilai- nilai Islam dan pendidikan Islam sebagai suatu sistem nilai, menjadi pedoman dan
Pegangan hidup bagi peserta didik. Selanjutnya, dapat menjadi rujukan dan Bagian kepribadian dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.

Nilai Pendidikan Islam adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan Dalam diri manusia yang
sesuai dengan norma dan ajaran Islam untuk Menciptakan insan kamil (manusia sempurna).

Untuk mewujudkan internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam, maka Seyogyanya segala daya dan
upaya dilakukan oleh para pelaku pendidikan Melalui penggunaan sumber dan media pembelajaran
dalam menyalurkan Pesan Islami yang memadai dan memenuhi sesuai dengan kebutuhan peserta Didik.
Sumber pembelajaran tersebut di antaranya adalah media cetak dan non Cetak, termasuk media
elektronik. Media dalam perjalanannya, selalu Mengalami perkembangan yang begitu pesat dari waktu
ke waktu, baik dari sisi Ragam, bentuk, fungsi, maupun dari sisi kualitasnya. Dimana pada awalnya,
Media yang hanya digunakan berupa media visual kemudian dengan seiringnya Berkembangnya
teknologi, tepatnya pada abad ke-20 ini, lahirlah media audioVisual, terutama menggunakan
pengalaman yang nyata untuk menghindari Verbalisme.

Media audio visual yang menarik dan menghibur salah satunya adalah Berupa tayangan televisi dan
youtube yang mampu menghadirkan film dan Video edukatif untuk pembelajaran bagi anak. Film
sekarang ini sangatlah Mudah diakses di manapun dan kapanpun. Berdasarkan hasil penelitian yang
Dilakukan oleh Arini Hidayati dari 136 responden yang diteliti terungkap bahwa frekuensi menonton
televisi pada anak kebanyakan berkisar antara 1-2 jam yaitu sebanyak 72 anak, 2-3 jam sebanyak 47
anak, di atas 3 jam sampai 10 anak, sementara yang kurang dari 1 jam sebanyak 7 anak (Markhamah,
2020: 22). Maka, dilihat dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa proses belajar mengajar

1
Susilana, Rudi dan Riyana, pendidikan, (Cirebon, 2009), hal.
dengan sarana audio visual mampu meningkatkan efisiensi pengajaran 20%-50%. Pengalaman itu
dapat menambah pengetahuan manusia 75% didapatkan melalui indra penglihatan dan 25%
didapatkan dari indra pendengaran (Junaidi, 2009: 41). Film merupakan serangkaian gambar yang
diambil dari objek yang bergerak memperlihatkan suatu peristiwaperistiwa gerakan secara
berkesinambungan, yang berfungsi sebagai media media hiburan, pendidikan, dan informasi. Sebagai
salah satu media informasi film secara otomatis akan membawa dampak, baik positif maupun negatif
terhadap penonton.

Film dapat menjadi salah satu media yang tepat agar pendidikan Islam Tetap berjalan dengan efektif
dan efisien sesuai dengan kondisi dan situasi. Pemanfaatan media teknologi dalam pembelajaran dapat
dioptimalkan ketika Peserta didik berada di rumah mereka masing-masing. Tentunya orang tua Menjadi
sumber interaksi utama dengan anak dalam hal pendidikan. Salah satu Yang tergolong ke dalam media
pembelajaran yang mengkolaborasikan dengan Teknologi canggih seperti saat ini adalah handphone dan
televisi di mana di Dalamnya terdapat film. Namun, tidak terlepas dari itu sebagai orang tua tentu Harus
dapat memilah dan memilih film mana yang baik dan patut disajikan Kepada anak, tentunya dengan
memperhatikan dan mengetahui nilai-nilai apa Saja yang terkandung di dalamnya.

Film yang bernuansa Islami sekarang mulai banyak bermunculan tidak Hanya di televisi juga pada
channel Youtube. Salah satunya film yang muncul Adalah film animasi yang berjudul Syamil dan Dodo.
Film animasi bernuansa Islami ini menjadi sebuah nafas baru di dunia animasi Indonesia di mana film
Ini memperkenalkan agama pada anak dengan cara menghibur. Film animasi Syamil dan Dodo lahir
pada tahun 2013, yang merupakan sebuah tayangan Unggulan yang diproduksi oleh PT. Nada Cipta
Raya. Animasi tersebut merupakan produk baru yang dibuat langsung oleh para animator Indonesia
Yang dinaungi oleh rumah studio PT. Nada Cipta Raya.

Film animasi Syamil dan Dodo menceritakan tentang kehidupan seharihari memang menarik untuk
dikaji lebih dalam karena secara muatan dan Materinya lebih banyak mengedukasi dari cara bertingkah
laku sehari-hari, dan Dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk upaya penanaman nilai ke-Islaman Maka
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam untuk mendeskripsikan Isi film animasi ini. Maka
berkenaan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk Mengkaji lebih dalam terkait nilai-nilai
pendidikan Islam dalam film animasi Syamil dan Dodo, sehingga judul penelitian yang diangkat oleh
peneliti adalah “Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Film Animasi Syamil Dan Dodo.”

Pendidikan merupakan bagian yang inhern dengan kehidupan. Pemahaman seperti ini, mungkin
terkesan dipaksakan, tetapi Jika mencoba merunut alur dan proses kehidupan manusia, Maka tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidikan telah mawarnai Jalan panjang kehidupan manusia dari awal
hingga akhir. Pendidikan Menjadi pengawal sejati dan menjadi kebutuhan asasi manusia. Pendidikan
adalah pengawal sejati dan menjadi kebutuhan asasi Manusia. V.R. Taneja, mengutip pernyataan
Proopert Lodge, bahwa Life is education and education is life.4 Itu berarti bahwa membicarakan
Manusia akan selalu bersamaan dengan pendidikan, dan demikian Sebaliknya.2

2
Philophisical Appoach to education , (New Delhi: Atlantic Publisher , 2005), hal.
Perdebatan tentang pendidikan, hemat penulis bOleh karena itu, pendidikan kemudian
didefinisikan dalam beragam pendapat dan statement. Keragaman pendapat merupakan hal yang patut

2
Philophisical Appoach to education , (New Delhi: Atlantic Publisher , 2005), hal.
disyukuri sehingga membuka peluang untuk membandingkan berbagai pendapat dan menambah
khazanah pengetahuan. 3

Beberapa definisi pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut. Dalam kamus besar disebutatut
disyukuri sehingga membuka peluang untuk membandingkan berbagai Pendidikan artinya proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik seorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara
mendidik.

Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk Berkembang. Potensi tersebut merupakan
anugerah Ilahiah yang Telah ada sejak lahir. Karenanya, manusia mampu menyerap berbagai Nuansa
pendidikan yang ada di sekelilingnya sejak ia masih kecil (bayi) atau bahkan ketika masih berada dalam
kandungan. Quraish Shihab, menyimpulkan bahwa manusia sejak awal kejadiannya Membawa potensi
beragama yang lurus, dan dipahami oleh para Ulama sebagai tauhid.

Potensi manusia yang dimaksud tiada lain adalah fitrah yang Dibawa sejak lahir. Setiap manusia
memiliki fitrah (nilai-nilai kesucian) Yang secara potensial berada pada diri setiap insan untuk
selanjutnya Dibina dan dikembangkan dalam usaha-usaha pendidikan.

Fitrah sebagai potensi nilai-nilai kesucian, tidak akan memiliki Makna apapun jika tidak
dikembangkan. Oleh karena itu, kehadiran Pendidikan menjadi wahana untuk mengembangkan potensi
Fitrah sehingga setiap potensi fitrah insaniah dapat dimunculkan (diwujudnyatakan) untuk kemudian
dikembangkan.

Wujud fitrah itu sendiri, merupakan nilai-nilai kebaikan yang Bersifat universal yang ada pada
diri setiap insan. Setiap manusia Memiliki nilai-nilai tersebutkasih sayang, dan banyak lagi yang Pada
prinsipnya adalah milik setiap insan.

Namun demikian, walaupun setiap insan telah dianugerahkan potensi tersebut, tetapi berbagai
potensi itu tidak dikembangkan dan tiak diaktualisasikan, maka dia tidak akan memiliki makna apapun
Untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi nilai-nilai kesucian itulah yang kemudian
menjadi tugas pendidikan.

3
Quraish Shihab , Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, Cet. lll, (Jakarta: Mizan,
1996), h. 284.
Kebutuhan Manusia terhadap PendidikanMengapa manusia membutuhkan pendidikan? Jika
Merujuk pada definisi yang telah dikemukakan maka Dapat dipahami bahwa kebutuhan manusia
terhadap Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan primer. Herbert Spencer, Seperti dikutip oleh
Jumransyah, mengemukakan bahwa pendidikan Adalah mempersiapkan manusia untuk hidup
sempurna.

Persoalan pokok yang dihadapi oleh manusia adalah menghadapi Kenyataan hidup yang dijalaninya.
Anasir kehidupan manusia yang Kompleks, menjadikan hidup tidak dapat disederhanakan begitu saja.
Satu sisi manusia adalah makhluk individu, tetapi di sisi lain manusia Berinteraksi dan bersosialisasi
dengan manusia lain di sekitarnya. Kemampuan manusia berosisialisasi dan berinterkasi dengan
Manusia lain, menjadikan manusia memiliki banyak pengalaman Yang menjadikan hidup lebih
berwarna, dinamis dan melahirkan Peradaban. Suatu gejala yang mengindikasikan bahwa manusia Sejak
awal telah berupaya mengembangkan hidupnya sealigus Menjadi sinyal bahwa manusia mampu melatih
kemampuan dan Mengembangkan dirinya melalui latihan dan pendidikan. Karena Itu, sejarah
pendidikan sama tuanya dengan kehadiran manusia di Bumi ini. Sudarwan Danim, menyebut bahwa
pendidikan telah ada Sejak evolusi awal umat manusia.

Di dalam perkembangannya, manusia tidak hanya melatih dan Mengembangkan dirinya hingga
batas tertentu, tetapi manusia secara Berkesinambungan melatih dan mengembangkan kehidupannya
Hingga mencapai titik tertinggi dan usaha tersebut dilakukan secara Terus menerus hingga akhir
kehidupan. Secara individu manusia Menghendaki capaian tertinggi, yaitu manusia paripurna (insan
Kamil) dan dalam kehidupan sosial pun demikian. Untuk mencapai predikat manusia sempurna (insan
kamil) Sebagai puncak tertinggi hakekat kehidupannya, maka manusia Mengembangkan diri melalui
upaya sistematis dan tedalam kerangka konsep yang jelas. Konsep inilah yang disebut sebagai
pendidikan. Karena itu, pendidikan menjadi pusat dari semua upaya membangun citra manusia
paripurna, dan menjadikan pendidikan sebagai titik pijak dan strategi utama di dalam membentuk
manusia yang berkualitas, insan paripurna.

Menurut Muhaimin, pendidikan merupakan hal yang tidak pernah berhenti dibicarakan, karena
menurut fitrahnya manusia senantiasa menghendaki pendidikan yang lebih baik. Hal yang sangat sulit
dibayangkan bahwa manusia hidup dalam Dunia tanpa pendidikan di dalamnya. Bagaimana mungkin
manusia Berkembang dengan peradaban sedemikian rupa tanpa suatu upaya Yang sistematis melalui
pendidikan. Dalam beberapa aspek memang Kadang terjadi kerancuan antara prestasi kemajuan yang
ditandai Oleh berbagai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan Efek yang kemudian
timbul dari berbagai pemahaman tentang Pemanfaatn teknologi itu sendiri. Suatu hal yang tentu
kontradiktif, Terlebih lagi jika berbagai aspek yang dikalim sebagai bagian dari Kemjauan tersebut
sering bertentangan dengan aspek-aspek normatif Di dalam kehidupan.

Dengan demikian, sebuah pemahaman tentang pendidikan Dalam arti yang pure bagi semua umat
manusia menjadi kebutuhan Yang tak terelakkan. Mungkin pemikiran ini akan menimbulkan Kesulitan
tersendiri karena banyaknya anasir-anasir yang berpengaruh Terhadap pemahaman seseorang, tetapi
setidaknya terdapat titik temu Yang menunjukkan bahwa pendidikan merupakan satu-satunya usaha
Yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang bermartabat. 4 Pendidikan pada manusia
bertujuan untuk melatih dan Membiasakan manusia sehingga potensi, bakat dan kemampuannya
Menjadi lebih sempurna. Ini menggambarkan bahwa manusia Membutuhkan pendidikan untuk
menjadikan manusia lebih baik, Lebih maju dan lebih sempurna. 5Melalui pendidikan, manusia
membuktikan diri sebagai makhluk Yang paling sempurna, dari sebelumnya hanya memiliki potensi
(yang Belum memiliki arti apa-apa), tetapi melalui pendidikan, mereka Berkembang menjadi lebih
sempurna dan terus menyempurnakan Diri. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan
kebutuhan Asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada Suatu tingkat di mana mereka
mampu menunjukkan kemandirian Yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap
Lingkungannya. Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia Untuk memiliki tingkat penyesuaian
diri yang baik dalam berinteraksi Dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan
Lingkungan alam). John S.Brubacher, mengemukakan: bahwa Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
proses penyesuaian diri Secara timbal balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan Dengan
lingkungannya.

Dari ungkapan Brubacher, jelas bahwa dengan adanya Penyesuaian-penyesuaian tersebut akan
membawa manusia Kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan kapasitas Individual yang
secara perlahan menunjukkan adanya perubahanperubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-
perubahan Tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, Untuk selanjutnya
menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih Baik. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa pendidikan
merupakan Anasir penting dalam kehidupan manusia yang secara substansial Mempengaruhi seluruh
kehidupannya. Suatu kenyataan yang Membuktikan bahwa pendidikan adalah instrumen utama bagi
Pembangunan kehidupan umat manusia dengan berbagai hasil yang Telah diraihnya. Adalah sebuah
keniscayaan membayangkan bahwa Perdaban umat manusia dapat dibangun tampa pendidikan. Dapat
ditegaskan bahwa dinamika kehidupan manusia adalah Buah dari proses pendidikan yang terjadi secara
semesta, dan saling Berkontribusi di antara sesama umat manusia.

Objek formal ilmu pendidikan tiada lain adalah suasana, proses, Atau situasi pendidikan yang selalu
beriringan dengan kehidupan Manusia. Karena itu, di awal telah dikemukakan bahwa pendidikan Yang
inhern dengan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan Yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
pendidikan sebagai ilmu hanya dapat dikaji dan dikembangkan melalui metode ilmiah, dan Cara berpikir
ilmiah. Berpikir ilmiah menekankan pada bagaimana di dalamnya terjadi Proses perenungan dan
elaborasi yang mendalam terhadap interaksi Manusia yang berlangsung di dalam proses pendidikan
tersebut. Menurut Tanlain, perenungan tersebut menggunakan cara berpikir Induktif, dan hasilnya
disusun secara teratur, logis dan sistematis, Sehingga menampakkan suatu penjelasan atau deskripsi
mengenai Pendidikan. V.Good, sebagaimana dikutip Fatah Yasin, menjelaskan Bahwa ilmu pendidikan
adalah suatu bangunan pengetahuan Sistematis yang mencakup aspek-aspek kuantitatif dan obyektif
dari Proses belajar, dan juga menggunakan instrumen secara seksama Dalam mengajukan hipotesa-
hipotesa pendidikan untuk diuji Berdasarkan pengalaman yang seringkali dalam bentuk instrumen
Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”. Manusia pada Hakekatnya adalah

4
Sudarwan Danim, pengantar kependidikan (Bandung: alfabeta, 2010), hal. 1
makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk lain yang diciptakanNya, disebabkan memiliki
kemampuan berbahasa dan akal pikian /rasio, sehingga, mampu mengembangkan dirinya sebagai
manusia yang berbeda. Menurut Sudjana, pendidikan adalah upaya mengembangkan kemampuan atau
potensi individu Sehingga bisa hidup optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat
Serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup. Dengan kata lain Pendidikan adalah
proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia,Melalui proses yang panjang dan
berlangsung sepanjang hayat. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka Mencerdaskan
kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik Agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang Demokratis serta bertanggung jawab. Jadi sekolah sebagai
sebuah institusi dalam Mewujudkan fungsi pendidikan nasional bukan hanya tempat dimana siswa
mempelajari Berbagai mata pelajaran dengan tujuan memperoleh nilai yang baik kemudian lulus dan
Mendapatkan ijasah. Sekolah mempunyai peran dan tanggung Jawab untuk mewujudkan manusia
terdidik, yang memiliki integritas, cerdas, kreatif dan Dapat bertanggung jawab sebagai individu
maupun warga negara.

Pendidikan mempunyai cangkupan yang sangat luas. Salah satu bidang Pendidikan yang penting bagi
manusia adalah pendidikan agama, dimana salah satunya adalah pendidikan agama Islam. Pendidikan
Agama Islam adalah sudah menjadi kebutuhan setiap individu / masyarakat umat manusia. Dalam
pengertiannya Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau
latihan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Istilah membimbing,
mengarahkan dan mengasuh serta mengajaran atau melatih mengandung pengertian usaha
mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan
yaitu “ menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia
yang berpribadi dan badalah pendidikan agama Islam. Pendidikan Agama Islam adalah sudah menjadi
kebutuhan setiap individu / masyarakat umat manusia. Dalam pengertiannya Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau atihan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh
serta mengajaran atau melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui
proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu “ menanamkan taqwa dan akhlak
serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai
dengan ajaran Islamerbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam sistem pendidikan diperlukan adanya program yang baku dan dapat Menghantarkan proses
pendidikan sampai pada tujuan yang dikehendaki. Proses Pelaksanaan, sampai penilaian dalam
pendidikan tersebut disebut dengan kurikulum Pendidikan.6 Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi
pendidikan di sekolah. Kurikulum Mempunyai kedudukan yang sentral dalam sebuah proses pendidikan.
Kurikulum Merupakan suatu rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan pegangan dalam
Proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi Tercapinya tujuan
– tujuan pendidikan. Menurut Al-Khouly pengertian kurikulum adalah “ seperangkat perecanaan dan
Media untuk menghantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan Yang
diinginkan”. Berdasarkan pengertian pendidikan dan kurikulum tersebut, ada Keterkaitan erat antara
pendidikan dan kurikulum yang keduanya tidak dapat dipisahkan Dalam pelaksanaanya. Hal ini
ditegaskan oleh Nurgiyanto sebagai berikut :Hubungan antara pendidikan dan kurikulum adalah
hubungan antara tujuan dan Isi pendidikan. Suatu tujuan baru akan tercapai bila isi pendidikan tepat
dan Relevan dengan tujuan tersebut,dengan kata lain hanya isi yang tepat atau kurikulum yang sesuai
yang akan menghantarkan ke arah tercapainya tujuan pendidikan.Berdasarkan pendapat diatas,
menunjukkan bahwa kurikulum menjadi landasan dalam pelaksanan pendidikan yang harus selalu
dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Namun sering kali dalam dunia pendidikan hanya
kurikulum yang secara tertulis saja yang mendapatkan porsi perhatian yang lebih besar. Dalam
kurikulum pendidikan ada satu jenis kurikulum yang tidak dapat diabaikan yang disebut hidden
curriculum (kurikulum tersembunyi) yang merupakan yang berisi aturan yang tak tertulis kurikulum yang
sesuai yang akan menghantarkan ke arah tercapainya tujuan pendidikan.

Menurut Wina Sanjaya yang menjadi titik sentral kurikulum pendidikan adalah Peserta didik itu
sendiri. Perkembangan peserta didik hanya akan dicapai apabila dia Memperoleh pengalaman belajar
melalui semua pelajaran yang disajikan sekolah, baik Melalui kurikulum tertulis, maupun yang tidak
tertulis (hidden curriculum). Sejalan Dengan apa yang dikatakan oleh Miller dan Seller, berkaitan
dengan pendidikan moral Anak, bahwa pendidikan harus bisa membuat anak bisa mengontrol dan
mengendalikan Dirinya dari berbagai perilaku yang tidak layak.10 Tidak mudah memang untuk
mengubah Perilaku (attitude) dan karakter (character) murid. Oleh karena itu usaha yang maksimal
Harus terus diupayakan oleh pengelola sekolah yaitu kepala sekolah, guru dan tenaga Kependidikan,
dengan bekerjasama menciptakan budaya sekolah yang baik. MelaluiPemanfaatan sumber belajar,
sarana dan prasarana sekolah, dengan upaya tersebut akan Lebih mudah terwujud. Selanjutnya
diharapkan peserta didik dapat memperoleh Pengalaman di sekolah untuk mengembangkan
kreativitasnya dengan bimbingan para Guru. Lebih lanjut Imam Tholkhah dalam bukunya Caswita
menjelaskan bahwa sistem Pendidikan selain memberikan pelajaran tentang mata pelajaran dari satuan
kurikulum Yang telah ditetapkan juga sudah seharusnya peserta didik diberikan pelajaran tentang
Kehidupan nyata yang sedang dan akan dihadapi, selain itu peserta didik tidak boleh Tercerabut dari
akar budaya, tradisi, serta perkembangan masa depan peseta didik dan masyarakat pada umumnya.
Tholkhah mengharapkan lingkungan sekolah menjadi taman Berlibur bagi peserta didik, jangan sampai
sekolah menjadi penjara bagi berkembangnya Kreativitas serta aktivitas yang disenangi peserta didik
Selama ini guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar hanya berfokus pada kurikulum yang
sudah tertulis atau kurikulum formal. Padahal untuk menciptakan pengalaman serta nilai-nilai yang baik

6
Nana Syaodik Sukmadinata, Pengembangan kurikulum: Teori Dan Praktek , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal. 3
bagi peseta didik, seharusnya pendidikan memperhatikan sekaligus mengoptimalkan kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum). Kurikulum tersembunyi berdampak sangat besar terhadap proses
pembelajaran serta pengalaman belajar siswa. Seperti yang dikatakan Dede Rosyada bahwa kurikulum
yang dapat menghantarkan siswa sesuai harapan, idealnya tidak cukup hanya dengan kurikulum yang
dipelajari saja (written curriculum), tetapi juga hidden curriculum yang secara teoritis sangat rasional
mempengaruhi siswa baik menyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas, bahkan pada kebijakan dan
manajemen pengelolaan sekolah secara lebih luas dan hubungan vertikal dan horizontal.

Selain itu Kohlerg dalam bukunya Caswita juga mengatakan bahwa kurikulum Tersembunyi akan
lebih efektif dalam mengajarkan nilai-nilai luhur kepada siswa. Diantara kedua kurikulum tersebut
merupakan bagian integral yang harus padu, yang Mempunyai tujuan pencapaian yang berbeda,
kurikulum tertulis bertujuan pada bidang Pengetahuan, penguasan ilmu-ilmu, kompetensi akademik,
ketrampilan. Sementara Kurikulum yang tidak tertulis dalam rangka pembentukan sikap dan kebiasaan
baik. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa pentingnya perhatian terhadap Pelaksanaan hidden
curriculum dalam upaya pembentukan moral peserta didik, sehingga Dihasilkan anak didik yang cerdas
dan berwawasan serta mempunyai dan menerapkan Nilai-nilai moral, dimana salah satu media
penyampaian nilai moral kepada anak didik Adalah melalui pelaksanaan pendidikan agama Islam.

Dalam pendidikan agama Islam itu sendiri, dipandang sebagai sebuah Keterpaduan 3 komponen
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif mengajarkan Tentang ilmu pengetahuan dan teori
ajaran Islam. Komponen afektif mengajarkan tentang Nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan norma yang
terkandung dalam ajaran agama Islam, Sedangkan psikomotorik memberikan pengajaran dalam
meningkatkan kemampuan dan Ketrampilan dalam pelaksanaan ajaran agama Islam. Ketiga komponen
dalam ajaran Agama Islam harus dilaksanakan secara seimbang, agar tujuan untuk menciptakan
Manusia yang berilmu,beramal,dan beriman dapat tercapai secara optimal. Namun dalam prakteknya
pembelajaran pendidikan agama Islam masih Menitikberatkan pada kemampuan kognitifnya saja,
dimana siswa dituntut untuk Menguasai materi saja, sedangkan untuk afektif (sikap), dan
psikomotriknya (ketrampilan) Masih belum. Padahal kedua aspek tersebut tidak kalah pentingnya
dengan aspek kognitif (pengetahuan), terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jika di
sekolah yang Berbasis islam, Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi 4 rumpun yaitu : Akidah Akhlak,
Fiqh, Qur’an Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam.

Dalam pendidikan agama Islam kemampuan afektif (sikap) dan psikomotorik (ketrampilan)
sangatlah penting. Kemampuan afektif dalam pendidikan agama Islam Berhubungan dengan
bagaimana siswa berperilaku dengan baik (akhlakul karimah) Sebagai penerapan terhadap apa yang
telah dipelajari dalam pendidikan agama Islam. Sedangkan kemampuan psikomotorik berhubungan
dengan bagaimana siswa mampu Dalam mempraktekan ilmu agama Islam yang berhubungan dengan
ubudiyah (ibadah), Seperti : sholat, membaca al-Qur’an, puasa, berwudhu, dan lain sebagainya. Hal
tersebut Sangatlah penting dimiliki oleh para siswa sebagai bekal dalam menghadapi problematika
Kehidupan. Terutama pada anak usia SMP/MTs, dimana anak didik diusia ini baru mengalami Masa
transisi yakni peralihan
dari anak-anak ke remaja. Keadaan nyata menunjukkan Pada usia transisi tersebut merupakan
merupakan usia dalam upaya pencarian jati dirinya Dengan kata lain mempunyai rasa keingintahuan
yang sangat besar terhadap hal-hal diluar Lingkungannya. Sedangkan pada saat sekarang diera
komunikasi yang serba canggih, dimungkinkan informasi baik positif maupun negatif dapat diterima
dengan mudah oleh Berbagai kalangan masyarakat, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi para
anak Didik menerima informasi dengan mudah.

Sementara itu, bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis Multidimensional. Dari hasil
kajian berbagai disiplin ilmu dan pendekatan, tampaknya Ada kesamaan pandangan bahwa segala
macam
krisis itu berpangkal pada krisis akhlak Atau moral. Krisis ini oleh sementara pihak disebabkan karena
gagalnya pendidikan Agama, seperti merebaknya kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar terutama
dikotakota besar, munculnya premanisme dan berbagai bentuk kejahatan lainnya.Dengan adanya
permasalahan tersebut, sekolah perlu membekali siswa Pengetahuan dan pengalaman keagamaan,
dengan menerapkan lingkungan agama di Sekolah melalui pembiasaan kegiatan – kegiatan keagamaan
melalui hidden curriculum, Sehingga mampu membentuk perilaku keagamaan siswa, baik dari segi
akhlak maupun Ibadahnya. Sehingga siswa mempunyai bekal untuk menghadapi kemajuan teknologi
dan Krisis moral yang terjadi saat, dengan tetap perpegang teguh terhadap keyakinan agama Yang
dimilikinya. Dalam perspektif ini, upaya membentuk perilaku keagamaan siswa dilakukan Melalui
hidden curriculum. Karena hidden curriculum dilakukan secara rutin di sekolah, Sehingga secara
otomatis siswa terbiasa untuk melaksanakan kegiatan keagamaan, dan Secara tidak langsung dapat
membentuk
perilaku keagamaan siswa, baik berupa Perbaikan budi pekerti maupun rajin dalam melaksanakan
ibadah.Hal tersebut dikuatkan oleh pandangan al-Mawardi bahwa perilaku dan Kepribadian anak
terbentuk melalui kebiasaan yang bebas dan akhlak yang lepas (akhlak Mursalah). Oleh karenanya, perlu
menekankan proses pembentukan kepribadian melalui Pendidikan budi pekerti, karena menurutnya di
dalam kemuliaan jiwa anak terdapat sisi Negatif yang selalu mengancam kebutuhan pribadinya, maka
proses pembentukan jiwa dan tingkah laku anak tidak saja diserahkan pada akal dan proses alamiah,
akan tetap Diperlukan pembiasaan melalui normativitas keagamaan.

Sedangkan menurut Jamaluddin ancok dalam bukunya psikologi Islam, perilaku Keagamaan adalah
sikap dan tingkah laku yang berhubungan dengan kehidupan batin Atau keyakinan manusia terhadap
agama yang dianutnya. Aktivitas beragama bukan Hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku
ritual (beribadah), tetapi juga ketika Melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan batin. Bukan
hanya yang berkaitan Dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas
yan Tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Dengan mempunyai perilaku keagamaan yang baik,
peserta didik akan menjadi Pribadi yang berakhlakul karimah, sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Sehingga Secara tidak langsung hidden curriculum dapat mewujudkan tujuan pendidikan
nasional Melalui pembentukan perilaku keagamaan kepada peserta didik. Selain baik dari segi Akhlak,
hidden curriculum juga dapat meningkatkan kompetensi keagamaan siswa Melalui praktek keagamaan
yang dilakukan sehari-hari. Hal itu pula yang juga dapat Mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Salah
satu lembaga yang melaksanakan hidden curriculum yaitu MTs Negeri Bandung. Pelaksanaan hidden
curriculum pada lembaga ini lebih menekankan Pembiasaan beribadah dan kegiatan keagamaan lainnya,
sebagai bentuk praktik dari Pendidikan Agama Islam sehingga dapat membentuk perilaku keagamaan
siswa. 7

7
Suparman Syukur,Etika Religius,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004),hal 262
DAFTAR PUSTAKA

Susilana, Rudi dan Riyana, Pendidikan, Cirebon: 2009

Philophisical, appoach to education, Atlantic Publisher: 2005

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat, Jakarta: Mizan, 1996

Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2010

Nan Syaodik Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011

Suparman Syukur, Etika Religius, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Anda mungkin juga menyukai