Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CIDERA


OTAK BERAT ( COB ) DI RSUD MOH. ZAIN SAMPANG

DISUSUN OLEH :
NOVAL MAULANA (33412101110)

JURUSAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA
TAHUN AJARAN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA OTAK BERAT (COB)
1. Definisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung
atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis,
fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent (PERDOSSI, 2007).

Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Snell, 2006).

Cedera otak adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas
otak (Hudak & Gallo, 2010)

2. Etiologi
1. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat & menimbulkan
cedera local. Kerusakan local meliputi Contusio serebral hematom serebral,
kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak
atau hernia.

2. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul & menyebabkan cedera menyeluruh (difusi):
kerusakannya menyebar secara luas & terjadi dalam 4 bentuk: cedera akson,
kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil, multiple
pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer, cerebral., batang
otak atau kedua-duanya
Penyebab dari Cidera Otak Berat (COB) itu juga bisa dari:
1) Kecelakaan mobil, motor (kecelakaan lalu lintas)
2) Perkelahian
3) Jatuh
4) Cidera olahraga
5) Trauma tembak/bom
6) Kecelakaan rumah tangga
7) Kecelakaan kerja. Menurut (Ginsberg, 2007).
3. Patofisiologi kegawat daruratan
Berdasarkan patofisiologinya cedera kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses
yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera otak primer adalah
cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma dan merupakan
suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak
yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang
sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang
terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi
substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan
dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh
sistem dalam tubuh.

Cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah
atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik
sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena
beberapa hal diantanya, bila trauma ekstrakranial akan dapat menyebabkan adanya
leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh
darah, Karena perdarahan yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hipoksia,
hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler,
serta vasodilatasiarterial, semua menimbulkanpeningkatan isi intrakranial, dan
akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK), adapun, hipotensi namun bila
trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkanrobekan dan terjadi perdarahan
juga. Cidera kepala intracranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial
terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas
(Dewanto, 2009).

4. Manifestasi klinis kegawat daruratan


1. Pada cidera otak, kesadaran seringkali menurun.
2. Pola nafas menjadi abnormal secara progresif.
3. Respon pupil mungkin tidak ada atau secara progresif mengalami deteriorasi.
4. Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama peningkatan
tekanan intrakranal.
5. Muntah dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial.
6. Perubahan perilaku, kognif, dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara dapat
terjadi dengan kejadian segera atau secara lambat. Amnesia yang berhubungan
dengan kejadian ini biasa terjadi (Corwin,2009)
5. Pathway

Kecelakaan terjatuh

Trauma tumpul

Cedera otak berat

Ekstra kranial / kulit kepala Tulang kranial Intra kranial / jaringan otak

breath Blood Brain Kesadaran bladdir bone

Perdarahan Perdarahan Penumpukan Perdarahan Ganggua


Robeknya Penurunan
hematom darah di otak
n saraf
arteri kesadaran dan motorik
kerusakan jaringan Kompensasi meningen peningkatan Penurunan
tubuh Penurunan TK Penuru
sirkulasi
vasolidabsi Hematoma kesadaran nan
Penekanan anemia volume darah
dan epidural sensorik kesadar
saraf system ke ginjal an Penurunan intake
bradikardi
pernafasan Perubahan makanan dan
Penurunan
Hipoksia Ggn.
Aliran darah
Kemampuan sirkulasi cairan produksi
keseim
kemengenali
otak urin
Perubahan Peningkatan bangan
stimulus Resiko defisit
RR pola napas
Hipoksia Gangguan TIK Kesalahanpola
Perubahan
pertukaran volume cairan
meningkat jaringan interpretasi
eliminasi urine
gas
Resiko Cedera
Defisit
Gangguan nutrisi
Resiko perfusi persepsi
Pola napas jaringan serebral sensori
tidak efektif tidak efektif
6. Penatalaksanaan
Cidera Otak Ringan (COR) dan Cidera Otak Sedang (COS) biasanya diterapi
dengan observasi dan tirah baring atau bed rest. Mungkin diperlukan ligasi
pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan (pengeluaran benda asing dan sel
yang mati), terutama pada cidera kepala terbuka. Dekompresi melalui pengeboran
lebam didalam otak, yang disebut borr hole, mungkin diperlukan:
1. Mungkin juga dibutuhkan ventilasi mekanik
2. Antibiotik diperlukan untuk cidera kepala terbuka guna untuk mencegah
infeksi. Metode untuk menurunkan tekan intracranial dapat mencangkup
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi (Corwin, 2009)

II. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
a. Primary Survey
• A ( Airway )
Kaji kepatenan jalan nafas (bekas muntahan, darah, sekret yang tertahan, adanya edema
mulut, faring, laring, disfagia, suara stridor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya
masalah jalan nafas.
• B ( Breathing )
kaji keefektifan pola nafas, Raspiratory Rate, abnormalitas Pernafasan, bunyi nafas
tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping hidung, saturali O2
• C (Circulation )
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, Capillary refill, Akral, suhu tubuh, warna
kulit, kelembapan kulit, pendarahan external jika ada.
b. Secondary Survey
• Riwayat Penyakit Sekarang.
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
Kronologi keluhan utama Pengkajian yang Dapat dilakukan dengan melihat gejala. gejala lain
yang biasa terjadi pada sepsis seperti demam, hipotermi, menggigil, dan detak jantung cepat.
•Riwayat Penyalat Dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakat dahulu klien tanyakan apakah sebelumnya Pernah
mengalami penyakit yang sama atau serupa yang dapat mengaraj terhadap terjadinya sepsis.
• Pemeriksaan Head to Toe
- Kepala :
Rambut : bersih, warna, simetris, distribusi, kebersihan kuku, ketombe.

Muka : bersih, raut muka, warna, kebersihan, jerawat, luka.

Mata : bersih, kelopak mata, konjungtiva, pupil, sklera, lapang pandang, bola mata, dan
ketajaman penglihatan.

Hidung : kebersihan, sekresi, dan pernapasan cuping hidung.

Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah, dan tonsil.

Gigi : jumlah, karies, gusi, dan kebersihan.

Telinga : kebersihan, sekresi, dan pemeriksaan pendengaran.

- Kulit

Lihat Keadaan kulit,warna,turgor kulit dan suhu

- Leher

Lihat apakah terdapat Pembesaran kelenjar limfe, tiroid,Posisi trachea, Kaku kuduk

• Pemeriksaan Thorax

Inspeksi: meliputi diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral


(bentuk dada), ekspansi dada, gerakan dada (frekuensi, irama, kedalaman), ictus cordis,
penggunaan otot bantu pernapasan.

Palpasi: meliputi massa otot dan tulang torak meliputi: bengkak, nyeri, massa, pulsasi,
krepitasi, ekspansi dinding dada, fremitus raba, impuls apical, dan getaran thrill.
Perkusi: perhatikan intensitas, nada, kualitas, bunyi dan vibrasi yang dihasilkan

Auskultasi: identifikasi adanya suara napas, suara napas tambahan, dan suara jantung.

• Pemeriksaan Abdomen

Keadaan kulit,warna,elastisitas,kering,lembab,bentuk abdomen rata atau menonjol.


Distensi bunyi usus sering hiperaktif adanya nyeri tekan pada bagian region epigastik

I : identifikasi ada atau tidaknya pembesaran rongga abdomen

A: frekuensi Bising usus

P : Tidak ada pembesaran hepar


P : Terdengar bunyi thympani

• Eksteritas ( Kanan dan Kiri )

- Kekuatan otot kanan dan kiri

- ROM kanan dan kiri

- Pergerakan send bahu

- Perubahan Bentuk tulang

- Perabaan akral

- piting edema

2) Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif
2) Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif
3) Resiko deficit kekuranganvolume cairan ( Resiko Hipovalemi)
3) Rencana tindakan keperawatan

no Diagnose Tujuan dan K.H Intervensi Rasional

1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Intervensi Utama : Observasi


efektif Tindakan Pemantauan Respirasi
1. Untuk mengatahui
keperawatan Observasi
frekuensi,kedalaman,d
selama 3x24 jam 1. Monitor frekuenal,
an usaha nafas klien
diharapkan Pola irama, kedalaman dan
Nafas membaik upaya napas Mondor 2. Untuk melihat

dengan kriteria pola napas (seperti kemampuan batuk

hasil : bradignea, takipnea, efektif klien

1. Dispnea hipervenital, 3. Untuk melihat ada


menurun Kussmaul, Chayne- atau tidaknya sputum
2. Penggunaan Stokes Biot, atakk)
4. Agar mengetahui ada
otot bantu 2. Monitor kemampuan
sumbatan atau tidak
napas batuk efektif
pada pernafasan klien
menurun 3. Monitor adanya
3. Pemanjangan produksi sputum 5. Untuk memastikan
fase ekspirasi 4. Monitor adanya kesimetrisan ekspansi
menurun sumbatan jalan napas paru
4. Frekuensi 5. Palpasi kesimetrisan
6. Untuk mengetahui
napas ekspansi paru
bunyi nafas
membaik 6. Auskultasi bunyi
7. Untuk memantau
Kedalaman napas napas
proses penghantaran
membaik 7. Monitorsaturasi
oksigen keseluruh
oksigen
tubuh
8. Monitor nilai AGD
9. Monitor hasil x-ray 8. Untuk mengetahui
toraks tingkat oksigen dalam
darah
Terapeutik 9. Untuk mengetahui
10. Atur interval hasil x-ray
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
11. Dokumentaskan hasil Terapeutik
pemantauan 10. Untuk mengetahui
Edukasi kondisi respirasi
12. Jelaskan tujuan dan pasien
prosedur pemantauan
11. Untuk memudahkan
13. Informasikan hasil
memantau kondisi
pemantauan jika perlu
pasien

Edukasi

12. Agar pasien


memahami prosedur
yang akan dilakukan

13. Agar pasien dapat


mengetahui
kondisinya

2. Resiko perfusi Setelah dilakukan Intervensi utama : Observasi


cerebral tidak Tindakan Pemantauan tekanan intra
1. Untuk mengetahui TD
efektif keperawatan kranial
pasien
selama 3x24 jam
Observasi 2. Untuk memantau
diharapkan
frekuensi jantung
perfusi serebral
1. Monitor peningkatan TD
pasien
meningkat dengan
3. Untuk mengetahui
kriteria hasil : 2. Monitor penurunan
pola nafas psien
frekuensi jantung
a) Tingkat 4. Megetahui tingkat
kesadaran 3. Monitor ireguleritas irama ksadaran pasien
meningkat napas 5. Untuk mengetahui
b) Sakit kepala kemampuan respon
4. Monitor penurunan tingkat
menurun pupil pasiem
kesadaran
c) Gelisah 6. Memantau CO2 dan
menurun pertahankan dalam
5.Monitor perlambatan atau
d) Tekanan arteri rentang yang
ketidaksimetrisan respon
rata-rata diindikasikan
pupil
membaik 7. Untuk mengetahui
e) Tekanan intra 6. Monitor kadar CO₂ dan tekanan perfusi
kranial pertahankan dalam rentang serebral
membaik yang diindikasikan 8. Untuk mengatur
jumlah kecepatan dan
7. Monitor tekanan perfusi
karakteristik drainase
serebral
cairan serebrospinal
9. Untuk mengetahui
8. Monitor jumlah, kecepatan,
respon pasien
dan karakteristik drainase
cairan serebrospinal
Terapeutik

9. Monitor efek stimulus


10. Untuk mengetahui
lingkungan terhadap TIK
seberapa banyak
cairan serebrospinal
Terapeutik
11. Untuk mengetahui
10. Ambil sampel drainase kalibrasi transduser
cairan serebrospinal 12. Agar system
pemantauan tetap
11. Kalibrasi transduser steril
13. Agar posisi pasien
12. Pertahankan sterilitas
terlihat nyaman
sistem pemantauan
14. Agar system
13. Pertahankan posisi kepala pemantauan tetap
dan leher netral bersih
15. Agar pemantauan
14. Bilas sistem pemantauan,
kondisi pasien tetap
jika perlu
konsisten
16. Untuk memudahkan
15. Atur interval pemantauan
pemantauan pasien
sesuai kondisi pasien
17. Agar pasien atau
16. Dokumentasikan hasil keluarga pasien
pemantauan mengetahui tentang
prosedur pemantauan
Edukasi
18. Agar pasien atau
keluarga pasien
17. Jelaskan tujuan dan
mengetahui tetang
prosedur pemantauan
prosedur pemantauan
18. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3. Resiko defisit Setelah dilakukan Intervensi utama : Observasi


volume cairan Tindakan
Pemantauan Cairan 1. Untuk mengetahui
keperawatan
frekuensi nadi pasien
selama 3x24 jam
Observasi
2. Untuk mengetahui
diharapkan Status
frekuensi nafas pasien
cairan membaik 1. Monitor frekuensi dan
3. Untuk memudahkan
dengan kriteria kekuatan nadi
pemantauan tekanan
hasil : 2. Monitor frekuensi
darah pasien
nafas
1 .membran 4. Untuk mengetahui
3. Monitor tekanan
mukosa lembap berat badan pasien
darah
meningkat 5. Untuk mengetahui
4. Monitor berat badan
pengisian kapiler
5. Monitor waktu
2 Ortopnea
6. Untuk mengetahui
menurun pengisian kapiler kenormalan turgor
6. Monitor elastisitas kulit
3 Dispnea
atau turgor kulit 7. Untuk mengetahui
menurun
7. Monitor warna, jenis urin klien
jumlah dan berat jenis 8. Untuk mengetahui
4 Edema anasarka
urine kadar protein klien
menurun
8. Monitor kadar 9. Untuk mengetahui
5 Edema perifer albumin dan kadar serum dalam tubuh
menurun protein total klien
9. Monitor hasil 10. Untuk memudahkan
6 Frekuensi nadi
pemeriksaan serum penentuan kebutuhan
membaik
10. Monitor intake dan cairan klien
output cairan 11. Untuk mengetahui
7 Tekanan darah
11. Identifikasi tanda- tanda tanda
membaik
tanda hipovalemia hipovalemi
8 Tekanan nandi (mis. Frekuensi nadi 12. Untuk mengetahui
membaik meningkat, nadi penyebab
teraba lemah, tekanan ketidakseimbangan
9 Turgor kulit darah menurun, cairan
membaik tekanan nadi
Terapeutik
menyempit, turgoe
10 Hemoglobin
kulit menurun,
membaik 13. Untuk memudahkan
membrane mukosa
hasil observasi
11 Hematokrit kering, volume urin
14. Untuk memudahkan
membaik menurun)
dalam pemantauan
12. Identifikasi faktor
klien
tesiko
ketidakseimbangan
cairan Edukasi :

15. Agar pasien


Terapeutik mengetahui terkait
prosedur yang akan
13. Atur interval waktu
digunakan
pemantauan sesuai
16. Agar pasien/perawat
dengan kondisi klien
lain mengetahui hasil
14. Dokumentasikan hasil
pemantauan yang
pemantauan
sudah dilakukan.

Edukasi

15. Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
16. Informasikan hasil
pemantauan

4) Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan ren- cana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawat- an guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap
implemen- tasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan un- tuk
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, ke- mampuan melakukan teknik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi. 2008).
5) Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011). Jenis evaluasi ada dua, yaitu:
a) Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi ini bekerjakan dalam pengisian format catatan perkembangan
dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien, format yang
dipakai adalah format SOAP:
S : Data subyektif
Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
dikeluhkan,dan dikemukakan oleh klien.
O : Data obyektif
Perkembangan obyektif yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim Kesehatan
A : Analisa
Penilaian dari kedua jenis data (subjektif maupun objektif) apa
perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran
P : Perencana
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas
yang berisi melanjutkan perencanaan keadaan atau masalah belum
teratasi
b) Evaluasi berjalan (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan antara keduannya, mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar dapat
data-data, masalah atau rencana yang perlu di modifikasi. format yang
dipakai adalah format SOAPIER
S : Data subyektif
Perkembangan keadaan yang didasarkan apa yang dirasakan, keluhkan,
dan dikemukakan.
O: Data objektif Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atau tim Kesehatan.
A: Analisis
Penelian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
perkembangan ke arah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencanaan
Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatasi
yang berisi melanjutkan perencana sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.
I : Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana
E : Evaluasi
Penilaian tentang mana rencana Tindakan dan evaluasi telah
dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien
R : Reassesment
Bila evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang
perlu dilakukan melalui proses pengumpulan data subjektif,objektif, dan
proses analisisnya

DAFTARPUSTAKA
PERDOSSI cabang Pekanbaru. (2007). Simposium trauma kranio-serebral tanggal 3
November 2007. Pekanbaru: PERDOSI.

Snell RS. (2006). Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.Sugiharto L.
Hartanto H. Listiawati E. Susilawati, Suyono J, Mahatmi T. dkk.
penerjemah. Jakarta: EGC

Hudak, Carolyn M. (2010). Keperawatan Kritis Pedekatan Holistik Edisi 6 Volume


2. Jakarta : EGC

Ginsberg, (2007). Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Dewanto, George. Dkk. (2009). Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Syaraf.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai