Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN PROV JAWA BARAT

Disusun Oleh :

Monica Hendrayanti Putri,S.Kep


4006180008

Pembimbing klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2019
I. DEFINISI
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis
ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai lateralisasi,
pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan
operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah,
Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi.
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai dekompresi dari
tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan prognosenya hampir sama dengan faktor-
faktor yang menentukan prognose perdarahan subdural. (Paula, 2009)
Intra cerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri. Hal ini
dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka
.intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke hemorgik akibat melebarnya
pembuluh nadi. (Corwin, 2009)

II. ETIOLOGI
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2011) adalah :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
III. MANIFESTASI KLINIK
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada
orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya
disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Menurut Corwin (2009) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan
intra cranium.

IV. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri yang
dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah
didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan
yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh
darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar
perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi,
perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang
menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan
kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang
dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini
masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari
darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat
tergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan
terjadi gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang
tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan
tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan,
sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun
lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa
menit, jam bahkan beberapa hari. (Corwin, 2009)
V. GAMBAR (PATHWAY

Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok

Pecahnya pembuluh darah


otak (perdarahan intracranial)

Darah masuk ke dalam


jaringan otak

Penatalaksanaan :
Darah membentuk massa
Kraniotomi
atau hematoma

Luka insisi Port d’entri


Mikroorganisme Penekanan pada jaringan
pembedahan
otak

Resiko infeksi
Peningkatan Tekanan
Intracranial

Metabolisme
Sel melepaskan anaerob Gangguan aliran darah Fungsi otak menurun
mediator nyeri : dan oksigen ke otak Fungsi otak menur
prostaglandin,
Ketidakefektifan Kerusakan Refleks menelan
sitokinin
Vasodilatasi perfusi jaringan neuromotorik menurun
pembuluh darah cerebral

Kelemahan otot Anoreksia


Impuls ke pusat
progresif
nyeri di otak
(thalamus) Ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi
ADL dibantu Kerusakan mobilitas
kurang dari
Impuls ke pusat fisik
kebutuhan tubuh
nyeri di otak
(thalamus)
Gangguan pemenuhan
Somasensori korteks kebutuhan ADL
otak : nyeri
dipersepsikan

Nyeri
(Corwin, 2009)
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK /PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006) adalah
sebagai berikut :
a. Angiografi
b. Ct scan
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG

VII. PENATALAKSANAAN
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic.
Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang
mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang
mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan
antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk.
Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan
darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah
seperti :
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan
pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam
tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa
memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang
parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada
kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik
adalah mungkin.
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral
Hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium
lainnya yang menunjang.
VIII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. DATA FOKUS PENGKAJIAN

Data-data dalam pengkajian ini meliputi:

1. Identitas
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama klien, umur klien biasanya pada usia produktif atau
pada lansia, jenis kelamin mayoritas pria, agama, pendidikan, pekerjaan klien
biasanya berhubungan dengan sarana transportasi, status marital, suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, golongan darah, no.medrek,
diagnosa medis dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Alasan masuk Rumah Sakit
Biasanya penyebab trauma kepala karena kecelakaan lalu lintas, namun tidak
menutup kemungkinan faktor lain. Oleh karena itu pada Alasan klien masuk
Rumah Sakit perlu dikaji mengenai kapan, dimana, penyebab, bagaimana proses
terjadinya, apakah klien pingsan, muntah atau perdarahan dari hidung atau
telinga.
b. Keluhan utama saat dikaji
Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat,apakah pasien sadar
atau tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain?
c. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah mengalami trauma kepala atau penyakit
sistem syaraf serta penyakit sistemik. Perlu dikaji juga apakah klien memiliki
kebiasaan kebut-kebutan di jalan raya, memakai Helm dalam mengendarai
kendaraan, meminum minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji mengenai adanya penyakit keturunan, penyakit menular, kebiasaan buruk
dalam keluarga seperti merokok atau keadaan kesehatan anggota keluarga.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara : kadang
mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia:
tanda-tanda vital: TD meningkat, nadi bervariasi.
b. Pemeriksaan integument:
- Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding
harus bed rest 2-3 minggu.
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
c. Pemeriksaan leher dan kepala:
- Kepala: bentuk normocephalik
- Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
- Leher: kaku kuduk jarang terjadi.
d. Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar
ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest
yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia atau
retensio urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi:
- Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII
dan XII central.
- Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
- Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.
Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahuli dengan refleks patologis.
b. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: - Trauma kepala, Fraktur Gangguan Perfusi
Do: depresi tulang tengkorak, , jaringan cerebral
- Gangguan status Hipertensi, Malformasi
mental Arteri Venosa, Aneurisma,
- Perubahan Distrasia darah, Obat,
perilaku Merokok
- Perubahan respon
motorik Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan
- Perubahan reaksi
intracranial)
pupil
- Kesulitan
menelan Darah masuk ke dalam
jaringan otak
- Kelemahan atau
paralisis
ekstrermitas Darah membentuk massa
atau hematoma
- Abnormalitas
bicara
Penekanan pada jaringan
otak

Peningkatan Tekanan
Intracranial

Gangguan aliran darah dan


oksigen ke otak

Fungsi otak menurun

O2 menurun

Gangguan perfusi
jaringan cerebral
2. DS: - Trauma kepala, Fraktur Bersihan Jalan
DO: depresi tulang tengkorak, , Nafas Tidak Efektif
- Penurunan suara Hipertensi, Malformasi
nafas Arteri Venosa, Aneurisma,
- Kelainan suara Distrasia darah, Obat,
nafas (rales, Merokok
wheezing)
- Kesulitan Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan
berbicara
intracranial)
- Batuk, tidak efektif
- Produksi sputum
meningkat Darah masuk ke dalam
jaringan otak
- Perubahan
frekuensi dan
irama nafas Darah membentuk massa
atau hematoma

Penekanan pada jaringan


otak

Peningkatan Tekanan
Intracranial

Gangguan aliran darah dan


oksigen ke otak

Fungsi otak menurun

obstruksi jalan nafas,


dispnea, henti nafas,
perubahan pola nafas

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif
3. Ds: - Trauma kepala, Fraktur Resiko kerusakan
Do: depresi tulang tengkorak, , integritas kulit
- Gangguan pada Hipertensi, Malformasi
bagian tubuh Arteri Venosa, Aneurisma,
- Kerusakan lapisa Distrasia darah, Obat,
kulit (dermis) Merokok
- Gangguan
permukaan kulit Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan
(epidermis)
intracranial)

Darah masuk ke dalam


jaringan otak

Darah membentuk massa


atau hematoma

Penekanan pada jaringan


otak

Peningkatan Tekanan
Intracranial

Gangguan aliran darah dan


oksigen ke otak

Fungsi otak menurun

Kerusakan neuromotorik

Kelemahan otot progresif

ADL di bantu
Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan ADL

c. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan serebral

2. Bersihan jalan tidak efektif yeri akut

3. Gangguan Pemenuhan kebutuhan ADL

d. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial (TIK)

2 Bersihan jalan tidak efektif b.d adanya peningkatan sekret

3 Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.


e. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Gangguan Tupan : perfusi - Kaji ulang tanda- - Mengkaji adanya
Perfusi jaringan Teratasi tanda vital kecenderungan pada
jaringan tingkat kesadaran
serebral b.d Tupen : setelah
peningkatan dilakukan asuhan - Monitor tekanan - Peningkatan tekanan
tekanan keperawatan darah, catat darah sistemik yang
intracranial selama 2x24 jam adanya hipertensi diikuti penurunan tekanan
(TIK) diharapkan perfusi sistolik secara darah distolik (nadi yang
jaringan serebral teratur dan membesar) merupakan
normal kembali, tekanan nadi yang tanda terjadinya
dengan kriteria makin berat peningkatan TIK
hasil:
- Tekanan
systole dan - Monitor Heart - Bradikardia dan disritmia
diastole dalam Rate, catat adanya dapat timbul yang
rentang yang bradikardi, encerminkan adanya
diharapkan takikardi atau depresi / trauma pada
- Tidak ada bentuk disritmia batang otak pada pasien
ortostatikhiper lainya. yang tidak mempunyai
tensi kelainan jantung
- Komunikasi sebelumnya
jelas
- Menunjukkan
konsentrasi - Pertahankan - Kepala yang miring pada
dan orientasi kepala / leher salah satu sisi menekan
- Pupil pada posisi vena jugularis dan
seimbang dan tengah/ pada menghambat aliran darah
reaktif posisi netral. lain yang selanjutnya
- Bebas dari akan meningkat TIK.
aktivitas
kejang
- Tidak
mengalami - Kolaborasi - Menurunkan hipoksemia
nyeri kepala pemberian O2 yang mana dapat
tambahan sesuai menaikkan vasodilatasi
indikasi dan vol darah serebral
yang meningkatkan TIK.

2. Resiko Tupan : resiko - Kaji keadaan - Obstruksi mungkin


bersihan bersihan jalan jalan napas dapat disebabkan
jalan nafas nafas teratasi oleh akumulasi
tidak efektif sekret, sisa cairan
b.d adanya Tupen : setelah mucus, perdarahan,
peningkatan dilakukan asuhan bronkhospasme,
sekret keperawatan dan/atau posisi dari
selama 2x24 jam endotracheal/tracheos
diharapkan tomy tube yang
bersihan jalan berubah.
nafas kembali
efektif, dengan - Evaluasi - Saluran napas bagian
kriteria hasil: pergerakan dada bawah tersumbat
- Mendemonstr dan auskultasi dapat terjadi pada
asikan batuk suara napas pada pneumonia/atelektasi
efektif dan kedua paru s akan menimbulkan
suara nafas (bilateral). perubahan suara
yang bersih, napas seperti ronkhi
tidak ada atau wheezing.
sianosis dan
dyspneu - Catat adanya - Selama intubasi klien
(mampu batuk, mengalami refleks
mengeluarkan bertambahnya batuk yang tidak
sputum, sesak napas, efektif, atau klien
bernafas suara alarm dari akan mengalami
dengan ventilator karena kelemahan otot-otot
mudah, tidak tekanan yang pernapasan
ada pursed tinggi, (neuromuscular/neuro
lips) pengeluaran sensorik),
- Menunjukkan sekret melalui keterlambatan untuk
jalan nafas endotracheal/trac batuk.
yang paten heostomy tube,
(klien tidak bertambahnya
merasa bunyi ronkhi.
tercekik,
irama nafas, - Lakukan - Untuk membersihkan
frekuensi penghisapan jalan nafas
pernafasan lender jika
dalam rentang diperlukan, batasi
normal, tidak durasi pengisapan
ada suara dengan 15 detik
nafas atau lebih.
abnormal) Gunakan kateter
- Mampu pengisap yang
mengidentifik sesuai, cairan
asikan dan fisiologis steril.
mencegah
faktor yang
penyebab.
- Saturasi O2
dalam batas
normal
- Foto thorak
dalam batas
norma
3. Gangguan Tupan : - Kaji kemampuan - Mengetahui kemampuan
pemenuhan Pemenuhan ADL. ADL.
kebutuhan kebutuhan ADL
ADL teratasi - Dekatkan barang- - Mempermudah
berhubunga barang yang pemenuhan ADL.
n dengan Tupen : setelah dibutuhkan klien.
kelemahan dilakukan asuhan
- Pemenuhan kebutuhan
fisik. keperawatan - Menganjurkan
klien dapat terpenuhi.
selama 2x24 jam keluarga untuk
diharapkan membantu klien
Pemenuhan memenuhi
kebutuhan ADL kebutuhan klien.
teratasi dengan
- Ubah posisi secara - Meningkatkan
kriteria hasil:
periodik. kanyamanan,dan
mencegah dekubitus.
- Mampu
memenuhi
kebutuhan secara
mandiri.
- Klien dapat
beraktivitas
secara bertahap.
- Nadi normal.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. (2009).Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta : EGC

Ikawati Zullies, 2011. Farmakoterapi Penyakit system Saraf Pusat. Bursa Ilmu,
Yogyakarta

Johnson, M., et all. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey : Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey : Upper Saddle River

Anda mungkin juga menyukai