BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala
meliputi trauma olehbenda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak,
efek dari kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan
perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu dapat disebabkan
oleh Kecelakaan, Jatuh, Trauma akibat persalinan.
1
2
1.1.3 Klasifikasi
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Cedera kepala ringan ( CKR )
Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari
30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada
penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio atau temotom (sekitar
55%).
b. Cedera kepala kepala sedang ( CKS )
Jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit -
24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan
(bingung).
c. Cedera kepala berat ( CKB )
Jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga meliputi
contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.
Selain itu ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut :
Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak
tulang tengkorak.
Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan
disertai edema cerebra.
Melokalisasi nyeri :5
Menarik area yang nyeri :4
Fleksi abnormal :3
Ekstensi :2
Tidak berespon :1
Verbal : Berorientasi :5
Bicara membingungkan :4
Kata-kata tidak tepat :3
Suara tidak dapat dimengerti :2
Tidak ada respons :1
jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml), cairan cerebrospiral (75 ml),
terhadap 2 tekanan pada 3 komponen ini selalu berhubungan dengan
keadaan keseimbangan Hipotesa Monro – Kellie menyatakan : Karena
keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya
peningkatan salah 1 dari komponen ini menyebabkan perubahan pada
volume darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan naik.
Peningkatan TIK yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang ptak
(Herniasi batang otak) yang berakibat kematian.
1.1.5 Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur,
misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,
perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan
adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.Patofisiologi cedera
kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera
kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat
memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder
terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,
iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada
epidural hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan
durameter, subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang
antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah
berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita
cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi,
ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan
berakhir pada iskemia jaringan otak. (Tarwoto, 2007).
Patofisiologi cedera kepala dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Cedera Primer
7
1.1.6 Pathway
Cidera kepala
Oedem otak
kebocoran cairan
kapiler
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral oedema paru cardiac output
Penumpukan
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan pola cairan/secret
perfusi jaringan
napas
perifer
Difusi O2
terhambat
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
10
1.1.8 Komplikasi
Perdarahan intra cranial
Kejang
Parese saraf cranial
Meningitis atau abses otak
Infeksi pada luka atau sepsis
Edema cerebri
Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
Kebocoran cairan serobospinal
Nyeri kepala setelah penderita sadar
1.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah
mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder
disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh
karena kompresi jaringan otak. (Tunner, 2000)Pengatasan nyeri yang
adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner,
2000)
Penatalaksanaan umum adalah:
Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
Berikan oksigenasi
Awasi tekanan darah
Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
Atasi shock
Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
12
BAB 2
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
13
14
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan
rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami
paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
Interaksi sosial
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang, disartria.
ini
7 Mengolah informasi
8 Membuat keputusan yang
tepat
Indikator:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
2 Ketidakefektifan bersihan NOC: status pernapasan: ventilasi NIC: manajemen jalan napas
jalan nafas nafas
1. posisiskan klien untuk
Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam
memaksimalkan ventilasi
Faktor berhubungan: masalah teratasi dengan kriteria hasil:
2. lakukan penyedotan melalui
1. Lingkungan;
endotrakea dan nasotrakea
merokok, menghisap No Skala Awal Akhir
3. kelola nebulizer ultrasonik
asap rokok, perokok 1 Kemudahan bernapas
4. posisikan untuk meringankan
pasif 2 Frekuensi dan irama
sesak napas
2. Obstruksi jalan napas;
19
3 Ketidakefektifan pola nafas NOC: status pernapasan: ventilasi NIC: manajemen jalan napas
4 Kerusakan integritas NOC: intergritas jaringan: kulit dan membran NIC: perawatan luka tekan
jaringan kulit mukosa
1. monitor warna, suhu, udem,
kelembaban dan kondisi area
Faktor berhubungan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam
sekitar luka
1.Cedera jaringan masalah teratasi dengan kriteria hasil:
2. lakukan pembalutan dengan tepat
2.Jaringan rusak
3. berikan obat-obat oral
No Skala Awal Akhir
4. monitor adanya gejala infeksi di
Batasan karakteristik: 1 Suhu, elastisitas, hidrasi
area luka
1. Kerusakan pada lapisan dan sensasi
5. ubah posisi setiap 1-2 jam sekali
kulit 2 Perfusi jaringan
untuk mencegah penekanan
2. Kerusakan pada 3 Keutuhan kulit
6. gunakan tempat tidur khusus anti
permukaan kulit 4 Eritema kulit sekitar
dekubitus
3. Invasi struktur tubuh 5 Luka berbau busuk
7. monitor status nutrisi
6 Granulasi
8. pastikan bahwa pasien mendapat
7 Pembentukan jaringan
diet tinggi kalori tinggi protein.
parut
23
8 Penyusutan luka
Indikator:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
24
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem persarafan, Jakarta : Salemba Medika
Batticaca, Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan Jakarta : Salemba Medika
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006. Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga
Lecture Notes. 2006. Ilmu Bedah, Jakarata : Erlangga
Tarwoto & Wartonah, Suryati. 2007. Keperawatan medikal bedah gangguan
sistem persarafan. Jakarta : Sagung Seto