Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

CEREBROVASCULAR ACCIDENT (STROKE)

1. Pengertian
Menurut WHO tahun 2012, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Nugroho, 2016).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2009).
Stroke Non Hemoragik adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang
disebabkan berkrangnya aliran darah ke otak atau retaknya pembuluh darah yang
menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan
sensoris dan motoris tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran (Muttaqin,
2009).
2. Etiologi
Stroke iskemik sesuai namanya disebabkan oleh penyumbatan pembuluh
darah otak (stroke non perdarahan = infark). Otak dapat berfungsi dengan baik jika
aliran darah yang menuju ke otak lancer dan tidak mengalami hambatan. Namun jika
persediaan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh sel darah dan plasma terhalang oleh
suatu bekuan darah atau terjadi thrombosis pada dinding arteri yang menyuplai otak
maka akan terjadi stroke iskemik yang dapat berakibat kematian jaringan otak yang
disuplai. Terhalangnya aliran darah yang menuju ke otak dapat disebabkan oleh suatu
thrombosis atau emboli, keduanya merupakan jenis bekuan darah dan pengerasan
arteri yang disebabkan plak arterosklerotik melalui proses ateriosklerosis yang
merupakan menumpukan dari lemak darah, kolesterol, kalsium pada dinding
pembuluh darah arteri dan disebut juga dengan ateroma (Junaidi, 2011).
3. Patofisiologi dan pathway
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering
kali merupakan faktor penting untuk otak, thrombus dapat berasal dari plak
arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah
akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh
darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan
iskemia jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan dan edema di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari area infark ini
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam bahkan sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukkan perbaikan.
Karena trombosis biasanya tidak fatal, bila tidak terjadi perdarahan massif.
Oklusi pada pembuluh darah serebri oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti thrombosis. Jika terjadi infeksi sepsis akan meluas pada dinding pembuluh
darah, maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan perdarahan serebri, jika aneurisma
pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebakan oleh rupture arterosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit serebrovaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falks serebri
atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan kebatang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus
kaudatus, thalamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebri terhambat, dapat berkembang anoreksia serebri.
Perubahan disebabkan oleh anoreksia serebri dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversibel bila anoreksia lebih dari 10 menit. Anoreksia serebri
dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung. Selain
kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak
serta gangguan drainase otak (Muttaqin, 2009).
4. Manifestasi klinis
Menurut Koes Irianto (2014, dalam Masriadi, 2016) gejala dan tanda stroke
sangat bervariasi, tergantung bagian otak mana yang terkena. Secara umum gejala
stroke yang sering dijumpai dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Timbul rasa kesemutan pada sesisi badan, mati rasa dan terasa seperti terbakar
atau terkena cabai.
b. Lemes atau bahkan kelumpuhan pada sisi badan, sebelah kanan atau kiri saja
c. Mulut atau lidah mencong bila diluruskan
d. Nyeri kepala
e. Gangguan menelan atau bila sedang minum sering tersedak
f. Gangguan bicara berupa pelo atau aksentuasi kata sulit dimengerti (disartria)
bahkan bicara tidak lancar, hanya sepatah.
5. Penatalaksaan
Menurut Adams (2009). Manajemen stroke harus dilakukan secara cepat,
sistemik dan cermat, meliputi:
a. Penanganan pertama
1) Anamnesis : terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas saat
serangan, gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar,
kejang, cegukan, gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor2
resiko stroke (hipertensi, hiperkolesterol, diabetes, dll).
2) Pemeriksaan Fisik, meliputi penilaian ABC, nadi, oksimetri, dan suhu
tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misal cedera kepala akibat jatuh saat
kejang, bruit karotis, dan tanda distensi vena jugular pada gagal jantung
kongestif). Pemeriksaan dada (jantung dan paru), abdomen, kulit dan
ekstremitas.
3) Pemeriksaan Neurologik dan Skala stroke, Pemeriksaan neurologik
terutama pemeriksaan saraf kraniales, rangsang meningeal, sistem
motorik, sikap dan cara jalan, refleks, koordinasi, sensorik dan fungsi
kognitif.
4) Obat-obatan hiperosmolar, misal : manitol, gliserol
5) Kortikosteroid, bila diperlukan
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Ariani (2012) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita stroke adalah sebagai berikut :
a. CT Scan (Computerized Tomograpy Scanner)
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
b. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteru.
c. Pungsi Lumbal
1) Menunjukkan adanya tekanan normal
2) Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya perdarahan
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark
e. EEG (Elektroenchepalograph)
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arterikaroti saluran
darah/muncul plak)
g. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah,
penggumpalan trombosit yang abnormal, dan mekanisme pembekuan darah.
7. Komplikasi
a. Komplikasi Stroke menurut Satyanegara (1998, dalam Ariani, 2012) sebagai
berikut:
1) Komplikasi dini (0-48 jam petama)
Edema serebri: defisit neurologis cenderung berat, dapat mengakibatkan
peningkatkan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian
2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
1) Pneumonia: akibat immobilisasi lama
2) Infark miokard
3) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilsasi
c. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain: vaskuler perifer.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Pengkajian merupakan tahap awal pada proses keperawatan, untuk itu diperlukan
kecermatan serta ketelitian tentang masalah apa yang sedang dialami klien
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tahap ini terbagi atas:
1) Pengumpulan Data
a) Identitas Klien
Berisi tentang nama, tempat tanggal lahir alamat, agama,pendidikan,
pekerjaan, no register dan diagnose medis klien.
b) Keluhan utama
Berisi tentang keluhan yang paling dirasakan pada saat pengkajian, pada
klien dengan gangguan kebutuhan nutrisi ini merasakan mual saat makan
sehingga menyebabkan tidak nafsu makan.
c) Riwayat penyakit sekarang
Proses perjalanan penyakit dari klien di rumah hingga dirawat di Rumah
Sakit.
d) Riwayat penyakit dahulu
Berisi apakah lien sebelumnya memiliki riwayat penyakit kronis atau
pernah opname sebelumnya
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Apakah keluarga memiliki riwayat penyakit yang menurun seperti
hipertensi atau DM
b. Pola Pengkajian Fungsional
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktivitas dan latihan
3) Pola istirahat dan tidur
4) Pola nutrisi metabolic
a) Pengkajian nutrisi ABCD
b) Pola nutrisi sebelum dan selama sakit
5) Pola Eliminasi
6) Pola Kognitif dan Perceptual
a) Onset : tentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai. Kapan mulainya ?
b) Provokasi : tanyakan apa yang membuat nyeri atau rasa tidak nyaman
memburuk, apakah posisi? Apakah bernafasdalam atau palpasi pada perut
membuatnya lebih buruk? Apakah nyeri menetap ?
c) Quality : kualitas, nilainya jenis nyeri yang menanyakan pertanyaan
terbuka : seperti apa yang nyeri anda rasakan? Atau berikan alternative :
terdapat banyak jenis nyeri, apakah nyeri yang anda rasakan lebih seperti
rasa berat, tekanan, terbakar, teriris, nyeri tumpul, tajam atau seperti
ditusuk jarum?
d) Region : adalah daerah nyeri perjalanan nyeri menjalar, tanyakan apakah
nyeri menjalar, tanyakan nyeri menjalar kebagian tubuh lain.
e) Skala : intensitas nyeri. Berikan nilai nyeri pada skala 1-10
f) Time : waktu saat nyeri timbul
g) Understanding : bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah pernah
merasakan nyeri sebelumnya?
h) Values : tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita pasien
7) Pola Konsep Diri
8) Pola Koping
9) Pola Peran Hubungan
10) Pola nilai dan kepercayaan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
b) Tanda-tanda vital
2) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
b) Muka
c) Leher
d) Dada (Thorax)
Paru-paru, jantung, abdomen
e) Genetalia
f) Anus dan rectum
g) Ekstremitas
h) Integumen
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan Diagnostik
e. Terapi medis
f. Obat atau terapi apa saja yang klien dapatkan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke menurut Muttaqin (2009) adalah:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret,
kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, perubahan
tingkat kesadaran.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kesadaran,
hiperventilasi, depresan pusat pernapasan
c. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan intra
serebri, oklusi otak, vasospasme otak, edema serebral
d. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume
intrakranial, penekanan jaringan otak, edema serebri.
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia,
kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.
f. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral,
kelemahan secara umum.

Anda mungkin juga menyukai