Pengertian Hipoglikemia
B. Klasifikasi Hipoglikemia
Menurut Setyohadi(2012) dan Thompson(2011), Hipoglikemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh
bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup
disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
C. Etiologi Hipoglikemia
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua
kalI sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah,
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah,
E. Patofisiologi
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik
pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri
merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia
terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah
(Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak
dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen)
dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat
tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplay glukosa ke otak.
Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan
suplay oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa
darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring
dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan
timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan
mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak
persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ
perifer. Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah.
Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal,
hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi
oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia.
produksi dan mengurangi penggunaan glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua
hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam
sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah
(Herdman, 2010). Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan
perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta
proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien
menyebabkan rasa lapar karena rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai
glukosa ke jaringan menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan
Penurunan
Plasma Glukosa
Hipoglikemia
Peningkatan Berkeringat,
Penurunan Glukagon Dan
Konsentrasi Gemetaran, Akral
Suplai Oksigen Epinefrin
Glukagon dan dingin, pingsan
Ke otak di Sekresi
Epinefrin Dan Lemah
Penurunan Glukagon
Pusing, Bingung, Kesadaran pada Meningkatkan Perfusi Perifer
Lemah Konsentrasi Glikogenolisis dan Tidak Efektif
Glukosa Darah Glukoneogenesis
Resiko Perfusi
Depresan Pusat
Serebral Tidak Penurunan Energi
Pernapasan
Efektif
Resiko Ketidak
Pola Nafas
Setabilan Kadar
Tidak Efektif
Glukosa Darah
G. Manifestasi Klinik
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain. Pada
awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.
Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan
pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat
lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan
fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering
terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita
tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa
semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga
sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan
Adrenergik Neuroglikopenia
Pucat Bingung
Gelisah Kejang
Sakit kepala
Mengantuk
kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
c. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
J. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu
dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena
efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku
dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga
dapat menyebabkan koma sampai kematian.
K. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
c. Circulation (sirkulasi)
Kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah, tekanan
darah menurun.
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
b. Riwayat kesehatan
Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman pernapasan, dan
penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh
d. Pemeriksaan fisik
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8) Sistem neurologis
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Pola nafas tidak efektif
3. Perfusi perifer tidak efektif
4. Risiko perfusi cerebral tidak efektif
K. Rencana Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah Penyebab : Setelah dilakukan tindakan SIKI : Ketidakstabilan kadar glukosa
Hiperglikemia keperawatan ...x...... jam darah
Disfungsi pancreas diharapkan nyeri akut dapat Intervensi utama
Resistensi insulin berkurang dengan criteria : Label : Manajemen Hiperglikemia
Gangguan toleransi glukosa darah SLKI : Ketidakstabilan Observasi
Gangguan glukosa darah puasa kadar glukosa darah
Identifikasi tanda dan gejala
hipoglikemia Luaran utama
hipoglikemia
Penggunaan insulin atau obat glikemik Label : Kestabilan kadar
Identifikasi kemungkinan
oral glukosa darah
penyebab hipoglikemia
Hiperinsulinemia (mis. insulinoma)
Lelah /lesu menurun Monitor kadar glukosa darah,
Endokriopati (mis. kerusakanadrenal atau
jika perlu
pituitari) Keluhan lapar
Terapeutik
Disfungsi hati menurun
Disfungsi ginjal kronis Berikan karbohidrat sederhana,
Mulut kering menurun
Efek agen farmakologis bila perlu
Tidakan pembedahan neoplasma Rasa haus menurun Berikan glukagon, bila perlu
Gangguan metabolic bawaan (mis. Perilaku aneh menurun Berikan kerbohidrat kompleks
gangguan penyimpanan lisosomal, dan protein sesuai diet
Kesulitan bicara
galaktosemia, gangguan penyimpanan Pertahankan kepatenan jalan
menurun
glikogen) napas
Gejala dan Tanda Mayor : Kadar glukosa dalam Pertahankan akses IV, jika perlu
Subjektif : darah membaik Hubungi layanan medis darurat
Hipoglikemia jika perlu
Kadar glukosa dalam
Mengantuk
urine membaik
Pusing Edukasi
Hiperglikemia Jumlah urine membaik
Anjurkan membawa karbohidrat
Lelahatau lesu
setiap saat
Objektif :
Anjurkan monitor kadar glukosa
Hipoglikemia
darah secara mandirianjurkan
Gangguan koordinasi
berdiskusi dengan tim
Kadar glukosadalam darah/uin redah
perawatan diabetes tentang
Hiperglikemia
penyesuaian program
Kadar glukosa dalam darah/urin tinggi
pengobatan
Gejala dan Tanda Minor
Jelaskan interaksi antara diet,
Subjektif :
insulin/agen oral, dan olahraga
Hipoglikemia
Ajarkan pengelolaan
Palpitasi
Mengeluh lapar hipoglikemia (mis. tanda dan
Kurang terpapar informasi tentang factor Edema perifer menurun (5) Terapeutik
pemberat (mis. Merokok, gaya hidup Nyeri ekstremitas menurun Hindari pemasangan infus atau
monoton, trauma, obesitas, asupan garam, (5) pengambilan darah di area
imobilitas) Pasastesia menurun (5) keterbatasan perfusi
Kurang terpapar informasi tentang proses Kelemahan otot menurun Hindari pengukuran tekanan darah
penyakit (mis. Diabetes mellitus, (5) pada ekstremitas dengan
hyperlipidemia) Kram otot menurun (5) keterbatasan perfusi
Kurang aktivitas fisik Bruit femoralis menurun Hindari penekanan dan pemasangan
Gejala dan Tanda Mayor Nekrosis menurun (5) Lakukan pencegahan infeksi
Subjektif Pengisian kapiler membaik Lakukan perawatan kaki dna kuku
- (5) Lakukan hidrasi
Objektif Akral membaik (5) Edukasi
Pengisian kapiler >3 detik Trugor kulit membaik (5) Anjurkan berhenti merokok
Nadi perifer menurun atau tidak teraba Tekanan darah sistolik Anjurkan berolahraga rutin
Akral teraba dingin membaik (5) Anjurkan mengecek air mandi
Warna kulit pucat Tekanan darah diastolik untuk menghindari kulit terbakar
Turgor kulit menurun mebaik (5) Anjurkan minum obat pengontrol
Hiperkolesteronemia
Terapeutik
Hipertensi Minimalkan stimulus dengan
Terapi tombolitik
Kolaborasi
Efek samping tindakan (mis. Tindakan Kolaborasi pemberian sedasi dan
operasi bypass) anti konvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
Kondisi Klinis Terkait: Kolaborasi pemberian pelunak tinja ,
Stroke jika perlu
Cedera kepala
Pemantauan Tekanan Intrakranial
Aterosklerotik aortic
Observasi
Infark miokard akut
Identifikasi penyebab peningkatan
Diseksi arteri TIK (mis. Lesi menempati ruang,
gangguan metabolisme, edema
Embolisme
serebraltekann vena, obstruksi aliran
Endocarditis infektif cairan serebrospinal, hipertensi,
Fibrilasi atrium intracranial idiopatik)
Monitor peningkatan TD
Hiperkolesterolemia
Monitor pelebaran tekanan nadi
Hipertensi (selisih TDS dan TDD)
Terapeutik
Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
Kalibrasi transduser
Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan
Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
Bilas sistem pemantauan, jika perlu
Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
AmArma, R.A. 2011. Diagnosis dan manajemen koma hipoglikemik pada pasien dengan
hipertensi dan anemia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018. http://www.fkumyecase.net
Baradero, M. 2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan endokrin. Jakarta: EGC
Ernawati. 2012. Asuhan keperawatan Ny S dengan diabetes mellitus di Instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Narsih. 2007. Terapi oksigen. Yogyakarta: Instalasi Rawat Intensif RSUP Dr.Sarjito.
Nitil, K. 2011. Treatment of severe diabetic hypoglycemia with glucagon: an underutilized
therapeutic approach. Dove Press Journal
PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Rahmadiliyani, N., & Abi M. 2008. Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dan
komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan mengontrol kadar gula darah
di wilayah kerja puskesmas 1 GatakSukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Shafiee, G., Mohamadreza M.T., Mohammad P., & Bagher L. 2012. The importance of
hypoglycemia in diabetic patients. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders.
Smeltzer, S.C. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI