Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN JUVENILE DIABETES MELLITUS

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak

Di Susun
Oleh :

Krispina melsadalim (200714901298)

PROGAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
A. DEFENISI
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik. Hiperglikemia ini dapat
disebabkan oleh beberapa keadaan, diantaranya adalah gangguan sekresi hormone
insulin gangguan aksi/kerja dari hormone insulin atau gangguan kedua-duanya
(Weinzimer SA, Magge S. 2005)
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolic yang bersifat kronil, oleh karean itu,
onset diabetes mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam
kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien diseluruh Indonesia selama
2 tahun, unit kelompok kerja (UKK) endokrinologi anak ikatan Dokter Aanak Indonesia
(IDAI) mendapatkan 674 data penyandang diabetes melituss tipe 1 di indonesia data ini
diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak diseluruh Indonesia mulai dari para dokter
anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat educator diabetes mellitus,
data ikatan keluarga penyandang diabetes mellitus anak dan remaja (IKADAR),
penelulusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama denngan perawat
educator National Universiyy Hospital Singapura untuk memperoleh data penyandang
diabetes mellitus anak Indonesia yang menjalani pengobatanya di singapura. Data lain
dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak diselurub wilayah
Indonesia pada wal maret tahun 2012 menunjukan jumlah penderita diabetes mellitus
usia anak anak juga remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu
kesehatan anak FFKUI (fakultas kedokteran universitas Indonesia), melansir jumlah
anak yang terkena diabetes mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini,
tahun 2011 tercatat 56 anak menderita diabetes mellitus naik 40% dibandingkan 2009.
32 anak diantaranya terkena diabetess mellitus tipe 2.
International society of pediatric and adolescence diabetes WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi. DM tipe 1 terjadi disebabkan
oleh karena kerusakan sel B-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebakan oleh
proses autoimun maupun idioptik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau
berhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, pada DM tipe 2 produksi
insulin dalam jumlah normal atau bahkan meninggal, DM tipe 2 biasanya dikaitkan
dengan sindrom resistensi insulin lainya seperti obesitas, hyperlipidemia, kantosisi
nigrikans, hipertensi ataupun hiperandogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010)

B. Faktor Resiko diabetes tipe 1


1. Faktor riwayat keluarga atau keturunan
yaitu saat seseorang akan lebbih memiliki resiko terkena diabetes tipe 1 jika ada
angggoa keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan
dengan gen tertentu.
2. Faktor geografi
Orang yang tinggal didaerah yang jauh dari garis khatulistiwa hal ini disebabkan
karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinnar matahari, sehingga
akhirnya memicu penyakit autoimun
3. Faktor Usia
Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4-7 tahun, kemudian
pada anak-anak usia 10-14 tahun
C. Etiologi
Penyebab diabetes tipe 1 adalah faktor genetic/keturunan. Resiko
perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui faktor genetic.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes mellitus mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe 1, kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainya
2. Faktor-Faktor Imonologi
Adanya respon aoutoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan terrsebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

D. Tanda dan Gejala


1. Sering buang air kecil terutama pada malam hari (polyuria).
2. Sering haus (polydipsia)
3. Sering merasa lapar (polyphagia)
4. Berat badan turun
5. Pandangan kabur
6. Kelelahan
7. Mudah diserang penyakit infeksi
8. Luka yang lama sembuh
9. Merasa kaku atau kesemutan pada kaki

E. Klasifikasi
Diabetes tipe 1 adalah penyakit gangguan metabolic yang ditandai oleh kenaikan kadar
gula darah akibata destruksi (kerusakan) sel beta pancreas karena suatu sebab tertentu
yang menyebabkan produksi insulin tidak ada sama sekali sehingga penderita sangat
memerlukan tambahan insulin dari luar.

F. Patofisiologi
1. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang
ora ng dengan orang dengan system imun yang secara genetis merupakan predisposisi
untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang meyerang antigen sel b
pancreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel b meliputi kerusakan
yang disebabkan oleh virus seperti virus penyakit gondok(mumps) dan virus coxsackie
B4 oleh agen kimia yang bersifat toksik atau oleh sitotoksin prusak dan antibody yang
dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang
berhubungan dengan replikasi atau funsi sel b pancreas dapat menyebabkan
predisposisi terjadinya kegagalan sel b setelah infeksi virus. Lagipula gen-gen HLA
yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau
mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon system imun tertentu yang
menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun
terhadap sel-sel pulaunya sendiri atau yang dikenal dengan istilah autogresi.
Diabetes tpe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pancreas sebagai
pabrik insulin tidak dapat atau kurangg mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin
tubuh kurang atau tidak aada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan
gangguan jalur metabolic antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi
air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa), terjadinya glukoneogenesis, gluconeogenesis merupakan proses pembuatan
glukosa dari asam amino, laktat, dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone
(glukagen epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin sintesis dan pengambilan protein,
trigliserida, asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi
lipogenesis namun yang terjadi adalah liposis yang menghasilkan badan keton.
Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran daarah karena tidak dapat diangkat ke
dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl. Ginjal tidak dapat mereabsobsi glukosa
dari glomelurus sehingga timbul glikosuria, glukosa menarik air dan menyebabkan
osmotic diuretic dan menyebabkan polyuria, polyuria menyebabkan hilangnya elektrolit
lewat urin terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan
meningkatkan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (ceel starvation)
pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia)
Biasanya diabetes ini terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang kadang juga
terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusaha
lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu
gangguan katabolisme yang disebakan karena hamper tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi , glucagon plasma meningkat daan sel sel b pakreas gagal merespon semua
stimulus insulinonegenik oleh karena itu diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
meningkatkan kadar glukosa darah

2. Pathway

Reaksi autoimun

Sel pankreas
hancur
Defenisi insulin

Hiperglikemia Katabolisme
liposis
meningkat protein meningkat

Fleksibiltas Pembatasan
Penurunan BB
darah merah diet

Pelepasan o2 Intake tidak


Resiko nutrisi
kurang adekuat

Deficit volume
poliuria cairan
Hipoksia perifer

Ferfusi jaringan
Nyeri
perifer tidak
efektif

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mml/L)
2. Glukosa plasma puasa .140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp).200 mg/dl.
b. Aseton plasma (keton): positif secra mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/1
e. Elektrolit
 Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
 Kalium: normal atau penigkatan semu (perpindahan selluler), selanjutnya
akan menurun
 Fosfor: lebih sering menurunn
f. Gas darah asrteri : biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada HC03
(hasidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
g. Trombosit darah: ht mungkin meningkat (dehidrasi): leukositosis: hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi
h. Ureum/kreatinim: mungkin meningkat atau nirmal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjjal)
i. Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1)atau
normal sampai tinggi (pada tipe 2) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaanya (endogen/eksogen) resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody)
j. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
k. Urine: gula dan aseton positif: berta jenis dan osmolalitas mungkin meningkat

H. Penatalaksanaan
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
/mengurangi keluhan/gejala DM. sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya adalah
mncegah komplikasi, tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar
glukosa, lipid dan insulin untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan
kegiatan mandiri, akan tetapi perbedaan utama antara penatalksaan DM tipe 1 yang
mayoritas diderita anak dibanding DM tipe II adalah kebutuhan mutlak insulin. Terapi
DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin. Penatalaksanaan DM tipe 1
menurut sperling dibagi dalam 3 fase yaitu:
1. Fase akut/ ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan
asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin
2. Fase subakut/transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi
penyakit dengan insulin, penyusun pola diet, dan penyuluhan kepada
penyandang DM/ keluarga mengenai pentingnya pemantauan penyakitnya
secara tertur dengan pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin dan
komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaaan
Pada fase ini tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan status
metabolic dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi untuk
itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1 diantaranya:
a. Bebas dari gejala penyakit
b. Dapat menikmati kehidupan social sepenuhnya
c. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya

Pada anak ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaanya yaitu


diusahakan supaya anak-anak

a. Dapat tumbuh dan berkembang


b. Mengalami perkembangan emosional yang normal
c. Mampu mepertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
d. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun social yang ada
e. Penyakitnya tidak di manipulasi oleh penyaandang DM, keluarga maupun
oleh lingkungan
f. Mampu mmberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.

Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai
penyakit dan diperlukan kerja sama semua pihak di tingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan
di uraikan sevagai berikut

1. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pancreas tidak dapat
memproduksi hormone insulin maka seumur hidupnya pasien harus
mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi,
tujuan terapi insulin ini terutama untuk:
a. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau
mendekati normal
b. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes .
indikasi pengobatan dengan insulin adalah
 Semua penderita DM dari setiap umur dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosisi
 DM dengan kehamilan / DM gestasioanl yang tidak terkendali
dengan diet (perencaaan makanan)
 DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal

Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama


bersumber dari karbohidrat walaupun proyein dalam lemak juga bisa menaikan
glukosa, secara terus menerus pancreas melepaskan insulin pada saat makan
atau tidak. Setelah makan kadar insulin meningkat dan membantu penimbunan
glukosa di hati. Pada saat itu tidak makan, insulin turun, maka hati akan
memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa
darah dipertahankan tetap dalam kadar yang normal
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan
sehingga insulin tidak bisa diberikan tablet atau pil. Satu-satunya jalan
pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah
kulit(subkutan/sc), suntikan kedalam otot (intramuscular/im), atau suntikan
kedalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus
menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau system tembak (tekan
semprot) kedalam kulit (insulin medijector).

Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lam kerja insulin
tersebut yaitu:

1. Insulin kerja cepat (short-acting insulin)


2. Insulin kerja sangat cepat (quick-acting insulin)
3. Insulin kerja sedang (intermediate-acting insulin)
4. Mixed insulin
5. Insulin kerj panjang (long-acting insulin)
6. Insulin kerja sangat panjang (very long acting insulin)
2. Perencanaan makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbangdalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu:
a. Karbohidrat sebanyak 60-70%
b. Protein sebanyak 10-15%
c. Lemak sebanyak 20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress


akut dan kegiatan jasmani untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah
kalori dipakai rumus broca yaitu berta badan ideal =(TB-100)-10% sehingga
didapatkan:

a. Berat badan kurang =,90% dari BB ideal


b. Berat badan normal =90-110% dari BB ideal
c. Berat badan lebih =10-120% dari BB ideal
d. Gemuk =120% dari BB ideal

Jumlah kkalori yang diperlukan dihitung dari BB ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki laki 30kkal/kgg BB, dan wania 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuuhan kalori aktivitas 10-30% untuk bekerja berat,
koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk
menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.

Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi


dalam beberapa porsi yaitu:

a. Makanan pagi sebanyak 20%


b. Makanan siang sebanyak 30%
c. Makanan sore sebanyak 25%
3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menitt
olahraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat jogging.
4. Edukasi
Penyuluhan untuk merencanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatakan hasil yang maksimal, educator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapaai keadaan sehat
yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih
baik. Edukasi merupakan bagian ontegral dari asuhan keperawatan diabetes

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama , suku
bangsa, alamat, tanggal masuk, nomor registrasi, tanggal pengkajian dan
diagnose medis identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan
yang lain. Jenis kelamin. Umur, alamat, dan lingkungan kotor dapat
mempercepat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Data subjektif yang mungkin timbul:
1) Klien mengeluh sering kesemutan,
2) Klien mengeluh sering buang air kecil pada malam hari
3) Klien mengeluh sering merasa haus
4) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan
5) Klien mengeluh merasa lemah
6) Kllien mengeluh pandanganya kabur

Data objektif :

1) Klien tampaj lemas


2) Terjadi penurunan berat badan
3) Tonus otot menurun
4) Terjadi atropi otot
5) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6) Tampak adanya luka ganggren
7) Tampak adanya pernapasan yang cukup cepat dan dalam
c. Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda tanda vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan tekanan darah sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis biasanya pada DM tipe 1 klien cenderung
memiliki TD yang meningkat /tinggi/hipertensi.
1) Pulse rate
2) Respiratori rate
3) Suhu
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan:
1) Inspeki: kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak
adanya retinopati, kekaburan pandangan
2) Palpasi: kulit teraba kering, tonus otor menurun
3) Auskultasi: adanya peningkatan tekanan darah
f. Pemeriksaan penunjang
1) Glukosa darah
2) Aseon plasma
3) Asam lemak bebas
4) Osmolalitas serum
5) Natrium
6) Kalsium
7) Fosfor
8) Hemoglobin glikosilat
9) Gas darah arteri
10) Trombosit darah
11) Ureum
12) Amylase darah
13) Insulin darah
14) Pemeriksaan fungsi tiroid
15) Urine
16) Kultur dan sensivitas
g. Riwayat kesehatan
1) Riwayat keluarga
2) Riwayat pasien dan kesehatan sebelumnya
a) Aktifitas istirahat
b) Sirkulasi
c) Integritas ego
d) Eliminasi
e) Makanan/cairan
f) Neurosensory
g) Nyeri/kenyamanan
h) Pernapasan
i) Keamanan
2. Masalah keperawatan
a. Resiko ketidakseimbangan kadar gula darah
b. Kelelahan
c. Ketidakseimbanngan nutrisi
d. Resiko infeksi
e. Resiko cedera
3. Diagnose keperawatan
a. Resiko ketidak seimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake
makanan adekuat mual muntah, lemah dan tampak pucat
c. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
4. Rencana keperawatan
a. Resiko ketidak seimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit
mellitus
Intervensi
1. Monitor kadar gula daarah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
3. Monitor ttv
4. Berikan terapi insulin yang sesuai
5. Intruksikan kepada pasien dan keluarga untuk kebutuhan aktivitas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake
makanan adekuat mual muntah, lemah dan tampak pucat
Intervensi
1. Monitor BB tiap hari
2. Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkonsumsi makanan
3. Berikan terapi insulin sesuai dengan program
4. Kolaborasi dengan ahli ggizi
5. Libatkaan keluarga pasien dalam perencaaan makanan sesuai indikasi
c. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
Intervensi
a. Monitor TTV
b. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
c. Pantau adanya keluhan parestesia nyeri atau kehilngan sensori
5. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
intervensi. Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
peningkatan kesehatan baik dilakukan secar mandiri maupun kolaborasi dan rujukan
6. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien diabetes mellitus adalah
a. Kondisi tubuh stabil, ttv, turgor kulit nirmal
b. BB dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai